Disusun Oleh :
21710045
Pembimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat-Nya sehingg
a tinjauan pustaka yang berjudul "Open Globe Injury ec Trauma Tajam" ini dapat
diselesaikan meskipun jauh dari sempurna. Pembuatan tinjauan pustaka ini meru
pakan salah satu tugas dalam menempuh pendidikan kepaniteraan klinik Fakultas
Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya di bagian KSM Ilmu Kesehata
n Mata RSUD Nganjuk. Ucapan terima kasih karena bimbingan, dukungan dan b
antuan dalam pembuatan tinjauan pustaka ini disampaikan kepada :
1. dr. Dini Irawati, Sp. M selaku Kepala KSM Ilmu Kesehatan Mata di RSUD
Nganjuk.
2. dr. Linda Susanti, Sp. M selaku dokter pembimbing di bagian KSM Ilmu K
esehatan Mata di RSUD Nganjuk
Besar harapan penulis agar tinjauan pustaka ini dapat memperluas wawasan
dan menambah pengetahuan khususnya pada para praktisi ilmu kesehatan mata ser
ta pembaca pada umumnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................iii
DAFTAR SINGKATAN..................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................3
2.1 Anatomi Mata...................................................................................................................
2.2 Open globe injury..............................................................................................................
2.2.1 Definisi.................................................................................................................
2.2.2 Etiologi.................................................................................................................
2.2.3 Patofisiologi..........................................................................................................
2.2.4 Anamnesa.............................................................................................................
2.2.5 Pemeriksaan fisik..................................................................................................
2.2.6 Diagnosis..............................................................................................................
2.2.7 Diagnosa Banding................................................................................................
2.2.8 Penatalaksanaan....................................................................................................
2.2.9 Komplikasi.........................................................................................................
2.2.10 Prognosis............................................................................................................
BAB III RINGKASAN..................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................15
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR SINGKATAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
penuh yang diakibatkan oleh benda tajam. Terdapat tiga jenis laserasi yaitu
penetrasi dan perforasi yaitu; trauma penetrasi adalah luka yang masuk (entrance
wound). Jika terdapat lebih dari satu luka, setiap luka memiliki penyebab yang
berbeda; trauma perforasi adalah luka yang masuk dan keluar (entrance and exit
wound). Kedua luka memiliki penyebab yang sama. Intraocular foreign body
(IOFB) adanya benda asing pada intraokular yang keadaan ini sangat
berhubungan dengan adanya trauma penetrasi (Akbar dkk, 2019).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Gambar 2.1 Anatomi mata
Sumber : Dahl, A. A. Emedicinehealth, 2021
4
penyebab yang sama.
3. Intraocular foreign body (IOFB) adalah adanya benda
asing pada intraokular yang keadaan ini sangat
berhubungan dengan adanya trauma penetrasi.
2.2.2 Etiologi
Pada anak-anak, benda tajam seperti gunting adalah
penyebab paling mungkin dari pecahnya bola mata. Sebagia
n besar cedera ini terjadi di rumah. Pada orang dewasa, ced
era di tempat kerja, berkelahi, dan kecelakaan kendaraan be
rmotor adalah penyebab umum yang terjadi. Pada lanjut
usia, terjatuh merupakan penyebab paling umum dari
rupurnya bola mata (Blair dkk, 2021).
2.2.3 Patofisiologi
Open globe injury dapat terjadi karena benda yang
menembus jaringan mata atau oleh trauma tumpul. Trauma
tumpul dapat menyebabkan peningkatan akut pada tekanan
intraokular dan menyebabkan ruptur di lokasi mata yang pa
ling lemah. Pada mata yang belum menjalani operasi,
ruptur paling sering terjadi di posterior otot ekstraokular di
mana sklera paling lemah. Pada mata yang telah menjalani
5
operasi intraokular sebelumnya, ruptur sering terjadi di
tempat sayatan sebelumnya. Mata juga sering pecah pada
limbus pada trauma tumpul. Dalam model klinis, tekanan
lebih besar dari 7000 mmHg mungkin diperlukan untuk
memecahkan bola mata (Blair dkk, 2021).
2.2.4 Anamnesa
Riwayat pasien dengan ruptur bola mata harus fokus
pada etiologi trauma okular dan atau periokular. Pasien
mungkin datang dengan nyeri mata tiba-tiba dan kehilangan
penglihatan setelah cedera yang berpotensi tembus.
Penyebab umum open globe injury benda yang menembus
bola mata termasuk pecahan kaca atau logam, senapan atau
peluru, dan serutan kayu dari penggilingan kayu. Ruptur
bola mata akibat trauma tumpul dapat terjadi akibat jatuh
mekanis, sinkop, kejang, kecelakaan kendaraan bermotor
dengan pengembangan kantung udara, atau serangan
dengan benda tumpul lainya (Blair dkk, 2021).
6
mata depan. Sangat penting untuk menilai konjungtiva
dengan hati-hati, mencari cacat, benda asing yang terlihat,
atau laserasi. Perhatian khusus harus diberikan pada sklera
ekuator tepat di belakang insersi otot rektus, karena area ini
merupakan salah satu lokasi yang paling umum untuk
ruptur bola mata karena sklera paling tipis di lokasi ini.
Pupil harus diperiksa untuk reaktivitas dan bentuknya,
dengan memperhatikan adanya penyimpangan dalam
kebulatan pupil. Tidak ada tekanan yang harus diterapkan
pada bola mata selama evaluasi; ini berarti tonometri dan
eversi kelopak mata tidak boleh menjadi bagian dari
penilaian awal (Dendy, 2020).
Evaluasi mata dilakukan untuk menilai cedera bola
mata setelah trauma dimungkinkan setelah penilaian jalan
napas, pernapasan, dan sirkulasi pasien dilakukan. Pasien
akan sering mengalami penurunan ketajaman visual, dan ini
dapat dinilai dengan menggunakan grafik Snellen atau kartu
dekat. Pada pasien dengan gangguan penglihatan berat,
evaluasi ketajaman adalah dengan kemampuan pasien untuk
menghitung jari, melihat tangan yang bergerak atau
lambaian tangan, atau presepsi cahaya. Inspeksi mata
menggunakan slit-lamp meningkatkan kemampuan untuk
mendeteksi penetrasi benda asing, laserasi sklera atau
kornea, prolaps uveal, atau kelainan iris seperti pupil yang
berpuncak atau “tear-drop”. Tanda Seidel juga dapat
muncul saat melakukan pewarnaan fluorescein pada kornea
dan sklera sebagai aliran cairan berair bening yang berasal
dari lokasi luka bola mata, meskipun bola mata dapat
terbuka meskipun tanda ini negatif. Pengujian Seidel
dikontraindikasikan dalam kasus ruptur bola mata yang
jelas (Blair dkk, 2021).
7
2.2.6 Diagnosis
Penegakan diagnostik dari trauma mata dapat
ditegakkan hanya dengan berlandaskan Anamnesis dan
Pemeriksaan Fisik saja. Namun pada kasus tertentu
diperlukan pemeriksaan penunjang untuk dapat
menegakkan diagnosa pasti pada kasus trauma pada mata.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dalam
menegakkan diagnosis trauma pada mata yaitu (Akbar dkk,
2019) :
1. Foto polos
Dilakukan bila adanya curiga benda asing.
2. CT – Scan
Merupakan pemeriksaan untuk mendeteksi dan
melikalisasi adanya benda asing pada Intra Ocular
Foreign body. CT scan juga untuk menentukan
integritas struktur intracranial, fasial, dan intra ocular.
3. Ultrasonography
USG dapat berfungsi untuk mendeteksi Intra
Ocular Foreign body, rupture bulbi, perdarahan
supracoroidal, dan ablasio retina.
4. Electrophysiological Test
Berguna untuk menilai integritas nervus optic dan
retina, kadang juga digunakan untuk mengetahui asal
injury dan untuk menghilangkan kecurigaan Intra
Ocular Foreign Body.
8
tembus. Open globe injury juga harus dicurigai setiap kali
pasien datang dengan rasa sakit atau kehilangan
penglihatan setelah cedera. Diagnosis banding untuk open
globe injury mencakup (Blair dkk, 2021) :
1. Perdarahan subkonjungtiva
2. Dinding orbital atau fraktur lantai
3. Abrasi kornea
4. Perdarahan orbita
5. Ulserasi kornea
6. Iritis traumatis
2.2.8 Penatalaksanaan
Setelah open globe injury dicurigai, konsultasi oftal
mologi segera diperlukan. Pasien pertama-tama harus diraw
at untuk cedera yang berpotensi mengancam jiwa lainnya.
Mata yang terkena harus dilindungi menggunakan pelindun
g rubah, cangkir, atau alat pelindung lainnya. Pengangkatan
benda asing tidak boleh dilakukan sampai pasien dioperasi.
Manuver yang akan meningkatkan tekanan intraokular haru
s dihindari (yaitu, tonometri, retraksi kelopak mata, atau US
G okular). Pada pasien yang terjaga dan waspada, dianjurka
n untuk mengurangi stresor yang dapat meningkatkan tekan
an intraokular. Antiemetik, kontrol nyeri, dan tirah baring d
engan elevasi kepala tempat tidur sampai 30 derajat akan m
embantu dalam proses ini. Cedera bola mata terbuka adalah
luka yang rentan terhadap tetanus, dan pasien harus
menerima booster jika riwayat imunisasi tidak pasti atau
tidak lengkap. Meskipun tidak ada rejimen antibiotik
profilaksis spesifik, tetes antibiotik topikal bebas pengawet
sebelum operasi dapat diberikan sebagai profilaksis untuk
mengurangi risiko endoftalmitis. Pada pasien yang tidak
stabil atau di mana intubasi diperlukan, penting untuk
9
memilih obat sistemik yang tidak meningkatkan tekanan
intraokular. Beberapa agen anestesi umum dapat
meningkatkan TIO. Suksinilkolin telah ditemukan untuk
meningkatkan tekanan intraokular, meskipun hal ini dapat
dikurangi dengan pemberian remifentanil. Rocuronium
telah ditemukan tidak meningkatkan tekanan intraokular
sebanyak suksinilkolin dan cocok sebagai pelemas otot
pada kasus ruptur bola mata (Dendy, 2020).
Manajemen bedah oleh dokter mata harus dimulai
segera setelah pasien dapat menjalani operasi dengan aman,
penundaan intervensi bedah dapat menyebabkan hasil
visual akhir yang lebih buruk dan meningkatkan risiko
endoftalmitis pasca operasi (Blair dkk, 2021).
Penatalaksanaan bedah awal dari ruptur bola mata
meliputi bedah mikro perbaikan luka kornea dan atau
sklera. Laserasi kornea dapat ditutup dengan jahitan
terputus nilon 10-0. Simpul jahitan kornea harus dikubur
untuk mencegah komplikasi pasca operasi. Luka sklera
dapat ditutup dengan jahitan nonabsorbable 7-0, 8-0, atau
9-0, dan harus dilakukan upaya untuk mengubur atau
menutupi simpul jahitan ini juga. Sebelum penutupan, uvea
yang terkurung harus direposisi atau dipotong, dan vitreous
yang prolaps harus dikeluarkan dari luka. Ruang anterior
juga harus direformasi dan ditekan kembali ke TIO yang
sesuai. Setelah perbaikan luka, antibiotik intravitreal atau
intracameral diperlukan, karena telah terbukti mengurangi
risiko endoftalmitis setelah ruptur bola mata traumatis
(Syaefullah. 2019).
Jika ada cedera perforasi yang mempengaruhi mata
bagian posterior, intervensi bedah lebih lanjut mungkin
diperlukan. Sementara luka anterior memerlukan
penjahitan, ahli bedah dapat memilih untuk membiarkan
10
luka posterior tidak diperbaiki sehingga ekstrusi gangguan
vitreous atau retina selama upaya penutupan dapat
dihindari. Proliferasi fibrous terjadi di sepanjang vitreous
yang rusak antara luka masuk dan luka keluar, yang
seringkali menutup luka dalam waktu seminggu setelah
trauma. Proliferasi fibroblastik ini dapat menyebabkan
ablasi retina, membran epiretinal, dan vitreoretinopati
proliferatif, yang menyebabkan hilangnya penglihatan.
Indikasi untuk vitrektomi termasuk tanda-tanda
berkembangnya ablasio transvitreal, adanya perdarahan
vitreus sedang sampai berat, uveitis fakoanafilaksis, dan
kerusakan jaringan lain yang memerlukan perbaikan. Jika
ada benda asing intraokular, pengangkatan seringkali
diperlukan, terutama jika bahan tersebut beracun bagi mata
(Blair dkk, 2021).
Setelah perbaikan bedah, pasien akan mulai dengan
antibiotik topikal yang mencakup patogen paling umum
untuk endoftalmitis setelah ruptur bola mata - Bacillus
cereus dan organisme gram negatif. Pasien juga dapat
dimulai dengan antibiotik sistemik untuk pencegahan
tambahan terhadap endoftalmitis. Levofloxacin oral (500
mg sekali sehari selama 7 sampai 10 hari) mencakup
banyak organisme penyebab yang paling umum kecuali
pseudomonas dan memiliki beberapa penetrasi intravitreal.
Cakupan jamur juga merupakan pilihan pada pasien dengan
riwayat yang tepat. Karena rekomendasi untuk pemilihan
antibiotik dapat berbeda tergantung pada mekanisme cedera
dan perubahan spektrum mikrobiologis, konsultasikan
referensi terbaru dari spesialis penyakit menular (Blair dkk,
2021).
2.2.9 Komplikasi
11
Open globe injury dapat menyebabkan berbagai
komplikasi, termasuk (Blair dkk, 2021) :
1. Kebutaan permanen
2. Endoftalmitis
3. Nyeri kronis.
2.2.10 Prognosis
Faktor terpenting yang mempengaruhi ketajaman
12
visual akhir pasien setelah open globe injury adalah
ketajaman visual pasien. Faktor lain yang menyebabkan
ketajaman visual akhir yang lebih buruk termasuk
keterlibatan bola mata posterior dari cedera, adanya defek
pupil aferen relatif, prolaps vitreus melalui luka, panjang
luka yang lebih panjang, perdarahan vitreous, hifema,
endoftalmitis, dan ablasi retina. Untuk penyedia yang ingin
memprediksi hasil fungsional setelah cedera mata yang
serius, Skor Trauma Okular dibuat pada tahun 2002 untuk
digunakan untuk tujuan prognostik (Blair dkk, 2021).
13
BAB III
RINGKASAN
Open globe injury merupakan cidera pada bola mata yang melibatkan
seluruh ketebalan bola mata (full thickness wound) yang terdiri dari rupture dan
laserasi. Open globe injury dapat terjadi karena benda yang menembus jaringan
mata.
Pada anamnesa riwayat pasien dengan open globe injury harus fokus pada
etiologi trauma okular dan atau periokular. Pasien mungkin datang dengan nyeri
mata tiba-tiba dan kehilangan penglihatan setelah cedera yang berpotensi tembus.
Pada pemeriksaan memerlukan penilaian oftalmologis yang rinci. Evaluasi yang
cermat terhadap ketajaman visual dasar pasien sangat penting. Pemeriksaan slit-
lamp harus dilakukan untuk menilai bagian anterior bola mata dan bilik mata
depan.
Manajemen bedah oleh dokter mata harus dimulai segera setelah pasien
dapat menjalani operasi dengan aman, penundaan intervensi bedah dapat
menyebabkan hasil visual akhir yang lebih buruk dan meningkatkan risiko
endoftalmitis pasca operasi. Penatalaksanaan bedah awal dari ruptur bola mata
meliputi bedah mikro perbaikan luka kornea dan atau sklera.
14
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, M., Helijanti, N., Munir, M. A., & Sofyan, A. 2019. Conjunctival
Laceration
Of The Tarsalis Palpebra Inferior ET. Jurnal Medical Profession
(MedPro), 1(2), 151-166
Blair K, Alhadi S. A. dan Czyz C. N. 2021. Globe Rupture. Treasure Island (FL):
StatPearls Publising LLC.
Dahl, A. A. Emedicinehealth (2021). Anatomy and Physiology of the Eye
Eldisha Nofityari, Fitratul Ilahi, Novita Ariani. 2019. Analisis Karakteristik
Pasien
Trauma Mata di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016. Jurnal
Kesehatan Andalas. http://jurnal.fk.unand.ac.id
Febriany, Yustina Elisa and Arimadyo S., A. Kentar and Dhanardhono,
Tuntas (2015).Faktor Risiko Miopia Pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro Angkatan 2011-2014. Undergrad
uate thesis, Faculty of Medicine.
Ilyas, S. dan Yulianti S. R. 2013. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Empat. Fakultas
Katharina Ratri Benita Christie Boru Situmorang. 2019. Hubungan
Trauma Mekanik Pada Mata Terhadap Tajam Penglihatan Hasil
Koreksi Terbaik Di RSUD DR Soetomo Surabaya Periode 2016-2018.
Ir Perpustakaan Universitas Airlangga
Nasika Celia Dendy. 2020. Tatalaksana Open Globe Injury dengan traumatic
phacocele akibat trauma tumpul. Departemen Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Pusat Mata Nasional
Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung.
Syaefullah S. P. 2019. Kegawatdaruratan Mata akibat Trauma Mekanik. Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran.
15
16