Anda di halaman 1dari 29

EKSHUMASI

Oleh :

HANI ZAHIYYAH S, S.KED – 1518012179


NISRINA PRADYA, S.KED – 1518012139
SEFFIA RIANDINI, S.KED– 1518012162

PRECEPTOR:
dr. JIMS F. POSSIBLE, M. Ked For., Sp. F

KEPANITERAAN KLINIK ILMU FORENSIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA POLDA LAMPUNG
2017
Pendahuluan
• Ekshumasi atau penggalian jenazah merupakan hal yang
tidak asing di Indonesia karena cukup sering dilakukan.
Penggalian jenazah biasanya dilakukan untuk
kepentingan pengadilan guna mencari penyebab
kematian serta memutuskan seseorang bersalah atau
tidak bersalah
studi jejak bukti
toksikologi hilang atau
yang tidak terabaikan
lengkap sebelumnya

analisis luka
kesalahan
yang tidak
identifikasi
benar atau
mayat Permintaan tidak lengkap
dari
penyidik 
ekshumasi
Tujuan Manfaat

• Mengetahui definisi • Menambah ilmu dan


ekshumasi; wawasan penulis dan
• Mengetahui indikasi pembaca;
ekshumasi • Memberikan kontribusi
• Mengetahui prosedur penulisan karya ilmiah
dan aturan-aturan dalam dalam keilmuan
kegiatan ekshumasi; Forensik.
• Mengetahui aspek
hukum dalam ekshumasi.
Definisi
• Ex dalam bahasa latin berarti keluar dan humus
berarti tanah.

• Penggalian mayat (exhumation) adalah


pemeriksaan terhadap mayat yang sudah
dikuburkan daridalam kuburannya yang telah
disahkan oleh hukum untuk membantu
peradilan
Indikasi
Terdakwa telah mengaku dia telah membunuh seseorang dan telah
menguburnya di suatu tempat.

Jenazah setelah dikubur beberapa hari baru kemudian ada kecurigaan


bahwa jenazah meninggal secara tidak wajar.

Atas perintah hakim untuk melakukan pemeriksaan ulang terhadap


jenazah yang telahdilakukan pemeriksaan dokter untuk membuat
visum et repertum.

Penguburan mayat secara ilegal untuk menyembunyikan kematian


atau karena alasan criminal.
Pada kasus dimana sebab kematian yang tertera dalam
surat keterangan kematian tidak jelas dan menimbulkan
pertanyaan seperti keracunan dan gantung diri

Pada kasus dimana identitas mayat yang dikubur tidak


jelas kebenarannya atau diragukan

Pada kasus criminal untuk menentukan penyebab


kematian yang diragukan, misalnya pada kasus
pembunuhan, yang ditutupi seakan bunuh diri
Prosedur ekshumasi
1. Persiapan penggalian kubur
• Surat persetujuan dari keluarga yang meninggal yang
menyatakan tidak berkeberatan bahwa makam atau
kuburan tersebut dibongkar.

• Surat pernyataan dari keluarga, juru kubur, petugas


pemerintah setempat atau saksi-saksi lain yang
menyatakan bahwa kuburan tersebut memang kuburan
dari orang-orang yang meninggal yang dimaksudkan.

• Surat penyitaan dari kuburan yang akan digali sebagai


barang bukti yang dikuasai oleh penyidik (Kepolisian)
untuk sementara.
… Persiapan
• Surat permintaan Visum et Repertum
kepada Dokter pemerintah, Dokter Polri
atau Dokter setempat untuk pemeriksaan
mayat Cq. penggalian kuburan.

• Dokter harus mendapatkan keterangan


lengkap tentang peristiwa kematian
… Persiapan
• harus disiapkan tenda lengkap dengan dinding
penutup, meja pemeriksaan, air wadah, dan
perlengkapan pengangkatan mayat.

• Perlengkapan yang diperlukan dalam penggalian kubur


:
• Kendaraan (disediakan penyidik).
• Perlengkapan untuk melakukan penggalian misalnya
cangkul, ganco, linggis, secrop (disediakan penyidik).
• Perlengkapan untuk melakukan otopsi
Waktu yang baik
• Jika mayatnya masih baru maka di lakukan
secepat mungkin, jika mayatnya sudah
lama atau lebih dari satu bulan dapat dicari
waktu yang tepat untuk penggalian.

• Penetapan batas waktu ekshumasi di India,


Inggris dan Indonesia tidak mempunyai
batas waktu. Di Prancis sekitar 10 tahun,
Skotlandia 20 tahun, Jerman 30 tahun.

• Waktu penggalian dilakukan pada pagi hari


Kehadiran petugas
• Penyidik atau polisi beserta pihak keamanan
• Pemerintah setempat / pemuka masyarakat.
• Dokter beserta pembantunya
• Keluarga korban / ahli waris korban
• Petugas pengamanan/ penjaga kuburan.
• Penggali kuburan

Keamanan
• penyidik harus mengamankan tempat penggalian
dari kerumunan massa
2. Proses penggalian kuburan
• Berita acara pembongkaran kuburan harus dibuat
secara kronologis serta sesuai metode
kriminalistik yang membuat semua kejadian
kejadian sejak pertama kali kuburan itu dibongkar.
Kronologis Berita Acara Ekshumasi
Siapa saja yang hadir di tempat penggalian (nama dan alamat).

Tempat dan alamat penggalian.

Jam berapa dimulai pemeriksaan kuburan (dari luar).

Tanda-tanda yang ada dicatat, misalnya nisan dibuat dari apa, berapa
tingginya dan bagaimana bentuknya.

Identitas, nama, tanggal kematian dan sebagainya.

Keadaan cuaca, mendung, panas dan sebagainya.


Setiap mencapai kedalaman tertentu harus dicatat diukur dengan
mistar dan difoto. Misalnya jam 09.30 mencapai kedalaman 1 meter.

Keadaan tanah , komposisi tanah, pasir, tanah liat warna merah atau
coklat dan sebagainya.
Pada jam berapa mencapai papan penutup liang lahat atau peti mayat
dan sebagainya dan pada kedalaman berapa meter jangan lupa selalu
dibuat fotonya.
Jam berapa peti mayat atau papan penutup diangkat, atau bila tidak
ada peti, jenazah diangkat dari liang lahat.

Bagaimana keadaan jenazah, posisi mayat, keadaan kain kafan dan lain
lain.

Barang barang yang ditemukan.

Saat dokter mulai mengadakan pemeriksaan (autopsi) sampai selesai.


Pemeriksaan mayat
• Pemeriksaan mayat mayat sebaiknya dilakukan ditempat
penggalian agar mempermudah penguburan kembali
Pemeriksaan luar Pemeriksaan dalam

• Label mayat • Pembukaan jaringan kulit dan


• Tutup dan pengbungkus mayat otot
• Pakaian • Pembukaan rongga tubuh, dapat
• Perhiasan dilakukan dengan dua metode
yaitu insisi I dan insisi Y
• Tanda – tanda kematian
• Pengeluaran organ dalam tubuh,
• Identifikasi umum : usia, jenis
dapat dilakukan dengan teknik :
kelamin, TB
• Teknik Virchow, yang paling
• Identifikasi khusus : tato, tahi
sering dilakukan dengan
lalat, kelainan bawaan
ketelitian yang lebih rendah.
• Pemeriksaan local : kepala,
• Teknik Rokitansky
rambut, mata, telinga,
mulut, leher, dada, perut, • Teknik Letulle
ekstremitas, alat kelamin, • Teknik Gohn
punggung dan dubur.
• Pemeriksaan luka
Otopsi pada ekshumasi
Identifikasi (setiap hal harus direkam atau dibuat
dokumentasi)
• Batu nisan.
• Gambaran kuburan.
• Berat, jenis kelamin, jaringan parut, sidik jari dan lain-lain.
• Jika identitas jenazah telah diketahui maka tahap identifikasi ini
tidak perlu dilakukan.

Penyebab kematian

• Lakukan foto rontgen atas tubuh jenazah.


• Tubuh jenazah harus di foto.
• Autopsi seluruh tubuh harus dilakukan dan jaringan tubuh di
ambil untuk pemeriksaan histologi, lalu diawetkan. Pengawet
terbaik adalah alkohol.
• Semua jaringan harus dikirim untuk diperiksa. Pada kasus-kasus
ekshumasi sebaiknya disimpan semua jaringan, juga semua cairan
dari kubur, rambu, kuku dan kulit.
Teknik otopsi

Teknik • Setelah dilakukan pembukaan rongga tubuh,


organ-organ dikeluarkan satu persatu dan
Virchow langsung diperiksa.

• Setelah rongga tubuh dibuka, organ dilihat


Teknik dan diperiksa dengan melakukan beberapa
irisan in situ, baru kemudian seluruh organ-
Rokitansky organ tersebut dikeluarkan dalam kumpulan-
kumpulan organ (en bloc).
Teknik • Setelah rongga tubuh dibuka, organ
leher, dada, diafragma dan perut
Letulle dikeluarkan sekaligus (en masse)

Teknik • Setelah rongga tubuh dibuka, organ


leher dan dada, organ pencernaan
bersama hati dan limpa, organ
Ghon urogenital diangkat keluar sebagai 3
kumpulan organ (bloc).
3. Penyerahan ke Penyidik
• Tahapan teknis yang terakhir dari ekshumasi
adalah dilakukan penyerahan kembali ke penyidik
bahwa pemeriksaan terhadap jenazah telah selesai.

• Dimana selanjutnya akan dibuat:


• Berita acara pemakaman kembali.
• Berita acara penyerahan kembali kuburan kepada
keluarga.
• Dan yang kemudian selanjutnya jenazah yang
telah diotopsi dimakamkan kembali.
Aspek hukum
KUHAP Pasal 135
• Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan perlu
melakukan penggalian mayat, dilaksanakan menurut ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat 2 dan pasal 134
ayat 1 undang-undang ini.Dalam penjelasan pasal 135 KUHAP
ini lebih lanjut disebut : yang dimaksud dengan “penggalian
mayat” termasuk pengambilan mayat dari semua jenis tempat
dan penguburan.

KUHAP Pasal 133 ayat 2


• Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat
1 dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan
dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat
dan atau pemeriksaan bedah mayat.
KUHAP Pasal 134 ayat 1
• Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk
keperluan pembuktian bedah mayat tidak
mungkin lagi dihindari, penyidik wajib
memberitahukan terlebih dahulu kepada
keluarga korban.

KUHAP Pasal 136


• Semua biaya yang dikeluarkan untuk
kepentingan pemeriksaan sebagaimana
dimaksud dalam bagian kedua BAB XIV
ditanggung oleh Negara.
KUHAP Pasal 7 ayat 1 h
• Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya
dengan pemeriksaan perkara.

KUHAP Pasal 180


• Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan
yang timbul di sidang pengadilan, hakim ketua sidang dapat minta
keterangan ahli dan dapat pula minta agar diajukan bahan baru
oleh yang berkepentingan.

• Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau


penasihat hukum terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) hakim memerintahkan agar hal itu
dilakukan penelitian ulang.

• Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan


penelitian ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2)
KUHP pasal 222
• Barang siapa dengan sengaja
mencegah, menghalangi, atau
menggagalkan pemeriksaan mayat
untuk pengadilan dihukum dengan
penjara selama-lamanya 9 bulan atau
denda sebanyak- banyaknya tiga
ratus ribu rupiah.
Kesimpulan
• Penggalian mayat merupakan suatu tindakan medis terhadap
mayat yang sudah dikubur yang dilakukan atas dasar
undang – undang dalam rangka pembuktian suatu
tindakan pidana dengan menggali kembali jenazah yang
sudah dikuburkan dan berdasarkan izin dari keluarga korban.

• Indikasi dilakukan penggalian mayat biasanya berkaitan


dengan tindak pidana, dimana diperlukan keterangan
mengenai penjelasan yang masih kabur bagi penyidik
ataupun pengadilan.

• Prosedur penggalian mayat diatur dalam KUHAP, dalam


pasal 135 dan disini terkait pada pasal 133, 134, dan 136
KUHAP. Dan bagi yang menghalangi atau menolak bantuan
pihak peradilan dapat dikenakan sanksi hukum seperti
tercantum dalam pasal 222 KUHP.
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai