Anda di halaman 1dari 53

ASPEK

MEDIKOLEGAL
OTOPSI

Tim Pengampu Mata Kuliah Ilmu Kedokteran


Forensik dan Medikolegal
Definisi
OTO /AUTO SENDIRI
OPSIS MELIHAT
Pemeriksaan terhadap tubuh jenazah
secara menyeluruh, meliputi
pemeriksaan bagian luar maupun
dalam serta pemeriksaan tambahan
lainnya
Jenis otopsi
OTOPSI KLINIS
Dilakukan pada pasien rumah sakit atas izin
keluarga dengan tujuan untuk mengetahui
penyakit atau kelainan yang menjadi sebab
kematian, menilai hasil usaha dari pemulihan
kesehatan, serta penelitian untuk
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang
kesehatan
OTOPSI ANATOMIS
Dalam pelaksanaannya harus ada
persetujuan dari pasien atau keluarga
jenazah, dilakukan oleh mahasiswa
kedokteran atau tenaga kesehatan di
bawah pengawasan ahli Urai
OTOPSI FORENSIK
Dilakukan terhadap jenazah yang
diduga meninggal akibat suatu
sebab yang tidak wajar. Tujuan
untuk membantu penyidik
menemukan kebenaran material.
PEMERIKSAAN LUAR
Sistematika pemeriksaan luar adalah :
Memeriksa label mayat
Memeriksa penutup mayat.
Memeriksa pembungkus mayat.
Memeriksa pakaian mayat
Mencatat perhiasan mayat
Mencatat benda di samping mayat.
PEMBUKAAN KULIT KEPALA
RONGGA KEPALA
PEMERIKSAAN DALAM
Teknik Insisi:
Insisi I
Insisi y
Insisi Y
 Pada jenazah laki-laki :
Insisi dimulai dari Acromion Kanan dan Kiri  Proc. Xiphoideus

 Pada jenazah perempuan :


Insisi dimulai dari Acromion Kanan dan Kiri  lurus kebawah 
melingkari mammae  Proc. Xiphoideus  2 cm paramedian Kiri 
Symphysis

 Insisi di bawah Proc. Xiphoidesus diperdalam sampai menembus


peritoneum  diteruskan sampai Symphysis

 Selanjutnya melepaskan kulit dari tulang dada dengan cara menarik


kulit dengan keras ke samping  memotong otot-otot dengan pisau.
Otot perut dilepas dari Arcus costa
INSISI “Y”

I II III IV
TEKNIK IRISAN “I”
2
1

3
TEKNIK PENGELUARAN ORGAN
Teknik Otopsi Virchow
Organ dikeluarkan satu per satu lalu langsung diperiksa

Teknik Otopsi Letulle


Disebut juga en masse dissection, hubungan antar organ
dipertahankan saat dikeluarkan dari tubuh
Teknik Otopsi Rokitansky
Disebut juga in situ dissection, organ diiris dan diperiksa
tanpa dikeluarkan

Teknik Otopsi Ghon


Disebut juga en block dissection, organ dilekuarkan per
sistem yaitu, organ leher dan dada, hati, limpa, dan organ-
organ urogenital
Dasar-dasar Hukum
UUD 1945
Pasal 34 ayat 3: Negara bertanggung jawab atas
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak.

KUHAP
Pasal 133:
Ayat(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan
menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati
yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana,
ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada
ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
KUHAP
Pasal 133:
 Ayat (2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis,
yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk
pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau
pemeriksaan bedah mayat.
Pasal 133:
Ayat(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan
penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang
memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cp jabatan yang
dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.
KUHAP
Pasal 134:
(1)Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan
pembuktian bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari,
penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada
keluarga korban.
(2)Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerngkan
dengan sejelas-jelasnya tentang maksud dan tujuan perlu
dilakukannya pembedahan tersebut.
(3)Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun
dari keluarga atau pihak yang diberitahu tidak diketemukan,
penyidik segera melaksanakan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini.
KUHAP
Pasal 135
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan
perlu melakukan penggalian mayat, dilaksanakan
menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 133 ayat(2) dan pasal 134 ayat(1)
Pasal 222:
Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi
atau menggagalkan pemeriksaan mayat forensik, diancam
dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah
Peraturan Pemerintah No.18 tahun 1981:
BAB II

BEDAH MAYAT KLINIS

Pasal 2

Bedah mayat klinis hanya boleh dilakukan dalam keadaan sebagai berikut

a. Dengan persetujuan tertulis penderita dan atau keluarganya yang terdekat setelah

penderita meninggal dunia, apabila sebab kematiannya belum dapat ditentukan

dengan pasti;
Peraturan Pemerintah No.18 tahun 1981:
b. Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya yang terdekat, apabila diduga

penderita menderita penyakit yang dapat membahayakan orang lain atau

masyarakat sekitarnya

c. Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya yang terdekat, apabila dalam jangka

waktu 2x24 jam (dua kali dua puluh empat) jam tidak ada keluarga terdekat dari

yang meninggal dunia datang ke rumah sakit.


Peraturan Pemerintah No.18 tahun 1981:
Pasal 3

Bedah mayat klinis hanya dilakukan di ruangan dalam rumah sakit yang disediakan

untuk keperluan itu.

Pasal 4

Perawatan mayat sebelum, selama dan sesudah bedah mayat klinis dilakukan sesuai

dengan masing-masing agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan

diatur oleh Menteri Kesehatan.


Peraturan Pemerintah No.18 tahun 1981:
BAB III

BEDAH MAYAT ANATOMIS

Pasal 5

Untuk bedah mayat anatomis diperlukan mayat yang diperoleh dari rumah sakit dengan

memperhatikan syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 huruf a dan c.

Pasal 6

Bedah mayat anatomis hanya dapat dilakukan dalam bangsal anatomi suatu fakultas

kedokteran.
Peraturan Pemerintah No.18 tahun 1981:
Pasal 7

Bedah mayat anatomis dilakukan oleh mahasiswa fakultas kedokteran dan sarjana

kedokteran dibawah pimpinan dan tanggung jawab langsung seorang ahli urai.

Pasal 8

Perawatan mayat sebelum, selama, dan sesudah bedah mayat anatomis dilaksanakan

sesuai dengan masing-masing agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa

dan diatur oleh Menteri Kesehatan.


UU nomor 36 tahun 2009 pasal 122 ayat 2
Tentang Kesehatan
Bedah mayat forensik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan oleh dokter ahli forensik, atau oleh
dokter lain apabila tidak ada dokter ahli forensik dan
perujukan ke tempat yang ada dokter ahli forensiknya
tidak dimungkinkan
EKSHUMASI
TIM PENGAMPU MATA KULIAH ILMU
KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
Latar Belakang
Eropa Indonesia terungkap setelah exhumatio
Exhumatio dilakukan ?
Mati tidak wajar – keluarga tidak tahu hukum
dikubur.

Mati tidak wajar – keluarga tahu hukumtetap


dikubur, tanpa autopsi. Suatu saat sadar ingin tahu
siapa yang salah, atau kematian yang
disembunyikan, hilang jejak.
Awal tidak mencurigakan, dugaan berikutnya
mencurigakan ?

Suku, agama, ras pegang keyakinan, prinsip dan


kepercayaan
Definisi

Adalah
penggalian kuburan, pengeluaran jenazah dari dalam tanah
setelah penguburan
TUJUAN
Peradilan :
1. Kepentingan penyidikan kepolisian untuk
pemeriksaan jenazah dan pembuatan visum et
repertum
2. Memperoleh informasi baru penyebab
kematian
Non peradilan :
1. Keperluan pembangunan kota
2. Kepentingan penyidikan
3. Permintaan keluarga
4. Investigasi masalah perdata
Prosedur
Exhumatio
Aturan perundang-undangan yang mengatur exhumatio

Pasal 133 Pasal 135


KUHAP KUHAP

Pasal 134
KUHAP
Pasal 222 KUHP
Persiapan dan Pelaksanaan
1. Penutup (bahan apa saja) untuk menutupi kuburan
2. Penutup untuk dokter dan petugas lain
3. Meja untuk otopsi
4. Air
5. Jika dilaksanakan di rumah sakit mayat di bungkus
disegel dan dikirim ke rumah sakit disertai berita acara.
6. Mistar kayu atau meteran dari pita logam 2-5 meter
7. Peralatan fotografi
8. Surat persetujuan dari keluarga yang meninggal
9. Surat pernyataan dari keluarga, juru kubur, petugas
pemerintah dan saksi-saksi lain
10. Surat penyitaan kuburan yang akan digali
11. Surat permintaan visum et repertum
12. Berita acara pembongkaran kuburan
13. Berita acara pemakaman kembali
14. Berita acara penyerahan kembali
kuburan kepada keluarga
15. Peralatan dan sarana lain
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat
pelaksanaan exhumatio
Dihadiri dokter, penyidik, pemuka
masyarakat, pihak keamanan, petugas
pemakaman, penggali kuburan, pihak
keluarga, ahli waris, dan saksi.
Membelakangi arah angin
Pastikan kuburan tersebut yang
memang harus digali.
Contoh tanah perlu diambil
Dibuat foto peti dan foto mayat
sebelum diangkat
Pemeriksaan
1. Di lokasi pemakaman :
- mudah
- cepat
- akurat
- memberi pelayanan
terbaik bagi penyidik
dan keluarga
- ramai
2. Dikamar mayat RS :
- lebih teliti
- tidak ramai
Untuk mendapatkan hasil yang terbaik

1. Dilakukan oleh ahli


kedokteran forensik.
2. Membawa perlengkapan
untuk pemeriksaan
histologik dan toksikologik.
3. Dokumentasi.
Sampel yang di ambil untuk
dianalisa
1. Tanah di atas peti jenazah
2. Tanah di bawah peti jenazah
3. Tanah di dalam peti jenazah
4. Rambut kepala dan rambut pubis
5. Kuku dan gigi
6. Tulang
7. Jantung, lambung,
usus, hati, limpa,
ginjal
Ekshumasi Pati
Lokasi disekitar Ekshumasi
Pengarahan oleh Denpom
Penggalian Makam
Ukuran makam: 238 x 128 x 115 cm
Ukuran peti : 205 x 68 x 36 cm
Jenazah Diatas Meja otopsi
Doa Sebelum Otopsi
Identitas Umum Jenazah
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Umur : ± 25 tahun
• Panjang Badan : 167 cm
Gigi geligi :
rahang bawah kiri: Pada bagian mahkota gigi
seri pertama tampak tidak utuh.
Rongga Dada
Otot dinding dada : Terdapat resapan darah pada otot
dada bagian dalam sisi kanan setinggi iga pertama
sampai iga kelima. Terdapat resapan darah pada otot
dada bagian dalam sisi kiri setinggi iga pertama
sampai iga ketujuh
Rongga Perut:
Hati : warna coklat kehitaman, perabaan kenyal, pada
baga kecil bagian kiri hati tampak warna lebih gelap
Pemulasaraan jenazah kembali
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai