Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PBL SISTEM NEUROPSIKIATRI

MODUL 1 NYERI KEPALA

SEMESTER VI

Tutor :

dr. Mieke Marindawati, Sp.PA

Nama Anggota Kelompok 8:

Hans Eldith Monintja 2016730045

Naufal Muhammad Fatih 2016730077

Wihandika Daryantasya Abdilla 2016730105

Chairun Nisaa Amalia 2016730024

Ratu Manik Kencana 2016730090

Nayla Saadah Alawiyah 2016730078

Annisa Nur Rahmalia 2016730013

Farah Nabilah Siswanto 2016730036

Elsa Muslihat 2016730029

Salsabila Fauziah Ul Haq 2016730095

Indria Savitri 2016730050

Savira Dwi Ramadini 2016730097

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADYAH JAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr. Wb.


Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT karena atas nikmat dan rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan tugas laporan PBL (Problem Based Learning) dengan baik. Shalawat dan
salam marilah senantiasa penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW karena beliau telah
membawa kita dari zaman kebodohan hingga ke zaman yang penuh ilmu pengetahuan seperti
sekarang ini.
Dalam tugas laporan praktikum PBL kali ini penulis membahas tentang “Nyeri Kepala” Tugas
ini merupakan salah satu laporan pada Sistem Neuropsikiatri program studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Tugas laporan ini dibuat
bukan hanya untuk memenuhi syarat tugas saja melainkan untuk tambahan bacaan teman-teman
semuanya.
Dalam proses pembuatan tugas laporan ini tentunya penulis mendapat bimbingan, arahan,
pengetahuan, dan semangat, untuk itu penulis sampaikan terima kasih kepada:
 Allah yang telah memberi ridho sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
praktikum ini,
 dr. Mieke Marindawati, Sp.PA selaku tutor pada modul nyeri kepala ini,
 Para dosen dan dokter yang telah memberikan ilmu-ilmunya pada sistem
Neuropsikitari yang tidak bisa disebutkan satu persatu,
 Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan banyak masukan dalam
pembuatan tugas laporan ini.
Pembahasan di dalamnya penulis dapatkan dari buku-buku text book, jurnal, internet,
diskusi, dan lainnya. Penulis sadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaannya.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, In Syaa Allah laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis yang sedang menempuh pendidikan dan dapat dijadikan pelajaran bagi teman-teman semua.
Waalaikumsalam Wr. Wb.

Jakarta, 06 Maret 2018

Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Tujuan Pembelajaran

1.3.Kegiatan yang dilakukan dan keluarannya

1.4. Laporan Seven Jumps

BAB II : PEMBAHASAN

2.1. Modul 1
BAB III : PENUTUP

3.1 Simpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada Semester 6 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakata, kami mendapatkan mata kuliah
Sistem Neuropsikiatri. Pada Sistem ini kami mempelajari konsep dasar dari Nyeri
Kepala.
Dalam PBL modul ini yaitu mengenai Nyeri Kepala. Kelompok kami
mengharapkan agar pembaca dapat mendapat pengetahuan mengenai Nyeri
Kepala.

1.2. Tujuan Pembelajaran


Setelah selesai mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat
memahami anatomi, histologi, dan fisiologi yang berkaitan dengan nyeri kepala
serta mengetahui klasifikasi, etiologi, patomekanisme, serta penyakit-penyakit
dengan keluhan nyeri kepala .
1.3. Kegiatan yang Dilakukan dan Keluarannya
Pada saat melakukan PBL, kelompok kami berdiskusi untuk mempelajari
kasus yang ada di skenario satu. Kami melakukan pembelajaran dengan
mengikuti tujuh langkah (seven jumps) utuk dapat menyelesaikan masalah yang
kami dapatkan.

1.4. Laporan Seven Jumps


Kelompok kami telah melakukan diskusi pada pertemuan pertama dan kami
telah menyelesaikan 5 langkah dari 7 langkah yang ada. Berikut laporan dari hasil
yang telah kami dapatkan :
1.4.1 Modul 2

 LANGKAH 1 (Clarify Unfamiliar)

SKENARIO

Seorang laki-laki, 35 tahun datang dengan keluhan nyeri kepala sejak 3 hari.
Keluhan ini pernah dirasakan sebelumnya. Pasien mengeluh dalam 6 bulan terakhir
sering meriang. Pasien bekerja sebagai supir truk. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
tekanan darah 130/80 mmHg.

Kalimat sulit

1. -

Kata kunci

1. Laki-laki 35 tahun

2. Nyeri kepala sejak 3 hari


3. 6 bulan terakhir sering meriang

4. Keluhan pernah dirasakan sebelumnya

5. PF: TD 130/80 mmHg

 LANGKAH 2 ( Define Problem )

 LANGKAH 3 ( Brainstorme Possible)


Pada saat diskusi kami telah melakukan brain storming dengan cara menjawab
pertanyan-pertanyaan yang diajukan sebelumnya. Dalam langkah ke-3 ini
beberapa pertanyaan yang telah didapat dari langkah ke-2 telah ditemukan inti
jawabannya.

1. Jelaskan anatomi dan fisiologi dari kepala dan otak!

2. Jelaskan histologi dari kepala dan otak!

3. Jelaskan klasifikasi nyeri kepala!

4. Jelaskan etiologi dari nyeri kepala!

5. Jelaskan patomekanisme dari nyeri kepala!

6. Jelaskan macam-macam penyakit dengan gejala nyeri kepala!

7. Sebutkan faktor-faktor pemicu nyeri kepala?

8. Apakah ada hubungan hasil pemeriksaan fisik tekanan darah dengan keluhan
nyeri kepala pada pasien?

9. Bagaimana alur diagnosis pada skenario?

10. Jelaskan DD1! (definisi, etiologi, epidemiologi, gejala klinis, pemeriksaan


penunjang, tata laksana, komplikasi, prognosis, pencegahan)

11. Jelaskan DD2!

12. Jelaskan DD3!


 LANGKAH 4 (Mind Mapping)

 LANGKAH 5 ( Sasaran pembelajaran / Learning Objectif)


a. Tujuan Intruksional Umum ( TIU )
b. Tujuan Intruksional Khusus ( TIK )

 LANGKAH 6( Belajar Mandiri )


Kelompok kami melakukan belajar mandiri terlebih dahulu untuk mencari
dasar ilmiah, mengumpulkan data-data atau informasi yang dapat membantu
meningkatkan pemahaman dan penerapan konsep dasar yang telah ada yang pada
tahap selanjutnya akan dipersentasikan dan disajikan untuk dibahas bersama.

 LANGKAH 7( Pembahasan )
Kelompok kami telah melakukan diskusi kembali pada pertemuan kedua dan
kami telah menyelesaikan langkah yang belum tercapai pada pertemuan
sebelumnya. Semua anggota kelompok kami memaparkan semua hasil yang telah
didapatkan pada saat belajar mandiri. Pemaparan dari langkah teakhir ini akan
kami bahas pada Bab II.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Modul 1

1. Jelaskan anatomi dan fisiologi dari kepala dan otak!

1. Anatomi Sistem Saraf Pusat dan Sistem Saraf Tepi


Sistem saraf pada manusia terdapat 2 bagian, sistem saraf pusat dan sistem
saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan medula spinalis. Untuk sistem saraf
tepi terdiri dari nervus kranialis dan nervus medula spinalis.

Otak dilindugi dengan 3 lapisan selaput meninges yaitu durameter,


arachnoidea mater dan piamater. Duramater terdiri dari dua lapisan, yang terluar
bersatu dengan tengkorak sebagai endostium, dan lapisan lain sebagai duramater yang
mudah dilepaskan dari tulang kepala. Di antara tulang kepala dengan duramater
terdapat rongga yang disebut epidural. Arachnoidea mater di dalamnya terdapat cairan
yang disebut liquor cerebrospinalis; semacam cairan limfa yang mengisi sela sela
membran arachnoid. Fungsi selaput arachnoidea adalah sebagai bantalan untuk
melindungi otak dari bahaya kerusakan mekanik. Piameter adalah lapisan terdalam
yang mempunyai bentuk disesuaikan dengan lipatan-lipatan permukaan otak.

Otak dan medula spinalis mempunyai 3 materi esensial yaitu: badan sel yang
membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea), serabut saraf yang membentuk
bagian materi putih (substansi alba), sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak
di antara sel-sel saraf di dalam sistem saraf pusat. Walaupun otak dan sumsum tulang
belakang mempunyai materi sama tetapi susunannya berbeda. Pada otak, materi
kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya (korteks) dan bagian putih terletak di
tengah. Pada medula spinalis bagian tengah berupa materi kelabu berbentuk kupu-
kupu, sedangkan bagian korteks berupa materi putih.

Otak terbagi dengan 5 lobus, yaitu:

a. Lobus frontal, terdapat gyrus precentralis berguna pada pusat motorik.


b. Lobus parietal, terdapat gyrus postcentralis berguna untuk pusat sensorik.
c. Lobus oksipital, terdapat gyrus cuneus dan lingualis yang dipisahkan oleh sulcus
calcarineus.
d. Lobus temporal, terdapat gyrus temporalis superior, medius dan inferior. Lobus
temporalis ini berguna untuk pendengaran.
e. Lobus limbic, terdapat gyrus cinguli, gyrus parahypocampus dan gyrus dentata.

Pada lobus-lobus tersebut ditandai dengan adanya sulcus, untuk membedakan


frontal dengan parietal terdapat sulcus centralis, untuk membedakan frontal dan
parietal dengan tempiral terdapat sulcus lateralis, dan untuk membedakan parietal
dengan oksipital terdapat sulcus parietooccipitalis.
Otak dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:

a. Serebrum (otak besar)


b. Serebellum (otak kecil)
c. Batang otak, dibagi menjadi 3 bagian yaitu : midbrain (mesencephalon), pons,
dan medula oblongata.
d. Medula spinalis, dibagi menjadi: 8 servikal, 12 torakal, 5 lumbal, 5 sacrum, 1
coccygea. Dan terdapat pula lapisan duramater spinalis, arachnoidea spinalis dan
piamater spinalis. Pada ujung medula spinalis terdapat cauda equina.
Sistem saraf tepi terdiri dari nervus kranialis yang terdapat 12 nervus kranialis
dan nervus spinalis.

2. Fisiologi Sistem Saraf Pusat dan Sistem Saraf Tepi

Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta
terdiri terutama dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan
internal dan stimulus eksternal dipantau dan diatur. Kemampuan khusus seperti
iritabilitas, atau sensitivitas terhadap stimulus, dan konduktivitas, atau kemampuan
untuk mentransmisi suatu respons terhadap stimulasi, diatur oleh sistem saraf dalam
tiga cara utama : Input sensorik. Sistem saraf menerima sensasi atau stimulus melalui
reseptor, yang terletak di tubuh baik eksternal (reseptor somatic) maupun internal
(reseptor viseral). Antivitas integratif. Reseptor mengubah stimulus menjadi impuls
listrik yang menjalar di sepanjang saraf sampai ke otak dan medulla spinalis, yang
kemudian akan menginterpretasi dan mengintegrasi stimulus, sehingga respon
terhadap informasi bisa terjadi.Output motorik. Input dari otak dan medulla spinalis
memperoleh respon yang sesuai dari otot dan kelenjar tubuh , yang disebut sebagai
efektor.

Organisasi Struktural Sistem Saraf


a) Sistem saraf pusat (SSP). Terdiri dari otak dan medulla spinalis yang dilindungi
tulang kranium dan kanal vertebral.
b) Sistem saraf perifer meliputi seluruh jaringan saraf lain dalam tubuh. Sistem ini
terdiri dari saraf cranial dan saraf spinal yang menghubungkan otak dan medulla
spinalis dengan reseptor dan efektor.

Secara fungsional sistem saraf perifer terbagi menjadi sistem aferen dan sistem eferen.
a) Saraf aferen (sensorik) mentransmisi informasi dari reseptor sensorik ke SSP
b) Saraf eferen (motorik) mentransmisi informasi dari SSP ke otot dan kelenjar.

Sistem eferen dari sistem saraf perifer memiliki dua sub divisi :
a) Divisi somatic (volunter) berkaitan dengan perubahan lingkungan eksternal dan
pembentukan respons motorik volunteer pada otot rangka.
b) Divisi otonom (involunter) mengendalikan seluruh respon involunter pada otot
polos, otot jantung dan kelenjar dengan cara mentransmisi impuls saraf melalui
dua jalur yaitu saraf simpatis berasal dari area toraks dan lumbal pada medulla
spinalis dan saraf parasimpatis berasal dari area otak dan sacral pada medulla
spinalis. Sebagian besar organ internal di bawah kendali otonom memiliki
inervasi simpatis dan parasimpatis.

Saraf kranial langsung berasal dari otak dan meninggalkan tengkorak melalui
lubang lubang pada tulang yang disebut foramen. Ada 12 pasang saraf kranial:
2. Jelaskan histologi dari kepala dan otak!

3. Jelaskan klasifikasi nyeri kepala!

A. Sakit Kepala Primer

Sakit kepala primer adalah sakit kepala yang disebabkan oleh gangguan pada struktur
di kepala yang sensitif terhadap rasa sakit dan bukan merupakan gejala akibat
penyakit lain.
Ada beberapa faktor yang berperan dalam sakit kepala primer, di antaranya adalah
gangguan pada otot leher dan kepala, aktivitas kimia di otak, pembuluh darah
atau/dan saraf. Pada sebagian orang, sakit kepala primer merupakan kondisi yang
turun-temurun di keluarganya. Berikut ini adalah beberapa tipe sakit kepala primer
yang paling sering terjadi.

1. Migrain. Migrain lebih jarang terjadi jika dibandingkan dengan sakit kepala


tegang. Orang yang mengalami migrain akan merasakan salah satu sisi atau
kedua sisi kepala seakan-akan berdenyut. Sakit kepala ini bisa terus berulang dan
membuat rutinitas keseharian terganggu. Migrain bisa diatasi dengan obat yang
dijual bebas, namun jika migrain yang dialami parah, segera temui dokter untuk
mendapatkan obat resep yang lebih kuat dan mendapatkan penanganan yang lebih
lanjut.
2. Sakit kepala tegang. Ini adalah tipe sakit kepala yang paling sering terjadi.
Biasanya orang yang mengalami sakit kepala tipe ini akan merasakan seakan ada
pita karet yang melilit di sekeliling kepala dan kepala terasa ditekan terus-
menerus. Beberapa hal yang bisa menjadi penyebabnya adalah depresi, kurang
tidur, stres, dehidrasi, melewatkan waktu makan, dan terlalu banyak
mengonsumsi minuman keras.
3. Sakit kepala cluster. Serangan sakit kepala ini bisa terjadi selama satu atau dua
bulan dalam setahun. Pasien sakit kepala cluster merasakan sakit yang luar biasa
dan menyebar ke sekitar salah satu mata. Gejala sakit kepala cluster tidak bisa
diredakan oleh obat-obat bebas, tapi Anda bisa berkonsultasi dengan dokter untuk
meredakan rasa sakit melalui perawatan yang lebih spesifik seperti sumatriptan
and lithium.

Gaya hidup juga menjadi salah satu faktor penyebab sakit kepala primer, seperti
mengkonsumsi makanan yang diproses dengan kandungan senyawa garam asam
(nitrat), perubahan waktu tidur, postur tubuh buruk, melewati jam makan hingga stres
berlebih.
B. Sakit Kepala Sekunder
Sakit kepala sekunder adalah sakit kepala yang disebabkan oleh aktifnya saraf rasa
sakit di kepala akibat suatu penyakit. Berikut ini adalah beberapa penyebab umum
sakit kepala.

 Sinusitis
 Flu
 Infeksi telinga
 Pengar
 Masalah gigi
 Konsumsi monosodium glutamat (MSG) berlebihan
 Mengonsumsi makanan atau minuman yang terlalu dingin secara tiba-tiba
 Menggunakan penutup atau perlengkapan kepala yang terlalu ketat misalnya
helm
 Perubahan hormon pada wanita misalnya setelah mengonsumsi pil KB
 Gangguan pada penglihatan misalnya glaukoma

Berikut ini adalah penyebab sakit kepala sekunder yang lebih jarang terjadi:

 Penyumbatan pembuluh darah di otak


 Radang pada otak
 Gegar otak
 Neuralgia trigeminal
 Aneurisma otak
 Keracunan karbon monoksida
 Serangan panik
 Meningitis

Selain itu, ada beberapa tipe sakit kepala sekunder yang spesifik seperti berikut ini.

 Sakit kepala rebound yang disebabkan oleh seringnya menggunakan obat


pereda nyeri.
 Sakit kepala thunderclap yang membuat penderitanya mengalami sakit kepala
yang parah, terjadi secara tiba-tiba dan dengan penyebab dasar berpotensi fatal
seperti pendarahan di otak.
 Sakit kepala spinal yang disebabkan oleh kurangnya cairan serebrospinal
setelah anestesi atau trauma.

4. Jelaskan etiologi dari nyeri kepala!

Nyeri kepala primer

1. Migrain: Etiologi:

a) Migrain awalnya proses neurogenik yang diikuti dengan perubahan perfusi


serebral(neuro ke vascular).

b) Cortical spreading depression. Depolarisasi seluler menyebabkan nyeri kepala,


perluasan nyeri, dan mual muntah.

2. Tension type headache: Etiologi:

a) Kontraksi otot terus menerus dan menyebabkan turunnya perfusi darah dan lepasnya
substansi pemicu nyeri (laktat, as.piruvat, dsb). Substansi ini kemudian menghasilkan
sensasi nyeri pada otot dan ligament yang dipersarafi.

b) Bisa juga disebabkan oleh kurangnya supply oksigen ke jaringan.

3. Trigeminal autonomic cephalgia: Etiologi:

a) Aktivasi ganglion trigeminus, melepas substansi P dan calcitonin gene related peptide
(CGRP) dan menstimulasi inflamasi neurogenic dan dilatasi pemb.darah.

b) Aktivasi saraf parasimpatis dan gangguan aktivitas saraf simpatis memicu gejala otonom.

c) Disfungsi hipotalamus menyebabkan serangan periodic.

4. Neuralgia trigeminal: Etiologi:

a) Adanya kompresi n.trigeminal oleh arteri dan vena pada tempat masuknya
cabang nervus ini di batang otak. Kompresi ini menyebabkan demielinisasi yang
menyebabkan cedera pada n. trigeminal, terutama pada cabang kedua dan ketiga.

b) Demielinisasi mengakibatkan hilangnya barrier antara satu serat saraf lainnya,


sehingga rentan tjd “korsleting”, hal ini diperburuk dgn mekanisme ’re-entry’
yang menyebabkan stimulus yang dihantarkan berlebihan.

5. Jelaskan patomekanisme dari nyeri kepala!

Patomekanisme Nyeri Kepala

Nyeri Kepala primer dibagi menjadi 3 yaitu migraine, tension type headache dam
cluster headache.

Migrain

Teori Vaskular, pada masa prodormal (aura) terjadi vasokontriksi pembuluh darah
intracranial yang menyebabkan iskemia jaringan yang selanjutnya terjadi rebound
dilatasi pembukuh darah ekstrakranial dan mengaktifkan nosiseptif perivaskular dan
menimbulkan rangsang nyeri pada kepala.

Cluster Headache

Pada migraine dan Cluster headache terjadi perubahan neurokimiawi sehingga terjadi
ketidak seimbangan antara aktivitas neuron serotonergik dan noradrenergic dalam
batang otak lalu mengaktifkan nucleus kaudalis trigeminalis pada medula yang
melepaskan vasoaktof neuropeptide dari nervus trigeminal saraf dan menginduksi
inflamasi steril yang kemudian mengaktifkan nosiseptif trigeminal pada pembuluh
darah yang selanjutnya mengaktifkan rangsang nyeri.

Tension-Type Headache

Nyeri kepala tegang oto diperkirakan berasal dari jaringan miofasial dan kondisi
stress mental yang kemudian menstimulasi perifer dan mengaktivasi struktur
supraspinal pain, berlanjut ke sentral modulasi dan menimbulkan nyeri kepala.

Rangsang ragsang yang menggangu diterima oleh nosiseptor. Pada inervasi sensoris
pemebuluh darah intracranial didalamnya mengandung neuropeptide seperti CGRP
dan substansi P yang mensensitisasi nosiseptor dan emudian rangsang dibawa menuju
ke cornus dorsalis servikal atas. Transmisi dan modulasi nyeri terletak pada batang
otak. Hipotalamus dan sistem limbik memberikan respon perilaku dan emosional
terhadap nyeri. Pada thalamus hanya terjadi persepsi nyeri. Pada korteks
somatosensorik dapat mengetahhi lokasi dan derajat intensitas nyeri.

6. Jelaskan macam-macam penyakit dengan gejala nyeri kepala!

Nyeri kepala primer


Nyeri kepala sekunder

7. Sebutkan faktor-faktor pemicu nyeri kepala?

1. Stres
2. Usia
3. Kebisingan
4. Masa Kerja
5. Cahaya Matahari

8. Apakah ada hubungan hasil pemeriksaan fisik tekanan darah dengan


keluhan nyeri kepala pada pasien?

Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII


Klasifikasi Tekanan Darah menurut WHO / ISH

9. Bagaimana alur diagnosis pada skenario?

Penyebab nyeri kepala sangat beragam. Disamping itu gambaran klinik nyeri kepala
juga sangat bervariasi, hal demikian diperkaya lagi oleh istilah-istilah awam yang berlatar
belakang bahasa sehari-hari yang digunakannya. Dengan demikian anamnesis tentang nyeri
kepala harus bersifat menyeluruh, ,meliputi hal-hal sebagai berikut:

 Identitas, untuk mengidentifikasi serta menilai status sosial ekonomi. Pada skenario yaitu
seorang ♂ usia 35 tahun. Pasien bekerja sebagai supir truk.
 Keluhan utama, yaitu keluhan yang paling dirasakan atau yang paling berat sehingga
mendorong pasien untuk datang berobat atau mencari pertolongan medis. Pada skenario
pasien datang dengan keluhan nyeri kepala sejak 3 hari.
 Riwayat penyakit sekarang, pada skenario tidak diketahu lebih lanjut. Oleh kearena itu perlu
dianya beberapa pertanya tambahan seperti:
 Jenis nyeri kepala
Secara umum nyeri kepala dapat diutarakan sebagai nyeri yang menetap,
mendenyut yang kadang-kadang sesuai dengan denyutan jantung, nyeri seperti
ditarik atau diikat, nyeri seakan-akan kepala mau pecah, nyeri yang berpindah-
pindah, maupun perasaan kepala yang tidak enak. Keluhan penderita harus benar-
benar dipahami agar tidak terjadi salah persepsi atau interpretasi.
 Awitan nyeri kepala
Awitan (awal timbul/onset) nyeri dapat memberi gambaran proses
pathogenesis yang melatarbelakanginya. Nyeri kepela yang baru saja terjadi,
mempunyai banyak kemungkinan biak yang bersifat ringan/benigna maupun
berat/maligna.
Nyeri kepala yang baru muncul pada penderita tua harus dicurigai sebagai hal
yang serius, yaitu kemungkinan adanya proses desak ruang intrakraial dan arteritis
temporalis. Proses desak ruang intracranial dapat menimbulkan nyeri kepala yang
bersifat hilang timbul atau intermitten yang dapat terjadi apabila ada gangguan
dalam hal aliran cairan serebrospinal.
Nyeri kepala yang timbul secara mendadak harus dicurigai sebagai akibat
dari perdarahan intracranial spontan, terutama perdarahan subaraknoidal atau
intraventricular. Seperti meningitis, glaukoma, dan mastoiditis dapat menimbulkan
nyeri kepala yang mendadak.
Nyeri kepala yang semakin lama makin memberat, menunjukan
kemungkinan adanya proses intracranial yang makin berkembang.
Nyeri kepala yang kronis dapat terjadi pada kasus tension headache, pasca
trauma kepala, dan neurosis. Sementara itu, rhinitis vasomotorika, sinusitis, kelianan
refraksi mata yang tidak di koreksi dapat menimbulkan nyeri kepala kronis.
 Frekuensi dan periodisitas nyeri kepala
Migren merupakan nyeri kepala yang episodik dan tidak pernah muncul
sebagai nyeri kepala harian atau daam waktu yang lama. Cluster headache muncul
sebagai nyeri kepala harian Selama beberap aminggu atau bulan dan kemudian
diikuti suatu interval bebas nyeri kapala dalam waktu yang lama. Nyeri kepala yang
bersifat kronis biasanya dirasakan setiap hari denegan sifat yang konstan dan
biasanya merupakan gambaran tension headache atau nyeri kepala psikogenik.
 Puncak dan lamanya nyeri kepala
Migren biasanya mencapai puncak nyeri 1-2 jam pasca awitan dan
berlangsung selama 6-36 jam. Cluster headache langsung sampai pada puncak
perasaan nyeri pada saat penderita terbangun dari tidurnya, atau nyeri kepala
memuncak beberapa menit setelah awitan pada saat penderita dalam keadaan tidak
tidur. Tension headache muncul secara perlahan selama beberapa jam dan kemudian
terus berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa tahun.
 Waktu terjadinya nyeri kepala dan faktor presipitasi
Cluster headache sering kali muncul pada saat si penderita dalam keadaan
tidur lelap, dan ada kecenderungan bahwa serangan nyeri kepala muncul pada saat
yang sama. Migren dapat muncul setiap hari saat baik siang maupun malam. Tenson
headache khas dengan nyeri kepala sepanjang hari dan sering kali memberat pada
siang atau sore hari.
 Lokasi
Penderita diminta untuk menunjuk lokasi nyeri kepala dengan ujujng jarinya.
Hal ini akan sangat membantu proses pemeriksaan, penderita dapat menunjukan
lokasi nyeri secara tepat dan bersifat anatomi.
Migren sangat bersifat unilateral, biasanya di daerah frontotemporal, namun
dapat menyeluruh dari lokasi unilateral menjadi nyeri menyeluruh. Cluster headache
hamper selalu unilateral dank has terpusat di belakang atau sekitar bola mata.
Tension headache khas dengan nyeri kepala yang menyeluruh, tetapi dapat juga
berpusat di daerah frontal atau serviko oksipital.
 Kualitas dan intensitas nyeri
Nyeri kepala yang berkaitan dengan demam dan hipertensi sering kali
bersifat mendenyut-denyut. Migren dapat bersifat mendenyut dan sering kali ditutup
oleh perasaan nyeri yang bersifat terus menerus tanpa kesan denyutan. Cluster
headache khas dengan sifat yang berat, nyeri sekali seakan-akan kepala di bor.
Tension headache dicirikan oleh perasaan seakan-akan penuh, diikat kencang, atau
ditekankuat-kuat.
 Faktor yang memberatkan rasa nyeri
Memberatnya nyeri kepala pada saat batuk, mengejan, atau bersin
menggambarkan kemungkinan adanya proses intracranial. Sementara itu apabila
nyeri kepala bertambah berat pada saat ada gerakan tertentu menunjukan adanya
pengaruh muscular. Aktivitas dapat memperberat nyeri pada migren atau tension
headache. Sebaliknya, istirahat baring biasanya akan memperberat situasi penderita
cluster headache.
 Faktor Pereda nyeri
Isitirahat, menghindari cahaya, dan tidur akan meredakan perasaan nyeri
pada penderita migren. Masase atau kompres hangat akan menolong penderita
tension headache. Nyeri pada cluster headache akan berkurang dengan penekanan
local atau pemberian kompres hangat atau dingin.
 Riwayat penyakit sistem
 Riwayat penyakit dahulu, bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang riwayat penyakit
dahulu secara lengkap, karena seringkali keluhan atau penyakit yang sedang diderita pasien
merupakan kelanjutan atau akibat dari penyakit-penyakit sebelumnya. Pada scenario, pasien
merasakan bahwa Keluhan ini pernah dirasakan sebelumnya. 6 bulan terkahir sering
meriang.
 Riwayat penyakit keluarga yaitu untuk mendapatkan informasi mengenai riwayat penyakit
keluarga. Pada skenario tidak diketahui.
 Riwayat psikososial, yaitu untuk mengetahui beberapa kebiasaan buruk bagi kesehatan yang
dapat menjadi penyakit yang kini diderita pasien. Pada skenario tidak diketahui.
 Riwayat psikososial, untul menilai perilaku kesehatan dan kepercayaan, kehidupan sehari-
hari, pola nutrisi, polaaktivitas/latihan fisik, rekreasi, binatang eliharaan, hobi, pola
istirahat/tidur, kebiasaan pribadi, polakesehatan kerja, status sosio/ekonomi,
persahabatan/hubungan dalam keluarga, pola seksualitas,dukungan sosial, dan mekanisme
menghadapi stres
 Riwayat pengobatan, untuk mengetahui apakah sebelumnya pasien sudah pernah berobat ke
dokter arau tidak, atau mungkin pasien mengkonsumsi obat untuk megurangi keluhan yang
dirasakan beserta efeknya. Pada skenario tidak diketahui.
 Riwayat alergi, termasuk alergi obat, makanan, serangga, binatang, perubahan musim, bahan kimia, dsb.
Pada skenario tidak diketahui.
Pada umumnya pemeriksaan fisik terhadap penderita nyeri kepala tidak
memperlihatkan kelainan apapun. Namun demikian, pemeriksaan fisik tetap perlu dilakukan
secara lengkap dan cermat, sebab apabila ditemukan suatu jenis kelainan saja maka kelainan
tadi dapat merupakan kunci diagnosis. Bahkan apabila memang tidak ditemukan kelainan
apapun maka baik pihak dokter maupun penderita telah memperoleh kepastian bahwa tidak
ada sesuatu yang terlewatkan sehubungan dengan upaya mencari sebab-sebab nyeri kepala.

Dalam pemeriksaan fisik dimulai pada saat penderita masuk ke dalam ruangan
pemeriksaan atau pada saat melakukan anamnesis. Observasi yang teliti merupakan kunci
untuk mengetahui apakah penderita mengalami gangguan fisik atau psikiatrik, atau apakah
penderita tampak cemas, depresif, dan apakah riwayat penderita dapat dipercaya
sepenuhnya.

Setiap kali ada keluhan nyeri kepala, maka pemeriksaan neurologic secara lengkap
harus dilakukan secara cermat. Pemeriksaan tersebut, secara garis besar meliputi status
mental, gaya berjalan, nervi kranialis, system motoric, dan system sensorik.

Sementara itu, dengan sendirinya kepala dan daerah leher harus diperiksa secara
seksama. Inspeksi dan palpasi dilakukan secara bersama-sama untuk mengetahui kelainan-
kelainan yang yang mungkin ada. Vertebra servikal perlu diperiksa apakah ada kaku kuduk,
gangguan mobilitas leher, nyeri otot-otot leher, dan gangguan lainnya.

Tanda-tanda vital jangan sampai dilupakan. Mulailah dengan pemeriksaan tanda-tanda


vital sebagaimana mestinya. Perubahan tekanan darah dapat menimbulkan nyeri kepala.
Adanya perubahan denyut nadi hendaknya dicari kemungkinan adanya kaitan dengan nyeri
kepala, walaupun tidak langsung. Apabila ada riwayat demam maka suhu tubuh harus
diperiksa secara obyektif. Pemeriksaan umum lainnya perlu dilakukan, misalnya
pemeriksaan jantung dan paru-paru, palpasi abdomen, dan pemeriksaan kulit.
10. Jelaskan DD1!

11. Jelaskan DD2!

Tension type headache

Definisi: Merupakan rasa nyeri pada daerah atas kepala yang merupakan nyeri tipe
tegang (TTH).

Epidemiologi: Penyakit nyeri kepala atau yang paling sring dijumpai TTH,bentuk paling
umum nyeri kepala primer tersering dengan prevalensi 78%, dan mengenai hampir 1,4 juta
orang atau 20,8% populasi didunia.

TTH ini lebih sering dialami oleh pasien dewasa muda dengan usia (>20
thn,puncaknya pada usia 30-39 tahun).

Etiologi :
- Lelah bekerja tidak mengenal waktu
- Hipotensi dan Anemia
Berkaitan dengan rendahnya suplai oksigen menuju otak yang mengakibatkan kondisi
iskemia pada otak. Dan pada kasus ini nyeri kepala muncul karena suplai oksigen
berkurang.
- Stres dan depresi
Stress dan depresi sebenarnya bukan khas pemicu langsung munculnya TTH (Tension
type headache) melainkan menyebabkan munculnya kontraksi otot yang berlebihan,
sehingga terjadi defisiensi suplai oksigen dan pelepasan substansi pemicu nyeri.
- Ketegangan otot sekitar (kepala,leher)

Patofisiologi :
Nyeri kepala akibat TTH ini unculnya sering, saat pasien terlalu lama dalam keadaan
posisi kepala ditekuk kebawah dengan durasi yang terlalu lama dan sering, sementara
pasien yang sering tidur dengan posisi tidak baik atau tidur menggunakan bantal yang
terlalu tinggi menyebabkan pada otot leher tertekan lebih kuat sehingga otot leher
akan berkontraksi terus menerus dan menyebabkan turunnya perfusi dalam darah
yang menyebabkan substansi timbulnya pemicu nyeri. Dan akan menstimulasi saraf
yang kemudian akan menghasilkan sensasi nyeri otot dan ligament.

Gejala klinis :
Karakteristik nyeri kepala ini adalah bilateral, menekan atau mngikat tidak berdenyut,
intensitas ringan sampai sedang, dan rasa tegang disekitar leher dan kepala belakang
Umumnya TTH ini : mengeluh insomnia, nyeri kepala saat pagi hari, penurunan berat
badan, susah berkonsentrasi, dan mudah lelah.

Pemeriksaan penunjang :
Hemoglobin, hematokrit, trombosit, limfosit tetapi pada umumnya pada hasil tes lab, ini
bersifat normal akan tetapi bila ditemukan kelainan pada hasil laboratorium darah bisa
ada kemungkinan adanya penyakit lain.

Penatalaksanaan :

- Modifikasi (ubah) gaya hidup


80% penyebab TTH adalah stress dan postur yang tidak benar terutama saat duduk,
dan bekerja selama berjam-jam.
- Terapi medikamentosa
- (diberikan pada serangan akut dan tidak boleh diberikan lebih dari 2hari/minggu.

-Terapi nonmedikamentosa :
- Edukasi
Menjelaskan apa pengertian dari TTH ini secara sederhana serta pengobatan apa saja
yang diperlukan.
- Kontrol diet
- Terapi fisik
Berupa : latihan postur dan posis, kompres dengan air hangat/dingin, masase
(pemijatan atau pengurutan yang gunanya untuk melancarkan peredarah darah).
- Hindari pemakaian harian obat analgesik

Prognosis : Dubia at bonam. Walaupun tidak berbahaya TTH, dapat mengangu


aktifitas sehari-hari

12. Jelaskan DD3!

Nyeri kepala primer Nyeri kepala beruntun (Cluster Headache)

Definisi

• Merupakan nyeri kepala yang juga dikenal sebagai nyeri kepala Horton, nyeri
kepala histamine, sindrom Bing, neuralgia migrenosa, atau migren merah (red
migraine) karena pada waktu serangan akan tampak merah pada sisi wajah
yang nyeri.

Epidemiologi

Cluster headache termasuk jarang terjadi, hanya kurang dari 1%. Penyakit ini lebih
banyak di temukan pada laki-laki dibandingkan perempuan, dengan rasio 6:1, serta
berusia > 30 th.

Manfestasi klinik

 Nyeri kepala yang hebat yang di sertai gejala otonom di tempat yang spesifik
seperti orbita, supra orbita, temporal atau kombinasi dari tempat tersebut.

 Nyeri berlangsung secara periodic

 Berlangsung dalam waktu 15-180 menit dengan frekuensi 1x tiap 2 hari


hingga 8 x sehari

 Serangan nyeri kepala di sertai dengan gejala lain

Infeksi konjungtiva

Lakrimasi

Kongesti nasal

Rhinorrea

Berkeringat di keing dan wajah

Miosis

Ptosis

Edema palpepbra

Factor resiko

Pasien pria biasanya memiliki riwayat perokok berat dan peminum alcohol, riwayat
trauma dan oprasi kepala

Tatalaksana

Terapi abortif

• Oksigen
Standar terapi cluster headache akut adalah inhalasi oksigen 100% dengan
masker fasial 7-10L/menit untuk 10-15 menit dengan sungkup

• Dihidroergotamin
Dihidroergotamin 0.5 – 1.5 mg iv efektif menurunkan serangan akut cluster
selama 10menit . Im atau nasal memiliki awitan lebih lama .

Sumatriptan
Sumatriptan subkutan dan 6mg akan mengurangi nyeri dalam waktu 5-15 menit. Dpt
di ullang 24 jam . Nasal spray 20mg bias di berikan tapi kurang
KI : jantung iskemik dan Hipertensi tidak terkontrol

ES : pusing letih , paresesia dan kelemahan di wajah

Terapi profilaksis

Verapamil

• Verapamil 120- 160 mg dapat di berikan 3-4x sehari (lini 1)

• Nimodipin 240 mg/ hari atau nimodipine 40-120 / hari

 Prednison

Prednison 50-75 mg / hari

Dosis < pd hri ke 3

 Lithium

• . Litium 300-1500 mg/ hari per oral ( rata rata pemberian 600-900 mg/ hari )

metisergid

Metisergid 4-10 mg / hari per oral

 Ergotamin tartat

Ergotamin tartat 2mg di berikan 2-3x / hari .

Dapat di berikan per oral 2mg atau 1mg per rektal, 2 jam sebelum serangan tarutaa
malam hari .
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Seorang laki-laki, 35 tahun datang dengan keluhan nyeri kepala sejak 3 hari.
Kelompok kami mendiagnosis differential migren, Tension type headache, Nyeri
kepala beruntun (Cluster Headache) . Namun perlu dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut untuk lebih memastikannya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku ajar neurologi fkui edisi terbaru

2. Buku Ajar Neurologi FK UI. 2017. Penerbit Kedokteran Indonesia:


Tangerang.

3. Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses


Penyakit, volume 2, edisi 6. 2016. Jakarta: EGC

4. Neil H. Raskin, Harrison’s. Principles of Internal Medicine, 16th edition.

5. Almatsier, Merdias. 2011. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

6. https://els.fkik.umy.ac.id/pluginfile.php/8308/mod_forum/post/46985/Checkl
ist%20osce%20blok%2015%203%20januari%202012-fix.pdf

7. Tiara aninditha winnugroho wiratman,Jakarta maret, 2017, BUKU AJAR


NEUROLOGI FK UI.

8. Aninditha tiara , 2017 BUKU AJAR NEUROLOGI, Jakarta , kedokteran


Indonesia

Anda mungkin juga menyukai