Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN KASUS

KORBAN PEMBUNUHAN AKIBAT KEKERASAN BENDA TAJAM

Diajukan Untuk Memenuhi dan Melengkapi


Persyaratan Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik RS Bhayangkara Semarang

Pembimbing :

dr. Maryono, Sp.F

Oleh :
LDeo Dwi Insani E 30101206838
Hanny Fuzi Lestari 30101206635
Veradita Dharmayanti K 30101206740
Defi Muliyah 012116359

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2017

1
LEMBAR PENGESAHAN

Telah dipresentasikan pada


Hari, tanggal : April 2017

LAPORAN KASUS
KORBAN PEMBUNUHAN AKIBAT KEKERASAN BENDA TAJAM

Disusun oleh :
LDeo Dwi Insani E 30101206838
Hanny Fuzi Lestari 30101206635
Veradita Dharmayanti K 30101206740
Defi Muliyah 012116359

Telah disetujui dan disahkan :


Pembimbing

dr. Maryono, Sp.F

2
KATA PENGATAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan karunia
dan rahmatNya sehingga laporan kasus yang berjudul Otopsi dapat diselesaikan dengan
baik dan tepat pada waktunya.

Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal di RS Bhayangkara Semarang periode 10 April 2017
6 Mei 2017. Selain itu diharapkan dengan adanya laporan kasus ini dapat memberikan
pengetahuan tambahan bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca bagi umumnya.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya atas
bantuan dan bimbinganyang telah diberikan dalam menyusun laporan kasus ini, kepada :
1. dr. Maryono, Sp.F selaku pembimbing.

2. DR.dr. Sofwan Dahlan, Sp.F (K); DR.dr. Setyo Trisnadi, Sp.KF; dr. Ratna Relawati,
Sp.KF, Msi ; dr Istiqomah, Sp.KF,MH selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik.
3. Staf pengajar kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RS
Bhayangkara Semarang
4. Rekan-rekan yang telah membantu sehingga laporan ini terselesaikan

Penyusun menyadari bahwa laporan kami jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membagun sehingga laporan kasus ini jadi lebih
baik.
Akhir kata semoga laporan kasus Otopsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Terima kasih.

Semarang, April 2017

Penyusun

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... 1

HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... 2

KATA PENGANTAR.. 3

DAFTAR ISI................................................................................................... 4

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 6

2.1. Tanatologi................................................................................. 6

2.1.1. Definisi ......................................................................... 6

2.1.2. Jenis - Jenis Kematian .................................................. 6

2.1.3. Manfaat Tanatologi ...................................................... 7

2.1.4. Diagnosa Kematian dari Perubahan Cepat ................... 7

2.1.5. Perubahanperubahan yang Terjadi Setelah Kematian 8

2.1.6. Perubahan Mata ............................................................ 8

2.1.7. Perubahan Kulit ............................................................ 10

2.1.8. Penurunan Suhu Tubuh. 10

2.1.9. Lebam Mayat. 13

2.1.10. Kaku Mayat... 17

2.1.11. Pembusukan.. 23

2.1.12. Penyabunan... 30

2.1.13. Mumifikasi 31

BAB III LAPORAN KASUS ........................................................................ 40

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 41

DOKUMENTASI ............................................................................................ 42

4
BAB I
PENDAHULUAN

Tanatologi adalah ilmu yang mempelajari tanda tanda kematian dan perubahan yang
terjadi setelah seseorang mati serta faktor yang mempengaruhinya. Tanatologi merupakan
ilmu paling dasar dan paling penting dalam ilmu kedokteran kehakiman terutama dalam hal
pemeriksaan jenazah (visum et repertum).
Pada tanatologi dipelajari perubahan-perubahan pada manusia setelah meninggal
dunia. Perubahan perubahan yang terjadi setelah kematian dibedakan menjadi dua yaitu
perubahan yang terjadi secara cepat (early) dan perubahan yang terjadi secara lambat (late).
Perubahan yang terjadi secara cepat antara lain henti jantung, henti nafas, perubahan pada
mata, suhu dan kulit. Sedangkan perubahan yang terjadi secara lanjut antara lain kaku mayat,
pembusukan, penyabunan dan mummifikasi.
Kepentingan mempelajari tanatologi adalah untuk menentukan apakah seseorang
benar benar sudah meningal atau belum, menetapkan waktu kematian, sebab kematian, cara
kematian, dan mengangkat atau mengambil organ untuk kepentingan donor atau transplantasi
dan untuk membedakan perubahan-perubahan yang terjadi post mortal dengan kelainan-
kelainan yang terjadi pada waktu korban masih hidup.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Tanatologi adalah ilmu yang mempelajari tanda tanda kematian dan perubahan
yang terjadi setelah seseorang mati serta faktor yang mempengaruhinya. Tanatologi
merupakan ilmu paling dasar dan paling penting dalam ilmu kedokteran kehakiman
terutama dalam hal pemeriksaan jenazah (visum et repertum).

2.2 Jenis-Jenis Kematian


Jenis kematian ada 3 yaitu :
a. Mati klinis / somatis
- Proses kematian yang hanya dapat dilihat secara mikroskopis karena terjadi
gangguan pada sistem pernafasan, kardiovaskuler, dan persarafan yang bersifat
menetap.
- Ditandai dengan tidak adanya gerakan, refleks-refleks, EEG mendatar selama
5 menit, serta tidak berfungsinya jantung dan paru-paru.
- Organ organ belum tentu mati, masih bisa dimanfaatkan untuk transplantasi.
- Definisi ini yang sering dianut oleh orang awam.
b. Mati seluler / molekuler
- Proses kematian sel/ jaringan setelah mati klinis.
- Waktu kematian tiap jaringan / organ berbeda. Otak merupakan organ yang
paling sensitif yaitu sekitar 3-5 menit. Jaringan otot akan mengalami mati
seluler setelah 4 jam dan kornea masih dapat diambil dalam jangka waktu 6
jam setelah seseorang dinyatakan mati somatis.
- Penentuan mati seluler ini terutama penting dalam hal transplantasi organ.
c. Mati cerebral
- Yaitu proses kematian yang ditandai dengan tidak berfungsinya otak dan
susunan saraf pusat. Definisi ini adalah definisi yang diakui oleh WHO.
- Kerusakan batang otak : pernafasan berhenti namun masih bisa dipertahankan
dengan ventilator.

6
2.3 Manfaat Tanatologi
Kepentingan mempelajari tanatologi adalah untuk menetapkan :
a. Waktu kematian
b. Sebab kematian pasti
Contoh : keracunan CO akan terdapat kulit merah terang (terjadi perubahan warna
kulit)
c. Cara kematian (homocide, suicide, accident)
d. Transplantasi (donor organ)
Syarat:
- Ada izin dari korban/ keluarganya
- Sudah meninggal

2.4 Diagnosa Kematian dari Perubahan Cepat


Untuk mendiagnosa perubahan cepat dari kematian digunakan beberapa alat antara
lain stetoskop, lampu senter, palu reflek, EEG, dan ECG. Prinsipnya adalah mendeteksi
traktus respiratorius dan denyut jantung.
Beberapa tes yang dapat digunakan adalah :
a. Tes kardiovaskuler.
1. Magnus test.
Karena jantung berhenti maka sirkulasi juga berhenti. Caranya dengan
mengikat/menutup ujung jari korban dengan karet, lalu dilepaskan, maka tidak
tampak adanya perubahan warna dari pucat menjadi merah.
2. Diaphonos test.
Caranya dengan menyinari ibu jari korban dengan lampu senter dan tidak
terlihat ada sirkulasi (warna merah terang).
3. Fluorescin test.
Caranya dengan menyuntikkan zat warna fluorescin maka zat warna fluorescin
akan terlokalisir di tempat suntikan karena tidak ada aliran darah.
4. Tes lilin.
Bagian tubuh korban ditetesi lilin cair maka tidak akan terjadi vasodilatasi
(hiperemi) sebagai reaksi terhadap rangsang panas karena sirkulasi tidak ada.
5. EKG dan Stetoskop.
b. Tes pernafasan.
1. Kaca.

7
Tidak tampak uap air ketika kaca diletakkan di depan hidung atau mulut korban.
2. Bulu-bulu halus.
Tidak terdapat reaksi bersin/ geli ketika bulu-bulu halus diletakkan di depan
hidung korban.
3. Winslow test
Dilakukan pada orang yang pernafasannya agonal (tinggal satu-satu nafasnya)
dengan cara menempatkan cermin di dada korban dan disinari dengan lampu
senter. Bila bernafas maka sinar lampu senter akan ikut bergerak dengan syarat
pemeriksa tidak boleh bergerak. Atau bisa menggunakan baskom berisi air yang
akan bergerak bila ada pergerakan di dada.
4. Stetoskop.
c. Tes Saraf
1. Memeriksa reflex : reflex kornea
2. EEG

2.5 Perubahan-perubahan yang Terjadi Setelah Kematian


Ada 2 fase perubahan post mortem yaitu fase cepat (early) dan fase lambat (late).
Perubahan cepat (early) :
- Tidak adanya gerakan.
- Jantung tidak berdenyut (henti jantung).
- Paru-paru tidak bergerak (henti nafas).
- Kulit dingin dan turgornya menurun.
- Mata tidak ada reflek pupil dan tidak bergerak.
- Suhu tubuh sama dengan suhu lingkungan lebam mayat (post mortal lividity).
- Lebam mayat.
Perubahan lambat (late) ;
- Kaku mayat (post mortal rigidity).
- Pembusukan (decomposition).
- Penyabunan (adipocere).
- Mummifikasi.

2.6 Perubahan Mata


Perubahan mata setelah kematian dapat berupa :

8
- Hilangnya refleks kornea, refleks konjungtiva, dan refleks cahaya.
- Kornea menjadi pucat / opaque / keruh.
- Kelopak mata biasanya tertutup setelah kematian karena kekakuan primer dari otot
tetapi kekakuan otot biasanya sukar untuk membuat mata menutup menjadi lengkap
sehingga akan tampak sklera, sel debris, mukus dan debu dalam beberapa jam
kematian, menjadi merah kecoklatan dan kemudian menjadi hitam (Taches Noire De
La Sclerotique). Kecepatan kekeruhan dipengaruhi oleh :
Waktu kematian keadaan matanya menutup atau membuka (bila menutup maka
kekeruhan lambat terjadi, tapi bila membuka, maka kekeruhan akan cepat terjadi
akibat kontak dengan luar).
Kelembapan udara (bila lembab maka kekeruhan lambat, bila kering / angin
kencang maka kekeruhan cepat terjadi).
Keadaan korban sebelum mati (bila sakit mata maka kekeruhan akan cepat
terjadi).
Faktor faktor penyebab kematian lainnya seperti :
Apoplaxia (perdarahan karena hipertensi) akan tampak kornea terang
karena terjadi perdarahan retina.
Keracunan sianida dan CO maka kekeruhan akan cepat terjadi.
Kematian kurang dari 1 jam, otot otot mata masih hidup sehingga bisa
ditetesi atropin akan terjadi midriasis pupil.
- Tekanan intraokuler tidak ada. Tekanan intraokuler menurun dengan cepat setelah
kematian tergantung dari tekanan darah arteri. Bola mata menjadi lunak dan
cenderung untuk masuk ke dalam fossa orbital. Kekakuan bola mata dapat dengan
mudah ditentukan dengan perabaan. Bila jantung berhenti berdetak, tekanan
menurun sekitar setengah sampai satu jam setelah kematian dan menjadi nol setelah
2 jam setelah kematian.
- Kadar kalium yang tinggi karena cairan bola mata keluar (jumlah kalium yang
keluar berhubungan dengan waktu kematian).
- Kedudukan pupil. Walaupun iris berespon terhadap kimia beberapa jam setelah
kematian, refleks cahaya menghilang segera saat nukleus batang otak mengalami
iskemik. Iris mengandung jaringan otot yang banyak sehingga kehilangan tonus
dengan cepat dan iris biasanya relaksasi.

9
- Perubahan pembuluh darah retina melalui pemeriksaan ophtalmoskop retina akan
dapat menentukan satu tanda pasti kematian awal. Setelah mati, aliran darah
pembuluh darah retina menjadi segmen seiring dengan tekanan darah yang hilang
menyebabkan aliran darah terbagi menjadi beberapa segmen.

2.7 Perubahan Kulit


Perubahan yang terjadi pada kulit setelah kematian dapat berupa :
- Kulit menjadi pucat. Karena sirkulasi darah berhenti setelah kematian, darah
merembes keluar dari pembuluh darah kecil sehingga kulit tampak pucat. Kulit
menjadi pucat, bewarna putih abu dan kehilangan elastisitasnya.
Pada kasus kematian berhubungan dengan spasme agonal dan terdapatnya sumbatan
pada pembuluh darah balik karena tekanan pada leher atau karena asfiksia traumatic,
wajah tetap berwarna merah kebiruan selama beberapa saat setelah kematian. Warna
kekuningan pada kulit karena menderita sakit kuning, warna pink kemerahan karena
keracunan HCN atau CO biasanya tetap ada selama beberapa saat setelah kematian.
- Elastisitas (turgor) kulit menurun sampai menghilang.
Sehingga bisa menetapkan apakah luka pada tubuh korban didapat intravital atau
post mortem, yaitu :
Luka pada intravital akan berbekas dengan ukuran lebih kecil daripada ukuran
senjata, dermis berwarna merah, antara epidermis dan dermis masih ada
perekatnya.
Luka post mortem membekas dengan ukuran lebih besar daripada ukuran
senjata, bahkan menganga, dermis pucat, epidermis lebih mudah mengelupas.
- Pada kasus tenggelam, kulit tangan keriput (washer woman hand).
Jika terjadi pada ujung jari saja maka kematian 4 jam yang lalu.
Jika terjadi pada telapak tangan dan seluruh jari maka kematian 24 jam yang
lalu.
Jari tangan yang sudah terlepas digunakan untuk sidik jari.

2.8 Penurunan Suhu Tubuh (Algor Mortis / Post Mortem Cooling)


Penurunan suhu mayat atau algor mortis akan terjadi setelah kematian dan berlanjut
sampai tercapai keadaan dimana suhu mayat sama dengan suhu lingkungan. Berdasarkan
penelitian, kurva penurunan suhu mayat akan berbentuk kurva sigmoid, dimana pada jam

10
jam penurunan suhu akan berlangsung lambat, demikian pula bila suhu tubuh mayat
telah mendekati suhu tubuh lingkungan.
Bila telah dicapai suatu keadaan yang dikenal sebagai temperatur gradient, yaitu suatu
keadaan dimana telah terdapat perbedaan suhu yang bertahap di antara lapisan lapisan
yang menyusun tubuh, maka penyaluran panas dari bagian dalam tubuh ke permukaan
dapat berjalan dengan lancar.
Kini penentuan suhu rektal kerap kali sangat berguna dalam investigasi kematian yang
mencurigakan, kecuali dimana tampak luar mengindikasikan bahwa tubuh sudah
didinginkan oleh suhu sekitarnya.
Hal ini juga harus dititikberatkan bahwa kegunaan dari perkiraan temperatur ini menetap
pada iklim dengan suhu dingin dan menengah dimana tubuh kehilangan panasnya secara
lama sebagaimana halnya keseimbangan pada temperatur lingkungan, sedangkan pada
daerah tropis, penurunan suhu tubuh post mortem dapat minimal atau bahkan tidak ada
pada iklim yang sangat panas sekali, mayat mungkin dapat menghangat setelah mati.
Saat mati, setelah waktu yang tidak lama, tubuh mulai kehilangan panasnya. Temperatur
lazim pada tubuh dewasa sehat adalah antara 98,4 derajat Fahrenheit, atau saat dipastikan
melalui mulut adalah sekitar 99 derajat Fahrenheit, dan pada axilla sekitar 97 derajat
fahrenheit. Temperatur juga dapat menunjukkan variasi waktu yang berbeda selama tiap
harinya. Temperatur akan lebih rendah pada pagi hari dan akan lebih tinggi pada sore
hari. Latihan akan meningkatkan temperatur tubuh namun ini akan menurun menjadi
normal dalam setengah jam kemudian.

Faktor yang mempengaruhi penurunan suhu mayat :

- Temperatur dari tubuh saat mati.


Dalam beberapa kasus, seperti kematian karena asfiksia, emboli lemak dan air, heat
stroke, beberapa infeksi, reaksi obat, perdarahan cerebral, atau saat tubuh ditinggalkan
berada di dekat api atau saat tubuh berada dalam bak mandi hangat, maka temperatur
akan meningkat. Sebaliknya penyakit degenerasi seperti cholera, gagal jantung
kongestif, paparan terhadap suhu dingin, perdarahan banyak, maka temperatur akan
menurun.
- Perbedaan temperatur tubuh dan lingkungan.
Pada daerah dingin, penurunan suhu paling sedikit 1,5 derajat Fahrenheit per jam dan
pada daerah tropis, penurunan suhu paling sedikit 0,75 derajat Fahrenheit per jam.

11
Selain itu, didalam air, kehilangan suhu melalui konduksi dan konveksi. Pada kasus
udara, kehilangan suhu dapat melalui konduksi (saat bagian dari badan bersentuhan
dengan tanah atau suatu material), konveksi (evaporasi dari cairan tubuh) dan
sebagian radiasi. Pada kasus yang dikubur, penurunan hanya melalui konduksi.
Disamping itu, penguburan pada tanah berbatu kering akan mempertahankan panas
tubuh lebih lama dibanding terkena udara dan tubuh yang dilempar ke timbunan
sampah atau comberan, suhunya akan lebih cepat turun sedikit dibanding dibiarkan di
udara terbuka. Flora normal atau belatung dapat meningkatkan temperatur tubuh.
- Keadaan fisik tubuh serta adanya pakaian atau penutup mayat.
Tebalnya jaringan lemak dan jaringan otot serta ketebalan pakaian yang menutupi
tubuh mayat akan mempengaruhi kecepatan penurunan suhu.
Konduksi dan konveksi secara signifikan diturunkan oleh adanya pakaian. Pakaian
yang terbuat dari sutera, wol, atau serat sintetik berperan dalam menurunkan suhu.
Pakaian basah akan mempercepat pendinginan karena terdapat uptake panas untuk
evaporasi.
- Ukuran tubuh.
Anak anak dan orang dewasa dengan badan kecil akan mengalami pendinginan yang
lebih cepat daripada orang dewasa yang berukuran lebih besar. Jumlah dari lemak
subkutan dan lemak preperitoneal berperan dalam menentukan cepat lambatnya
proses pendinginan. Tubuh seorang yang kurus akan lebih cepat mendingin karena
luas permukaan tubuhnya yang kecil dan kurangnya lemak.
- Aliran udara dan kelembapan.
Udara disekitar tubuh bertindak sebagai medium pemindah suhu. Dalam beberapa
kondisi, udara hangat biasanya menyelimuti permukaan tubuh dengan demikian akan
memblok perubahan temperatur. Pergerakan udara pada permukaan tubuh membawa
udara dingin yang mempunyai kontak langsung pada tubuh yang mendorong
hilangnya panas. Udara yang lembab akan mengalirkan panas lebih cepat dibanding
yang kering.
- Post mortem caloricity.
Adalah kondisi dimana terjadi peningkatan temperatur tubuh sesudah mati sebagai
pengganti akibat pendinginan tubuh tersebut. Walaupun proses glikogenolisis post
mortem yang berlangsung pada kebanyakan tubuh sesudah mati, dapat memproduksi
kira kira 140 kalori yang akan meningkatkan suhu tubuh temperatur 2 derajat
celcius.

12
Rumus perkiraan saat kematian berdasarkan penurunan suhu mayat pada suhu
lingkungan sebesar 70 derajat Fahrenheit (21 derajat celcius), adalah sebagai berikut :
Saat Kematian = 98,6 o F Suhu Rektal
1,5

Secara umum 1,5 o F / 1 o C per jam, teori lain : 0,8 o F per jam. 1,5 o F / 1 o C per jam 6
jam pertama, 1 o F jam 6 kedua, 0,6 o F per jam 6 jam ketiga, setelah 12 jam mencapai
suhu sama dengan suhu lingkungan (untuk kulit). Sedangkan untuk organ organ dalam
: 24 jam baru bias sama dengan suhu lingkungan. Bila tenggelam / dalam air : 6 jam
sudah mencapai suhu lingkungan.

2.9 Lebam Mayat (Livor Mortis / Post Mortem Hypostasis)


Lebam mayat atau livor mortis adalah salah satu tanda postmortem yang cukup jelas.
Biasanya disebut juga post mortem hypostasis, post mortem lividity, post mortem
staining, sugillations, vibices, dan lain lain. Kata hypostasis itu sendiri mengandung
arti kongesti pasif dari sebuah organ atau bagian tubuh.
Lebam terjadi sebagai akibat pengumpulan darah dalam pembuluh pembuluh darah
kecil, kapiler, dan venula, pada bagian tubuh yang terendah. Dengan adanya penghentian
dari sirkulasi darah saat kematian, darah mengikuti hukum gravitasi. Kumpulan darah ini
bertahan sesuai pada area terendah pada tubuh, memberi perubahan warna keunguan atau
merah keunguan terhadap area tersebut. Darah tetap cair karena adanya aktivitas
fibrinolisin yang berasal endotel pembuluh darah.
Timbulnya livor mortis mulai terlihat dalam 30 menit setelah kematian somatis atau
segera setelah kematian yang timbul sebagai bercak keunguan. Bercak kecil ini akan
semakin bertambah intens dan secara berangsur angsur akan bergabung selama
beberapa jam kedepan untuk membentuk area yang lebih besar dengan perubahan warna
merah keunguan. Kejadian ini akan lengkap dalam 6 -12 jam. Sehingga setelah melewati
waktu tersebut, tidak akan memberikan hilangnya lebam mayat pada penekanan.
Sebaliknya, pembentukan livor mortis ini akan menjadi lambat jika terdapat anemia,
kehilangan darah akut, dan lain lain.
Besarnya lebam mayat bergantung pada jumlah dan keenceran dari darah. Darah akan
mengalami koagulasi spontan pada semua kasus sudden death dimana otopsi dilakukan
antara 1 jam. Koagulasi spontan ini mungkin akan hilang paling cepat 1,5 jam setelah
mati. Tidak adanya fibrinogen pada darah post mortem akan menyebabkan tidak

13
terjadinya koagulasi spontan. Fibrinolisin didapatkan dari darah post mortem hanya
bertindak pada fibrin, bukan pada fibrinogen. Fibrinolisin bertindak dengan mengikatkan
dirinya pada bekuan yang baru dibentuk dan kemudian akan lepas menjadi cairan
bersama bekuan yang hancur. Fibrinolisin dibentuk oleh sel endotel dalam pembuluh
darah.
Distribusi lebam mayat bergantung pada posisi mayat setelah kematian. Dengan posisi
berbaring terlentang, maka lebam akan jelas pada bagian posterior bergantung pada
areanya seperti daerah lumbal, posterior abdomen, bagian belakang leher, permukaan
ekstensor dari anggota tubuh atas, dan permukaan fleksor dari anggota tubuh bawah.
Area area ini disebut juga areas of contact flattening. Dalam kasus gantung diri, lebam
akan terjadi pada daerah tungkai bawah, genitalia, bagian distal tangan dan lengan. Jika
penggantungan ini lama, akumulasi dari darah akan membentuk tekanan yang cukup
untuk menyebabkan ruptur kapiler subkutan dan membentuk perdarahan petekiae pada
kulit. Dalam kasus tenggelam, lebam biasa ditemukan pada wajah, bagian atas dada,
tangan, lengan bawah, kaki dan tungkai bawah karena pada saat tubuh mengambang,
bagian perut lebih ringan karena akumulasi gas yang cukup banyak kuat dibanding
melawan kepala atau bahu yang lebih berat. Ekstremitas badan akan menggantung secara
pasif. Jika tubuh mengalami perubahan posisi karena adanya perubahan aliran air, maka
lebam tidak akan terbentuk.
Lebam mayat lama kelamaan akan terfiksasi oleh karena adanya kaku mayat. Pertama
tama karena ketidakmampuan darah untuk mengalir pada pembuluh darah menyebabkan
darah berada dalam posisi tubuh terendah dalam beberapa jam setelah kematian.
Kemudian saat darah sudah mulai terkumpul pada bagian bagian tubuh, seiring terjadi
kaku mayat. Sehingga hal ini menghambat darah kembali atau melalui pembuluh
darahnya karena terfiksasi akibat adanya kontraksi otot yang menekan pembuluh darah.
Selain itu dikarenakan bertimbunnya sel sel darah dalam jumlah cukupbanyak sehingga
sulit berpindah lagi.
Biasanya lebam mayat berwarna merah keunguan. Warna ini bergantung pada tingkat
oksigenisasi sekitar beberapa saat setelah kematian. Perubahan warna lainnya dapat
mencakup:

- Cherry pink atau merah bata (cherry red) terdapat pada keracunan oleh
carbonmonoksida atau hydrocyanic acid.

14
- Coklat kebiruan atau coklat kehitaman terdapat pada keracunan kalium chlorate,
potassium bichromate atau nitrobenzen, aniline, dan lain lain.
- Coklat tua terdapat pada keracunan fosfor.
- Tubuh mayat yang sudah didinginkan atau tenggelam maka lebam akan berada
didekat tempat yang bersuhu rendah, akan menunjukkan bercak pink muda
kemungkinan terjadi karena adanya retensi dari oxyhemoglobin pada jaringan.
- Keracunan sianida akan memberikan warna lebam merah terang, karena kadar oksi
hemoglobin (HbO2) yang tinggi.

Perbedaan antara lebam mayat dan memar


Saat pembusukan sudah terjadi, perbedaannya akan semakin sulit karena terjadi
hemolisis darah dan difusi pigmen ke dalam jaringan sekitarnya. Saat pembusukan
berlangsung, lebam akan menjadi gelap, berubah menjadi coklat kemudian hijau sebelum
hilang seiring hancurnya sel darah.

Lebam Mayat Memar


Lokasi Bagian tubuh terbawah Dimana saja
Permukaan Tidak menimbul Bisa menimbul
Batas Tegas Tidak tegas
Warna Kebiru biruan atau merah Diawali dengan merah yang
keunguan, warna spesifik lama kelamaan berubah
pada kematian karena kasus seiring bertambahnya waktu
keracunan
Penyebab Distensi kapiler vena Ekstravasasi darah dari
kapiler
Efek penekanan Bila ditekan akan memucat Tidak ada efek penekanan
Bila dipotong Akan terlihat darah yang Terlihat perdarahan pada
terjebak antara pembuluh jaringan dengan adanya
darah, tetesan akan perlahan koagulasi atau darah cair
lahan yang berasal dari pembuluh
yang ruptur
Mikroskopis Unsur darah ditemukan Unsur darah ditemukan

15
diantara pembuluh darah dan diluar pembuluh darah dan
tidak terdapat peradangan tampak bukti peradangan
Enzimatik Tidak ada perubahan Perubahan level dari enzim
pada daerah yang terlibat
Kepentingan medicolegal Memperkirakan waktu Memperkirakan cedera,
kematian dan posisi saat mati senjata yang digunakan
Tabel 1. Perbedaan antara lebam mayat dan luka memar

Lebam pada organ dalam


Karena lebam terjadi pada daerah yang mengandung pembuluh darah, maka akan
berpengaruh pada organ organ dalam yang mengandung pembuluh darah juga.
Lebam mayat Kongesti
Lokasi Hanya pada organ organ Bisa seluruh atau beberapa
tertentu bagian dari organ tersebut
dipengaruhi oleh patologinya
Penyebab Distensi pasif kapiler vena Berdasarkan patologi
penyakitnya
Bengkak dan oedema Tidak ada Dapat bermakna
Pada penampang potongan Darah mengalir pelan pelan Keluar cairan, tercampur
dari kapiler yang terdistensi dengan darah
Hollow viscus Lambung atau usus saat Lambung atau usus saat
direntangkan akan tampak direntangkan akan tampak
daerah dengan perubahan perubahan warna yang
warna dan tanpa perubahan seragam
warna
Tabel 2. Perbedaan antara lebam mayat dengan proses kongesti pada organ dalam

Aspek Medikolegal Pada Pemeriksaan Lebam Mayat


Kegunaan pemeriksaan lebam mayat :
Dapat memperkirakan saat kematian.
Dapat memperkirakan posisi kematian.
Tanda pasti kematian seluler (mati yang terjadi adalah mati seluler).
Mengetahui adanya manipulasi (perubahan pada jenazah).

16
Dapat mengetahui penyebab kematian.

2.10 Kaku Mayat (Rigor Mortis / Post Mortem Stiffening)


Disebut juga cadaveric rigidity. Kaku mayat atau rigor mortis adalah kekakuan yang
terjadi pada otot yang kadang kadang disertai dengan sedikit pemendekkan serabut
otot, yang terjadi setelah periode pelemasan / relaksasi primer.
Kaku mayat mulai terdapat sekitar 2 jam post mortal dan mencapai puncaknya setelah 10
12 jam post mortal, keadaan ini akan menetap selama 24 jam, dan setelah 24 jam kaku
mayat mulai menghilang sesuai dengan urutan terjadinya, yaitu dimulai dari otot otot
wajah, leher, lengan, dada, perut, dan tungkai.
Kekakuan pertama ditemukan pada otot otot kecil, bukan karena itu terjadi pertama
kali disana, melainkan karena adanya sendi yang tidak luas, seperti contohnya tulang
rahang yang lebih mudah diimobilisasi.
Kelenturan otot setelah kematian masih dipertahankan karena metabolisme tingkat
seluler masih berjalan berupa pemecahan cadangan glikogen otot yang menghasilkan
energi. Energi ini digunakan untuk memecah ADP menjadi ATP. Selama masih terdapat
ATP maka serabut aktin dan miosin tetap lentur. Bila cadangan glikogen dalam otot
habis, maka energi tidak terbentuk lagi, aktin dan miosin menggumpal dan otot menjadi
kaku. Faktor faktor yang mempercepat terjadinya kaku mayat adalah aktifitas fisik
sebelum mati, suhu tubuh yang tinggi, bentuk tubuh yang kurus dengan otot otot kecil
dan suhu lingkungan yang tinggi. Kaku mayat dibuktikan dengan memeriksa persendian.
Kaku mayat mulai tampak kira kira 2 jam setelah mati klinis, dimulai dari bagian luar
tubuh (otot otot kecil) ke arah dalam (sentripetal). Teori lama menyebutkan bahwa
kaku mayat ini menjalar kraniokaudal. Setelah mati klinis 12 jam, kaku mayat menjadi
lengkap, dipertahankan selama 12 jam dan kemudian menghilang dalam urutan yang
sama. Kaku mayat umumnya tidak disertai pemendekan serabut otot, tetapi jika sebelum
terjadi kaku mayat otot berada dalam posisi teregang, maka saat kaku mayat terbentuk
akan terjadi pemendekan otot.
Proses terjadinya kaku mayat dapat melalui beberapa fase :

- Fase pertama
Sesudah kematian somatik, otot masih dalam bentuk yang normal. Tubuh yang mati
akan mampu menggunakan ATP yang sudah tersedia dan ATP tersebut diresintesa
dari cadangan glikogen. Terbentuknya kaku mayat yang cepat adalah saat dimana

17
cadangan glikogen dihabiskan oleh latihan yang kuat sebelum mati, seperti mati saat
terjadi serangan epilepsi atau spasme akibat tetanus, tersengat listrik, atau keracunan
strychnine.
- Fase kedua
Saat ATP dalam otot berada dibawah ambang normal, kaku akan dibentuk saat
konsentrasi ATP turun menjadi 85%, dan kaku mayat akan lengkap jika berada
dibawah 15%.
- Fase ketiga
Kekakuan menjadi lengkap dan irreversible.
- Fase keempat
Disebut juga fase resolusi. Saat dimana kekakuan hilang dan otot menjadi lemas.
Salah satu pendapat terjadinya hal ini dikarenakan proses denaturasi dari enzim pada
otot.
Metode yang sering digunakan untuk mengetahui ada tidaknya rigor mortis adalah
dengan melakukan fleksi atau ekstensi pada persendian tersebut. Beberapa subyek,
biasanya bayi, orang sakit, atau orang tua, dapat memberikan kekakuan yang kurang
dapat dinilai, kebanyakan dikarenakan lemahnya otot mereka.
Kaku menyebar ke seluruh otot dalam beberapa kondisi dapat mencapai nilai maksimum
antara 6 12 jam. Kondisi ini tidak berubah sampai massa otot mulai menjalani autolisis,
dimana akan melemas berangsur angsur kembali seperti periode perubahan awal post
mortem. Kekakuan mayat lengkap dapat terjadi antara 18 36 jam.

Rigor Mortis Pada Jaringan Tubuh


Kekakuan juga terjadi pada seluruh jaringan muskular dan organ sama seperti terjadi
pada otot skelet. Kekakuan dapat terjadi tidak sama pada tiap mata, membuat letak pupil
tidak sama, hal ini memastikan bahwa posisi post mortem menjadi indikator yang tidak
dapat dipercaya pada kondisi toksik atau neurologis selama hidup.
Pada jantung, kekakuan menyebabkan kontraksi ventrikel, yang menyerupai pembesaran
ventrikel kiri, hal ini dapat dihindari dengan pengukuran berat total, menilai ukuran
normal jantung kiri, mengukur ketebalan ventrikel, dan yang paling penting dengan
pembedahan dan membandingkan berat kedua ventrikel.

18
Kekakuan muskulus dartos pada skrotum dapat menghimpit testes dan epididimis,
dimana akan membuat kontraksi serabut otot vesikula seminalis dan prostat
menyebabkan terjadinya ekstrusi semen dari uretra eksterna pada post mortem.
Kekakuan pada muskulus erector pili yang menempel pada folikel rambut dapat
mengakibatkan gambaran dengan elevasi dari folikel rambut (goose flesh appearence).

Proses Biokimiawi yang Terjadi Pada Rigor Mortis


Szent Gyorgi (1947) menemukan bahwa substansi kontraktil essensial pada otot adalah
protein actin dan miosin. Energi ini didapat dengan membagi kompleks fosfat dari ADP
menjadi ATP (Erdos, 1943). Gugus fosfat yang bebas akan membentuk reaksi fosforilasi
yang mengubah glikogen menjadi asam laktat. ADP dibentuk kembali dengan
meresintesa ATP dengan tambahan kreatin fosfat.
Sebagai tambahan untuk persediaan energi, ATP bertanggung jawab terhadap
kekenyalan otot. Asam laktat disaring kembali masuk kedalam peredaran darah dan
kembali ke hati untuk dikonversikan kembali menjadi glikogen. Semua reaksi ini
anaerob dan dapat berlanjut setelah kematian.
Saat hidup, terdapat konsentrasi ATP yang konstan pada jaringan otot, terdapat
keseimbangan antara penggunaan dan resintesis ATP. Saat mati, bagaimanapun reaksi
perubahan ADP menjadi ATP berhenti dan kadar trifosfat berangsur angsur berkurang
dengan akumulasi asam laktat. Sesudah beberapa waktu, bergantung pada temperatur dan
jumlah ATP yang tersisa, aktin dan miosin berikatan, mengakibatkan otot menjadi kaku
sebagai akibat timbulnya kekakuan pada otot (Bate Smith and Bendall, 1947)
Resintesis ATP bergantung pada ketersediaan glikogen, dimana akan dikurangi dengan
adanya aktifitas berat sebelum mati. Secara normal, hal ini muncul pada periode awal
setelah kematian dimana tingkat ATP dipertahankan atau bahkan meningkat sebagai
hasil dari pembebasan fosfat oleh proses glikogenolisis.
Kekakuan dimulai saat konsentrasi ATP turun menjadi 85% dari normal, dan kekakuan
otot akan maksimal saat kadar turun menjadi 15%.
Saat sudah sempurna, kekakuan dipatahkan dengan gerakan memaksa dari anggota
badan atau leher, lalu jika tidak kembali, maka hal ini memudahkan dilakukannya
pekerjaan dalam kamar mayat atau memasukkan ke dalam peti mati. Namun jika
kekakuan tetap terbentuk, maka kekakuan tersebut akan berlanjut pada posisi yang baru
sesuai gerakan terakhir.

19
Kadang, kekakuan dapat membantu memperlihatkan bahwa tubuh telah dipindahkan
antara saat mati dan saat ditemukan.

Faktor yang mempengaruhi kecepatan terjadinya rigor mortis


Sebagai suatu proses kimia, kecepatan dan durasi dari kekakuan dipengaruhi oleh
temperatur. Semakin tinggi suhu lingkungan, akan memperlambat proses ini. Mayat yang
terdapat pada daerah dingin / salju tidak akan mengalami kekakuan bahkan sampai 1
minggu setelah kematian, namun saat mayat tersebut dipindahkan ke tempat yang
hangat, maka dengan cepat akan mengalami kekakuan. Sebaliknya, cuaca panas atau
tropis dapat mempercepat, sehingga kekakuan akan terjadi dalam beberapa jam atau
bahkan kurang. Kekakuan total terbentuk cepat, kemudian akan hilang semenjak hari
pertama terjadinya pembusukan.
Faktor lainnya adalah aktifitas fisik sebelum mati. Ketersediaan glikogen dan ATP dalam
otot adalah elemen terpenting dalam terbentuknya kekakuan. Kerja otot mempengaruhi
interaksi dari substansi tersebut dan dapat mempercepat onset terjadinya kekakuan.
Cadaveric spasme, merupakan bentuk variasi dari kekakuan yang dipercepat.
Kondisi rata rata yang sering dialami pada rigor mortis :
- Jika tubuh mayat terasa hangat dan tidak kaku, maka orang itu sudah mati tidak
sampai 3 jam.
- Jika tubuh mayat terasa hangat dan kaku, maka orang itu sudah mati 3 8 jam
lamanya.
- Jika tubuh mayat terasa dingin dan kaku, maka orang itu sudah mati 8 36 jam
lamanya.
- Jika tubuh mayat terasa dingin dan tidak kaku, maka orang itu sudah mati lebih dari
36 jam.

Faktor yang mempengaruhi onset dan durasi kaku mayat


- Temperatur
Nysten (1811) mengatakan bahwa kekakuan bertahan lama di dalam dingin, udara
lembab dibanding udara kering. Hal ini menyebabkan kenapa onset kekakuan berjalan
lambat dan durasinya berjalan lama pada negara dingin atau cuaca dingin sedangkan
onsetnya cepat dan durasi cepat pada cuaca panas. Hal ini dikarenakan perusakan
ATP lebih cepat pada cuaca panas.

20
- Kondisi fisiologis sebelum mati
Berdasarkan observasi, tubuh seseorang yang kurus atau mati karena penyakit akan
melalui proses yang cepat menuju kekakuan, dimana biasanya dengan durasi yang
cepat. Pada kasus orang yang meninggal karena septicemia, kaku mayat terlihat lebih
dini sejak 3 setengah menit pertama dan hilang pada 15 menit sampai 1 jam, saat
pembusukan dimulai. Pada kematian karena asfiksia, perdarahan hebat, apoplexy,
pneumonia, dan penyakit saraf dengan paralisis otot, maka onset akan lebih lama.
- Kondisi otot sebelum mati
Onset akan berjalan lambat dan durasi berjalan lama pada kasus dimana otot dalam
kondisi sehat sebelum kondisi mati. Onset akan berjalan cepat jika otot berada dalam
kondisi kelelahan. Pada orang yang mati saat lari, kaku akan terbentuk dengan cepat
pada daerah kaki sebelum menuju ke daerah lainnya.
- Pengaruh sistem saraf pusat
Pada saat stres, kaku mayat terjadi karena perubahan kimia yang terjadi pada otot
setelah kematian sebagai bentuk dari aktifitas selular dan enzimatik.
- Umur
Kaku biasanya tidak terjadi pada janin yang tidak lebih dari 7 bulan, tapi masih bisa
ditemukan pada bayi yang cukup bulan. Kaku bisa timbul dan menghilang dengan
sangat dini.

Aspek Medikolegal Pada Rigor Mortis


Kegunaan pemeriksaan kaku mayat :

Tanda pasti kematian.


Dapat memperkirakan waktu / saat kematian.
Dapat memperkirakan / melihat adanya tanda tanda manipulasi.
Dapat memperkirakan penyebab (walaupun sulit).
Dapat memperkirakan posisi.

Bentuk - Bentuk dari Kekakuan yang Menyerupai Rigor Mortis

a. Heat Stiffening
Protein pada otot akan terkoagulasi pada temperatur diatas 149 derajat Fahrenheit
atau 65 derajat celcius. Paparan panas yang kuat seperti terbakar, terekspos listrik
tegangan tinggi, terendam air panas, kekakuan terbentuk lebih kuat dibanding rigor

21
mortis biasa. Pada otopsi, otot dapat tampak menciut dan tampak karbonisasi ke
permukaan. Dibawahnya terdapat daerah pink kecoklatan (cooked meat), dan jika
proses tidak berlanjut sampai bagian bawahnya, tampak otot merah normal.
Pugilistic attitude pada tubuh yang terbakar, disebabkan karena besarnya daerah otot
fleksor dibanding otot ekstensor, yang mana terjadi pemaksaan daerah anggota
badan ke dalam posisi fleksi dan tulang belakang ke dalam posisi opisthotonus.Heat
stiffening ini tidak dapat dipatahkan dengan menggerakan ke arah sikap ekstensi
seperti halnya pada rigor mortis, dan akan menetap sampai timbulnya pembusukan.
b. Cold Stiffening
Penurunan temperatur pada mayat dibawah 3,5 derajat celcius atau 40 derajat
Fahrenheit akan menghasilkan memadatnya lemak subkutan dan otot. Saat tubuh
dibawa untuk dihangatkan, akan timbul true rigor mortis. Pada lingkungan bersuhu
dingin ekstrim, cairan tubuh juga akan membeku termasuk persendian, sehingga bila
sendi ditekuk akan terdengar bunyi pecahnya es dalam rongga sendi. Pada
temperatur yang ekstrim, otot akan mengalami kekakuan yang palsu. Pada udara
yang sangat dingin, saat panas tubuh hilang, otot dapat mengeras karena cairan
tubuh menjadi beku dan memadat, seperti pada daging yang disimpan pada freezer.
Membedakan orang mati karena kedinginan dengan orang yang telah mati sebelum
kedinginan :
Bila orang mati di kutub -> kematian terjadi karena kedinginan. Dingin
membuat suhu tubuhnya menjadi kaku, belum terjadi rigor mortis / kaku
mayat. Sehingga apabila nanti dihangatkan, tubuh mayat akan lemas dan
kemudian terjadi rigor mortis (kaku mayat).
Bila orang yang mati duluan, kemudian dibuang ditempat yang dingin ->
tubuh mayat yang dibuang akan tetap kaku karena udara dingin, tetapi setelah
dihangatkan tubuh mayat akan tetap lemas. Tidak akan terjadi rigor mortis.
c. Cadaveric Spasm
Cadaveric spasm terjadi pada kematian yang disebabkan jika seseorang berada
ditengah aktifitas fisik atau emosi yang kuat, yang kemudian menuntun pada
kekakuan post mortem instan yang sedikit kurang dapat dipahami. Hal ini harus
diawali dengan aktifitas saraf motorik, tetapi beberapa alasan mengatakan terdapat
kegagalan relaksasi normal. Fenomena biasanya terjadi hanya pada 1 daerah otot,
contohnya otot fleksor tangan, dibanding seluruh tubuh. sesungguhnya merupakan
kaku mayat yang timbul dengan intensitas sangat kuat tanpa didahului oleh relaksasi

22
primer. Penyebabnya adakah akibat habisnya cadangan glikogen dan ATP yang
bersifat setempat pada saat mati klinis karena kelelahan atau emosi yang hebat sesaat
sebelum meninggal.
Keuntungannya, kebanyakan penyidik dapat mengetahui saat seseorang diduga mati
dibunuh atau bunuh diri saat melihat tangannya yang menggenggam senjata. Jika
menemukan korban yang tenggelam, atau jatuh dari ketinggian, hal ini memiliki
nilai yang memastikan bahwa orang tersebut masih hidup saat dia jatuh, dengan
demikian hal ini membedakan pada korban post mortem yang dibuang.

Rigor Mortis Cadaveric Spasm


Onset Dikarenakan perubahan otot Keadaan lanjut dari kontraksi
sesudah kematian seluler, otot sesudah mati, dimana
didahului dengan primary otot dalam kondisi mati
flaccidity seketika
Otot yang terlibat Semua otot dalam tubuh Otot tertentu, sesuai keadaan
kontraksi saat mati
Intensity Moderate Sangat kuat
Durasi 12 24 jam Beberapa jam, sampai
digantikan posisinya oleh
rigor mortis
Faktor predisposisi - Rangsangan, ketakutan,
kelelahan
Mekanisme pembentukan Penurunan ATP dibawah Tidak diketahui
level kritis
Hubungan medikolegal Mengetahui waktu kematian Mengetahui cara kematian,
bisa karena bunuh diri,
kecelakaan, atau
pembunuhan
Tabel 3. Perbedaan antara rigor mortis dengan cadaveric spasm

2.11 Pembusukan (Decomposition, Putrefaction)


Merupakan tahap akhir pemutusan jaringan tubuh mengakibatkan hancurnya komponen
tubuh organik kompleks menjadi sederhana. Pembusukan merupakan perubahan lebih

23
lanjut dari mati seluler. Kedua proses ini mengakibatkan dekomposisi seperti di bawah
ini :
a. Autolisis.
Merupakan proses melunaknya jaringan bahkan pada keadaan steril yang
diakibatkan oleh kerja enzim digestif yang dikeluarkan sel setelah kematian dan
dapat dihindari dengan membekukan jaringan. Perubahan autolisis awal dapat
diketahui pada organ parenkim dan kelenjar. Pelunakan dan ruptur perut dan ujung
akhir esofagus dapat terjadi karena adanya asam lambung pada bayi baru lahir
setelah kematian. Pada dewasa juga dapat terlihat.
b. Proses Pembusukan Bakteri.
Merupakan proses dominan pada proses pembusukan dengan adanya
mikroorganisme, baik aerobik maupun anaerobik. Bakteri pada umumnya terdapat
dalam tubuh, akan memasuki jaringan setelah kematian. Kebanyakan bakteri
terdapat pada usus, terutama Clostridium welchii. Bakteri lainnya dapat ditemukan
pada saluran nafas dan luka terbuka. Pada kasus kematian akibat penyakit infeksi,
pembusukan berlangsung lebih cepat. Karena darah merupakan media yang sangat
baik untuk perkembangan bakteri maka organ yang mendapat banyak suplai darah
dan dekat dengan sumber bakteri akan terdapat lebih banyak bakteri dan mengalami
pembusukan terlebih dahulu.
Bakteri menghasilkan berbagai macam enzim yang berperan pada karbohidrat,
protein, dan lemak, dan hancurnya jaringan. Salah satu enzim yang paling penting
adalah lecithin yang dihasilkan oleh Clostridium welchii, yang menghidrolisis
lecithin yang terdapat pada seluruh membran sel termasuk sel darah dan berperan
pada pembentukan hemolisis pada darah post mortem. Enzim ini juga berperan
dalam hidrolisis post mortem dan hidrogenasi lemak tubuh.
Aktifitas pembusukan berlangsung optimal pada suhu antara 70 sampai 100 derajat
Fahrenheit dan berkurang pada suhu dibawah 70 derajat Fahrenheit. Oleh sebab itu,
penyebaran awal pembusukan ditentukan oleh dua faktor yaitu sebab kematian dan
lama waktu saat suhu tubuh berada dibawah 70 derajat Fahrenheit.
c. Perubahan Warna.
Pembusukan diikuti dengan hilangnya kaku mayat, tetapi pada suhu yang sangat
tinggi dan kelembapan tinggi, maka pembusukan terjadi sebelum kaku mayat hilang.
Tanda awal pembusukan adalah tampak adanya warna hijau pada kulit dan dinding
perut depan, biasanya terletak pada sebelah kanan fossa iliaca, dimana daerah

24
tersebut merupakan daerah colon yang mengandung banyak bakteri dan cairan.
Warna ini terbentuk karena perubahan hemoglobin menjadi sulpmethaemoglobin
karena masuknya H2S dari usus ke jaringan. Warna ini biasanya muncul antara 12
18 jam pada keadaan panas dan 1 2 hari pada keadaan dingin dan lebih tampak
pada kulit cerah.
Warna hijau ini akan menyebar ke seluruh dinding perut dan alat kelamin luar,
menyebar ke dada, leher, wajah, lengan, dan kaki. Rangkaian ini disebabkan karena
luasnya distribusi cairan atau darah pada berbagai organ tubuh.
Pada saat yang sama, bakteri yang sebagian besar berasal dari usus, masuk ke
pembuluh darah. Darah didalam pembuluh akan dihemolisis sehingga akan mewarna
pembuluh darah dan jaringan penujang, memberikan gambaran marbled appearence.
Warna ini akan tetap ada sekitar 36 48 jam setelah kematian dan tampak jelas pada
vena superficial perut, bahu dan leher.
d. Pembentukan Gas Pembusukan.
Pada saat perubahan warna pada perut, tubuh mulai membentuk gas yang terdiri dari
campuran gas tergantung dari waktu kematian dan lingkungan. Gas ini akan
terkumpul pada usus dalam 12 24 jam setelah kematian dan mengakibatkan perut
membengkak. Dari 24 48 jam setelah kematian, gas terkumpul dalam jaringan,
cavitas sehingga tampak mengubah bentuk dan membengkak. Jaringan subkutan
menjadi emphysematous, dada, skrotum, dan penis, menjadi teregang. Mata dapat
keluar dari kantungnya, lidah terjulur diantara gigi dan bibir menjadi bengkak.
Cairan berbusa atau mukus berwarna kemerahan dapat keluar dari mulut dan hidung.
Perut menjadi sangat teregang dan isi perut dapat keluar dari mulut. Sphincter
relaksasi dan urine serta feses dapat keluar. Anus dan uterus prolaps setelah 2 3
hari.
Gas terkumpul diantara dermis dan epidermis membentuk lepuh. Lepuh tersebuh
dapat mengandung cairan berwarna merah, keluar dari pembuluh darah karena
tekanan dari gas. Biasanya lepuh terbentuk lebih dahulu dibawah permukaan,
dimana jaringan mengandung banyak cairan karena oedema hipostatik. Epidermis
menjadi longgar menghasilkan kantong berisi cairan bening atau merah muda
disebut skin slippage yang terlihat pada hari 2 3.
Antara 3 7 hari setelah kematian, peningkatan tekanan gas pembusukan
dihubungkan dengan perubahan pada jaringan lunak yang akan membuat perut
menjadi lunak. Gigi dapat dicabut dengan mudah atau keropos. Kulit pada tangan

25
dan kaki dapat menjadi glove and stocking. Rambut dan kuku menjadi longgar dan
mudah dicabut.
5 10 hari setelah kematian, pembusukan bersifat tetap. Jaringan lunak menjadi
masa semisolid berwarna hitam yang tebal yang dapat dipisahkan dari tulang dan
terlepas. Kartilogi dan ligament menjadi lunak.
e. Skeletonisasi.
Skeletonisasi berlangsung tergantung faktor intrinsik dan ekstrinsik dan lingkungan
dari mayat tersebut, apakah terdapat di udara, air, atau terkubur. Pada umumnya
tubuh yang terkena udara mengalami skeletonisasi sekitar 2 4 minggu tetapi dapat
berlangsung lebih cepat bila terdapat binatang seperti semut dan lalat, dapat pula
lebih lama bila tubuh terlindungi contohnya terlindung daun dan disimpan dalam
semak.
Dekomposisi berbeda pada setiap tubuh, lingkungan dan dari bagian tubuh yang satu
dengan yang lain. Terkadang, satu bagian tubuh telah mengalami mumifikasi
sedangkan bagian tubuh lainnya menunjukkan pembusukan. Adanya binatang akan
menghancurkan jaringan luna dalam waktu yang singkat dan dalam waktu 24 jam
akan terjadi skeletonisasi.
f. Pembusukan Organ Dalam.
Perubahan warna muncul pada jaringan dan organ dalam tubuh walaupun prosesnya
lebih lama dari yang dipermukaan. Jika organ lebih lunak dan banyak vascular maka
akan membusuk lebih cepat. Warna merah kecoklatan pada bagian dalam aorta dan
pembuluh darah lain muncul pada perubahan awal. Adanya hemolisis dan difusi
darah akan mewarnai sekeliling jaringan atau organ dan merubah warna organ
tersebut menjadi hitam. Organ menjadi lunak ,berminyak, empuk dan kemudian
menjadi masa semiliquid.

Awal Akhir
Laring dan trakhea Paru paru
Lambung dan usus Jantung
Limpa Ginjal
Omentum dan mesenterium Oesofagus dan diafragma
Hati Kandung kencing
Otak Pembuluh darah

26
Uterus gravid Prostat dan uterus
Tabel 4. Susunan perubahan pembusukan pada organ dalam

Keadaan yang mempengaruhi onset dan lama pembusukan :


a. Faktor Eksogen
1. Temperatur atmosfer.
Temperatur atmosfer lingkungan yang tinggi akan mempercepat pembusukan.
Pada umumnya, proses pembusukan berlangsung optimal pada suhu 70 sampai
100 derajat Fahrenheit dan bila temperatur dibawah 70 derajat Fahrenheit, proses
menjadi lebih lambat, walaupun enzim yang diproduksi bakteri terus berlangsung.
Tubuh yang sudah mati dapat diawetkan selama waktu tertentu dalam lemari
pendingin, salju, dan sebagainya. Pada beberapa kondisi (khususnya pada bulan
musim hujan), warna hijau ditemukan pada mayat setelah 6 12 jam post
mortem.
2. Adanya udara dan cahaya.
Udara sangat mempengaruhi temperatur dan kelembapan yang mengakibatkan
seperti hal diatas. Secara tidak langsung, lalat dan serangga biasanya menghindari
bagian tubuh yang terekspos sinar, cenderung meletakan telurnya pada kelopak
mata, lubang hidung, dan sebagainya.
3. Terbenam dalam air.
Beberapa faktor dapat mempengaruhi proses dekomposisi. Air yang diam atau
mengalir, air laut atau air berpolusi, suhu air, kedalaman air dan lainnya dapat
mempengaruhi pembusukan.
Pembusukan berlangsung lebih lambat di air dibandingkan di udara. Rumus Casper
menyatakan bahwa waktu pembusukan di udara diberi nilai 1, jika di air bernilai 2,
dan pada mayat yang terkubur bernilai 8.
4. Mengapung diatas air.
Biasanya tergantung dari produksi dan akumulasi gas di jaringan dan rongga
tubuh. Gaya gravitasi cadaver lebih besar dari air maka tubuh akan cenderung
tenggelam sampai adanya cukup gas sehingga membuat tubuh mengapung. Maka
dari itu, pembentukan gas akan membantu tubuh untuk naik ke permukaan air.
Beberapa faktor seperti umur, jenis kelamin, pakaian, kondisi tubuh, musim,
keadaan air dapat mempengaruhi waktu mengapung yang berperan dalam proses
pembusukan dan pembentukan gas.

27
Penampakan warna dekomposisi pada permukaan tubuh menjadi kacau dimana
tubuh yang terendam dalam air memiliki postur tertentu yaitu kepala dan wajah
terletak lebih rendah dari bagian tubuh lainnya karena kepala lebih berat dan
padat. Bagian batang tubuh berada paling atas dan anggota gerak tergantung
secara pasif pada posisi yang lebih rendah. Posisi ini menyebabkan darah banyak
menuju kepala dan mempercepat pembusukan.

Dekomposisi dalam air Dekomposisi pada udara


Wajah dan leher Perut
Dada Dada
Bahu Wajah
Lengan Tungkai
Perut Bahu
Tungkai Lengan
Tabel 5. Perbedaan pembusukan dalam air dan pada udara
5. Terkubur dalam tanah.
Pada umumnya tubuh yang terkubur dalam tanah yang dalam akan membusuk
lebih lama daripada tubuh yang terkubur dalam tanah yang dangkal. Pada tubuh
yang terkubur pada tempat yang basah, daerah rawa, tanah liat, maka
pembusukan akan lebih cepat. Pembusukan akan berlangsung lebih lama jika
dikubur di tanah kering, tanah kuburan pada dataran tinggi, atau kuburan yang
dalam. Adanya zat kimia disekitar tubuh, khususnya lemon, akan memperlambat
pembusukan.
Tubuh yang terkubur tanpa pakaian atau kafan pada tanah berpori yang kaya
bahan organik, akan menunjukkan pembusukan yang lebih lama.
Waktu antara saat kematian dengan saat dikuburkan dan lingkungan sekitar tubuh
pada waktu ini akan mempengaruhi proses pembusukan. Semakin lama tubuh
berada di tanah sebelum dikuburkan, maka akan mempercepat pembusukan
khususnya bila tubuh diletakkan pada udara yang hangat.
b. Faktor Endogen
1. Sebab kematian.
Jika seseorang meninggal karena kecelakaan, pembusukan akan berlangsung
lebih lama daripada orang yang meninggal karena sakit. Kematian karena gas

28
gangren, sumbatan usus, bakteriemia / septikemia, aborsi akan menunjukkan
proses pembusukan yang lebih cepat. Racun yang dapat memperlambat
pembusukan yaitu potassium sianida, barbiturat, fosfor, dhatura, strychnine, dan
sebagainya. Pada kasus strychnine, terjadi kejang yang lama dan berulang, proses
pembusukan akan dipercepat, dimana terjadi kejang dengan sedikit kelelahan
otot, pembusukan akan menjadi lebih lama. Keracunan kronis oleh logam akan
memperlambat pembusukan karena memperlambat efek jaringan. Alkoholik
kronik umumnya akan mempercepat pembusukan.
Jika tubuh terurai saat kematian, anggota gerak akan menunjukkan pembusukan
yang lambat, batang tubuh akan membusuk seperti biasa.
2. Kondisi tubuh.
Kelembapan pada tubuh akan menunjang pembusukan. Cairan pada tubuh
manusia kira kira dua per tiga dari berat badan. Maka dari itu pada tubuh yang
mengandung sedikit cairan seperti rambut, gigi, tulang akan memperlambat
pembusukan. Pada kasus dehidrasi akan memperlambat pembusukan. Tubuh yang
sangat kurus akan lebih lambat membusuk dibandingkan dengan tubuh yang
gemuk karena jumlah cairan pada orang yang kurus lebih sedikit.
3. Pakaian pada tubuh.
Pada tubuh yang terpapar udara, pakaian dapat mempercepat pembusukan dengan
menjaga suhu tubuh tetap hangat. Pakaian yang ketat dapat memperlambat
pembusukan karena menekan bagian tubuh sehingga darah sedikit yang
terkumpul pada daerah yang tertekan.
4. Umur dan jenis kelamin.
Tubuh bayi yang baru lahir akan membusuk lebih lambat karena masih steril. Jika
bayi baru lahir tersebut mengalami trauma selama atau setelah lahir atau sudah
mendapat makanan setelah lahir, maka akan membusuk lebih awal. Tubuh anak
anak membusuk lebih cepat daripada orang tua, dimana pada orang tua akan
membusuk lebih lama karena mengandung cairan lebih sedikit.
Jenis kelamin tidak terlalu berpengaruh. Tubuh wanita memiliki lemak yang lebih
banyak yang akan mempertahankan panas lebih lama, yang akan mempercepat
proses pembusukan.

29
2.12 Penyabunan (Saponifikasi)
Dikenal juga sebagai grave wax atau adiposera. Adiposera berasal dari bahasa latin,
adipo untuk lemak dan cera untuk lilin) berwarna utih kelabu setelah meninggal
dikarenakan dekomposisi lemak yang dikarenakan hidrolisis dan hidrogenasi dan lemak
(sel lemak) yang terkumpul di jaringan subkutan yang menyebabkan terbentuknya
lechitinase, suatu enzim yang dihasilkan oleh Clostridium welchii, yang berpengaruh
terhadap jaringan lemak. Dengan demikian akan terbentuk asam asam lemak bebas
(asam palmitat, stearat, oleat), ph tubuh menjadi rendah dan ini akan menghambat
bakteri untuk pembusukan dengan demikian proses pembusukan oleh bakteri akan
terhenti. Tubuh yang mengalami adiposera akan tampak berwarna putih kelabu,
perabaan licin dengan bau yang khas, yaitu campuran bau tanah, keju, amoniak, manis,
tengik, mudah mencair, larut dalam alkohol, panas, eter, dan tidak mudah terbakar, bila
terbakar mengeluarkan nyala kuning dan meleleh pada suhu 200 derajat Fahrenheit.
Faktor faktor yang mempermudah terbentuknya adiposera adalah :
- Kelembapan.
- Lemak tubuh.
Sedangkan yang menghambat adalah air yang mengalir.
Proses pertama saponifikasi terlihat pada lemak subkutan yang berada pada dagu, buah
dada, bokong, dan perut, ini dikarenakan karena area tersebut mempunyai lemak lebih
banyak. Namun proses saponifikasi dapat terjadi di semua bagian tubuh yamg terdapat
lemak. Otot menjadi dehidrasi dan menjadi sangat tipis, berwarna keabu abuan. Organ
organ dalam dan paru paru konsistensinya menjadi seperti perkamen. Secara
histologis, makroskopis organ masih dapat dikenali. Walaupun secara mikroskopis sulit
untuk dikenali.
Walaupun dekomposisi lemak dimulai setelah meninggal, namun seringnya
pembentukan saponifikasi bervariasi dari dua minggu atau dua bulan tergantung faktor
faktor yang mendukung seperti temperatur, pembalseman, kondisi penguburan, dan
barang barang sekitar jenazah. Keuntungan adanya adiposera ini :
- Tubuh korban akan mudah dikenali dan tetap bertahan untuk waktu yang sangat
lama sekali sampai ratusan tahun.
- Dapat pula untuk mengetahui sebab sebab kematian jangka waktu dekat seperti
kecelakaan, namun dapat juga digunakan untuk waktu yang lama.
- Tempat untuk pembuangan tubuh dapat diketahui.

30
- Tanda tanda positif dari kematian dapat diketahui dari kematian sampai beberapa
minggu atau mungkin beberapa bulan.
Lemak tubuh pada waktu meninggal mengandung hanya sekitar 0,5% dari asam lemak
bebas namun sekitar empat minggu setelah kematian dapat meningkat sampai 20% dan
setelah 12 minggu dapat meningkat menjadi 70% bahkan lebih. Pada saat ini adiposera
dapat terlihat dengan jelas berwarna putih keabuan menggantikan jaringan lunak. Pada
awal saponifikasi, dimana belum terlalu jelas terlihat pemeriksaan dapat dengan
menggunakan analisa asam palmitat.
Adiposera dapat diketemukan bercampur dengan dekomposisi yang lain tergantung dari
letak tubuh dan lingkungan yang bervarias, maka salah satu tubuh dapat menjadi
saponifikasi di bagian tubuh yang lain dapat menjadi mumifikasi atau pembusukan.

2.13 Mumifikasi
Perubahan perubahan yang terjadi pada tubuh akibat dekomposisi dapat dihambat dan
digantikan dengan mumifkasi. Mumifikasi secara harafiah menggambarkan proses
pembentukan mumi, sebuah kata yang diambil dari bahasa Persia mum yang berarti
lilin. Kata ini diambil dari catatan sejarah Yunan kuni yang menggambarkan bangsa
Persia, dalam penghormatan terhadap bangsawannya, mengawetkan mereka dengan lilin.
Mayat yang mengalami mumifikasi akan tampak kering, berwarna coklat, kadang
disertai bercak warna putih, hijau atau hitam, dengan kulit yang tampak tertarik terutama
pada tonjolan tulang, seperti pada pipi, dagu, tepi iga, dan panggul. Organ dalam
umumnya mengalami dekomposisi menjadi jaringan padat berwarna coklat kehitaman.
Sekali mayat mengalami proses mumifikasi, maka kondisinya tidak akan berubah,
kecuali bila diserang oleh serangga.
Mumifikasi pada orang dewasa umumnya tidak terjadi pada seluruh bagian tubuh. Pada
umumnya mumifikasi terjadi pada sebagian tubuh, dan pada bagian tubuh lain proses
pembusukan terus berjalan. Menurut Knight, mumifikasi dan adiposera kadang terjadi
bersamaan karena hidrolisa lemak membantu proses pengeringan mayat.
Mumi secara alami jarang terbentuk karena dibutuhkannya suatu kondisi yang spesifik,
namun proses ini menghasilkan mumi mumi tertua yang dikenal manusia. Mumi alami
yang tertua, diperkirakan berasal dari tahun 7400SM. Mumifikasi umumnya terjadi pada
daerah dengan kelembapan yang rendah, sirkulasi udara yang baik dan suhu yang hangat,
namun dapat pula terjadi di daerah dingin dengan kelembapan rendah. Ditempat yang
bersuhu panas, mumifikasi lebih mudah terjadi, bahkan hanya dengan mengubur dangkal

31
mayat dalam tanah berpasir. Faktor dalam tubuh mayat yang mendukung terjadinya
mumifikasi antara lain adalah dehidrasi premortal, habitus yang kurus dan umur yang
muda, dalam hal ini neonatus.
Kasus mumifikasi dengan preservasi anatomi dan topografi yang cukup baik di Indonesia
ditemukan pada Januari 1988 di desa Cibitung kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Kasus ini
adalah temuan kedua di Indonesia, mayat ditemukan dalam sebuat kamar tertutup dengan
suhu kamar 32 34 derajat Celcius dengan kelembapan 62 67%. Mayat nenek ini
ditemukan setelah sang nenek menurut keluarga menghilang tujuh bulan sebelumnya.
Saat ditemukan, mata, hidung, dan mulut sudah tidak ada. Sebagian pipi dan bibir tersisa
kulit kering berwarna kelabu. Leher kiri dan kanan terdapat kulit dan jaringan otot yang
mengering. Bagian depan masih utuh seluruhnya, berupa kulit dan otot yang mengering,
kaku dan keras. Pada bagian belakang hanya tulang iga saja yang masih utuh. Rongga
dada perut telah kosong seluruhnya. Lengan kanan berupa kulit berwarna kelabu, telapak
dan punggung tangan masih utuh dan mengering. Lengan kiri mengering warna kuning
kelabu dengan tangan kiri tinggal tulang tulang saja. Tungkai kanan dan kiri tampak
sebagai kulit dan otot yang telah kering berwarna kuning coklat dengan bercak kelabu.
Secara mikroskopis kulit masih menunjukkan gambarang yang dapat dikenali sebagai
kulit, otot tampak sebagai serabut yang sedikit bergelombang berwarna eosinofilik dan
homogen tanpa inti sel.
Mumifikasi sering terjadi pada bayi yang meninggal ketika baru lahir. Permukaan tubuh
yang lebih luas dibanding orang dewasa, sedikitnya bakteri dalam tubuh dibanding orang
dewasa membantu penundaan pembusukan sampai terjadinya pengeringan jaringan
tubuh. Pada orang dewasa secara lengkap jarang terjadi, kecuali sengaja dibuat oleh
manusia.

Arti Mumifikasi dalam Interpretasi Kedokteran Forensik


Mumifikasi adalah proses yang menginhibisi proses pembusukan alami yang memiliki
karakteristik dimana jaringan yang mengalami dehidrasi menjadi kering, berwarna gelap,
dan mengerut. Pengeringan akan menyebabkan tubuh lebih kecil dan ringan. Dilihat dari
sudut forensik, mumifikasi memberikan keuntungan dalam bertahannya bentuk tubuh,
terutama kulit dan beberapa organ dalam, bentuk wajah secara kasar masih dapat
diindentifikasi secara visual. Mumifikasi juga dapat mempreservasi bukti terjadinya jejas
yang menunjukkan kemungkinan sebab kematian. Elliot Smith (1912) menemukan mumi
yang telah berumur kurang lebih 2000 tahun dan masih mampu menunjukkan bahwa

32
sebab kematian orang itu adalah akibat kekerasan. Luka luka yang ada cocok dengan
luka akibat bacokan kapak atau pedang, tusukan tombak dan pukulan dari pegangan
tombak. Foto kepala menunjukkan korban diserang saat tidur yang disimpulkan Elliot
dari luka pada puncak kepala yang menurutnya tidak mungkin atau sulit dilakukan saat
korban berdiri. Tidak adanya luka pada daerah lain membuat Elliot menyimpulkan
bahwa tidak ada tanda perlawanan.
Karena sifat dari jaringan tubuh yang termumifikasi cenderung keras dan rapuh, maka
untuk dapat memeriksanya potongan kecil jaringan direndam dalam sodium karbonat
atau campuran alkohol, formalin dan sodium carbonate. Pada proses mumifikasi tubuh
yang lebih lengkap, maka untuk dapat melakukan pemeriksaan dalam, mayat harus
direndam dalam glycerin 15% selama beberapa saat.
Kepentingan forensik yang tak kalah penting pada mumifikasi adalah identifikasi. Walau
terjadi pengerutan namun struktur wajah, rambut, dan beberapa kekhususan pada tubuh
seperti tato dapat bertahan sampai bertahun tahun. Terperliharanya sebagian dari
anatomi dan topografi jenasah pada proses mumifikasi memungkinkan pemeriksaan
radiologi yang lebih teliti. Dengan pemeriksaan radiologi, jejas- jejas yang mungkin
terlewatkan dalam pemeriksaan mayat dan bedah mayat dapat ditunjukkan dengan jelas
dan dieksplorasi kembali lewat pemeriksaan bedah jenasah. Pemeriksaan CT scan pada
mumi juga dapat mengungkapkan jejas pada lokasi yang sulit dijangkau, bahkan dengan
pemeriksaan bedah mayat.
Proses mumifikasi juga memungkinkan dilakukannya pemeriksaan DNA, baha pada
jenasah yang berusia ratusan atau ribuan tahun. Laposan kulit luar yang miskin akan inti
sel mungkin tidak cukup baik diambil sebagai sampel, namun tulang, akar rambut, organ
dalam dan sisa cairan tubuh yang mengering pada mumi dapat digunakan untuk
pemeriksaan DNA. Yang harus diingat dalam pemanfaatan mumi untuk kepentingan
forensik bahwa pada mumifikasi terjadi pengerutan kulit yang dapat menimbulkan
artefak pada kulit yang menyerupai luka / jejas terutama pada daerah pubis, daerah
disekiter leber, dan axilla.

33
BAB III

LAPORAN KASUS

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAERAH JAWA TENGAH

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SEMARANG

PRO JUSTITIA

VISUM ET REPERTUM
Nomor: R/182/VRJ/XI/2016/RUMKIT
Atas permintan tertulis dari KEPOLISIAN...............................................................................

melalui suratnya tanggal..........................., No......................................................................

yang ditanda tangani oleh.................., NRP......................................................................

pangkat.............................dan diterima tanggal................................jam..................................

maka dengan ini saya.........................sebagai dokter yang bekerja di


......................menerangkan bahwa pada tanggal 16 April 2017 jam 10.00 WIB, di Rumah
Sakit Umum Daerah Tidar Magelang telah menerima jenazah, yang berdasarkan surat
tersebut di atas bernama........................., umur...........tahun, jenis kelamin laki-laki,
pekerjaan sebelum meninggal adalah.....................,
alamat.........................................................Jenazah tersebut ditemukan di...................,
pada hari... tanggal............jam..........WIB yang diduga meninggal dunia karena
mengalami pembunuhan---------------------------------------------------------------------------------

HASIL PEMERIKSAAN :----------------------------------------------------------------------------

Dari hasil pemeriksaan luar yang telah saya lakukan ditemukan fakta-fakta sebagai berikut :-

A. FAKTA YANG BERKAITAN DENGAN IDENTITAS:------------------------------------

1. Identitas Umum:--------------------------------------------------------------------------------------

a. Jenis Kelamin: Laki-laki---------------------------------------------------------------------------

b. Umur: Antara dua puluh lima sampai tiga puluh tahun----------------------------------------

c. Berat Badan: kilogram-----------------------------------------------------------------------------

34
d. Panjang Badan: Seratus enam puluh tiga sentimeter-------------------------------------------

e. Warna Kulit: Sawo matang------------------------------------------------------------------------

f. Warna Pelangi Mata: Hitam-----------------------------------------------------------------------

g. Ciri Rambut: Hitam kecoklatan, rambut depan atas panjangnya sepuluh sentimeter dan
pada rambut samping nol koma tiga sentimeter, lurus--------------------------------------------

h. Keadaan Gizi : Kesan gizi cukup (indeks masa tubuh dua puluh tiga koma empat)-------

2. Identitas Khusus:-------------------------------------------------------------------------------------

a. Tato: Tatoase di leher bagian kiri motif bintang berukuran enam kali lima sentimeter
berwarna merah dan hitam, Tatoase di lengan kiri atas motif abstrak berukuran delapan
belas kali dua belas sentimeter berwarna hitam, Tatoase di lengan kiri bawah motif
tulisan BEMBY berukuran enam belas kali lima sentimeter berwarna hitam, Tatoase di
lengan kanan atas motif ikan berukuran dua puluh dua kali empat belas sentimeter
berwarna hitam, Tatoase di lengan kanan bawah motif abstrak berukuran sembilan belas
kali sepuluh sentimeter berwarna hitam, Tatoase di punggung tangan kiri motif angka
berukuran satu koma tiga kali satu sentimeter berwarna hitam, Tatoase di dada kiri
motif abstrak berukuran empat kali enam sentimeter berwarna hitam, Tatoase di
punggung motif abstrak berukuran dua puluh delapan kali dua puluh dua sentimeter
berwarna hitam, Tatoase di kaki kanan luar motif perempuan berukuran dua puluh lima
koma lima sentimeter kali delapan koma lima sentimater warna hitam, Tatoase kaki kiri
bawah bagian dalam motif abstrak berukuan dua puluh delapan kali tujuh sentimeter,
Tatoase di kaki kiri bawah motif abstrak bagian luar berukuran dua puluh kali sembilan
sentimeter-------------------------------------------------------------------------------------------
b. Jaringan Parut: tidak ada -------------------------------------------------------------------------
c. Cacat fisik: tidak ada------------------------------------------------------------------------------
d. Pakaian : Tertutup kain kafan warna putih dan tertutup plastik-----------------------------
e. Perhiasan: Tidak ada-------------------------------------------------------------------------------
f. Lain-lain : Terdapat satu buah manik manik di penis------------------------------------------
B. FAKTA YANG BERKAITAN DENGAN WAKTU TERJADINYA KEMATIAN ---

a. Suhu anus mayat: tidak diukur -----------------------------------------------------------------


b. Lebam mayat: terdapat pada tengkuk, punggung, pinggang, bokong, tungkai bawah
bagian belakang, warna merah kecoklatan, tidak hilang dengan penekanan--------------
c. Kaku mayat : terdapat kaku mayat pada seluruh tubuh--------------------------------------
d. Pembusukan : Tidak ada-------------------------------------------------------------------------
C. FAKTA DARI PEMERIKSAAN TUBUH BAGIAN LUAR-------------------------------

1. Permukaan Kulit Tubuh :--------------------------------------------------------------------------

a. Kepala :---------------------------------------------------------------------------------------------
- Daerah berambut : terdapat sebuah luka yang sudah dijahit pada kepala bagian
belakang dengan jumlah dua belas jahitan panjang luka empat belas sentimeter,

35
ujung luka pertama delapan sentimeter dari lubang telinga kanan dan tiga belas
sentimeter dari sebelah kanan garis tengah tubuh, ujung kedua sebelas sentimeter
dari lubang telinga sebelah kiri dan delapan sentimeter sebelah kiri dari garis tengah
tubuh--------------------------------------------------------------------------------------------
- Wajah : terdapat luka lecet di dahi ukuran satu koma lima kali nol koma enam
sentimeter letak tiga koma lima sentimeter sebelah kanan dari garis tengah tubuh
lima koma lima sentimeter dari alis mata kanan------------------------------------------
b. Leher : Tidak ada kelainan-----------------------------------------------------------------------
c. Bahu : Tidak ada kelainan-----------------------------------------------------------------------
d. Dada : Tidak ada kelainan-----------------------------------------------------------------------
e. Punggung : Terdapat tiga luka lecet, luka pertama panjang sebelas sentimeter lebar nol
koma dua sentimeter letaknya enam sentimeter sebelah kiri dari garis tengah dan dua
puluh satu sentimeter dari pundak kiri, luka kedua panjang satu koma delapan
sentimeter dan lebarnya nol koma dua sentimeter letaknya di atas garis tengah tubuh
dan sepuluh sentimeter di bawah luka pertama, luka ketiga panjangnya enam
sentimeter dan lebarnya nol koma dua sentimeter letaknya empat sentimeter sebelah
kanan garis tengah tubuh dan tiga puluh sentimeter dibawah pundak---------------------
f. Perut : Tidak ada kelainan-----------------------------------------------------------------------
g. Bokong : Tidak ada kelainan--------------------------------------------------------------------
- Dubur : Tidak ada kelainan-------------------------------------------------------------------
- Lingkaran dubur : Tidak ada kelainan------------------------------------------------------
- Liang dubur : Tidak ada kelainan-----------------------------------------------------------
h. Anggota gerak :------------------------------------------------------------------------------------
- Anggota gerak atas: Terdapat tiga luka lecet di siku kanan, luka pertama panjangnya
satu sentimeter kali nol koma enam sentimeter, luka kedua satu koma tiga sentimeter
kali nol koma enam sentimeter, luka ketiga satu koma lima sentimeter kalo dua
sentimeter, pada pergelangan tangan kanan atas terdapat luka dengan lima jahitan
panjang luka enam koma lima sentimeter, kuku membiru---------------------------------
- Anggota gerak bawah : Terdapat luka lecet di panggul kanan ukuran satu sentimeter
kali tiga sentimeter, terdapat dua luka lecet pada lutut kanan, luka pertama ukuran
satu kali nol koma lima sentimeter, luka kedua ukuran satu koma lima kali nol koma
lima sentimeter, terdapat empat luka lecet pada lutut kiri, luka pertama ukuran empat
sentimeter kali dua sentimeter, luka kedua ukuran satu koma lima kali satu
sentimeter, luka ketiga ukuran nol koma lima kali nol koma delapan sentimeter, luka
ke empat ukuran nol koma tujuh kali nol koma tiga sentimeter, terdapat luka lecet
pada semua jari kaki kanan ukuran terkecil satu koma satu sentimeter, kelingking
kanan ukuran dua kali nol koma enam sentimeter------------------------------------------
2. Bagian Tubuh tertentu:-----------------------------------------------------------------------------

1. Mata :-----------------------------------------------------------------------------------------------
o Alis mata : Berwarna hitam, tebal----------------------------------------------------------
o Bulu mata : Berwarna hitam, tipis----------------------------------------------------------
o Kelopak mata : Tidak ada kelainan--------------------------------------------------------
o Selaput kelopak mata : Tidak ada kelainan-----------------------------------------------

36
o Selaput biji mata : Sebelah kanan dan kiri berwarna putih-----------------------------
o Selaput bening mata : Sebelah kanan dan kiri bening-----------------------------------
o Pupil mata : Sebelah kanan dan kiri diameter tiga milimeter---------------------------
o Pelangi mata : Sebelah kanan dan kiri berwarna hitam---------------------------------
2. Hidung :--------------------------------------------------------------------------------------------
o Bentuk hidung : Tidak ada kelainan-------------------------------------------------------
o Permukaan kulit hidung : Tidak ada kelainan--------------------------------------------
o Lubang Hidung : Tidak ada kelainan------------------------------------------------------
3. Telinga :--------------------------------------------------------------------------------------------
o Bentuk telinga : Tidak ada kelainan--------------------------------------------------------
o Permukaan daun telinga : Tidak ada kelainan--------------------------------------------
o Lubang telinga : Tidak ada kelainan-------------------------------------------------------
4. Mulut :----------------------------------------------------------------------------------------------
o Bibir atas : Berwarna pucat-----------------------------------------------------------------
o Bibir bawah : Berwarna pucat--------------------------------------------------------------
o Selaput lendir mulut : Tidak ada kelainan-------------------------------------------------
o Lidah : Panjang tujuh koma lima sentimeter, lebar lima koma lima sentimeter-----
o Gigi geligi :----------------------------------------------------------------------------------
- Gigi rahang atas : Sudah tumbuh gigi geraham belakang ketiga kanan dan kiri---
- Gigi rahang bawah : Sudah tumbuh gigi geraham balakang ketiga kanan dan kiri-
o Langit langit mulut : tidak ada kelainan-------------------------------------------------
C.FAKTA DARI PEMERIKSAAN TUBUH BAGIAN DALAM

a. Rongga Kepala :---------------------------------------------------------------------------------


Kulit kepala bagian dalam : terdapat luka dalam sepanjang sembilan belas
sentimeter berbentuk V dengan ukuran delapan sentimeter-----------------------------
Tulang tengkorak : pecah menbentuk garis lurus sampai menembus ke otak---------
Lekuk otak : bagian belakang terbelah membentuk garis, tidak terdapat pelebaran
pembuluh darah pada otak-------------------------------------------------------------------
Otak besar : tampak pucat berwarna putih abu abu, perabaan lunak, panjang dua
puluh sentimeter, lebar enam belas sentimeter, tinggi tujuh sentimeter, berat seribu
dua ratus gram, terdapat luka sepanjang enam belas sentimeter kedalaman tiga koma
lima sentimeter-------------------------------------------------------------------------
Otak kecil : tidak dilakukan identifikasi----------------------------------------------------
Batang otak : tidak dilakukan identifikasi-------------------------------------------------
b. Leher bagian dalam :----------------------------------------------------------------------------
Pembuluh darah di leher : Kosong dan pucat----------------------------------------------
Kerongkongan : Tidak ada kelainan--------------------------------------------------------
Tenggorokan : Tidak ada kelainan----------------------------------------------------------
Tulang rawan lidah, tulang rawan gondok, tulang rawan cincin : Tidak ada kelainan-
c. Rongga dada :------------------------------------------------------------------------------------
Kulit bagian dalam : tidak ada kelainan----------------------------------------------------
Tulang iga dan tulang dada tidak ada kelainan--------------------------------------------

37
Tidak terdapat perlekatan selaput pembungkus paru dengan dinding dada-----------
Jantung : Jantung berwarna kemerahan, selaput luar tampak licin, ukuran panjang
jantung dua belas sentimeter, lebar sembilan koma lima sentimeter, tinggi enam
koma lima sentimeter, terdapat cairan jernih isi tiga mililiter---------------------------
Paru kanan : terdapat bercak kehitaman seperti sarang tawon, lebar tiga belas
sentimeter tebal empat sentimeter, permukaan rata, perabaan seperti spons, ukuran
panjang dua puluh dua sentimeter. Pada pengirisan tidak terdapat kelainan-----------
Paru kiri : terdapat bercak kehitaman seperti sarang tawon, lebar dua belas
sentimeter tebal lima koma lima sentimeter, permukaan rata, perabaan seperti spons,
ukuran panjang dua puluh dua sentimeter. Pada pengirisan tidak terdapat kelainan--
d. Rongga perut :------------------------------------------------------------------------------------
Kulit bagian dalam : tidak ada kelainan----------------------------------------------------
Hati : tidak ada kelainan----------------------------------------------------------------------
Lambung : berwarna pucat, tidak ada isi, tidak ada kelainan----------------------------
Limpa : tidak diidentifikasi------------------------------------------------------------------
Ginjal kanan : tidak diidentifikasi-----------------------------------------------------------
Ginjal kiri : tidak diidentifiasi---------------------------------------------------------------
Usus halus : tidak diidentifikasi--------------------------------------------------------------
Usus besar :tidak diidentifikasi---------------------------------------------------------------
Pembuluh darah besar perut bagian belakang : Tidak terisi------------------------------
e. Rongga panggul : tidak diidentifikasi---------------------------------------------------------
D.FAKTA DARI PEMERIKSAAN PENUNJANG----------------------------------------------

Darah: Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang--------------------------------------------

KESIMPULAN :----------------------------------------------------------------------------------------

Dari fakta-fakta yang saya dapatkan sendiri dari pemeriksaan orang tersebut maka dapat
saya simpulkan bahwa telah diperiksa seorang laki-laki berusia dua puluh delapan tahun dan
kesan gizi cukup. Berdasarkan hasil pemeriksaan didapatkan luka terbuka akibat kekerasan
tajam berupa sebuah luka bacok di kepala bagian belakang, sebuah luka lecet di dahi, tiga
buah luka lecet di punggung, tiga buah luka lecet di siku kanan, sebuah luka jahitan di atas
pergelangan tangan kanan, sebuah luka lecet di panggul kanan, dua buah luka lecet di lutut
kanan, empat buah luka lecet di lutut kiri, luka lecet pada semua jari kaki kanan. Sebab
kematian adalah luka bacok pada kepala bagian belakang yang menyebabkan perdarahan
hebat pada otak.-------------------------------------------------------------------------------------------

PENUTUP:-----------------------------------------------------------------------------------------------

Demikianlah keterangan tertulis ini saya buat dengan sesungguhnya, dengan mengingat
sumpah sewaktu menerima jabatan sebagai dokter -------------------------------------------------

38
Magelang, 16 April 2017

Dokter Yang Memeriksa,

Dr. dr. Setyo Trisnadi, Sp. KF, S.H.

NIP.

39
BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil Visum et Repertum yang telah dilakukan didapatkan :


1. Identitas Jenazah
Jenazah berjenis kelamin laki laki, diketahui dengan melihat cirri ciri organ primer.
Diperkirakan jenazah berumur dua puluh lima sampai tiga puluh tahun.
2. Waktu terjadinya kematian
Pada jenazah diperkirakan waktu kematian sekitar delapan sampai dua belas jam
karena sudah muncul lebam lebam pada mayat
3. Cara kematian
Berdasarkan pemeriksaan luar dan dalam didapatkan pada pemeriksaan jenazah
kemungkinan yang melatar belakangi terjadinya kematian dengan kematian akibat
luka akibat benda tajam pada daerah kepala
4. Penyebab kematian
Penyebab kematian pada jenazah ini karena luka bacok

40
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Munim Idries. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama. Binarupa
Aksara. Hal. 54-77

Saukko, P; Knight, B . 2004. The Pathophysiology of Death in Knights Forensic Pathology.


3th edition. Hodder Arnold. Page 52-90

Shepherd, R. 2003. Changes After Death in Simpsons Forensic Medicine. 12th edition.
Arnold. Page 37-48

Vij,K . 2008. Death and Its Medicolegal Aspects (Forensic Thanatology) in Textbook of
Forensic Medicine and Toxicology Principles and Practice. 4th editon. Elsivier. Page 101-133

Vass AA. Decomposition. Microbiology Today 2001 Nov (28):190-2. Available from
: http://www.socgenmicrobiol.org.uk/pubs/micro_today/pdf/110108.pdf.

41
DOKUMENTASI

MAGELANG, 16 APRIL 2017

42
43
44
45

Anda mungkin juga menyukai