Pembimbing :
dr. Suryo Wijoyo, Sp. KF, MH
a. Pemeriksaan Fisik.
Jenis identifikasi
b. Pemeriksaan sidik jari
c. Penentuan golongan
Identifikasi Identifikasi Orang Hidup darah
Jenazah/Sisa-sisa d. Ciri-ciri tubuh tertentu
manusia e. Fotografi
f. Benda-benda milik
Khusus Umum pribadi
a. Pemeriksaan sidik jari a. Kerangka manusia atau
b. Pemeriksaan golongan darah bukan
c. Tanda-tanda b. Penentuan jumlah korban
pekerjaan/kebiasaan c. Penentuan jenis kelamin
d. Gigi-geligi d. Perkiraan tinggi badan
e. Warna kulit, mata, rambut e. Perkiraan umur
f. Cacat, kelainan bawaan f. Penentuan ras
g. Tato
h. Kelainan patologis
Metode identifikasi
Metode visual
Dilakukan oleh pihak keluarga atau rekan dekatnya yaitu dengan
memperhatikan korban secara teliti, terutama bagian wajah, maka
identitas korban dapat diketahu
Pakaian
Dengan melakukan pencatatan yang teliti pakaian, bahan yang
digunakan, mode, dan adanya ciri tulisan/gambar, seperti merek
pakaian, penjahit, laundry, dan inisial nama dapat memberikan
informasi yang berharga, tentang pemilik pakaian tersebut.
Metode identifikasi
Serologi
Merupakan sampel darah yang dapat diambil dari dalam tubuh
korban, maupun bercak darah yang berasal dari bercak-bercak
pada pakaian
Perhiasan
Antara lain anting-anting, kalung, gelang serta cincin yang ada pada
tubuh korban
Metode identifikasi
Dokumen
Berupa Kartu Tanda Penduduk, Surat Izin Mengemudi, paspor, kartu
golongan darah, tanda pembayaran, dan
Medis
pemeriksaan fisik keseluruhan meliputi bentuk tubuh, tinggi, berat badan,
warna mata, adanya cacat tubuh, kelainan bawaan, jaringan parut bekas
operasi, dan tato dapat membantu menentukan identitas korban
Metode identifikasi
Gigi
ciri khusus seseorang, sedemikian khususnya sehingga dapat dikatakan
tidak ada gigi atau rahang yang identik pada dua orang berbeda
Sidik jari
Tidak ada dua orang mempunyai sidik jari yang sama, walaupun orang
kembar, sehingga sidik jari merupakan sarana penting bagi kepolisian
dalam mengetahui identitas seseorang.
Eksklusi
Metode yang hanya digunakan untuk kasus bencana massal yang
banyak membawa korban
Metode identifikasi
Gambar 1. Dermatoglifi
2. TEMPAT KEJADIAN PERKARA
2.1.1 DEFINISI TEMPAT KEJADIAN
PERKARA
Pada kasus penyebab kematian Pada kasus identitas jenazah Pada kasus dengan
yang tertera di dalam surat yang telah dimakamkan perlu kecurigaan bahwa jenazah
keterangan kematian dibuktikan kebenarannya meninggal secara tidak wajar
(death certificate) tidak jelas
- Surat persetujuan dari keluarga dan surat pernyataan dari keluarga, juru kubur,
petugas pemerintah setempat/saksi – saksi lain
- Surat penyitaaan dari kuburan yang akan digali sebagai barang bukti
- Surat permintaan Visum et Repertum
- Berita acara pembongkaran kuburan
- Peralatan dan sarana lain yang diperlukan
- Perlu dihadiri dokter, penyidik, pemuka masyarakat setempat, pihak keimanan, petugas
pemakaman dan penggalian kuburan
- Memastikan kuburan yang harus digali dengan kehadiran pihak keluarga/ahli waris/saksi
- Sebelum penggalian, sekitar kuburan harus ditutup tabir
Pelaksanaan Penggalian Kuburan
- Mencatat kronologis acara pembongkaran kuburan
- Pertimbangkan melakukan pemeriksaan di tempat/dirumah sakit
Penyerahan ke Penyidik
- Akan dibuat berita acara pemakaman Kembali dan berita acara penyerahan
Kembali kuburan kepada keluarga
Aspek Medikolegal
KUHP
Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat meminta
Pasal 120 pendapat orang ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus
Ayat 1
Jika setelah itu keluarga korban tetap keberatan, tetapi ekshumasi harus dilakukan karena
terkait tindak pidana, maka keluarga korban dapat diancam pidana atau denda sesuai pasal
222 KUHP karena secara sengaja menghalangi pemeriksaan mayat untuk pengadilan
hukum.
Pada kondisi keluarga tidak memberikan tanggapan atau keluarga tidak ditemukan dalam waktu 2
hari, maka ekshumasi dapat tetap dilakukan. Apabila ekshumasi dan otopsi bertujuan untuk
kepentingan peradilan, maka biaya yang dikeluarkan ditanggung oleh negara sesuai dengan
KUHAP pasal 136
Kesimpulan
• Identifikasi forensik merupakan usaha untuk mengetahui
identitas seseorang yang ditujukan untuk kepentingan
forensik, yaitu kepentingan proses peradilan.
• Dokter forensik berperan penting dalam olah TKP dan
proses peradilan oleh karena itu penting untuk menguasai
hal yang berkaitan dengan olah TKP terutama dalam aspek
medis.
• Ekshumasi biasanya dilakukan untuk identifikasi ulang
jenazah dan mencari penyebab kematian jenazah yang
belum jelas, setelah mendapat izin dari pihak yang telah
ditetapkan oleh negara.
Daftar Pustaka
1. Dahlan, Sofwan. 2005. Identifikasi Forensik. Dalam Ilmu Kedokteran Forensik. Semarang: Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro.
2. Trisnadi S, Dahlan S. 2019. Identifikasi. Dalam Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Sultan Agung
3. Amir, A. 2007. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik ed 2. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, Medan.
4. Idris M, dr., Tjiptomartono A. L, dr. 2008. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Proses Penyidikan. Jakarta : Sagung Seto.
5. Asyhadie Z. 2018. Aspek Aspek Hukum Kesehatan di Indonesia. Pedoman Penatalaksanaan Identifikasi Korban Mati Pada Bencana
Masal. Depok : Rajawali Pers. Hal 163
6. Aflanie I, Nirmalasari, N, Arizal M. 2017. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. PT Rajagrafindo Persada. Depok
7. Reddy N, Murty O. 2014. Identification on The Essentials of Forensics Medicine and Toxicology 33 rd Edition. Jaypee Brothers Medical
Publishers: India. P 57 – 1103
8. Abbasi S, Rasouli M. 2007. Dermatoglyphic pattern on fingers and gynecological cancers. European Journal of Obstetrics and
Gynecology and Reproductive Biology.
9. Badan Diklat Kejaksaan. Modul Kedokteran Forensik : Olah TKP dari Aspek Medis. RI. Jakarta : 2019.
10. Arsian B, Sagiroglu S. Fingerprint Forensics in Crime Scene: A Computer Science Approach. International Journal Of Information
Security Science Vol.8 (4). 2019
11. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No 12 Tahaun 2011 tentang Kedokteran Kepolisian.
12. Hoediyanto H, Hariadi A. Penggalian Jenazah (Exhumation). Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Kedelapan. Surabaya:
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK Unair; 2012. p. 196.
13. Ingale D, Bagali MA, Bhuyyar C, Hibare SR. Profile of exhumations and autopsy on exhumed dead body or human remains : A
retrospective study. 2016;9:47–52.
Terima
Kasih