Pembimbing :
dr. Linda Irawati, Sp.M
Disusun oleh :
Carolin 21710117
Faktor resiko
Faktor risiko penyebab glaukoma antara lain adalah usia diatas 40 tahun,
memiliki riwayat penyakit diabetes militus dan hipertensi, golongan ras kulit hitam,
riwayat keluarga dengan glaukoma, riwayat trauma pada mata, penggunaan
kortikosteroid jangka panjang serta kelainan pada mata.1
Klasifikasi
Menurut Vaughan (1995), klasifikasi glaukoma menurut etiologinya dikelompokkan
dalam Glaukoma Primer, Glaukoma Kongenital, Glaukoma Sekunder dan Glaukoma
Absolut.
A. Glaukoma Primer :
Glaukoma sudut terbuka disebut juga glaukoma simpleks, glaukoma simpleks
menahun. Bentuk glaukoma ini adalah bentuk yang paling sering ditemukan, dan
presentasinya sekitar 85%-90% dari seluruh kasus glaukoma. Sementara itu,
glaukoma sudut tertutup disebut juga glaukoma sudut sempit; bentuk glaukoma ini
dapat terjadi melalui beberapa stadium yaitu: akut, subakut, kronik/menahun, dan iris
plato/plateau iris.
B. GlaukomaKongenital:
1. Glaukoma kongenital primer,
2. Glaukoma yang berkaitan dengan anomali kongenital dan perkembangan:
a. Sindroma pembelahan bilik mata depan, yaitu sindroma Axenfeld, sindroma
Rieger dan anomali Peter
b. Aniridia
3. Glaukoma berkaitan dengan gangguan perkembangan ekstra okuler, seperti
Sindroma Sturge-Weber, Sindroma Marfan, Neurofibromatosis, Sindroma
Lowe, dan Rubela kongenital.
C. GlaukomaSekunder:
1. Glaukoma berpigmen
2. Sindroma eksfoliatif
3. Karena kelainan lensa, yaitu dislokasi, intumesensi, dan fakolitik
4. Karena kelainan uvea, yaitu uveitis, synechia posterior, dan tumor
5. Sindroma iridokorneo endotelial
6. Trauma, yaitu Hiphema dan pendarahan bilik mata belakang yang masif, serta
pergeseran akar iris/cekungan sudut
7. Pasca Operasi :
- Ciliary block glaucoma/glaukoma akibat hambatan siliaris
- Sinekhia Anterior Perifer
- Pertumbuhan epitel ke dalam bilik mata depan
- Pasca operasi Keratoplasti
- Pasca operasi ablasio retina
8. Glaukoma neovaskuler, oleh karena Diabetes mellitus, serta pembuntuan/
sumbatan pembuluh darah vena retina yang sentral
9. Kenaikan tekanan vena episklera, yaitu Fistula kovernosa karotikus, dan
Sindroma Sturge-Weber
10. Akibat pemakaian kortikosteroid
D. Glaukoma Absolut
Akhir dari semua glaukoma yang tidak terkontrol akan terjadi glaukoma
absolut, dengan ciri-ciri mata teraba keras, tajam penglihatan nol, dan seringkali
disertai dengan nyeri mata hebat. Keadaan ini dapat terjadi pada bentuk Glaukoma
sudut terbuka maupun glaukoma sudut tertutup.
Gejala Klinis
Secara umum gejala klinik Glaukoma sudut tertutup primer akut terbagi akut,
intermiten atau subakut serta kronis. Serangan akut glaukoma sudut tertutup primer
akut secara klinis oleh salmon (2004) Disebut juga sudut tertutup akut kongestif.
Sebagian besar serangan akut hanya terjadi pada satu mata, sedangkan kuramg dari
10% dapat menyerang kedua mata. Serangan akut tersering pada usia 55-56 tahun dan
dilaporkan tiga kali lebih sering terjadi pada wanita.4
Serangan tersebut biasanya medadak ketika tekanan intraikular meningkat
cepat (biasanya sekitar 45-75mmHg). Karena terjadi blok relatif trabekular meshwork
oleh iris dengan manifestasi klinik berupa.4
1. Nyeri mata mendadak
2. Sakit kepala
3. Kabur
4. Melihat cahaya pelangi
5. Mual, muntah
Gejalah yang berat sering ditunjukan dengan nyeri mata mendadak dan sakit
kepala. Nyeri tersebut dapat radier sepanjang distribusi cabang oftalmik saraf
trigeminal yang ditandai nyeri di sinus, telinga, kepala dan gigi. Nyeri yang hebat
karena tingginya TIO dapat menimbulkan gejala mual dan muntah. Kadang nyeri
dada dan abdomen serta berkeringat dapat terjadi. Hal ini sering menimbulkan
misdiagnosis.4
Kabur dan melihat seperti pelangi disebabkan edema epitel kornea karena
tingginya TIO. Edema korena dapat memisahkan cahaya putih menyebabkan
cincin berwarna mengelilingi cahay lampu pijar dengan warna merah kuning
ditengah dan biru hijau diperifer. Gejala ini merupakan gejala awala serangan
akut.4
Tatalaksana
Medikamentosa
1) Karbonik anhidrase inhibitor
Asetazolamid, merupakan pilihan yang sangat tepat untuk pengobatan
darurat pada glaukoma akut. Efeknya dapat menurunkan tekanan
dengan menghambat produksi humour akuos, sehingga sangat berguna
untuk menurunkan tekanan intraokular secara cepat. Asetazolamid
dengan dosis inisial 2x250 mg oral, dapat diberikan kepada pasien
yang memiliki fungsi ginjal normal dan tidak terdapat kelainan
lambung. Penambahan dosis maksimal asetazolamid dapat diberikan
setelah 4-6 jam untuk menurunkan tekanan intraokular yang lebih
rendah. Karbonik anhidrase inhibitor topikal dapat digunakan sebagai
inisial terapi pada pasien glaukoma akut dengan emesis.
2) Beta bloker
Merupakan terapi tambahan yang efektif untuk menangani serangan
sudut tertutup. Beta bloker dapat menurunkan tekanan intraokular
dengan cara mengurangi produksi humor akuos. Timolol merupakan
beta bloker nonselektif dengan aktifitas dan konsentrasi tertinggi di
bilik mata belakang yang dicapai dalam waktu 30 – 60 menit setelah
pemberian topikal. Beta bloker tetes mata nonselektif sebagai inisial
terapi dapat diberikan 2 kali dengan interval setiap 20 menit dan dapat
diulang dalam 4, 8, dan 12 jam kemudian.
3) Miotik kuat
Pilokarpin 2% atau 4% 4 x 1 tetes pemberian sebagai inisial terapi.
Penggunaannya tidak efektif pada serangan yang sudah lebih dari 1-2
jam. Hal ini karena muskulus sfingter pupil sudah mengalami iskemik
sehingga tidak dapat berespon terhadap pilokarpin.
4) Agen osmotik Agen ini sangat efektif untuk menurunkan tekanan intra
okular dengan cepat, pemberiannya dianjurkan kepada pasien yang
tidak mengalami emesis.
- Gliserin, dosis efektif 1 - 1,5 gr/kg BB dalam 50% cairan. Dapat
menurunkan tekanan intraokular dalam waktu 30-90 menit setelah
pemberian, dan durasi efek selama 5 - 6 jam. Selama
penggunaannya, gliserin dapat menyebabkan hiperglikemia dan
dehidrasi. Kontraindikasi pada pasien DM dan pasien dengan gagal
ginjal.
2. Bedah Iridektomi
Iridektomi insisi dilakukan pada pasien yang tidak berhasil dengan
tindakan laser iridotomi. Seperti;
▪ Pada situasi iris tidak dapat dilihat dengan jelas karena edema kornea,
hal ini sering terjadi pada pasien glaukoma akut berat yang berlangsung 4
– 8 minggu.
▪ Sudut bilik mata depan dangkal, dengan kontak irido-korneal yang luas.
▪ Pasien yang tidak kooperatif.
▪ Tidak tersedianya peralatan laser
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Usia : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Sudah Menikah
Alamat : Dukuh banaran, Ds. Demangan
Pekerjaan : Tani
Suku : Jawa
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 03 Februari 2022
Anamnesa
Keluhan Utama : Pengelihatan menurun mata kanan dan kiri
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengeluhkan mata berair kurang lebih selama
1 bulan. Mata berair ketika sedang berbicara. Pasien tidak mengeluhkan nyeri pada
mata kanan dan kiri. Pasien kadang mengeluhkan mata kanan terasa gatal. Mata
kanan sudah tidak bisa melihat. Pasien tidak ada merasa mengganjal pada mata kanan
dan kiri.
Riwayat Penyakit Mata Sebelumnya :
Riwayat Trauma Mata : Tidak ada
Riwayat Kaca Mata :-
Riwayat Operasi Mata : Pernah Operasi Katarak
Riwayat Penyakit Sistemik : Riwayat jantung (-)
Riwayat Diabetes Melitus (+) 130 1 bulan yang lalu.
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada keluarga yang sakit seperti ini
Riwayat Sosial : Merokok (-), Alkohol (-)
Riwayat Terapi : rutin kontrol di poli mata
Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Baik
Tanda-tanda vital
Tekanan Darah :
Frekuensi Nadi : 80x/menit
Suhu : 36 c
RR : 20x/menit
SpO2 :99%
Kepala Leher
A/I/C/D : -/-/-/-
Thorax
Cor : S1S2 Tunggal
Pulmo : Vesikuler
Abdomen : Bising Usus (+)
Ekstremitas : Akral Hangat (+)
2. Status Oftalmologi
OD OS
Visus
6/15 NLP
Dengan Kaca Mata
- -
Sendiri
Palpebra
Nyeri Tekan - -
Hiperemi - -
Edema - -
Massa - -
Sekret - -
Entropion - -
Ektropion - -
Trikiasis - -
Madarosis - -
Blefarospasme - -
Lagoftalmos - -
Ptosis - -
Hematoma - -
Conjungtiva
CI - -
PCI - -
SCH - -
Chemosis - -
Sekret - -
Massa/Nodul - -
Jaringan fibrovaskular - -
Corpus Alienum - -
Sistem Lakrimalis
Epifora - -
Dry Eye - -
Cornea
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Rata Rata
Sensibilitas Kornea + +
Infiltrat - -
- -
Sikatriks
- -
Arcus Senilis
- -
Angulus Senilis
- -
Defect Epitel
Sklera
Warna Putih Putih
Ikterus - -
Jaringan Fibrotik - -
COA
Kedalaman dangkal dangkal
Hifema - -
Hipopion - -
IOL + +
Iris
Warna Coklat Coklat
Atrofi + +
Nodul - -
Sinekia - -
Koloboma - -
Rubeosis iridis - -
Pupil
Letak Tengah Tengah
Bentuk Bulat Bulat
Ukuran 3 mm 3 mm
Refleks cahaya :
- Direct + -
- Indirect + -
- -
RAPD
Lensa
Kejernihan Jernih Jernih
Iris Shadow Test Tidak diperiksa Tidak diperiksa
TIO 17,3 mmhg 37,2 mmhg
Tonometer Digital N N
Palpasi Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Tonometer Schiotz
Funduskopi
Reflek fundus Positif Positif
aa/vv 2/3 2/3
cdr 0,5 1,0
Pemeriksaan lapang 40 -
pandang
70 30
60
5. Diagnosa Kerja
ODS GLAUKOMA KRONIS
6. Prognosis
7. Planning Terapi
Medikamentosa
Timolol 0,15% 2 x 1 tetes ODS
Sanbe tears 4 x 1 tetes ODS
1. Paul RE, John PW. Vaugan & Asbury’s general ophthalmology. Edisi tujuh
belas. Jakarta : EGC; 2009.
2. Lippincott Williams, Wilkins. Handbook for Brunner & Suddarth’s textbook of
medical surgical nursing. 12 th edition.U.S : Library of Congress Cataloging in
Publication Data; 2010.
3. Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P (1995), Glaucoma in General
Ophthalmology, Fourteenth edition a Lange Medical Book Printice- Hall
International Inc. p. 208-225.
4. dr. Prof. Sjamsu Budiono Sp.M(K), dr. Trisnowati Taib Saleh Sp.M(K),
dr. Moestidjab Sp.M, dr. Eddyanto Sp.M(K). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata.
Airlangga University Press 2013.
5. Lim Arthur, Acute Primary Closed Angle Glaucoma Mayor Global Blinding
Problem in Acute Glaucoma, Singapore University Press, University of
Singapore, 2002, page 1-17.