Disusun oleh:
RIZKA INDAYANI
030.15.165
Pembimbing:
i
LEMBAH PENGESAHAN
Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan Kepaniteraan Klinik ilmu THT
Rumah Sakit Umum Daerah Karawang
Periode 10 Juni 2019 – 12 Juli 2019
Pembimbing I Pembimbing II
dr. M. Bima Mandraguna, Sp. THT-KL dr. Aditya Arifianto, Sp. THT-KL
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas Kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-NYA
sehingga penulis mampu menyelesaikan referat ini yang berjudul “Gangguan
Keseimbangan Perifer”. Penulisan referat ini merupakan salah satu persyaratan
untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Telinga Hidung
Tenggorok Studi Pendidikan Dokter Universitas Trisakti di Rumah Sakit Umum
Daerah Karawang.
Penulis menyadari dalam penulisan referat ini tidak luput dari bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis memberikan rasa
hormat dan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan referat ini terutama kepada:
1. dr. M. Bima Mandraguna, Sp. THT-KL dan dr. Aditya Arifianto, Sp. THT-KL
selaku pembimbing yang telah memberi masukkan dan saran dalam
penyusunan referat.
2. Teman-teman yang turut membantu menyelesaikan referat ini.
3. Serta pihak-pihak lain yang bersedia meluangkan waktunya untuk membantu
penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penyempurnaan referat ini banyak sekali
yang kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat dibutuhkan untuk perbaikan di waktu yang akan datang.
Akhir kata, penulis berharap referat ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Karawang, Juli 2019
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………......... ii
KATA PENGANTAR………………………………………………………. iii
DAFTAR ISI……………………………………………............................... iv
DAFTAR GAMBAR…………………………………………….................. vi
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………….. 2
2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Vestibular..............……………….. 2
2.2 Keseimbangan......………………………………………………… 8
2.2.1 Definisi Keseimbangan…………………………………..... 8
2.2.2 Pusat Keseimbangan…………………………..................... 13
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan……....……….. 14
2.4 Etiologi Gangguan Keseimbangan Perifer…………………...…… 14
2.5 Gangguan Keseimbangan Perifer………………………………… 14
2.5.1 Definisi………………………………….............................. 14
2.5.2 Tanda dan Gejala………………………………….............. 15
2.5.3 Diagnosis………………………………………………....... 16
2.5.4 Penatalaksanaan…………………………………….....…... 17
2.6 Penyakit-penyakit Gangguan Keseimbangan Perifer………...….. 17
2.6.1 Penyakit Meniere………………………………...........…... 17
2.6.2 BPPV……………………………………………………… 21
2.6.3 Fistula Labirin……………………………………………. 26
2.6.4 Labirinitis...………………………………………………. 28
2.6.5 Neuroma Akustik……………………………………….... 32
BAB III KESIMPULAN…………………………………………………. 34
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 35
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 .................................................................................................. 3
Gambar 2 .................................................................................................. 4
Gambar 3 …………………………………… ........................................... 4
Gambar 4 .................................................................................................. 7
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Organ akhir sensoris kanalis semisirkularis yang disebut krista berada pada
pelebaran ujung setiap kanal yang dinamakan ampula. Sel-sel rambut terletak pada
permukaan krista. Serabut saraf ampula berjalan melalui pusat krista untuk
bersinapsis pada basis sel rambut. Silia sel rambut menonjol dari permukaan krista ke
dalam struktur gelatin yang disebut kupula. Kupula ini menutupi bagian atas krista
dan meluas sampai dinding ampula yang berhadapan. (1)
Sakulus dan utrikulus adalah dua kantong di dalam labirin membran, yang
berlokasi di bagian vestibulum telinga dalam. Organ reseptornya di sebut makula.
Makula utrikulus terletak pada dasar utrikulus, kira-kira di bidang kanalis
semisirkularis horisontal. Makula sakulus terletak pada dinding medial sakulus dan
terutama terletak di bidang vertikal. Silia sel rambut menempel pada membran
gelatin. Di puncak membran gelatin terdapat lapisan endapan kalsium karbonat yang
disebut otolit. Otolit tersebut lebih padat dari cairan endolimfa di sekelilingnya, oleh
karena itu dapat bereaksi terhadap gravitasi dan tenaga gerak lainnya. Dari
mikroskop elektron dapat dilihat dua macam bentuk silia yaitu kinosilia dan
stereosilia. Pada setiap sel rambut, sebatang kenosilia berada pada satu sisi, dari
sekumpulan stereosilia. Dan pada makula maupun krista, sel-sel rambut di daerah
yang sama cenderung mempunyai kinosilia pada sisi yang sama dengan kumpulan
stereosilia. Jadi epitel sensorik pada alat vestibuler mempunyai poloarisasi arah
morfologi. Semua kinosilia cenderung mengarah ke garis yang disebut linea alba,
yang berjalan memotong kira-kira di tengah makula. Di dalam sakulus, kinosilia
3
mengarah menjauhi linea alba. Pada krista kanalis horisontalis, kinosilia mengarah
ke utrikulus, Sedangkan pada krista vertikal mengarah menjauhi utrikulus. Jadi
krista kanalis vertikal dan horisontal mempunyai polarisasi yang berlawanan arah(1)
(Gambar 2 dan 3)
Fungsi sistem vestibuler perifer yang utama adalah 1). Memberikan informasi
ke susunan saraf pusat mengenai rangsang percepatan sudut dan gerak yang sesuai
dengan garis lurus (percepatan linier) 2). Untuk membantu orientasi visual dalam
mengatur gerak mata 3). Mengatur otot-otot ekstremitas untuk mempertahankan dan
mengatur sikap tubuh yang semestinya. (2)
4
biologi. Sebagai salah satu organ sensoris yang utama, organ vestibuler dapat
memberikan informasi mengenai perubahan posisi tubuh sekecil apapun, baik sebagai
akibat gerak percepatan linier, pengaruh gravitasi, maupun gerak rotasi. Rangsangan
yang timbul pada reseptor labirin menyebabkan terjadinya koordinasi otot-otot bola
mata, tengkuk dan tubuh, sehingga keseimbangan dapat dipertahankan dalam posisi
dan gerak kepala apapun. (1)
Refleks Vestibulo-okuler
5
Gerak otot-otot mata pada refleks vestibulo-okuler meliputi gerak mata
horizontal akibat kontraksi m. Rektus lateralis dan medialis. Gerak mata vertikal dan
oblik sebagai akibat kontraksi m. Rektus superior , m. Rektus inferior dan m. Obligus
inferior, dan m. Obligus superior. Neuron vestibulo-okuler yang menginnervasi otot
yang menggerakkan mata ke arah vertikal dan oblik berasal dari nukleus vestibularis
superior dan bagian rostral nukleus vestibularis medial. Apabila reseptor vestibuler
terangsang oleh gerakan rotasi kepala searah jarum jam dengan posisi kepala tegak,
endolimfa di dalam kanalis semisirkularis horizontalis akan bergerak ke arah yang
berlawanan dengan arah rotasi kepala, yaitu ke arah yang berlawanan jarum jam
selama ada percepatan sudut, sehingga terdapat penyimpangan kupula kanalis
semisirkularis horizontal kanan ke arah ampulopetal (menuju ampula). Kejadian
tersebut akan meningkatkan rangsangan saraf aferen ampula kanan. Impuls ini akan
diteruskan ke saraf abdusen kiri melalui nukleus vestibularis kiri, sehingga timbul
kontraksi m. Rektus lateralis kiri diikuti bola mata ke kiri. Jaras vestibulo-okuler yang
berasal dari nukleus vestibularis medial sisi kontralateral merangsang kontraksi otot
yang dipersarafinya, sehingga aktifitas kedua jaras vestibulo-okuler yang paralel
tersebut akan menimbulkan gerakan bola mata kanan dan kiri secara sinkron. (1)
Gerak lamban (enersia) endolimfa akan merangsang gerak mata ke arah yang
berlawanan dengan gerak rotasi, yang merupakan komponen lambat dari nistagmus.
Komponen cepat nistagmus akan terangsang apabila mata sudah mencapai deviasi
yang maksimum dan komponen cepat nistagmus akan mengembalikan posisi mata
ke posisi netral. Gerak lamban endolimfa juga akan merangsang beberapa otot
tubuh melalui arkus refleks kupulospinal, berupa gerak tubuh oblik atau berputar ke
arah komponen cepat nistagmus apabila percepatan sudut tersebut berlangsung terus
dengan kecepatan yang tetap, kupula akan kembali ke posisi semula oleh karena
elastisitas kupula dan nistagmus akan hilang. Mekanisme ini disebut adaptasi(2)
(gambar 4).
6
Suplai darah ke organ vestibular akhir
Pasokan darah utama pada organ-organ vestibular akhir adalah melalui arteri
(labirin) pendengaran internal, yang biasanya muncul dari arteri cerebellar anterior,
arteri cerebellar superior, atau arteri basilar. Tak lama setelah memasuki telinga
bagian dalam, arteri labirin terbagi menjadi 2 cabang yang dikenal sebagai vestibular
arteri anterior dan arteri koklea umum. Vestibular arteri anterior menyediakan suplai
darah ke sebagian besar utricle, ke ampullae unggul dan horisontal, dan untuk
sebagian kecil dari saccule tersebut. Bentuk umum koklea arteri 2 divisi yang disebut
arteri koklea yang tepat dan arteri vestibulocochlear. Arteri vestibulocochlear
membagi menjadi ramus ramus koklea dan vestibular (juga dikenal sebagai vestibular
arteri posterior), yang menyediakan suplai darah ke ampula posterior, bagian utama
dari saccule ini, bagian dari tubuh utricle, dan horisontal dan unggul ampullae. (3)
7
2.2Keseimbangan
2.2.1 Definisi Keseimbangan
Keseimbangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia agar dapat
hidup mandiri. Keseimbangan adalah istilah umum yang menjelaskan kedinamisan
(4)
postur tubuh untuk mencegah seseorang terjatuh. Secara garis besar
keseimbangan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengontrol pusat massa
tubuh atau pusat gravitasi terhadap titik atau bidang tumpu, maupun kemampuan
untuk berdiri tegak dengan dua kaki penting dalam diri seseorang dan sebagai
prekursor untuk inisiasi kegiatan lain hidup sehari-hari, terutama bagi manula.
Sistem pengaturan keseimbangan semakin lama semakin memburuk seiring
dengan bertambahnya usia. Penurunan dalam pengaturan keseimbangan dan gaya
berjalan yang memburuk adalah faktor kunci dalam kejadian jatuh dan masalah
motorik lainnya pada lanjut usia. Sayangnya, cedera dan hilangnya nyawa karena
jatuh pada manula adalah faktor yang utama yang dihadapi manula. Perasaan "takut
jatuh" adalah awal penyebab umum aktivitas fisik yang menurun disertai dengan
penurunan kekuatan otot tungkai bawah, yang semakin mengakibatkan seseorang
untuk jatuh lagi. (5)
Keseimbangan diasumsikan sebagai sekelompok refleks yang memicu pusat
keseimbangan yang terdapat pada visual, vestibuler dan sistem somatosensori.
Sistem Visual atau sistem penglihatan adalah sistem utama yang terlibat dalam
perencanaan gerak dan menghindari rintangan di sepanjang jalan. Sistem vestibuler
dapat diumpamakan sebagai sebuah giroskop yang merasakan atau berpengaruh
terhadap percepatan linier dan anguler, sedangkan sistem somatosensori adalah
sistem yang terdiri dari banyak sensor yang merasakan posisi dan kecepatan dari
semua segmen tubuh, kontak mereka (dampak) dengan objek-objek eksternal
(termasuk tanah), dan orientasi gravitasi. (6)
8
2.2.2 Pusat Keseimbangan
Selain perannya dalam pendengaran yang bergantung pada koklea, telinga
dalam memiliki komponen khusus lain, aparatus vestibularis, yang memberi
informasi esensial bagi sensasi keseimbangan dan untuk koordinasi gerakan kepala
dengan gerakan mata dan postur. Aparatus vestibularis terdiri dari dua set struktur di
dalam bagian terowongan tulang temporal dekat koklea, yaitu kanalis semisirkularis
dan organ otolit, yaitu utrikulus dan sakulus. (5) Aprataus vestibularis mendeteksi
perubahan posisi dan gerakan kepala. Seperti di koklea, semua komponen aparatus
vestibularis mengandung endolimfe dan dikelilingi oleh perilimfe. Serupa dengan
organ Corti, komponen-komponen vestibularis masing-masing mengandung sel
rambut yang berespons terhadap deformasi mekanis yang dipicu oleh gerakan
spesifik endolimfe. Dan seperti sel rambut auditorik, reseptor vestibularis dapat
mengalami depolarisasi atau hiperpolarisasi, bergantung pada arah gerakan cairan.
Tidak seperti informasi dari sistem pendengaran, sebagian informasi yang
dihasilkan oleh aparatus vestibularis tidak mencapai tingkat kesadaran. (6)
Sistem vestibuler dapat diumpamakan sebagai sebuah giroskop yang
merasakan atau berpengaruh terhadap percepatan linier dan anguler. Pada mamalia,
makula utrikulus dan sakulus berespons terhadap percepatan linier. Secara umum,
utrikulus berespons terhadap percepatan horizontal dan sakulus terhadap percepatan
vertikal. Otolit bersifat lebih padat daripada endolimfe dan percepatan dalam semua
arah menyebabkannya bergerak dengan arah berlawanan sehingga menyebabkan
distorsi tonjolan sel rambut dan mencetuskan aktivitas serabut saraf. Makula juga
melepaskan muatan secara tonik walaupun tidak terdapat gerakan kepala, karena
gaya tarik bumi pada otolit. Impuls yang dihasilkan oleh reseptor reseptor ini
sebagian berperan pada refleks menegakkan kepala dan penyesuaian postur penting
lain. (5)
Walaupun sebagian besar respons terhadap rangsangan pada makula bersifat
refleks, impuls vestibular juga mencapai korteks serebri. Impuls-impuls ini
diperkirakan berperan dalam persepsi gerakan yang disadari dan memberi sebagian
9
informasi yang penting untuk orientasi dalam ruang. Vertigo adalah sensasi berputar
tanpa ada gerakan berputar yang sebenarnya dan merupakan gejala yang menonjol
apabila salah satu labirin mengalami inflamasi. (6)
Percepatan anguler atau percepatan rotasi pada salah satu bidang kanalis
semisirkularis tertentu akan merangsang kristanya. Endolimfe, karena
kelembamannya, akan bergeser ke arah yang berlawanan terhadap arah rotasi.
Cairan ini mendorong kupula sehingga menyebabkan perubahan bentuk. Hal ini
membuat tonjolan sel rambut menjadi menekuk. Jika telah tercapai kecepatan rotasi
yang konstan, cairan berputar dengan kecepatan yang sama dengan tubuh dan posisi
kupula kembali tegak. Apabila rotasi dihentikan, perlambatan akan menyebabkan
pergeseran endolimfe searah dengan rotasi, dan kupula mengalami perubahan
bentuk dalam arah yang berlawanan dengan arah saat percepatan. Kupula kembali
ke posisi di tengah dalam 25-30 detik. Pergerakan kupula pada satu arah biasanya
menimbulkan lalu lintas impuls di setiap serabut saraf dari kristanya, sementara
pergerakan dalam arah berlawanan umumnya menghambat aktivitas saraf. (6)
Rotasi menyebabkan perangsangan maksimum pada kanalis semisirkularis
yang paling dekat dengan bidang rotasi. Karena kanalis di satu sisi kepala
merupakan bayangan cermin dari kanalis di sisi lain, endolimfe akan bergeser
menuju ampula di satu sisi dan menjauhinya di sisi yang lain. Dengan demikian,
pola rangsangan yang mencapai otak beragam, sesuai arah serta bidang rotasi.
Percepatan linier mungkin tidak dapat menyebabkan perubahan kupula sehingga
tidak dapat menyebabkan rangsangan pada krista. Terdapat banyak bukti bahwa
apabila salah satu bagian labirin rusak, bagian lain akan mengambil alih fungsinya.
Dengan demikian, lokalisasi fungsi labirin secara eksperimental sulit dilakukan.
Nukleus vestibularis terutama berperan mempertahankan posisi kepala dalam ruang.
Jalur yang turun dari nukleus-nukleus ini memeperantarai penyesuaian kepala
terhadap leher dan kepala terhadap badan. Hubungan asendens ke nukleus saraf
kranialis sebagian besar berkaitan dengan pergerakan mata. (6)
10
Sistem somatosensori adalah sistem sensorik yang beragam yang terdiri dari
reseptor dan pusat pengolahan untuk menghasilkan modalitas sensorik seperti
sentuhan, temperatur, proprioseptif (posisi tubuh) dan nosiseptif (nyeri). Reseptor
sensorik menutupi kulit dan epitel, otot rangka, tulang dan sendi, organ dan sistem
kardiovaskular. Informasi proprioseptif disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis
medula spinalis. Sebagian besar masukan (input) proprioseptif menuju serebelum,
tetapi ada pula yang menuju ke korteks serebri melalui lemniskus medialis dan
thalamus. (5)
Pada otak, bagian yang berfungsi sebagai pusat pengatur keseimbangan adalah
serebelum. Serebelum adalah bagian otak yang seukuran bola kasti dan sangat
berlipat serta terletak di bawah lobus oksipitalis korteks dan melekat ke punggung
bagian atas bagian otak. Di serebelum ditemukan lebih banyak neuron individual
daripada di bagian otak lainnya dan hal ini menunjukkan pentingnya struktur ini. (5)
Sistem saraf menggunakan serebelum untuk mengkoordinasikan fungsi
pengatur motorik pada tiga tingkatan, sebagai berikut:
1. Vestibuloserebelum. Bagian ini pada prinsipnya tediri dari lobus
flokulonodular serebral kecil (yang terletak di bawah serebelum posterior) dan
bagian vermis yang berdekatan. Bagian ini menyediakan sirkuit neuron untuk
sebagian besar gerakan keseimbangan tubuh.
2. Spinoserebelum. Bagian ini sebagian besar terdiri dari vermis serebelum
posterior dan anterior ditambah zona intermedia yang berdekatan pada kedua sisi
vermis. Bagian ini terutama merupakan sirkuit untuk mengkoordinasikan gerakan-
gerakan bagian distal anggota tubuh, khususnya tangan dan jari.
3. Serebroserebelum. Bagian ini terdiri dari zona lateral besar hemisferium
serebeli, di sebelah lateral zona intermedia. Bagian ini sebenernya menerima semua
inputnya dari korteks serebri motorik dan korteks premotorik serta korteks serebri
somatosensorik yang berdekatan bagian ini menjalarkan informasi outputnya ke
arah atas, kembali ke otak, berfungsi sebagai alat umpan balik bersama dengan
seluruh sistem somatosensorik korteks serebri untuk merencanakan gerakan
11
voluntar tubuh dan anggota tubuh yang berurutan, merencanakan semua ini secepat
sepersepuluh detik sebelum gerakan terjadi. Hal ini disebut “pembahasan motorik”
gerakan yang akan dilakukan. (7)
Sistem visual merupakan kontributor utama dalam keseimbangan tubuh,
memberikan informasi tentang lingkungan, lokasi, arah, serta kecepatan gerakan
suatu individu. Dikarenakan banyak refleks postural dipicu oleh sistem vestibular
juga bisa dipicu oleh stimulasi, penglihatan dapat mengkompensasi hilangnya
beberapa fungsi vestibular. Pada sebagian besar individu yang sangat tua
penglihatan juga terdegradasi dan memberikan informasi yang buram ataupun
terdistorsi, sehingga ketajaman visual yang buruk berkorelasi dengan tingginya
frekuensi jatuh yang dialami oleh manula. (5)
Meskipun sistem penglihatan telah lama diketahui sebagai sistem utama
dalam keseimbangan, harus ditekankan bahwa seseorang dapat berdiri tegak dalam
waktu yang lama dalam gelap. Akan tetapi, penelitian telah menunjukkan
kemiringan tubuh lateral yang spontan sangat berkurang jika dalam kondisi gelap
tersebut diletakkan sebuah objek yang tegak dengan sebuah lampu dioda kecil
ditempelkan pada objek tersebut. Dengan demikian, stabilitas postural meningkat
apabila terdapat peningkatan lingkungan dan rangsang visual. Selain itu, terdapat
pula parameter lain yang berkontribusi terhadap kontrol postur secara visual,
diantaranya adalah ukuran objek dan lokalisasi, disparitas binokuler, pergerakan
visual, akuitas (ketajaman) visual, kedalaman lapang pandang (depth of field), serta
frekuensi spasial. (7)
Pandangan perifer memiliki peran yang lebih penting dalam menjaga posisi
berdiri yang stabil bila dibandingkan dengan pandangan sentral. Studi yang
dilakukan oleh Berenesi, Ishihara dan Inanaka menunjukkan stimulasi visual
terhadap pandangan perifer dapat mengurangi kemiringan postural pada arah
stimulus visual yang diobservasi pada bidang anteroposterior, yang lebih baik jika
dibandingkan dengan bidang medial-lateral. Para peneliti menyimpulkan bahwa
pandangan perifer bekerja pada bingkai penglihatan yang berpusat pada subjek yang
12
melihat. Dengan demikian, pandangan perifer digunakan baik untuk stabilisasi
visual kemiringan tubuh yang spontan maupun kemiringan tubuh terinduksi visual
karena ukuran bidang pandang yang distimulasi dan dimanipulasi daripada
spesialisasi fungsional pandangan perifer untuk kontrol postural. (6)
Terdapat dua hipotesis yang mencoba menjelaskan bagaimana seseorang
menjaga stabilitas saat terdapat pergerakan mata, yaitu teori inflow dan outflow.
Teori inflow menjelaskan bahwa reseptor proprioseptif pada otot ekstraokuler
memberikan informasi mengenai posisi dan perpindahan mata dalam orbit,
sedangkan teori outflow menjelaskan bahwa percabangan outflow neural atau
sebuah salinan eferens menginformasikan sistem saraf pusat untuk menjaga
konsistensi visual. (8)
2. Jenis Kelamin
Meski banyak sumber yang menyatakan bahwa jenis kelamin tidak
berpengaruh pada keseimbangan, ada yang harus dipertimbangkan terkait pengaruh
jenis kelamin pada keseimbangan. Perbedaan keseimbangan tubuh berdasarkan jenis
kelamin antara pria dan wanita disebabkan oleh adanya perbedaan letak titik berat.
Pada pria letaknya kira-kira 56% dari tinggi badannya sedangkan pada wanita
letaknya kira-kira 55% dari tinggi badannya. Pada wanita letak titik beratnya rendah
karena panggul dan paha wanita relatif lebih berat dan tungkainya pendek.
13
3. Kekuatan Otot
Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau grup otot menghasilkan tegangan
dan tenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis maupun secara statis.
Kekuatan otot dihasilkan oleh kontraksi otot yang maksimal. Otot yang kuat
merupakan otot yang dapat berkontraksi dan 18 relaksasi dengan baik, jika otot kuat
maka keseimbangan dan aktivitas sehari-hari dapat berjalan dengan baik seperti
berjalan, lari, bekerja ke kantor, dan lain sebagainya.
2.5.1 Definisi
Gangguan keseimbangan perifer adalah gangguan keseimbangan yang terjadi di
dalam telinga dalam. Gangguan ini bisa sembuh sendiri tetapi pada beberapa kasus
memerlukan pengobatan. (8)
14
2.5.2 Tanda dan Gejala
Lesi bilateral dengan onset lambat menyebabkan hanya sedikit gejala karena
adanya mekanisme kompensasi antara nodulus dan flokulus. Gejala terlihat bila
terdapat kehilangan hampir keseluruhan atau keseluruhan sensitivitas vestibular.
Gejala gangguan penglihatan, sakit kepala ringan, dan oscillopsia jelas terlihat. (8)
15
2.5.3 Diagnosis
16
2.5.4 Penatalaksanaan
Penyakit ini ditemukan oleh meniere pada tahun 1861, dan dia yakin bahwa
penyakit ini berada di dalam telinga, sedangkan pada waktu itu para ahli banyak
menduga bahwa penyakit itu berada pada otak. Pendapat meniere dibukitakan oleh
hallpike dan cairn tahun 1938, dengan ditemukannya hidrops endolinfe, setelah
memeriksa tulang temporal pasien meniere. (5)
17
Etiologi
Patofisiologi
Gejala klinis penyakit Meniere disebakan oleh adanya hidrops endolimfe pada
koklea dan vestibulum. Hidrops yang terjadi mendadak dan hilang timbul diduga
disebabkan oleh: 1. Meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri, 2.
Berkurangnya tekanan osmotik di dalam kapiler, 3. Meningkatnya tekanan osmotik
ruang ekstrakapiler, 4. Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi
penimbunan cairan endolimfa. (5)
Gejala klinik
Terdapat trias atau sindrom meniere yaitu vertigo, tinnitus, dan tuli
sensorineural terutama nada rendah. Serangan pertama sangat berat, yaitu vertigo
disertai muntah. Setiap kali berusaha untuk berdiri dia merasa berputar, mual dan
muntah kembali. (6)
18
bisa hilang sama sekali. Pada serangan kedua kalinya dan selanjutnya dirasakan lebih
ringan, tidak seperti serangan yang pertama kalinya. Pada penyakit meniere
vertigonya periodik yang makin mereda pada serangan-serangan berikutnya. (6)
Dari keluhan vertigonya kita sudah dapat membedakan dengan penyakit yang
lainnya yang juga mempunyai gejala vertigo, seperti penyakit meniere, tumor N. VIII,
sklerosis multiple, neuritis vestibuler atau vertigo posisi paroksismal jinak (BPPV). (8)
Pada tumor nervus VIII serangan vertigo periodik, mula-mula lemah dan
makin lama makin kuat. Pada sklerosis multipel, vertigo periodik, tetapi intensitas
serangan sama pada tiap serangan. Pada neuritis vestibuler serangan vertigo tidak
periodik dan makin lama makin menghilang. Penyakit ini diduga disebabkan oleh
virus. Biasanya penyakit ini timbul setelah menderita influenza. Vertigo hanya
didapatkan pada permulaan penyakit. Penyakit ini akan sembuh total bila tidak
disertai dengan komplikasi. Vertigo posisi paroksismal jinak, keluhan vertigo datang
secara tiba-tiba terutama pada perubahan posisi kepala dan keluhan vertigonya terasa
sangat berat, kadang-kadang disertai rasa mual sampai muntah, berlangsung tidak
lama. (5)
19
penyakit Meniere pada anamnesis ditemukan, maka diagnosis penyakit Meniere dapat
ditegakkan.
Pengobatan
Pada saat datang biasanya diberikan obat-obat simtomatik, dan bila diperlukan
dapat diberikan anti muntah. Bila diagnosis telah ditemukan, pengobatan yang paling
baik adalah adalah sesuai dengan penyebabnya.
20
Pengobatan khusus untuk pasien yang menderita vertigo yang disebabkan
oleh ransangan dari perputaran leher (vertigo servikal), ialah dengan traksi leher dan
fisioterapi, disamping latihan-latihan lain dalam rangka rehabititasi. (9)
Benign paroxysmal potitional vertigo (BPPV) atau disebut juga vertigo posisi
paroksismal jinak adalah gangguan keseimbangan perifer yang sering dijumpai.
Gejala yang dikeluhkan adalah vertigo yang datang tiba-tiba pada perubahan posisi
kepala, beberapa pasien dapat mengatakan dengan tepat posisi tertentu yang
menimbulkan keluhan vertigonya. Biasanya vertigo dirasakan sangat berat,
berlangsung dingkat hanya beberapa detik saja walaupun penderita merasakannya
lebih lama. Keluhan dapat disertai mual bahkan sampai muntah, sehingga penderita
merasa khawatir akan timbul serangan lagi, hal ini yang menyebebkan penderita
sangat hati-hati dalam posisi tidurnya. Vertigo jenis ini sering berulang kadang-
kadang dapat sembuh dengan sendirinya. (6)
21
Penyebab lain yang lebih jarang adalah labirintitis virus, neuritis vestibuler,
pasca stapedectomi, fistula perilimfa dan penyakit meniere. BPPV merupakan
penyakit pada semua usia dewasa. Pada anak belum pernah dilaporkan. (8)
Diagnosis BPPV pada kanalis posterior dan anterior dapat ditegakkan dengan
cara memprovokasi dan mengamati respon nistagmus yang abnormal dan respon
vertigo dari kanalis semi sirkularis yang terlibat. Pemeriksaan dapat memilih perasat
dix-hallpike atau side lying. Perasat dix-hallpike lebih sering digunakan karena pada
persat tersebut posisi kepala sangat sempurna untuk canalith repositioning
treatment.(8)
22
mempunyai komponen torsional yang prominen, yang tidak dapat terdeteksi oleh
ENG. (9)
Perasat dix-hallpike pada garis besarnya terdiri dari dua gerakan. Perasat dix-
hallpike kanan pada bidang kanal anterior kiri dan kanal posterior kanan dan perasat
dix-hallpike kiri pada bidang posterior kiri. Untuk melakukan perasat dix-hallpike
kanan, pasien duduk tegak pada meja pemeriksaan dengan kepala menoleh 45o ke
kanan. Dengan cepat pasien dibaringkan dengan kepala tetap miring 45o ke kanan
sampai kepala pasien menggantung 20-30o pada ujung meja pemeriksaan, tunggu 40
detik sampai respon abnormal timbul. Penilaian respon pada monitor dilakukan
selama ± 1 menit atau sampai respon menghilang. Setelah tindakan pemeriksaan ini
dapat langsung dilanjutkan dengan canalith repositioning treatment (CRT).
Bila tidak ditemukan respon abnormal atau bila perasat tersebut tidak diikuti
dengan CRT, pasien secara perlahan-lahan didudukan kembali. Lanjutkan
pemeriksaan dengan parasat dix-hallpike kiri dengan kepala pasien dihadapkan 45o ke
kiri, tunggu maksimal 40 detik sampai respon abnormal hilang. Bila ditemukan
adanya respon abnormal, dapat dilanjutkan dengan CRT, bila tidak ditemukan respin
abnormal atau bila tidak dilanjutkan dengan tindakan CRT, pasien secara perlahan-
lahan didudukkan kembali. (9)
Perasat sidelying juga terdiri dari 2 gerakan yaitu perasat sidelying kanan yang
menempatkan kepala pada posisi di mana kanalis anterior kiri/kanalis posterior kanan
pada bidang tegak lurus garis horizontal dengan kanal posterior pada posisi paling
bawah dan perasat sidelying kiri yang menempatkan kepala pada posisi di mana
kanalis anterior kanan dan kanalis posterior kiri pada bidang tegak lurus garis
horizontal dengan kanal posterior pada posisi paling bawah. (9)
Pasien duduk pada meja pemeriksaan dengan kaki menggantung di tepi meja,
kepala ditegakkan ke sisi kanan, tunggu 40 detik sampai timbul respon abnormal.
Pasien kembali ke posisi duduk untuk dilakukan perasat sidelying kiri, pasien secara
23
cepat dijatuhkan ke sisi kiri dengan kepala ditolehkan 45o ke kanan. Tunggu 40 detik
sampai timbul respon abnormal. (9)
Pada orang normal nistagmus dapat timbul pada saat gerakan provokasi ke
belakang, namun saat gerakan selesai dilakukan tidak tampak lagi nistagmus. Pada
pasien BPPV setelah provokasi ditemukan nistagmus yang timbulnya lambat, ± 40
detik, kemudian nistagmus menghilang kurang dari satu menit bila sebabnya
kanalitiasis, pada kupulolitiasis nistagmus dapat terjadi lebih dari satu menit,
biasanya serangan vertigo berat dan timbul bersama-sama dengan nistagmus. (10)
24
nistagmus dan vertigo kembali. Respon tersebut menyerupai respon yang pertama
namun lebih lemah dan nistagmus fase capat timbvul dengan arah yang berlawanan,
hal tersebut disebabkan oleh gerakan kanalith ke kupula. (9)
Pada umumnya BPPV tumbul pada kanalis posterior dari hasil penelitian
Herdman terhadap 77 pasien BPPV mendapatkan 49 pasien (64%) dengan kelainan
pada kanalis posterior, 9 pasien (12%) pada kanalis anterior dan 18 pasien (23%)
tidak dapat ditentukan jenis kanal mana yang terlibat, serta didapatkan satu pasien
dengan keterlibatan pada kanalis horizontal. Kadang-kadang perasat dix-hallpike /
sidelying menimbulkan nistagmus horizontal. Nistagmus ini bias terjadi karena
nistagmus spontan, nistagmus posisi atau BPPV pada kanalis horizontal, pemeriksaan
harus dilanjutkan dengan pemeriksaan roll test. (10)
25
meningkatkan sirkulasi darah ditelinga dalam dan mempengaruhi fungsi vestibuler
melalui reseptor H3. (11)
Perilimfe atau fistula labirin adalah suatu kondisi di mana terdapat hubungan
abnormal antara ruang perilimfe dari telinga bagian dalam dan telinga tengah atau
mastoid. Manifestasi penyakit ini bervariasi berdasarkan keparahan dan kompleksitas,
umumnya mulai dari sangat ringan sampai melumpuhkan. Fistula perilimfe dapat
26
menyebabkan gangguan pendengaran, tinnitus, kepenuhan aural, vertigo,
ketidakseimbangan, atau kombinasi dari gejala-gejala ini. Fistula perilimfe terjadi
ketika cairan perilimfe mengalami kebocoran dari ruang perilimfe dari labirin tulang
ke dalam ruang telinga tengah. Hilangnya perilimfe mengubah keseimbangan antara
perilimfe dan endolimfe dalam labirin membran sehingga terjadi ketidakseimbangan
cairan telinga bagian dalam. (5)
Fistula labirin adalah suatu erosi tulang dari kapsul labirin sehingga terekspos
tetapi tidak sampai menembus endosteum dari labirin. Jika menembus endosteum
dari labirin dapat menyebabkan kematian telinga. Fistula banyak terjadi didaerah
kanalis semisirkularis lateral. Fistula di daerah labirin bisa disebabkan oleh
komplikasi dari infeksi kronis telinga tengah ataupun trauma operasi. Adapun sampai
saat ini penyebab paling sering adalah akibat erosi tulang oleh kolesteatoma.
Penderita otitis media supuratif kronis (OMSK) dengan tuli sensorineural dan vertigo
perlu dicurigai terjadi fistula labirin. Pemeriksaan ‘tes fistula’ dapat membantu
memperjelas gejala klinis. Tes ini mudah dilakukan, baik dengan tekanan dari balon
karet atau dengan menekan tragus untuk memberikan tekanan positif atau negatif
pada telinga. Tes fistula positif jika terjadi nistagmus dan vertigo. Hal ini juga
menunjukkan bahwa labirin masih hidup. Apabila fistulanya tertutup jaringan
granulasi atau labirinnya sudah mati tes fistula akan negatif. (6)
27
Jika tidak ada kebocoran aktual diidentifikasi, kaki stapes dan jendela bulat
dicangkokkan profilaktik. Jaringan adiposa awalnya digunakan, tetapi
penggunaannya menghasilkan tingkat yang sangat tinggi dari fistula berulang. Jadi
yang digunakan sekarang adalah fasia atau perichondrium, ini dilaporkan telah
menurunkan kejadian fistula berulang. (11)
2.6.4 Labirintitis
28
Meskipun data epidemiologi definitif sulit didapatkan, labirintitis virus adalah
bentuk yang paling umum diamati dalam praktek klinis. Prevalensi SNHL
(sensoryneural hearing loss) diperkirakan pada 1 kasus dalam 10.000 orang, dengan
sampai 40% dari pasien ini mengeluh vertigo atau disequilibrium. Sebuah studi
melaporkan bahwa 37 dari 240 pasien dengan vertigo posisional mengalami
labirintitis virus. Gejala pendengaran dan keseimbangan ditemukan sekitar 25% dari
pasien dengan oticus herpes, di samping terdapat pula kelumpuhan wajah dan ruam
vesikuler yang menjadi ciri penyakit. Labirintitis bakteri jarang terjadi setelah
pemberian antibiotik, meskipun meningitis bakteri tetap menjadi penyebab signifikan
gangguan pendengaran. Gejala pendengaran, gejala vestibular, atau keduanya
mungkin ditemukan sebanyak 20% pada anak dengan meningitis. Kematian yang
berhubungan dengan labyrinthitis tidak pernah dilaporkan kecuali dalam kasus
meningitis atau sepsis. (12)
Labirintitis viral biasanya ditemukan pada orang dewasa berusia 30-60 tahun
dan jarang diamati pada anak-anak. Meningogenik labirintitis supuratif biasanya
diamati pada anak-anak usia kurang dari 2 tahun, yang merupakan populasi yang
paling berisiko untuk meningitis. Otogenic labirintitis supuratif dapat diamati pada
orang dari segala usia berhubungan dengan kolesteatoma atau sebagai komplikasi
otitis media akut yang tidak diobati. Labirintitis serosa lebih sering terjadi pada
kelompok usia anak, di mana sebagian besar merupakan kelanjutan dari otitis media
akut maupun kronis. (12)
29
Riwayat kesehatan menyeluruh, termasuk gejala, riwayat medis masa lalu,
dan obat sangat penting untuk mendiagnosa labirintitis sebagai penyebab vertigo
pasien atau gangguan pendengaran. Beberapa gejala yang sering ditemukan pada
pasien labirintitis(5):
Vertigo (waktu dan durasi, asosiasi dengan gerakan, posisi kepala, dan
karakteristik lain)
Gangguan pendengaran (karakteristik unilateral atau bilateral, ringan atau
berat, durasi, dan lainnya)
Tinitus
Otorrhea
Otalgia
Mual atau muntah
Demam
Kelumpuhan asimetris pada wajah
Leher nyeri / kaku
Gejala infeksi saluran nafas atas (sebelumnya atau bersamaan)
Perubahan visual
Pemeriksaan fisik lengkap dan pemeriksaan kepala leher dengan penekanan
pada otologik, mata, dan pemeriksaan saraf kranial juga penting untuk menegakkan
diagnosis. Pemeriksaan neurologis singkat juga diperlukan. Perlu dicari tanda-tanda
meningeal jika dicurigai terdapat meningitis. (12)
Pemeriksaan otologik:
Melakukan pemeriksaan eksternal untuk tanda-tanda mastoiditis, selulitis,
atau operasi telinga sebelumnya
Periksa saluran telinga untuk otorrhea otitis eksterna atau vesikel
Periksa membran timpani dan telinga tengah untuk kehadiran perforasi,
cholesteatoma, efusi telinga tengah atau otitis media akut
30
Pemeriksaan mata:
Periksa rentang gerak mata dan respon pupil.
Melakukan pemeriksaan funduskopi untuk menilai papilledema.
Amati nystagmus (spontan, tatapan-menimbulkan, dan posisi). Lakukan Dix-
Hallpike menguji apakah pasien dapat menerimanya.
Jika perubahan visual yang disarankan, berkonsultasi dengan dokter mata.
Pemeriksaan neurologis:
Melakukan pemeriksaan saraf kranial lengkap.
Menilai keseimbangan menggunakan uji Romberg.
Tata laksana awal labirintitis virus terdiri dari istirahat dan hidrasi.
Kebanyakan pasien bisa diobati secara rawat jalan. Namun, mereka harus segera
mencari perawatan medis lebih lanjut apabila gejala memburuk, terutama gejala
neurologis (misalnya, diplopia, bicara cadel, gangguan gaya berjalan, kelemahan
lokal atau mati rasa). (12)
Pasien dengan mual dan muntah berat harus dipasang infus dan diberi
antiemetik. Diazepam atau benzodiazepin lainnya kadang-kadang bermanfaat sebagai
penekan fungsi vestibular. Kortikosteroid oral jangka pendek mungkin membantu.
Pemberian terapi antivirus tidak terlalu memberikan hasil yang memuaskan. (12)
31
Steroid (metilprednisolon) terbukti lebih efektif daripada obat antivirus untuk
pemulihan fungsi vestibular perifer pada pasien dengan neuritis vestibular dalam uji
coba terkontrol secara acak oleh Strupp et al. Hal ini juga berlaku untuk pengobatan
labirintitis virus. (12)
akustik. Neuroma akustik merupakan suatu tumor jinak sel Schwann yang
membungkus saraf kranial yang kedelapan. Schwannoma ini paling sering terjadi
risiko yang jelas. Paparan terhadap radiasi dosis tinggi adalah satu-satunya faktor
akustik. (14)
Sebagian besar neuroma akustik berkembang dari investasi sel Schwann dari
bagian vestibular dari syaraf vestibulocochlear. Kurang dari 5% timbul dari saraf
32
Pertumbuhan yang lambat (yaitu 0,2 cm / tahun pada studi imaging), dan
Meskipun neuroma akustik yang paling banayak tumbuh lambat, beberapa tumbuh
cukup cepat dan dapat ganda dalam volume dalam waktu 6 bulan sampai satu tahun.9
rotasional (ilusi gerakan atau jatuh) adalah gejala yang biasa dan kadang-kadang
terlihat pada pasien dengan tumor kecil. Disequilibrium (rasa kegoyangan atau
ketidakseimbangan) tampaknya lebih sering terjadi pada tumor yang lebih besar. (14)
33
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi, Efiaty Arsyad, et al. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2010
3. Bauer CA, Konrad HR. Peripheral Vestibular Disorders: Head & Neck Surgery
Otolaryngology. 2006; 2295 -2302
35