Anda di halaman 1dari 17

DEGLOVING INJURY

(Referat)

Oleh

Aminah Zahra
Ayu Septia Damayanti
M. Zur’an Asyrofi
Piesta Prima Beta Pairul

Pembimbing

dr. Bobby Swadharma Putra, Sp.BP-RE

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDUL MOELOEK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun tujukan kepada Allah SWT karena rahmat

dan inayah-Nya jualah penyusun dapat menyelesaikan referat ini. Penyusun juga

mengucapkan terimakasih kepada dokter pembimbing yang telah memberikan

kesempatan dan bimbingan untuk menyelesaikan referat ini.

Referat ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan kepaniteraan

klinik Ilmu Bedah di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek yang dijalani

penyusun. Penyusun berharap referat ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan

bermanfaat kepada penyusun sendiri dan juga rekan-rekan sejawat lainnya.

Penyusunan referat ini tentu saja masih terdapat kelemahan dan

kekurangan, untuk itu penyusun berharap masukan dan kritik yang membangun

guna kesempurnaan referat ini.

Bandar Lampung, September 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................... i

Daftar Isi.............................................................................................................. ii

BAB I Pendahuluan ............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II Tinjauan Pustaka .................................................................................... 3

2.1 Definisi ..................................................................................................... 3

2.2 Etiologi ..................................................................................................... 3

2.3 Klasifikasi ................................................................................................. 4

2.4 Gambaran Klinis....................................................................................... 5

2.5 Penatalaksanaan........................................................................................ 6

2.6 Prognosis .................................................................................................. 10

BAB III Kesimpulan ........................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Organ tubuh yang paling luas dan terluar adalah kulit. Kulit memiliki peranan

yang sangat penting bagi tubuh manusia, yaitu sebagai pelindung tubuh,

ekskresi, sensorik, pengatur suhu tubuh, pembentukan pigmen, pembentukan

vitamin D, dan keratinisasi. Kulit melindungi bagian dalam tubuh dari trauma,

tarikan, maupun gesekan yang merupakan bentuk dari gangguan fisik atau

mekanik. Salah satu akibat dari trauma mekanik atau fisik tersebut adalah

terjadinya degloving injury.1,2

Degloving injury adalah suatu cedera yang melibatkan terlepasnya kulit dan

jaringan subkutan dari fascia dan otot yang berada di bawahnya. Predileksi

degloving injury paling sering terjadi pada daerah lengan dan tungkai.

Degloving injury disebabkan oleh berbagai macam trauma mekanik, biasanya

kecelakaan lalu lintas kendaraan bermotor dan kecelakaan industri akibat

trauma saat menggunakan alat berputar, namun tidak menutup kemungkinan

disebabkan oleh trauma tumpul. Terjadinya degloving injury ini seringkali

disertai cedera lain ataupun fraktur yang memungkinkan timbulnya

komplikasi dari yang paling ringan hingga menyebabkan kematian.2,9

1
Luka yang sering terjadi pada degloving injury biasanya bersifat terbuka,

meskipun ada juga yang bersifat tertutup. Saat degloving injury bersifat

terbuka, maka dokter harus melakukan penanganan segera. Tujuan pertama

dari penanganannya adalah mendekatkan kembali dua bagian yang terpisah,

berharap nantinya jaringan tersebut akan sembuh secara spontan. Kedua

adalah membuang jaringan yang sudah mati akibat kehilangan vaskularisasi,

kemudian menutup luka tersebut dengan skin graft. 2

1.2 Tujuan

Tujuan pembuatan referat ini adalah agar dokter muda RSUD Abdul Moeloek

memahami definisi, etiologi, klasifikasi, gambaran klinis dan tatalaksana,

serta prognosis degloving injury yang merupakan salah satu syarat untuk

melewati kepaniteraan klinik ilmu bedah subbagian bedah plastik,

rekonstruksi dan estetika.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Degloving injury merupakan cedera avulsi dimana sebagian besar kulit dan jaringan

subkutan terlepas dari jaringan fasia dan otot dibawahnya. Cedera dapat mengenai

setiap bagian tubuh tetapi paling sering mengenai ekstremitas (atas maupun bawah),

tubuh, wajah, dan genitalia.2

Degloving merupakan cedera akibat dari penerapan kekuatan dengan intensitas tinggi

dengan vektor tangensial yang menentukan kompresi, peregangan, twist dan gesekan

jaringan sehingga menyebabkan avulsi kulit dan jaringan subkutan dari permukaan

fasia dan otot, dengan kerusakan pada pembuluh darah musculocutaneus dan

fasciocutaneus perforantes.3,4

2.2 Etiologi

Degloving injury ditandai oleh avulsi jaringan kutan dan subkutan dari

struktur yang lebih kaku oleh karena trauma. Degloving seperti itu dapat

terjadi pada deep fascia, otot atau permukaan tulang.5,6 Trauma dengan

mekanisme “tergilas” dapat menghasilkan degloving injury. Tergilas oleh

kendaraan berat dan bergerak lambat dengan ban besar diketahui sebagai

penyebab yang paling mungkin menyebabkan cedera ini, hal ini mungkin

3
karena korban lebih mungkin bersentuhan dengan ban daripada bagian lain

dari kendaraan. Mekanisme penting dari cedera ini, melibatkan avulsi kulit

dan lapisan subkutan yang terpisah dari lapisan lebih profunda serta kerusakan

pembuluh darah musculo-cutaneous perforantes menyebabkan viabilitas

jaringan tersebut menjadi terganggu.5,7

Pada degloving, kulit dan jaringan subkutis terlepas secara paksa dari dasarnya

oleh kekuatan yang keras dan mendadak. Seperti pada bagian tubuh yang

terlindas atau tergilas diantara ban dan permukaan jalan, saat roda berputar

diatasnya akan menyebabkan tarikan kulit sehingga terjadi gaya puntir dari

kulit dan mengakibatkan kulit terputus kontinuitasnya, sebagian kulit melekat

seperti flap.7

2.3 Klasifikasi

Hidalgo membagi degloving injury menjadi tiga kelompok utama. Berikut

pembagian menurut Hidalgo:8

1. Tipe 1 disebut sebagai cedera avulsi rata-rata. Tipe 1 ini merupakan tipe

yang paling umum yang ditandai oleh laserasi dan area avulsi yang

terlihat.

2. Tipe 2 disebut sebagai cedera avulsi atipikal. Tipe ini tidak tampak

adanya tanda trauma serius, namun sebenarnya terdapat avulsi di area yang

luas.

4
3. Tipe 3 disebut sebagai cedera avulsi di area tertentu. Jenis cedera meliputi

area plantar dan kulit kepala. Revaskularisasi dan replantasi diperlukan

untuk sebagian besar cedera tipe ini.

Terdapat dua jenis degloving injury, yaitu:

1. Trauma degloving partial

Trauma jenis ini ditandai dengan pengangkatan kulit tidak lengkap dan

beberapa bagian kulit mungkin masih menutupi struktur yang

mendasarinya. Jaringan yang terkena mengalami nekrosis akibat tidak

mendapat aliran darah. Jenis ini disebut partial atau physiological

degloving, karena tiga alasan berikut ini:

- Segmen kulit yang terkena mungkin tidak dapat hidup, karena telah

kehilangan semua suplai darah.

- Masalah ini mungkin tidak dikenali sejak dini, karena penampakan

klinisnya biasanya di permukaan kulit tampak utuh.

- Bahkan apabila kondisi tersebut telah dikenali, umumnya tindakan

rekonstruksi mungkin tertunda karena tingkat kerusakan tidak dapat

dikenali dengan jelas sejak dini.9

2. Trauma degloving complete

Trauma jenis ini ditandai dengan gambaran kulit yang terkena telah hilang

seluruhnya dan memperlihatkan struktur yang mendasari. Jenis ini disebut

sebagai degloving complete atau anatomical degloving. Trauma degloving

5
jenis ini memiliki gambaran terangkatnya kulit dari jaringan dibawahnya

yang disertai dengan luka yang terbuka.9

2.4 Gambaran Klinis

Terlepasnya lapisan kutis dan subkutis dari jaringan dibawahnya, dapat juga

masih terdapat bagian dari kulit yang melekat, ini terjadi pada trauma

degloving terbuka. Gejala klinik yang lain dapat pula ditemukan gambaran

permukaan kulit yang normal atau dapat disertai dengan echimosis, ini terjadi

pada trauma degloving tertutup.10

2.5 Penatalaksanaan

Pengobatan degloving injury mungkin kompleks dan memerlukan penilaian

yang cermat tentang sejauh mana jaringan yang rusak dan suplai darah ke

jaringan yang terkena. Prinsip-prinsip penanganan umum termasuk

mempertahankan sebanyak mungkin jaringan, menutup kulit yang terlepas

secepat mungkin, penutup kulit berkualitas baik, mengembalikan fungsi awal

sedini mungkin, dan melakukan prosedur sekunder sebisa mungkin.11

Untuk cedera jari, pilihan operasi pertama dan terbaik adalah prosedur

replantasi dan revaskularisasi. Seringkali, ketika kulit degloved benar-benar

terlepas dari tubuh pasien, itu dapat dikembalikan dengan replantasi. Prosedur

ganda ini membutuhkan keahlian dan sumber daya yang sangat besar. Selain

itu, pasien trauma sering mungkin memiliki cedera yang mengancam jiwa lain

6
yang tidak memungkinkan untuk prosedur replantasi dan revaskularisasi

panjang.

Untuk pasien dengan degloving injury yang lebih terbatas pada abrasi dan/

atau avulsi, prosedur transfer jaringan bebas dapat dilakukan untuk menutupi

setiap tendon, tulang, dan sendi yang terkena. Dianjurkan juga untuk

melakukan eksisi jaringan minimal. Rekonstruksi flap mengarah ke

penyembuhan primer yang cepat. Teknik transfer jaringan bebas termasuk

teknik mikrovaskuler satu tahap. Jaringan yang ditransfer bisa berupa flap

paha anterolateral,12 flap kulit, atau flap otot latissimus dorsi,13 yang ditutupi

dengan skin graft/cangkok kulit. Sayangnya, hanya sedikit pusat di dunia yang

dapat melakukan jenis jaringan seperti itu yang dapat ditransfer; prosedur

transfer jaringan bebas juga telah dibatasi oleh kebutuhan keahlian dalam

bedah mikrovaskular. Selain itu, setelah rekonstruksi tangan atau jari

degloved, prosedur sekunder tertentu mungkin diperlukan (seperti revisi bekas

luka, penipisan flap, atau pelepasan sindaktili).11

Kulit avulsi telah digunakan sebagai sumber cangkok kulit (split atau full

thickness). Ahli bedah sering perlu mengkombinasi penghilangan kulit avulsi

dengan fenestrasi diikuti dengan dressing tekanan negatif.14 Jika degloving

sangat luas, pilihan lain adalah eksisi serial sebelum rekonstruksi; kerugian

teoritis adalah potensi untuk pengerasan tulang dan infeksi nosokomial.15

7
Untuk pasien dengan avulsi luas kulit termasuk pedikel distal, dengan atau

tanpa keterlibatan jaringan subkutan superfisial - yang tidak memiliki

kerusakan pada jaringan yang lebih dalam, penanganan terbaik adalah untuk

membagi pedikel, defat kulit, dan mengganti avulus kulit sebagai full-

thickness skin graft. Jika luka terlalu terkontaminasi atau terlalu bengkak,

jaringan avulsi harus dibersihkan dengan lavage pulsatil, dibiarkan terbuka,

dan ditujukan pada eksplorasi kedua. Untuk pasien dengan degloving injury

non-circumferential, eksisi jaringan selalu diperlukan. Tapi, baik dengan

aplikasi skin graft atau rekonstruksi flap, luka sembuh sesuai dengan tujuan.

Untuk pasien dengan degloving injury single-plane, flap dieksisi sementara

untuk pasien dengan trauma multiplane degloving sirkumferensial;

rekonstruksi bertahap disarankan. Degloving injury yang berhubungan dengan

fraktur terbuka harus dikelola dengan eksisi yang komprehensif dari jaringan

keras dan lunak, diikuti oleh fiksasi skeletal yang sesuai dan aplikasi

penutupan jaringan lunak tervaskularisasi.16

Manajemen cedera anatomi spesifik

 Cedera ekstremitas bawah

Pengelolaan cedera degloving ekstremitas bawah dapat menjadi rumit.

Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan perangkat vacuum

assisted closure (VAC) untuk persiapan dasar luka untuk

pencangkokan telah menjadi praktik standar.14,15,17 Kadang-kadang,

degloving injury ekstremitas bawah membutuhkan kriopreservasi split-

8
thickness skin graft (STSG) yang diperoleh dari flap degloved,

pengganti dermal buatan, atau terapi VAC. Beberapa penulis telah

melaporkan menggunakan ring fiksator untuk mengelola degloving

injury ekstremitas bawah; fiksator akhirnya membantu persiapan dasar

luka untuk mencangkok, memudahkan penerapan jaringan cangkokan,

memfasilitasi perawatan graft, dan memungkinkan mobilisasi sendi

secara pasif.10 Namun, teknik yang lebih umum adalah debridemen

radikal diikuti dengan penerapan segera full-thickness skin graft

(FTSG).

 Cedera kaki

Manajemen cedera kaki degloving kompleks dan harus melibatkan

spesialisasi yang berbeda. Pada anak-anak dan orang dewasa, cedera

seperti itu dapat berhasil ditangani dengan aplikasi defatted FTSG,

diikuti oleh dressing konvensional. Perawatan itu relatif sederhana, dan

dapat memberikan hasil fungsional dan kosmetik yang baik. Selain itu,

mengganti kulit degloved dengan FTSG dan mengamankannya dengan

perangkat VAC dapat menyelamatkan kaki.10

 Cedera ekstremitas atas

Pilihan utama dalam manajemen degloving injury ekstremitas atas

termasuk:

1. Menyelamatkan segmen degloved melalui teknik revaskularisasi,

seperti anastomosis arteri langsung atau shunting arteriovenous, dan

9
2. Rekonstruksi segmen yang tidak dapat diubah dengan teknik mikro

atau non-mikro.20

Tujuan utama termasuk pembatasan kehilangan jaringan lunak sekunder,

pencegahan infeksi, debridemen serial sesuai kebutuhan, fiksasi antar

sendi sementara, rekonstruksi mikrosirkulasi, dermatofasciotomy dalam

kasus sindrom kompartemen, tutup jaringan lunak sementara,

pengkondisian sistematis jaringan lunak, dan rekonstruksi jaringan lunak

sekunder.21

 Cedera tangan

Degloving injury pada tangan bisa sangat merusak. Untuk pasien

dengan jari degloved, replantasi harus dicoba karena tidak ada prosedur

rekonstruksi lain yang dapat mengembalikan karakteristik kosmetik dan

fungsional kulit jari asli.21 Berbagai pilihan perawatan replantasi

termasuk operasi replantasi dengan anastomosis vaskular; rekonstruksi

dengan lipatan ibu jari dan sebagian dari satu jari kaki kedua untuk flap

kulit dorsal; rekonstruksi dengan jari kaki kedua dari kedua kaki untuk

flap kulit dorsal; atau perbaiki dengan flap perut.22

2.6 Prognosis

Tingkat keparahan komplikasi tergantung pada mekanisme, cedera yang

bersamaan, dan bagian anatomi yang terkena serta apakah degloving injury

terbuka atau tertutup. Jika degloving injury yang parah tidak diidentifikasi

dengan segera dapat berlanjut menjadi infeksi atau bahkan menjadi

nekrosis fascilitis.10

10
BAB III
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari referat degloving injury ini,

diantaranya:

1. Degloving injury adalah suatu cedera yang melibatkan terlepasnya kulit

dan jaringan subkutan dari fascia dan otot yang berada di bawahnya.

2. Degloving injury disebabkan oleh berbagai macam trauma mekanik,

biasanya kecelakaan lalu lintas kendaraan bermotor dan kecelakaan

industri akibat trauma saat menggunakan alat berputar, namun tidak

menutup kemungkinan disebabkan oleh trauma tumpul.

3. Pada degloving injury terbuka didapatkan terlepasnya lapisan kutis dan

subkutis dari jaringan dibawahnya sedangkan pada degloving injury

tertutup didapatkan didapatkan pemukaan kulit normal atau terdapat

equimosis.

4. Prinsip-prinsip penanganan umum pada degloving injury adalah

mempertahankan sebanyak mungkin jaringan, penutup kulit awal dan

penutup kulit berkualitas baik serta kembalinya fungsi awal.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood L. 2017. Fisiologi Manusia: dari sel ke sistem. Jakarta: EGC.

2. Wójcicki, P, Wojtkiewicz, W, Drozdowski, P. Severe lower extremities

degloving injuries--medical problems and treatment results. Pol Przegl Chir.

2011;83(5): 276-82.

3. Mandel MA. The management of lower extremity degloving injuries. Ann

Plast Surg. 1981;6(1):1-5.

4. Askins G, Finley R, Parenti J, Bush D, Brotman S. High-energy roller injuries

to the upper extremity. J Trauma. 1986;26(12):1127-31.

5. De Korte N, Dwars BJ, van der Werff JF. Degloving injury of an extremity. Is

primary closure obsolete? J Trauma 2009;67:60-1.

6. Arnez ZM, Khan U, Tyler MP. Classification of soft-tissue degloving in limb

trauma. J Plast Reconstr Aesthet Surg 2010;63:1865-9.

7. D. A. Mcgrouther, L. Sully. Degloving Injuries of The Limbs: Long-Teftm

Review and Management Based on Whole-Body Fluorescence. British Journal

of Plastic Surgery. 1980;33: 9-24.

8. Hidalgo DA. Lower extremity avulsion injuries. Clin Plast Surg 1986;13:

701-10.

9. R. Krishnamoorthy, G. Karthikeyan. Degloving injuries of the hand.Indian J

Plast Surg. 2011; 44(2): 227–36

12
10. Latifi R, El-Hennawy H, El-Menyar A, Peralta R, Asim M, Consunji R, Al-

Thani H. The therapeutic challenges of degloving soft-tissue injuries. J Emerg

Trauma Shock. 2014;7:228-32

11. Krishnamoorthy R, Karthikeyan G. Degloving injuries of the hand. Indian J

Plast Surg 2011;44:227-36.

12. Yu G, Lei HY, Guo S, Yu H, Huang JH. Treatment of degloving injury of

three fingers with an anterolateral thigh fl ap. Chin J Traumatol. 2011;14:

126-8.

13. Kim YH, Ng SW, Youn SK, Kim CY, Kim JT. Use of latissimus dorsi

perforator flap to facilitate simultaneous great toe-to-thumb transfer in hand

salvage. J Plast Reconstr Aesthet Surg. 2011;64:827-30.

14. Meara JG, Guo L, Smith JD, Pribaz JJ, Breuing KH, Orgill DP.

Vacuumassisted closure in the treatment of degloving injuries. Ann Plast Surg

1999;42:589-94.

15. Wong LK, Nesbit RD, Turner LA, Sargent LA. Management of a

circumferential lower extremity degloving injury with the use of vacuum

assisted closure. South Med J. 2006; 99:628-30.

16. Arnez ZM, Khan U, Tyler MP. Classifi cation of soft-tissue degloving in limb

trauma. J Plast Reconstr Aesthet Surg. 2010;63:1865-9.

17. Dini M, Quercioli F, Mori A, Romano GF, Lee AQ, Agostini T.

Vacuumassisted closure, dermal regeneration template and degloved

cryopreserved skin as useful tools in subtotal degloving of the lower limb

injury. 2012;43:957-9.

13
18. Josty IC, Ramaswamy R, Laing JH. Vaccum assisted closure: An alternative

strategy in the management of degloving injuries of the foot. Br J Plast Surg.

2001;54: 363-5.

19. Lo S, Lin YT, Lin CH, Wei FC. A new classifi cation to aid the selection of

revascularization techniques in major degloving injuries of the upper limb

injury. 2013.

20. Mittlmeier T, Krapohl BD, Schaser KD. Management of severe soft-tissue

trauma in the upper extremity - shoulder, upper and lower arm. Oper Orthop

Traumatol. 2010;22:196-211.

21. Doctor AM, Mathew J, Ellur S, Ananthram AA. Three-fl ap cover for total

hand degloving. J Plast Reconstr Aesthet Surg. 2010;63:e402-5.

22. Ju J, Li J, Wang H, Hou R. Classification and treatment of whole hand

degloving injury. Zhongguo Xiu Fu Chong Jian Wai Ke Za Zhi. 2012;26:

453-6.

14

Anda mungkin juga menyukai