Anda di halaman 1dari 17

REFERAT

OPEN GLOBE INJURY

Disusun oleh:
Hafizhah Triana Sakinah Mulyadi
2016730043

Pembimbing:
dr. M. Iqbal Sofyan, Sp. M

KEPANITERAAN KLINIK STASE MATA


RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat


dan Hidayah - NYA kepada kita sekalian, terutama kepada penulis sehingga
laporan referat dapat terselesaikan. Dalam laporanini penulis mengangkat judul
“Open Globe Injury” yang sekaligus merupakan tugas kepaniteraan dibagian
Stase Ilmu Penyakit Mata untuk proses belajar di RSIJ Cempaka Putih.

Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari bahwa masih


banyak kekurangan dan juga banyak menemui berbagai macam hambatan dan
kesulitan karena masih terbatasnya ilmu pengetahuan yang penulis miliki, namun
berkat adanya bimbingan, bantuan serta pengarahan dari berbagai pihak maka,
penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Oleh karena itu
dengan terselesaikannya penyusunan laporan kasus ini penulis mengucapkan
terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan laporan kasus ini terutama kepada yang
terhormat dr. M. Iqbal Sofyan, Sp.M selaku tutor pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, bantuan, serta pengarahan.

Semakin penulis mempelajari kasus dan literatur mengenai masalah


ini, semakin penulis sadar bahwa banyak sekali yang belum penulis ketahui. oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak guna
menyempurnakan laporan ini.

Jakarta, April 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................1

DAFTAR ISI.........................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................4

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

2
BAB I
PENDAHULUAN

Mata merupakan organ utama penglihatan. Kedua mata terletak di dalam


orbit, dengan ukuran kira-kira 1/5 dari volume orbit tersebut. Secara embriologis
mata merupakan ekstensi dari sistem saraf pusat. Mata memiliki banyak kesamaan
anatomi dan fisiologi dengan otak.
Trauma tembus adalah trauma yang mengakibatkan adanya "pintu masuk"
terjadinya luka (injury with an entance wound) yang menembus ke intraokular.
Mekanisme terjadinya trauma tembus pada mata adalah trauma terbuka (open globe).
Trauma okuli merupakan salah satu masalah kesehatan dunia. Meskipun termasuk
kasus yang masih dapat dicegah, trauma okuli tetap menjadi salah satu penyebab
mortilitas, morbiditas dan keterbatasan fisik. Dalam kenyataannya, trauma okuli
menjadi kasus tertinggi penyebab kebutaan unilateral di seluruh dunia terutama pada
anak dan dewasa muda. Dewasa muda terutama laki-laki merupakan kelompok yang
kemungkinan besar mengalami trauma okuli.
Seperti pada bagian tubuh lain, mata juga tidak bebas dari trauma; walaupun
mata sudah terlindungi dengan baik oleh kelopak mata, hidung, dan bantalan lemak
di bagian belakang. Trauma mekanis dapat dibagi
menjadi :
a. Benda asing ekstraokular
b. Trauma tumpul (kontusio)
c. Trauma penetrans dan perforans
d. Trauma penetrans dengan adanya benda asing yang tertinggal

3
BAB II
Tinjauan Pustaka

2.1 Trauma Okuler


Definisi yang diutarakan oleh American Ocular Trauma Society
mengenai trauma okuler mekanik adalah sebagai berikut :

1. Closed-globe injury merupakan suatu keadaan dimana dinding mata


(sklera dan kornea) tidak memiliki luka yang sampai menembus seluruh
lapisan-lapisan ini namun tetap menyebabkan kerusakan intraokuler,
termasuk di dalamnya :
 Contusio. Merupakan jenis closed-globe injury yang disebabkan oleh
trauma tumpul. Kerusakan yang timbul dapat ditemukan pada lokasi
benturan atau pada lokasi yang lebih jauh dari benturan.
 Laserasi lamellar. Merupakan jenis closed-globe injury yang dicirikan
dengan luka yang tidak sepenuhnya menembus lapisan sklera dan
kornea (partial thickness wound) yang disebabkan oleh benda tajam
maupun benda tumpul.
2. Open-globe injury merupakan jenis trauma yang berkaitan dengan luka
yang sampai menembus seluruan lapisan dinding dari sklera, kornea, atau
keduanya. Termasuk didalamnya ruptur dan laserasi dinding bola mata.
 Ruptur merujuk pada luka pada dinding bola mata dengan ketebalan
penuh sebagai dampak dari trauma tumpul. Luka yang timbul
disebabkan oleh peningkatan tekanan intraokuler secara tiba-tiba
melalui mekanisme trauma inside-out.
 Laserasi merujuk pada luka pada dinding mata dengan ketebalan
penuh yang disebabkan oleh benda tajam. Luka yang dihasilkan
merupakan akibat mekanisme luar ke dalam (outside-in), termasuk di
dalamnya :
 Trauma penetrasi merujuk pada laserasi tunggal dari dinding
mata yang disebabkan oleh benda tajam
 Trauma perforasi merujuk pada dua laserasi pada dinding mata
dengan ketebalan penuh (satu masuk dan satu keluar) yang

4
disebabkan oleh benda tajam. Dua luka yang terbentuk harus
disebabkan oleh benda yang sama.
 Trauma benda asing intraokuler merupakan suatu trauma
penetrasi ditambah dengan tertinggalnya benda asing intraokuler.

Gambar 1. Pembagian Trauma Okular

2.1.1 Klasifikasi Trauma Mata


The Ocular Trauma Classification Group telah membuat suatu sistem
klasifikasi berdasarkan BETT dan gambaran luka pada bola mata pada saat
pemeriksaan awal. Trauma mekanis pada mata dibagi menjadi dua yaitu luka
tertutup bola mata dan luka terbuka bola mata. Karena kedua hal ini memiliki
patofisiologi dan penanganan yang berbeda. Sistem ini membagi trauma
berdasarkan 4 parameter :
1. Tipe, berdasarkan mekanisme terjadinya luka. Tipe luka harus diketahui
berdasarkan riwayat seperti yang diceritakan oleh pasien atau saksi yang
melihat terjadinya trauma tersebut. Bila pasien tidak sadar, maka penentuan
tipe berdasarkan pemeriksaan klinis.
2. Grade, yang didasarkan atas pengukuran visus pada pemeriksaan awal. Hal
ini dapat dilakukan dengan tabel Snellen atau kartu Rosenbaum.

5
3. Ada tidaknya APD (Afferent Pupillary Defect). Adanya APD, seperti yang
dapat diukur dengan mengayunkan senter, merupakan petunjuk adanya
penyimpangan saraf optik dan/atau fungsi retina.
4. Perluasan luka. Luka yang terdapat pada luka terbuka bola mata atau
perluasan paling posterior dari kerusakan pada luka tertutup bola mata.

2.1.2 Anatomi Mata Internal


Mata merupakan organ penglihatan primer. Manusia memiliki dua
buah bola mata yang terletak di dalam rongga orbita yang dikelilingi
tulang-tulang yang membentuk rongga orbita. Selain itu juga terdapat
jaringan adneksa mata yaitu : palpebra, sistem lakrimalis, konjungtiva,
otot-otot ekstraokular, fasia, lemak, orbita, pembuluh darah dan sistem
saraf. Mata memiliki berat 7.5 gram dan panjang 24 mm. Bola mata
mendapatkan perdarahan dari arteri oftalmika, yaitu cabang dari arteri
karotis interna. Mata terbagi menjadi 2 bagian eksternal dan internal, pada
open globe injury ini lebih mengarah pada mata internal. Mulai dari
kornea, aqous humor, badan siliar, sklera, iris, lensa, viteus, dan saraf
optik.

Gambar 2. Anatomi Mata (potongan horizontal)

6
2.2 Open Globe Injury
Trauma Open globe (OGI) merupakan salah satu penyebab utama
datangnya pasien ke ahli mata. Di seluruh dunia, diperkirakan sekitar 200.000
orang menderita OGI. Beberapa penelitian klinis menunjukkan bahwa
insidens OGI sekitar 2-6 kasus per 100.000 populasi per tahun. Insidens rata-
rata sekitar 3.5 kasus per 100.000, sehingga di seluruh dunia ada sekitar
203.000 OGI per tahunnya.
Trauma open globe melibatkan defek full-thickness pada kornea dan atau
sklera. Trauma open-globe memiliki banyak variasi dan diklasifikasikan
berdasarkan mekanisme traumanya. Trauma open-globe ini merupakan
penyebab paling sering hilangnya penglihatan unilateral. Pada kebanyakan
kasus, trauma mata tersebut dapat dicegah.

Tabel 1. Istilah yang digunakan pada BEET (Birmingham Eye Trauma


Terminology)4.

7
Cedera bola mata terbuka datang dalam banyak varietas dan
diklasifikasikan menurut mekanisme cedera. Cedera tumpul akibat kekuatan
yang signifikan menyebabkan perubahan deformasi bola mata dengan
peningkatan tekanan intraokular yang cepat. Dengan pemendekan mata
anterior-posterior, dinding mata mengalami ketegangan yang signifikan dan
dapat pecah atau pecah pada titik-titik lemah.

Tabel 2. Klasifikasi Open Globe Injury 5

Lokasi ruptur paling umum di mata tanpa riwayat operasi intraokular


sebelumnya adalah di bawah otot rektus di mana dindingnya adalah yang
tertipis.

Gambar 1. Bola mata yang ruptur. Ekstrusi vitreous berdarah yang berasal dari otot
rektus lateral.

8
Gaya tajam menghasilkan luka robek, contohnya paku mengenai
mata. Cidera seperti itu disebut cidera tembus, dan membawa prognosis
yang lebih baik karena cederanya mungkin sangat terlokalisir, cidera
penetrasi yang ideal adalah sayatan bedah. Jika benda asing tetap bersarang
di mata itu diklasifikasikan sebagai benda asing intraokular, dan
peningkatan risiko endophthalmitis traumatis menjadi perhatian. Melalui
cedera mata, yang mengandung luka masuk dan keluar, disebut cedera
perforasi dan membawa prognosis yang sangat buruk karena luka keluar
posterior sering di makula dan mungkin juga melibatkan saraf optik.

Kerusakan struktur okular dapat terjadi karena:


1. Efek mekanis trauma atau perubahan fisik.
2. Terjadinya infeksi. Kadang-kadang bakteri pyogen masuk ke mata
setelah terjadinya trauma, yang dapat menyebabkan terjadinya
infeksi seperti abses cincin pada kornea, iridosiklitis, endoftalmitis,
atau panoftalmitis. Biasa juga terjadi tetanus akibat Clostridium
welchii.
3. Iridosiklitis post traumatik.
4. Oftalmitis simpatik.

2.2.1 Diagnosis
Kecurigaan klinis harus tinggi untuk kemungkinan cedera bola mata
terbuka pada semua kasus trauma. Perhatian khusus langsung pada kasus-
kasus yang melibatkan penggiling atau palu, karena ini terus menjadi
penyebab paling umum dari penetrasi dan cedera benda asing intraokular /
Intra Okular Foreign Body (IOFB). Pasien dengan riwayat trauma tumpul
okular dan periokular yang signifikan harus dianggap ruptur sampai terbukti
sebaliknya. Diagnosis bola mata yang ruptur dapat menjadi sulit mengingat
pembengkakan periokular dan okular, dan karena ruptur sering terjadi di
bawah otot rektus, lukatersembunyi.
Pemeriksaan okuler lengkap adalah penting bila memungkinkan dan
harus dimulai dalam semua kasus dengan pengukuran ketajaman visual dan
pengujian untuk adanya defek pupil aferen relatif. Ketajaman visual yang

9
buruk dan adanya defek pupil aferen adalah faktor prognostik paling
signifikan yang dapat dideteksi.

Tabel 3. Penilaian Kasus pada Trauma Okuli dan IOFB 6

Penting untuk mendokumentasikan faktor-faktor ini untuk alasan hukum


klinis dan medis.
Dari anamnesis harus dicari informasi penting tentang penyebab traumanya.
Anamnesis yang detail dan akurat sangat penting:
• Waktu terjadinya trauma ?
• Apa yang pasien lakukan saat itu ?
• Tipe trauma :
 Trauma fisik, kimia, panas
 Tajam atau tumpul; kecepatan hantaman / tumbukan
 Sifat dan ukuran objek
 Kemungkinan adanya benda asing (pada permukaan atau
menembus)
• Apakah memakai kacamata ?
• Trauma lain sebelumnya dan terapi apa saja yang sudah didapatkan ?
• Riwayat gangguan penglihatan dan masalah mata lain sebelumnya ?
• Gejala yang dirasakan saat ini – nyeri, penurunan penglihatan,
diplopia, flashes / floater, sensasi benda asing ?
• Riwayat medis sebelumnya, imunisasi tetanus, pengobatan yang
sesang dijalani, dan alergi ?
• Sehubungan dengan pekerjaan : Pekerjaan yang memakai palu dan
pahat hampir selalu menunjukkan adanya benda asing intraokular.

10
Pekerjaan yang memotong dan memakai gerinda menunjukkan adanya
benda asing di kornea. Pekerjaan seperti pengelasan dan memotong
dengan menggunakan bara api menunjukkan kemungkinan adanya
keratokonjungtivitis ultraviolet.

Pemeriksaan fundoskopi juga harus dilakukan pada semua pasien


trauma, namun pada mata yang terluka parah, kekeruhan segmen anterior dan
posterior sering membatasi visualisasi. Dalam kasus seperti itu, sangat
penting bahwa pengujian tambahan dilakukan. Tes lain adalah CT scan. Saat
ini, pemindaian CT mudah dilakukan di unit gawat darurat sebagai EKG.

Gambar 3. Contoh CT scan: CT scan mengkonfirmasikan adanya ruptur globe dengan


bukti pelepasan koroid hemoragik dan pendalaman bilik anterior. Diskontinuitas dari dinding
samping lateral pada penyisipan otot rektus juga ada.

Ini adalah tes cepat dan non-invasif yang memberikan informasi tentang
integritas bola mata, dan keberadaan IOFB, serta status tulang orbital dan
wajah. Kami menemukan CT scan memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang
masuk akal dalam diagnosis open globe injury.
Meskipun CT scan yang tampak normal tidak menutup kemungkinan
trauma globe terbuka terjadi, ini adalah informasi pendukung yang penting.
Alternatif pemeriksaan lain dapat Scan Ultrasonografi membantu dalam
evaluasi langsung dari pasien trauma. Ultrasonografi adalah tes yang lebih
baik untuk mengevaluasi struktur segmen posterior, tetapi perlunya kontak
dan ketersediaan membatasi penggunaannya. Di sisi lain, ini adalah cara ideal
untuk memantau cedera bola mata terbuka setelah perbaikan primer.

11
Dalam beberapa kasus ultrasonografi dapat mengidentifikasi benda asing
non-logam (kaca, kayu) yang terlewatkan pada CT scan. Untuk pasien yang
tidak dapat bekerja sama dengan pemeriksaan atau memiliki pemeriksaan
pembengkakan periokular yang luas, CT scan atau sonografi mungkin satu-
satunya informasi yang mudah diperoleh mengenai integritas bola mata.

Gambar 4. Pedoman klasifikasi trauma mekanis pada mata berdasarkan BETT

Tanda-tanda adanya trauma open-globe pada mata adalah : adanya luka


tembus pada kelopak mata, perdarahan subkonjungtiva yang berbentuk bulla,
darah pada bilik mata depan (hifema)pupil menonjol, disinsersi iris
(iridodialisis), dislokasi lensa, dan perdarahan vitreus. Lakukan palpasi untuk
menilai rusaknya pinggiran orbita dan pelepasan tendon canthral medial,
yang merupakan tanda adanya trauma berat.

2.2.2 Tatalaksana
Ketika cedera open-globe telah dikonfirmasi, beberapa pertanyaan
perlu dijawab:
1. Apakah luka membutuhkan penutupan atau dapat sembuh sendiri ?
Trauma penetrans yang terjadi dari laserasi dapat bersifat sangat
terlokalisasi, hampir sama seperti luka laserasi yang dibuat pada saat

12
operasi. Ketika ada luka seperti ini, kita harus memeriksa secara hatihati
untuk memastikan bahwa luka tersebut memang dapat sembuh sendiri
atau tidak.
2. Apakah ada IOFB atau benda asing ?
Pada keadaan akut setelah diyakini adanya IOFB, penting untuk
melakukan intervensi secepatnya untuk mengurangi resiko infeksi.
Beberapa kasus IOFB dengan endoftalmitis akibat basilus dapat
berprogres dengan cepat dan dapat menyebabkan kerusakan irreversibel
dan hilangnya daya penglihatan mata.
3. Adakah tanda-tanda endophthalmitis ? (contoh: hilang penglihatan,
merah, sakit)
Berikan antibiotik intravitreal
Bergantung pada status pertanyaan-pertanyaan ini, sebagian besar
perencanaan waktu dan perbaikan dapat ditentukan.
Dalam kebanyakan kasus, luka traumatis tidak menutup sendiri dan
membutuhkan perbaikan bedah. Penutupan luka harus diselesaikan segera
(dalam waktu 12 hingga 24 jam). Luka pada risiko tertentu untuk infeksi
seperti luka yang terkontaminasi, cedera terkait IOFB, cedera dalam dan
cedera lensa terkait cedera bola mata terbuka, membutuhkan perawatan lebih
darurat. Ketika penundaan dalam perbaikan primer diantisipasi, misalnya
karena transportasi pasien, antibiotik profilaksis harus diberikan sesegera
mungkin.
Luka tembus yang disebabkan oleh kekuatan laserasi mungkin sangat
lokal, dengan luka laserasi yang ideal adalah sayatan bedah yang dibangun
dengan hati-hati. Dalam kasus yang jarang terjadi, seorang pasien mungkin
mengalami luka serupa setelah trauma. Ketika luka seperti itu hadir,
diperlukan pemeriksaan luka yang hati-hati untuk memastikan bahwa
memang luka itu adalah penyegelan sendiri. Pengujian seidel dilakukan
dengan dan tanpa tekanan lembut. Lulus tes semacam itu harus menghindari
perlunya intervensi bedah, dengan asumsi struktur mata lainnya tidak
memerlukan perbaikan segera (mis. Katarak padat, IOFB, endophthalmitis).

Tabel 4. Penatalaksanaan Trauma Penetrans 6


13
Ketika suatu luka sangat besar, seseorang harus mempertimbangkan
bahwa keterlambatan penutupan dapat meningkatkan tidak hanya risiko
infeksi tetapi juga kesempatan untuk perdarahan ekspulsif dan ekstrusi isi
intraokular. Ingat, kehadiran IOFB dapat meningkatkan kemungkinan
endophthalmitis traumatis sebanyak dua hingga 30 kali, meskipun ulasan
terbaru tentang endophthalmitis traumatis gagal menunjukkan IOFB sebagai
faktor risiko independen untuk pengembangan endophthalmitis pasca trauma.
Endophthalmitis pasca cedera bola mata terbuka jauh lebih umum (10
hingga 100 kali lebih umum) daripada endophthalmitis pasca operasi. infeksi
dikaitkan dengan cedera dalam, luka kotor (cedera yang disebabkan oleh
benda yang terkontaminasi dengan bahan tanah atau sayuran), IOFB, cedera
lensa, dan keterlambatan penutupan luka. Ketika dicurigai, pengobatan
muncul dimulai dengan antibiotik intravitreal yang sesuai, dengan atau tanpa
vitrektomi pars plana. Namun, ini tidak berarti bahwa tidak tepat untuk
menutup luka dan melakukan keran vitreous dan injeksi antibiotik intravitreal
tanpa vitrectomy lengkap.
Profilaksis antibiotik yang tepat untuk kasus cedera bola mata terbuka
tanpa menunjukkan infeksi masih kontroversial. Mengingat potensi infeksi,
sebagian besar menganjurkan penggunaan antibiotik topikal dan sistemik.

14
Dalam kasus-kasus berisiko tinggi, beberapa bahkan merekomendasikan
profilaksis intravitreal.
Dengan munculnya fluoroquinolon yang lebih baru seperti ciprofloxacin
dan gatifloxicin yang lebih baru, tingkat terapi antibiotik dapat dicapai dalam
rongga vitreus setelah pemberian oral.

2.2.3 Outcome
Faktor yang paling prognostik untuk hasil visual yang buruk dan
kebutuhan untuk enukleasi adalah presentasi ketajaman visual yang buruk
dan adanya cacat pupil aferen pada mata yang terluka.
Enukleasi (pengangkatan seluruh bola mata termasuk nervus optik)
primer dianggap sebagai contoh langka hilangnya jaringan ekstrem anatomi.
Untuk mata yang terluka parah, menentukan potensi pemulihan visual dan
menyelamatkan mata adalah yang terpenting ketika memutuskan apakah akan
melanjutkan perbaikan sekunder versus enukleasi.
Sebuah tinjauan dari United States Eye Injury Registry mencatat bahwa
hampir 13% dari kasus yang mengalami penglihatan no light perception

vision (NLP) mendapatkan kembali beberapa penglihatan selama tindak


lanjut. Risiko melanjutkan dengan perbaikan sekunder pada mata yang sangat
terluka adalah bahwa keterlambatan atau penangguhan enukleasi dapat
meningkatkan risiko ophthalmia simpatik (SO). SO adalah pertimbangan
dalam semua cedera bola mata terbuka dan diskusi menyeluruh tentang risiko
dengan pasien diperlukan, tetapi kejadian saat ini tampaknya sangat rendah.
Dalam kasus langka yang berkembang SO, strategi pengobatan saat ini
efektif dalam pemeliharaan penglihatan yang baik untuk sebagian besar
pasien.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Chapter 2 - Basic Anatomy and Physiology of the Eye. In: Galloway NR,
Amoaku WMK, Galloway PH, Browning AC. Common Eye Diseases and
their Management - Third Edition. London: Springer-Verlag London Limited;
2006.
2. Khurana AK. Chapter 17 - Ocula Injuries. In: Khurana AK. Comprehensive
Ophthalmology Fourth Edition. New Delhi, India: New Age International
Publisher; 2007.
3. Knyazer B, Bilenko N, Levy J, Lifshitz T, Belfair N, Klemperer I, et al. Open
Globe Eye Injury Characteristics and Prognostic Factors in southern israel: a
retrospective epidemiologic review of 10 Years experience. IMA Journal. March
2013;15:1-5.
4. Kuhn F, Morris R, Mester V, Witherspoon CD. Terminology of Mechanical
Injuries: the Birmingham Eye Trauma Terminology (BETT). Journal of Ocular
Traumatology.
5. Pieramici DJ. Open-Globe Injuries Are Rarely Hopeless : Managing the open
globe calls for creativity and flexibility of surgical approach tailored to the
specific case. Review of Ophthalmology [Internet]. 15 June 2005.
Availablefrom:
http://www.reviewofophthalmology.com/content/d/retinal_insider/i/1315/c/2530
7/.
6. Tsai JC, Denniston AKO, Murray PI, Huang JJ, Aldad TS. Oxford American
Handbook of Ophthalmology. Oxford, New York: Oxford University Press;
2011.
7. Lang GK. Chapter 18 - Ocular Trauma. In: Lang GK. Ophthalmology – A Pocket
Textbook Atlas 2nd Edition. Stuttgart, Germany: Georg Thieme Verlag; 2007.
8. Eye Trauma. Egton Medical Information Systems Limited. 2014.

16

Anda mungkin juga menyukai