Anda di halaman 1dari 27

REFERAT

IDENTIFIKASI, TKP, DAN EKSHUMASI


Disusun Oleh :
Ismanu Aji 1102016092
Shintadewi Rachmah S 1102016206

Pembimbing :
dr. Suryo Wijoyo, Sp. KF, MH

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN FORENSIK


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BEKASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 3 JANUARI – 22 JANUARI 2022
BAB 1
PENDAHULUAN

Identifikasi Tempat Kejadian Ekshumasi


forensik Perkara (TKP) Prosedur yang
upaya yang Tempat dimana dilakukan dengan
dilakukan untuk terjadinya suatu tindak persetujuan pihak
membantu pidana, ditemukannya berwenang dalam
penyidik korban dan atau penggalian jenazah
menentukan ditemukannya barang yang telah
identitas bukti yang dimakamkan untuk
seseorang. berhubungan dengan pemeriksaan
tindak pidana postmortem.
tersebut.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Identifikasi Identifikasi seorang individu adalah


2.1.1 Definisi pengenalan individu berdasarkan ciri-ciri
Identifikasi atau sifat-sifat yang membedakan dari
individu lain

Identifikasi pada jenazah yang dikenal


bisa dilakukan oleh polisi dan keluarga
sebelum dilakukan pemeriksaan.
2.1.2 Dasar Identifikasi
2.1.2 Dasar Identifikasi
2.1.2 Jenis dan Metode Identifikasi

a. Pemeriksaan Fisik.
Jenis identifikasi
b. Pemeriksaan sidik jari
c. Penentuan golongan
Identifikasi Identifikasi Orang Hidup darah
Jenazah/Sisa-sisa d. Ciri-ciri tubuh tertentu
manusia e. Fotografi
f. Benda-benda milik
Khusus Umum pribadi
a. Pemeriksaan sidik jari a. Kerangka manusia atau
b. Pemeriksaan golongan darah bukan
c. Tanda-tanda b. Penentuan jumlah korban
pekerjaan/kebiasaan c. Penentuan jenis kelamin
d. Gigi-geligi d. Perkiraan tinggi badan
e. Warna kulit, mata, rambut e. Perkiraan umur
f. Cacat, kelainan bawaan f. Penentuan ras
g. Tato
h. Kelainan patologis
Metode identifikasi

Metode visual
Dilakukan oleh pihak keluarga atau rekan dekatnya yaitu dengan
memperhatikan korban secara teliti, terutama bagian wajah, maka
identitas korban dapat diketahu

Pakaian
Dengan melakukan pencatatan yang teliti pakaian, bahan yang
digunakan, mode, dan adanya ciri tulisan/gambar, seperti merek
pakaian, penjahit, laundry, dan inisial nama dapat memberikan
informasi yang berharga, tentang pemilik pakaian tersebut.
Metode identifikasi

Serologi
Merupakan sampel darah yang dapat diambil dari dalam tubuh
korban, maupun bercak darah yang berasal dari bercak-bercak
pada pakaian

Perhiasan
Antara lain anting-anting, kalung, gelang serta cincin yang ada pada
tubuh korban
Metode identifikasi

Dokumen
Berupa Kartu Tanda Penduduk, Surat Izin Mengemudi, paspor, kartu
golongan darah, tanda pembayaran, dan

Medis
pemeriksaan fisik keseluruhan meliputi bentuk tubuh, tinggi, berat badan,
warna mata, adanya cacat tubuh, kelainan bawaan, jaringan parut bekas
operasi, dan tato dapat membantu menentukan identitas korban
Metode identifikasi

Gigi
ciri khusus seseorang, sedemikian khususnya sehingga dapat dikatakan
tidak ada gigi atau rahang yang identik pada dua orang berbeda

Sidik jari
Tidak ada dua orang mempunyai sidik jari yang sama, walaupun orang
kembar, sehingga sidik jari merupakan sarana penting bagi kepolisian
dalam mengetahui identitas seseorang.

Eksklusi
Metode yang hanya digunakan untuk kasus bencana massal yang
banyak membawa korban
Metode identifikasi

Gambar 1. Dermatoglifi
2. TEMPAT KEJADIAN PERKARA
2.1.1 DEFINISI TEMPAT KEJADIAN
PERKARA

Peraturan Kepolisian No.Pol : JUKNIS/01/II/1982


Tempat Kejadian Perkara adalah tempat dimana terjadinya suatu
tindak pidana atau akibat yang ditimbulkannya
2.1.2 BARANG BUKTI FORENSIK

Barang bukti yang dapat ditemukan di TKP

Bukti lisan : Bukti fisik :


Pernyataan saksi mata • Obyek : Rekaman digital, jejak
roda, kaki, dokumen tertulis
• Biometrik : Sidik jari, gigi geligi.
• Biologis : Darah, rambut, cairan
tubuh
2.1.3 PERANAN DOKTER FORENSIK

Dokter ahli forensik dapat memberikan bantuannya dalam


hubungannya dengan proses peradilan dalam hal:
• Pemeriksaan di tempat kejadian perkara . Hal ini
biasanya dimintakan oleh pihak yang berwajib.

• Pemeriksaan terhadap korban yang luka oleh ahli forensik


Hal ini bertujuan untuk mengetahui:
- Ada atau tidaknya tanda penganiayaan.
- Menentukan ada atau tidaknya kejahatan atau pelanggaran kesusilaan.
- Untuk mengetahui umur seseorang.
- Untuk menentukan kepastian seorang bayi yang meninggal dalam
kandungan seorang ibu.
Laporan Hasil Pemeriksaan TKP
Kesimpulan pada visum TKP harus berisi:

Sebab akibat luka


Dari pemeriksaan luka dapat disimpulkan benda yang
Perkiraan saat kematian mengakibatkan luka:
Ditentukan berdasarkan : • Karena persentuhan benda tumpul
• Lebam mayat (livor mortis) • Karena persentuhan benda tajam
• Kaku mayat (rigor mortis) • Karena tembakan
• Penurunan suhu tubuh (algor • Ledakan granat dan sebagainya
mortis)
• Pembusukan (decomposition) Sebab kematian (cause of death) hanya dapat ditentukan
• Umur larva lalat yang ditemukan secara pasti dengan pemeriksaan luar dan dalam, jadi tubuh
dalam jenazah. mayat mutlak harus diotopsi.

Cara Kematian (manner of death)


Ekshumasi
Definisi

Ekshumasi menurut prinsip pelaksanaan


Ekshumasi adalah menggali kembali ekshumasi di Indonesia meliputi
kuburan atau makam orang yang pembongkaran makam secara resmi atas
sudah meninggal untuk dilakukan permintaan penyidik, dimana pemeriksaan
dapat dilakukan di pinggir makam atau di
pemeriksaan postmortem. tempat lain

Dokter yang menyaksikan pembongkaran


makam harus sama dengan dokter yang akan
memeriksa jenazah, dan jenazah yang telah
diperiksa harus dikembalikan lagi ke makam
yang sama.
Tujuan Ekshumasi

Tujuan Umum (Non Forensik / Non Tujuan Khusus (Medikolegal /


Pengadilan) Pengadilan)
• Terkait kebijakan • Untuk mengetahui penyebab
penguasa/pemerintahan kematian, apabila hasil otopsi
setempat, misalnya pemindahan awal meragukan.
tempat pemakaman • Penyelidikan legal terhadap
• Tujuan akademis, misalnya untuk kematian akibat pembunuhan dan
mempelajari pola penyakit diracun
• Klaim asuransi jiwa pada kasus
sakit dan kecelakaan
• Dugaan malpraktik
• Jenazah yang disengketakan dan
lain-lain
Indikasi Ekshumasi

Pada kasus penyebab kematian Pada kasus identitas jenazah Pada kasus dengan
yang tertera di dalam surat yang telah dimakamkan perlu kecurigaan bahwa jenazah
keterangan kematian dibuktikan kebenarannya meninggal secara tidak wajar
(death certificate) tidak jelas

Pada kasus ekshumasi atas perintah Otopsi awal yang telah


Terdapat barang bukti
hakim untuk dilakukan dilakukan dinilai tidak
forensik yang tertinggal dan
pemeriksaan ulang terhadap memadai.
ikut terkubur dengan
jenazah yang telah diperiksa dokter jenazah
untuk membuat visum et repertum

Terdapat informasi baru yang tidak


ditemukan pada saat otopsi
Tatalaksana
Prosedur ekshumasi dibagi menjadi :

Persiapan Penggalian Kuburan

Pelaksanaan Penggalian Kuburan


Persiapan Penggalian Kuburan
Persiapan Penggalian Kuburan

- Surat persetujuan dari keluarga dan surat pernyataan dari keluarga, juru kubur,
petugas pemerintah setempat/saksi – saksi lain
- Surat penyitaaan dari kuburan yang akan digali sebagai barang bukti
- Surat permintaan Visum et Repertum
- Berita acara pembongkaran kuburan
- Peralatan dan sarana lain yang diperlukan

Pelaksanaan Penggalian Kuburan

- Perlu dihadiri dokter, penyidik, pemuka masyarakat setempat, pihak keimanan, petugas
pemakaman dan penggalian kuburan
- Memastikan kuburan yang harus digali dengan kehadiran pihak keluarga/ahli waris/saksi
- Sebelum penggalian, sekitar kuburan harus ditutup tabir
Pelaksanaan Penggalian Kuburan
- Mencatat kronologis acara pembongkaran kuburan
- Pertimbangkan melakukan pemeriksaan di tempat/dirumah sakit

Penyerahan ke Penyidik

- Akan dibuat berita acara pemakaman Kembali dan berita acara penyerahan
Kembali kuburan kepada keluarga
Aspek Medikolegal
KUHP
Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat meminta
Pasal 120 pendapat orang ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus
Ayat 1

KUHP Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan perlu


melakukan penggalian mayat, dilaksanakan menurut ketentuan
Pasal 135 sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (2) dan pasal 134
ayat (1) undang-undang ini
Sesuai dengan KUHAP pasal 134 ayat 1, penyidik wajib untuk memberitahukan terlebih
dahulu kepada keluarga korban. Apabila keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan
maksud dan tujuan ekshumasi dengan sejelas-jelasnya pada KUHAP pasal 134 ayat 2.

Jika setelah itu keluarga korban tetap keberatan, tetapi ekshumasi harus dilakukan karena
terkait tindak pidana, maka keluarga korban dapat diancam pidana atau denda sesuai pasal
222 KUHP karena secara sengaja menghalangi pemeriksaan mayat untuk pengadilan
hukum.

Pada kondisi keluarga tidak memberikan tanggapan atau keluarga tidak ditemukan dalam waktu 2
hari, maka ekshumasi dapat tetap dilakukan. Apabila ekshumasi dan otopsi bertujuan untuk
kepentingan peradilan, maka biaya yang dikeluarkan ditanggung oleh negara sesuai dengan
KUHAP pasal 136
Kesimpulan
• Identifikasi forensik merupakan usaha untuk mengetahui
identitas seseorang yang ditujukan untuk kepentingan
forensik, yaitu kepentingan proses peradilan.
• Dokter forensik berperan penting dalam olah TKP dan
proses peradilan oleh karena itu penting untuk menguasai
hal yang berkaitan dengan olah TKP terutama dalam aspek
medis.
• Ekshumasi biasanya dilakukan untuk identifikasi ulang
jenazah dan mencari penyebab kematian jenazah yang
belum jelas, setelah mendapat izin dari pihak yang telah
ditetapkan oleh negara.
Daftar Pustaka
1. Dahlan, Sofwan. 2005. Identifikasi Forensik. Dalam Ilmu Kedokteran Forensik. Semarang: Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro.
2. Trisnadi S, Dahlan S. 2019. Identifikasi. Dalam Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Sultan Agung
3. Amir, A. 2007. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik ed 2. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, Medan.
4. Idris M, dr., Tjiptomartono A. L, dr. 2008. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Proses Penyidikan. Jakarta : Sagung Seto.
5. Asyhadie Z. 2018. Aspek Aspek Hukum Kesehatan di Indonesia. Pedoman Penatalaksanaan Identifikasi Korban Mati Pada Bencana
Masal. Depok : Rajawali Pers. Hal 163
6. Aflanie I, Nirmalasari, N, Arizal M. 2017. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. PT Rajagrafindo Persada. Depok
7. Reddy N, Murty O. 2014. Identification on The Essentials of Forensics Medicine and Toxicology 33 rd Edition. Jaypee Brothers Medical
Publishers: India. P 57 – 1103
8. Abbasi S, Rasouli M. 2007. Dermatoglyphic pattern on fingers and gynecological cancers. European Journal of Obstetrics and
Gynecology and Reproductive Biology.
9. Badan Diklat Kejaksaan. Modul Kedokteran Forensik : Olah TKP dari Aspek Medis. RI. Jakarta : 2019.
10. Arsian B, Sagiroglu S. Fingerprint Forensics in Crime Scene: A Computer Science Approach. International Journal Of Information
Security Science Vol.8 (4). 2019
11. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No 12 Tahaun 2011 tentang Kedokteran Kepolisian.
12. Hoediyanto H, Hariadi A. Penggalian Jenazah (Exhumation). Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Kedelapan. Surabaya:
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK Unair; 2012. p. 196.
13. Ingale D, Bagali MA, Bhuyyar C, Hibare SR. Profile of exhumations and autopsy on exhumed dead body or human remains : A
retrospective study. 2016;9:47–52.
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai