Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN RESPONSI ILMU KESEHATAN MATA

Disusun untuk melaksanakan Tugas Kepaniteraan Klinik


KSM Ilmu Kesehatan Mata di RSUD Nganjuk

Pembimbing :
dr. Linda Irawati, Sp.M

Disusun oleh :

I Putu Yogie Mahendra 21710046

Nini Primadhani Paras ShintaDewi 21710100

Carolin 21710117

KSM ILMU KESEHATAN MATA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


NGANJUK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2022
Definisi
Glaukoma adalah Glaukoma merupakan neuropati optik kronis ditandai
dengan pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapang pandang, dapat disertai
dengan peningkatan tekanan intraokuler. Proses terjadinya peningkatan tekanan
intraokuler disebabkan oleh adanya masalah pada aliran keluar cairan aqueus humor
karena adanya kelainan sistem drainase sudut balik mata depan (glaukoma sudut
terbuka) atau masalah pada aliran masuk cairan aqueus humor ke sistem drainase
(glaukoma sudut tertutup).1

Faktor resiko
Faktor risiko penyebab glaukoma antara lain adalah usia diatas 40 tahun,
memiliki riwayat penyakit diabetes militus dan hipertensi, golongan ras kulit hitam,
riwayat keluarga dengan glaukoma, riwayat trauma pada mata, penggunaan
kortikosteroid jangka panjang serta kelainan pada mata.1

Klasifikasi
Menurut Vaughan (1995), klasifikasi glaukoma menurut etiologinya dikelompokkan
dalam Glaukoma Primer, Glaukoma Kongenital, Glaukoma Sekunder dan Glaukoma
Absolut.
A. Glaukoma Primer :
Glaukoma sudut terbuka disebut juga glaukoma simpleks, glaukoma simpleks
menahun. Bentuk glaukoma ini adalah bentuk yang paling sering ditemukan, dan
presentasinya sekitar 85%-90% dari seluruh kasus glaukoma. Sementara itu,
glaukoma sudut tertutup disebut juga glaukoma sudut sempit; bentuk glaukoma ini
dapat terjadi melalui beberapa stadium yaitu: akut, subakut, kronik/menahun, dan iris
plato/plateau iris.
B. GlaukomaKongenital:
1. Glaukoma kongenital primer,
2. Glaukoma yang berkaitan dengan anomali kongenital dan perkembangan:
a. Sindroma pembelahan bilik mata depan, yaitu sindroma Axenfeld, sindroma
Rieger dan anomali Peter
b. Aniridia
3. Glaukoma berkaitan dengan gangguan perkembangan ekstra okuler, seperti
Sindroma Sturge-Weber, Sindroma Marfan, Neurofibromatosis, Sindroma
Lowe, dan Rubela kongenital.
C. GlaukomaSekunder:
1. Glaukoma berpigmen
2. Sindroma eksfoliatif
3. Karena kelainan lensa, yaitu dislokasi, intumesensi, dan fakolitik
4. Karena kelainan uvea, yaitu uveitis, synechia posterior, dan tumor
5. Sindroma iridokorneo endotelial
6. Trauma, yaitu Hiphema dan pendarahan bilik mata belakang yang masif, serta
pergeseran akar iris/cekungan sudut
7. Pasca Operasi :
- Ciliary block glaucoma/glaukoma akibat hambatan siliaris
- Sinekhia Anterior Perifer
- Pertumbuhan epitel ke dalam bilik mata depan
- Pasca operasi Keratoplasti
- Pasca operasi ablasio retina
8. Glaukoma neovaskuler, oleh karena Diabetes mellitus, serta pembuntuan/
sumbatan pembuluh darah vena retina yang sentral
9. Kenaikan tekanan vena episklera, yaitu Fistula kovernosa karotikus, dan
Sindroma Sturge-Weber
10. Akibat pemakaian kortikosteroid
D. Glaukoma Absolut
Akhir dari semua glaukoma yang tidak terkontrol akan terjadi glaukoma
absolut, dengan ciri-ciri mata teraba keras, tajam penglihatan nol, dan seringkali
disertai dengan nyeri mata hebat. Keadaan ini dapat terjadi pada bentuk Glaukoma
sudut terbuka maupun glaukoma sudut tertutup.
Gejala Klinis
Secara umum gejala klinik Glaukoma sudut tertutup primer akut terbagi akut,
intermiten atau subakut serta kronis. Serangan akut glaukoma sudut tertutup primer
akut secara klinis oleh salmon (2004) Disebut juga sudut tertutup akut kongestif.
Sebagian besar serangan akut hanya terjadi pada satu mata, sedangkan kuramg dari
10% dapat menyerang kedua mata. Serangan akut tersering pada usia 55-56 tahun dan
dilaporkan tiga kali lebih sering terjadi pada wanita.4
Serangan tersebut biasanya medadak ketika tekanan intraikular meningkat
cepat (biasanya sekitar 45-75mmHg). Karena terjadi blok relatif trabekular meshwork
oleh iris dengan manifestasi klinik berupa.4
1. Nyeri mata mendadak
2. Sakit kepala
3. Kabur
4. Melihat cahaya pelangi
5. Mual, muntah
Gejalah yang berat sering ditunjukan dengan nyeri mata mendadak dan sakit
kepala. Nyeri tersebut dapat radier sepanjang distribusi cabang oftalmik saraf
trigeminal yang ditandai nyeri di sinus, telinga, kepala dan gigi. Nyeri yang hebat
karena tingginya TIO dapat menimbulkan gejala mual dan muntah. Kadang nyeri
dada dan abdomen serta berkeringat dapat terjadi. Hal ini sering menimbulkan
misdiagnosis.4
Kabur dan melihat seperti pelangi disebabkan edema epitel kornea karena
tingginya TIO. Edema korena dapat memisahkan cahaya putih menyebabkan
cincin berwarna mengelilingi cahay lampu pijar dengan warna merah kuning
ditengah dan biru hijau diperifer. Gejala ini merupakan gejala awala serangan
akut.4

Tatalaksana
 Medikamentosa
1) Karbonik anhidrase inhibitor
Asetazolamid, merupakan pilihan yang sangat tepat untuk pengobatan
darurat pada glaukoma akut. Efeknya dapat menurunkan tekanan
dengan menghambat produksi humour akuos, sehingga sangat berguna
untuk menurunkan tekanan intraokular secara cepat. Asetazolamid
dengan dosis inisial 2x250 mg oral, dapat diberikan kepada pasien
yang memiliki fungsi ginjal normal dan tidak terdapat kelainan
lambung. Penambahan dosis maksimal asetazolamid dapat diberikan
setelah 4-6 jam untuk menurunkan tekanan intraokular yang lebih
rendah. Karbonik anhidrase inhibitor topikal dapat digunakan sebagai
inisial terapi pada pasien glaukoma akut dengan emesis.
2) Beta bloker
Merupakan terapi tambahan yang efektif untuk menangani serangan
sudut tertutup. Beta bloker dapat menurunkan tekanan intraokular
dengan cara mengurangi produksi humor akuos. Timolol merupakan
beta bloker nonselektif dengan aktifitas dan konsentrasi tertinggi di
bilik mata belakang yang dicapai dalam waktu 30 – 60 menit setelah
pemberian topikal. Beta bloker tetes mata nonselektif sebagai inisial
terapi dapat diberikan 2 kali dengan interval setiap 20 menit dan dapat
diulang dalam 4, 8, dan 12 jam kemudian.
3) Miotik kuat
Pilokarpin 2% atau 4% 4 x 1 tetes pemberian sebagai inisial terapi.
Penggunaannya tidak efektif pada serangan yang sudah lebih dari 1-2
jam. Hal ini karena muskulus sfingter pupil sudah mengalami iskemik
sehingga tidak dapat berespon terhadap pilokarpin.
4) Agen osmotik Agen ini sangat efektif untuk menurunkan tekanan intra
okular dengan cepat, pemberiannya dianjurkan kepada pasien yang
tidak mengalami emesis.
- Gliserin, dosis efektif 1 - 1,5 gr/kg BB dalam 50% cairan. Dapat
menurunkan tekanan intraokular dalam waktu 30-90 menit setelah
pemberian, dan durasi efek selama 5 - 6 jam. Selama
penggunaannya, gliserin dapat menyebabkan hiperglikemia dan
dehidrasi. Kontraindikasi pada pasien DM dan pasien dengan gagal
ginjal.

- Mannitol, pemberian intravena dalam 20% cairan dengan dosis 2


gr/kgBB selama 30 menit. Mannitol dengan berat molekul yang
tinggi, akan lebih lambat berpenetrasi pada mata sehingga lebih
efektif menurunkan tekanan intraokular. Efek penurunan tekanan
dijumpai dalam 1 jam setelah pemberian manitol intravena.
 Operasi

1. Laser Peripheral Iridotomi (LPI)


Iridotomi diindikasikan pada keadaan glaukoma sudut tertutup dengan
blok pupil, iridotomi juga diindikasikan untuk mencegah terjadinya
blok pupil pada mata yang beresiko, yang ditetapkan melalui evaluasi
gonioskopi. LPI tidak dapat dilakukan pada mata dengan rubeosis
iridis, karena dapat mengakibatkan perdarahan. Resiko perdarahan
juga meningkat pada pasien yang menggunakan anti-koagulan
sistemik, seperti aspirin. Argon laser dan Nd:YAG laser sama-sama
dapat digunakan untuk iridektomi. Komplikasi yang dapat terjadi
pasca tindakan laser adalah corneal burn, kapsul anterior lensa robek,
perdarahan (biasanya tidak lama), tekanan intraokular meningkat
pasca tindakan dan inflamasi.

2. Bedah Iridektomi
Iridektomi insisi dilakukan pada pasien yang tidak berhasil dengan
tindakan laser iridotomi. Seperti;
▪ Pada situasi iris tidak dapat dilihat dengan jelas karena edema kornea,
hal ini sering terjadi pada pasien glaukoma akut berat yang berlangsung 4
– 8 minggu.
▪ Sudut bilik mata depan dangkal, dengan kontak irido-korneal yang luas.
▪ Pasien yang tidak kooperatif.
▪ Tidak tersedianya peralatan laser
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Usia : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Sudah Menikah
Alamat : Dukuh banaran, Ds. Demangan
Pekerjaan : Tani
Suku : Jawa
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 03 Februari 2022

Anamnesa
Keluhan Utama : Pengelihatan menurun mata kanan dan kiri
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengeluhkan mata berair kurang lebih selama
1 bulan. Mata berair ketika sedang berbicara. Pasien tidak mengeluhkan nyeri pada
mata kanan dan kiri. Pasien kadang mengeluhkan mata kanan terasa gatal. Mata
kanan sudah tidak bisa melihat. Pasien tidak ada merasa mengganjal pada mata kanan
dan kiri.
Riwayat Penyakit Mata Sebelumnya :
Riwayat Trauma Mata : Tidak ada
Riwayat Kaca Mata :-
Riwayat Operasi Mata : Pernah Operasi Katarak
Riwayat Penyakit Sistemik : Riwayat jantung (-)
Riwayat Diabetes Melitus (+) 130 1 bulan yang lalu.
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada keluarga yang sakit seperti ini
Riwayat Sosial : Merokok (-), Alkohol (-)
Riwayat Terapi : rutin kontrol di poli mata
Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Baik
Tanda-tanda vital
 Tekanan Darah :
 Frekuensi Nadi : 80x/menit
 Suhu : 36 c
 RR : 20x/menit
 SpO2 :99%
Kepala Leher
 A/I/C/D : -/-/-/-
Thorax
 Cor : S1S2 Tunggal
 Pulmo : Vesikuler
Abdomen : Bising Usus (+)
Ekstremitas : Akral Hangat (+)
2. Status Oftalmologi
OD OS

Visus
6/15 NLP
Dengan Kaca Mata
- -
Sendiri
Palpebra
 Nyeri Tekan - -
 Hiperemi - -
 Edema - -
 Massa - -
 Sekret - -
 Entropion - -
 Ektropion - -
 Trikiasis - -
 Madarosis - -
 Blefarospasme - -
 Lagoftalmos - -
 Ptosis - -
 Hematoma - -
Conjungtiva
 CI - -
 PCI - -
 SCH - -
 Chemosis - -
 Sekret - -
 Massa/Nodul - -
 Jaringan fibrovaskular - -
 Corpus Alienum - -
Sistem Lakrimalis
 Epifora - -
 Dry Eye - -
Cornea
 Kejernihan Jernih Jernih
 Permukaan Rata Rata

 Sensibilitas Kornea + +

 Infiltrat - -
- -
 Sikatriks
- -
 Arcus Senilis
- -
 Angulus Senilis
- -
 Defect Epitel
Sklera
 Warna Putih Putih
 Ikterus - -

 Jaringan Fibrotik - -

COA
 Kedalaman dangkal dangkal
 Hifema - -
 Hipopion - -
 IOL + +
Iris
 Warna Coklat Coklat
 Atrofi + +
 Nodul - -
 Sinekia - -
 Koloboma - -
 Rubeosis iridis - -
Pupil
 Letak Tengah Tengah
 Bentuk Bulat Bulat

 Ukuran 3 mm 3 mm

 Refleks cahaya :
- Direct + -

- Indirect + -
- -
 RAPD
Lensa
 Kejernihan Jernih Jernih
 Iris Shadow Test Tidak diperiksa Tidak diperiksa
TIO 17,3 mmhg 37,2 mmhg
 Tonometer Digital N N
Palpasi Tidak diperiksa Tidak diperiksa
 Tonometer Schiotz
Funduskopi
Reflek fundus Positif Positif
aa/vv 2/3 2/3
cdr 0,5 1,0

Pemeriksaan lapang 40 -
pandang

70 30

60

Gambar Mata Pasien


3. Resume
Pasien perempuan usia 60 tahun datang ke poli mata untuk kontrol. Pasien
mengeluhkan penglihatan menurun pada kedua mata dan terkadang sering
keluar air mata bila bicara sejak 1 bulan yang lalu. VOD 6/15, VOS NLP,
atrofi iris (+/+), IOL (+/+), TOD : 17,3 mmhg TOS : 37,2 mmhg
4. Diagnosa Banding
 ODS Glaukoma kronis
 ODS katarak senilis
 ODS Glaukoma akut

5. Diagnosa Kerja
ODS GLAUKOMA KRONIS

6. Prognosis

a. Ad vitam : Dubia ad Bonam


b. Ad functionam : Dubia ad Bonam
c. Ad sanationam : Dubia ad Bonam
d. Ad cosmeticam : Dubia ad Bonam

7. Planning Terapi
 Medikamentosa
Timolol 0,15% 2 x 1 tetes ODS
Sanbe tears 4 x 1 tetes ODS

8. Usulan Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan OCT (Optical Coherence Tomography) 
DAFTAR PUSTAKA

1. Paul RE, John PW. Vaugan & Asbury’s general ophthalmology. Edisi tujuh
belas. Jakarta : EGC; 2009.
2. Lippincott Williams, Wilkins. Handbook for Brunner & Suddarth’s textbook of
medical surgical nursing. 12 th edition.U.S : Library of Congress Cataloging in
Publication Data; 2010.
3. Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P (1995), Glaucoma in General
Ophthalmology, Fourteenth edition a Lange Medical Book Printice- Hall
International Inc. p. 208-225.
4. dr. Prof. Sjamsu Budiono Sp.M(K), dr. Trisnowati Taib Saleh Sp.M(K),
dr. Moestidjab Sp.M, dr. Eddyanto Sp.M(K). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata.
Airlangga University Press 2013.
5. Lim Arthur, Acute Primary Closed Angle Glaucoma Mayor Global Blinding
Problem in Acute Glaucoma, Singapore University Press, University of
Singapore, 2002, page 1-17.

Anda mungkin juga menyukai