Pembimbing:
Disusun oleh :
2
KATA P ENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas refarat sebagai salah satu syarat tugas untuk
mengikuti ujian di Kepaniteraan Klinik Senior Departemen Ilmu Forensik RSUD Deli
Serdang Lubuk Pakam.
Pada kesempatan kali ini, izinkan saya untuk mengucapkan terima kasih kepada
pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan refarat yang berjudul
“Indetifikasi Tulang Belulang ” ini, terutama kepada pembimbing saya yaitu dr. H.
Mistar Ritonga, M.H (Kes),Sp. FM(K)
Semoga refarat ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua baik sekarang
maupun dihari yang akan datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
3.1 Kesimpulan................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
memperkirakan waktu kematian, penyebab kematian dan riwayat penyakit dahulu
atau luka yang saat hidup menimbulkan jejas pada struktur tulang.3,5
Identifikasi adalah proses pengenalan atau penetapan suatu benda mati dan
mahkluk hidup. Manusia sehari-hari dapat mengenali dan menamai suatu objek
dikarenakan sudah mengidentifikasinya terlebih dahulu melalui kelima indra yang
dimilikinya. Proses tersebut dapat terjadi dikarenakan suatu objek memiliki ciri-
ciri yang dapat dibedakan dengan objek lainnya. Identifikasi dapat diterapkan
pada berbagai disiplin ilmu, yang salah satunya adalah kedokteran forensik.
Identifikasi dalam kedokteran forensik merupakan upaya membantu penyidik
untuk menentukan identitas seseorang.5
3
Tulang/kerangka merupakan bagian tubuh manusia yang cukup keras, tidak
mudah mengalami pembusukan. Jaringan lunak pembungkus tulang akan mulai
mengalami pemusukan dan menghilang pada sekitar 4 minggu setelah kematian.
Pada masa ini tulang masih menunjukkan kesan ligamentum yang masih melekat
disertai bau busuk. Setelah 3 bulan, tulang kelihatan berwarna kuning. Setelah 6
bulan, tulang tidak lagi mempunyai kesan ligamen dan berwarna kuning
keputihan, serta tidak lagi mempunyai bau busuk. Dengan demikian,
tulang/kerangka merupakan salah satu organ tubuh yang cukup baik untuk
indetifakasi manusia karena selain cukup lama mengalami pembusukan, tulang
juga mempunyai karakteristik yang menonjol untuk indetifikasi.4,5
4
Infans II : tumbuh gigi M1 sampai dengan tumbuh M2 =m13-16 tahun
Juvenis : tumbuh gigi M1 sampai dengan tumbuh M3 = 18-12 tahun
Adultus : M3 sudah tumbuh, tanda pertama keausan gigi (+). Obliterasi
satura mulai. vossifikasi epiphysis selesai = 30 tahun
Maturus : keausan gigi lanjut. Obliterasi sutura lanjut = 50 tahun
Senilis : obliterasi sutura sempurna, kehilangan gigi, tertautnya lobang gigi,
processus alveolaris mulai susut/memendek.1,6
Menurut derajat obliterasi sutura pada cranium.
• 0 = obliterasi belum mulai
• 1 = obliterasi sudah mulai
• 2 = obliterasi sudah mulai separuh
• 3 = obliterasi sudah mulai lebih separuh
• 4 = obliterasi sudah sempurna
Umur menurut tumbuhnya gigi
Gigi Susu
• Gigi seri I bawah : 6 – 8 tahun
• Gigi seri I atas : 7 – 9 tahun
• Gigi seri II bawah : 10 -12 bulan
• Gigi seri II atas : 7 -9 bulan
• Gigi geraham I : 12 -14- bulan
• Gigi taring : 17 – 18 bulan
• Gigi geraham II : 20 30 bulan
Permanen
• M1 gerahan 1 : 6 -7 tahun
• I1 seri 1 : 6 – 8 tahun
• I2 seri : 7 -9 tahun
• P1 premolar 1 : 9 – 11 tahun
• P 2 premolar 2 : 10 12 tahun
• C. Taring : 11 -12 tahun
• M2 geraham 2 : 12 -14 tahun
• M3 geraham 3 : 17 – 25 tahun
5
Umur menurut derajat keausan gigi
• 0 tidak terlihat keuasan apa-apa
• 1 enamel aus sedikit, tapi benjolan kunyah positif
• 2 pada beberapa tempat telah terlihat dentin berwarna kuning
• 3 seluruh permukaan enamel telah aus / kuning
• 4 sebagian besar mahkota gigi aus sampai ke leher gigi.
Perkiraan umur dari tulang panjang, Dapat dilihat dari penyatuan epiphysisnya.
Epiphysis dari os femur, tibia, fibula
• Diaphysis masih terpisah dari tulang : < 18 tahun
• Diaphysis masih terlihat seperti garis : 17 -18 tahun
• Diaphysis sudah bersatu sempurna : > 18 tahun
Distal epiphysis dari os radius dan ulna
• Terpisah seluruhnya : 18 – 19 tahun
• Sebagian terpisah, sebagian bersatu : 18 -19 tahun
• Bersatu membentuk garis : 19 -20 tahun
• Bersatu sempurna : > 20 tahun
head of humerus
• Diaphysis terpisah seluruhnya : < 20 tahun
• Sebagian terpisah, sebagian bersatu : 19 – 20 tahun
• Bersatu membentuk garis : 20 -21 tahun
• Bersatu sempurna : > 21 tahun
2.1.4 Penentuan Jenis kelamin
1. Menurut KROGMAN :
Dari tulang pelvis : 95 %
Dari tulang tengkorak : 92 %
Dari tulang pelvis dan tengkorak : 98 %
Dari tulang panjang : 80-85 %
Dari tulang panjang dan pelvis : 98 %
Bila tulang – tulang kecil dengan sidik jari DNA.1,7
2. Penentuan jenis kelamin dari tulang tengkorak
6
Tengkorak pria: Lebih besar, lebih berat, tulang lebih tebal, tonjolan
tonjolan lebih jelas.
Tulang dahi: Pria lebih miring, wanita tegak lurus
Cavum Orbita : laki laki petak, perempuan oval.
Rahang bawah: Angulus mandibula pd pria < 90°, Angulus mandibula
pd wanita > 90°.
3. Menurut Acsadi dan Nemeskeri
Penilaian : Nilai 2 s/d + 2
o Hiper Feminim – 2
o Feminim -1
o Netral 0
o Hiper masculin +2
o Masculin +1
o Netral 0
4. Penentuan jenis kelamin dari tulang tulang panjang
Bentuk anatomis Os. Humerus
• Os Femur :
7
Lebih kasar Lebih halus
Caucasoid Mongoloid
Agak lebar d
Muka Relatif sempit
Tulang meno
8
• Berpori – pori yang merata dan rapuh > 3 tahun.1
2.4.3 Penentuan ruda paksa / deformitas tulang
• Perubahan pada warna tulang.
• Melihat penyumbuhan fraktur ( callus )
• Radio grafik
Radiopositas pada ujung fraktur meningkat : ante mortem
• Perwarnaan air tanah pada ujung fraktur
Ujung fraktur lebih gelap atau hampir sama : ante mortem
Ujung fraktur lebih pucat : post mortem. 1
2.4.4 Penentuan Sebab kematian
Agak sulit ditentukan, namun bila dijmpai adanya fraktur pada cranium
dapat diarahkan penyebab kematian, serta bneda yang dimakan , mis :
• Dipukul dengan benda tumpul ( fraktur kompresi )
• Kasus KLL ( fraktur linier)
• Berbentuk corong : akibat peluru
• Benda tajam ( infraktur bercelah )
Pada kasus – kasus keracunan logam berat
Mis : arsen : dengan GUTZEIT TEST.1
Ada begitu banyak hal yang dapat diungkap dari pemeriksaan terhadap
tulang/ kerangka, dan kenyataannya bahwa tinggi badan memiliki peranan penting
dalam sebuah proses identifikasi. Pengetahuan indetifikasi terhadap tulang sangat
berperan tidak hanya pada saat organ tubuh hanya tinggal tulang-belulang saja,
tetapi banyak hal yang dapat diungkap dari tulang / kerangka tersebut pada saat
masih dibaluti oleh jaringan otot, tendon dan kulit. Diantara hal yang dapat di
ungkapkan pada saat tulang terbalut jaringan lunak, adalah pengukuran panjang
dari tulang-tulang panjang untuk mengukur tinggi badan, perkiraan usia korban
juga dapat dilakukan dengan melihat gambaran garis epifise. Hal tersebut tentunya
dapat dilakukan dengan mengukur tulang secara lansung pada organ tersebut
ataupun dengan mengukur panjangnya organ dan melihat garis epifise melalui
pemeriksaan radiologis.2,5
9
Indetifikasi tulang belulang atau bagian potongan tulang maupun bagian
tulang belulang yang masih dibaluti sebagian atau seluruh jaringan kulit yang
diakibatkan oleh kasus mutilasi, gigitan binatang buas, maupun akibat lainnya
sebaiknya tidak menggunakan satu prosedur pemeriksaan indetifikasi, sangat
disarankan agar semaksimal mungkin menggunakan berbagai metode indetifikasi
yang ada sehingga kesimpulan yang diperoleh dapat maksimal. Dalam penentuan
tinggi badan juga sebaiknya demikian agar hasil maksimal maka disarankan untuk
menggunakan seluruh bagian sisa jaringan yang ada menggunakan berbagai
metode/ formula pengukuran yang ada.2,5
BAB III
KESIMPULAN
10
Identifikasi dalam kedokteran forensik sendiri dapat dibagi dua yaitu
identifikasi pada orang hidup dan jenazah. Identifikasi orang hidup adalah proses
pengenalan seseorang berdasarkan ciri-ciri yang berbeda dengan orang lain.
Sedangkan identifikasi pada jenazah dilakukan pada korban atau jenazah tidak
dikenali yang sudah membusuk, utuh dan tidak utuh. Pemeriksaan pada
identifikasi jenazah secara umum yaitu kerangka manusia atau bukan, penentuan
jenis kelamin, perkiraan tinggi badan, perkiraan umur, dan penentuan ras.
Ada begitu banyak hal yang dapat diungkap dari pemeriksaan terhadap
tulang/ kerangka, dan kenyataannya bahwa tinggi badan memiliki peranan penting
dalam sebuah proses identifikasi. Pengetahuan indetifikasi terhadap tulang sangat
berperan tidak hanya pada saat organ tubuh hanya tinggal tulang-belulang saja,
tetapi banyak hal yang dapat diungkap dari tulang / kerangka tersebut pada saat
masih dibaluti oleh jaringan otot, tendon dan kulit. Diantara hal yang dapat di
ungkapkan pada saat tulang terbalut jaringan lunak, adalah pengukuran panjang
dari tulang-tulang panjang untuk mengukur tinggi badan, perkiraan usia korban
juga dapat dilakukan dengan melihat gambaran garis epifise.
DAFTAR PUSTAKA
11
1. Parinduri AG. Identifikasi Tulang Belulang. Departemen Forensik
2018;1(1):1-13. http://jurnal.umsu.ac.id/index.php/AMJ/index.
2015.
doi:10.4324/9781315642031
2005.
Age related changes of rib cortical bone matrix and the application to
doi:10.1038/s41598-021-81342-0
7. Siregar FM, Elnas M. Korelasi antara panjang tulang sternum dengan tinggi
badan berdasarkan jenis kelamin pada ras mongoloid usia 18-45 tahun di
12