Anda di halaman 1dari 8

GLAUKOMA

A. Definisi Glaukoma
Glaukoma merupakan sekelompok penyakit kerusakan saraf optik (neuropati optik)
yang biasanya disebabkan oleh efek peningkatan tekanan okular pada papil saraf optik.
Iskemia tersendiri pada papil saraf optik juga penting. Hilangnya akson menyebabkan
defek lapang pandang dan hilangnya tajam penglihatan jika lapang pandang
sentral terkena.

B. Anatomi dan Fisiologi

Tingkat tekanan intraokular tergantung pada keseimbangan antara produksi dan


ekskresi akueous humor. Akueous dihasilkan oleh sekresi dan ultra- filtrasi dari prosesus
siliaris ke dalam bilik posterior. Kemudian akueous mengalir melalui pupil untuk
memasuki bilik anterior dan meninggalkan mata terutama melalui jalinan trabekula,
kanal Schlemm, dan vena episklera (jalur konvensional). Sebagian kecil akueous (4%)
mengalir melalui korpus siliaris ke ruang suprakoroid dan ke dalam sirkulasi vena pada
sklera (jalur uveosklera).
Ada dua teori mengenai mekanisme kerusakan serabut saraf oleh peningkatan
tekanan intraokular:
Peningkatan tekanan intraokular menyebabkan kerusakan mekanik pada akson
saraf optik.
Peningkatan tekanan intraokular menyebabkan iskemia akson saraf akibat
berkurangnya aliran darah pada papil saraf optik.
Patofisiologi glaukoma bersifat multifaktorial dan kedua mekanisme ini
sama pentingnya.
C. Klasifikai Glaukoma
Klasifikasi glaukoma berdasarkan pada mekanisme berkurangnya absorpsi terbagi
atas 3 macam, yaitu:

1. Glaukoma primer
Kondisi dimana peningkatan tekanan intraokuler tidak dapat diketahui penyebab
pastinya. Secara umum terdapat 2 tipe yang memiliki prevalensi tertinggi yaitu
glaukoma sudut terbuka primer dan glaukoma sudut tertutup primer
● Sudut terbuka, istilah sudut terbuka menandakan sudut segmen anterior masih
terbuka namun terdapat peningkatan tekanan intraokuler dan kondisi ini terjadi
secara kronis.
● Sudut tertutup, suatu keadaan menutupnya jalan keluar aquos humor sehingga
terjadi peningkatan tekanan intraokuler akibat oklusi trabekular meshwork oleh
iris perifer.

2. Glaukoma sekunder
Pada glaukoma sekunder peningkatan tekanan intraokuler terjadi akibat manifestasi
dari penyakit lain berupa peradangan, trauma bola mata dan uveitis. Glaukoma
sekunder terbagi menjadi pigmentary glaucoma, exfoliation
syndrome/pseudoexfoliation syndrome, glaukoma akibat perubahan lensa,
glaukoma akibat kelainan traktus uvealis, glaukoma akibat trauma, glaukoma
pasca tindakan bedah okular, glaukoma neovaskular, glaukoma akibat peningkatan
tekanan vena episklera, serta glaukoma akibat pemakaian steroid jangka panjang.
Perubahan lensa seperti dislokasi lensa akibat trauma atau sindroma marfan,
intumesensi lensa sehingga lensa bertambah besar, dan fakolitik dapat
menyebabkan glaukoma.
3. Glaukoma kongenital
Glaukoma ini dibagi menjadi glaukoma kongenital primer (kelainan terbatas hanya
pada sudut kamera okuli anterior), anomali perkembangan segmen anterior, dan
kondisi lain (aniridia, sindrom Lowe, sindom SturgeWeber dan rubela kongenital).
Terjadi pada bayi biasanya diturunkan dari keluarga. Saat lahir terdapat kelainan
perkembangan mata dengan pembesaran bola mata, namun terdapat kekeruhan
pada kornea. Disertai juga dengan mata merah. fotofobia, dan epiforia

D. Patofisiologi
Patofisiologi peningkatan tekanan intraokuler dipengaruhi oleh adanya
keseimbangan antara sekresi aquos humor oleh badan siliar dan drainase melalui
trabekular meshwork dan uveoskleral. Oleh karena itu dibagi menjadi 2 mekanisme yaitu
pada glaukoma sudut tertutup dan glaukoma sudut terbuka. Pada pasien dengan
glaukoma sudut terbuka, ada peningkatan hambatan pada aliran aquos humor pada jalur
trabekula meshwork. Sementara hambatan terdapat pada jalur menuju drainase tersebut
disebut sebagai glaukoma sudut tertutup.

Mekanisme utama penurunan fungsi penglihatan pada glaukoma adalah apoptosis sel
ganglion retina yang menyebabkan terjadinya penipisan pada lapisan serat saraf dan
lapisan ini retina. Hal ini juga menyebabkan berkurangnya akson pada nervus optikus
dan diskus optikus menjadi atrofik, serta pembesaran pada cawan optik. Secara umum,
hingga sekarang dikenal 2 teori yang mendasari mekanisme penurunan fungsi
penglihatan yaitu teori mekanis (peningkatan tekanan intraokuler menyebabkan
kerusakan papil nervus optikus) dan teori vaskuler (penurunan aliran/perfusi darah
menyebabkan terjadinya kerusakan papil nervus optikus). Pada teori mekanis ,
peningkatan tekanan intraokuler menyebabkan tekanan pada serabut saraf terutama pada
bagian Elschnig’s ring dan lamina kribosa. Lalu terjadi putusnya jalur axoplasmic
transport baik secara anterograde maupun retrograde.

E. Penatalaksanaan
1. Terapi medikamentosa
a. Karbonik anhidrase inhibitor
Asetazolamid, merupakan pilihan yang sangat tepat untuk pengobatan darurat pada
glaukoma akut. Efeknya dapat menurunkan tekanan dengan menghambat produksi
humour akuos, sehingga sangat berguna untuk menurunkan tekanan intraokular
secara cepat. Asetazolamid dengan dosis inisial 2x250 mg oral, dapat diberikan
kepada pasien yang memiliki fungsi ginjal normal dan tidak terdapat kelainan
lambung. Penambahan dosis maksimal asetazolamid dapat diberikan setelah 4-6 jam
untuk menurunkan tekanan intraokular yang lebih rendah. Karbonik anhidrase
inhibitor topikal dapat digunakan sebagai inisial terapi pada pasien glaukoma akut
dengan emesis.
b. Beta bloker
Merupakan terapi tambahan yang efektif untuk menangani serangan sudut tertutup.
Beta bloker dapat menurunkan tekanan intraokular dengan cara mengurangi produksi
humor akuos. Timolol merupakan beta bloker nonselektif dengan aktifitas dan
konsentrasi tertinggi di bilik mata belakang yang dicapai dalam waktu 30 – 60 menit
setelah pemberian topikal. Beta bloker tetes mata nonselektif sebagai inisial terapi
dapat diberikan 2 kali dengan interval setiap 20 menit dan dapat diulang dalam 4, 8,
dan 12 jam kemudian.
c. Miotik kuat
Pilokarpin 2% atau 4% 4 x 1 tetes pemberian sebagai inisial terapi. Penggunaannya
tidak efektif pada serangan yang sudah lebih dari 1-2 jam. Hal ini karena muskulus
sfingter pupil sudah mengalami iskemik sehingga tidak dapat berespon terhadap
pilokarpin.
d. Agen osmotik
Agen ini sangat efektif untuk menurunkan tekanan intra okular dengan cepat,
pemberiannya dianjurkan kepada pasien yang tidak mengalami emesis.
● Gliserin, dosis efektif 1 - 1,5 gr/kg BB dalam 50% cairan. Dapat menurunkan
tekanan intraokular dalam waktu 30-90 menit setelah pemberian, dan durasi
efek selama 5 - 6 jam. Selama penggunaannya, gliserin dapat menyebabkan
hiperglikemia dan dehidrasi. Kontraindikasi pada pasien DM dan pasien
dengan gagal ginjal.
● Mannitol, pemberian intravena dalam 20% cairan dengan dosis 2 gr/kgBB
selama 30 menit. Mannitol dengan berat molekul yang tinggi, akan lebih
lambat berpenetrasi pada mata sehingga lebih efektif menurunkan tekanan
intraokular. Efek penurunan tekanan dijumpai dalam 1 jam setelah pemberian
manitol intravena. e. Steroid topikal

2. Laser Peripheral Iridotomi (LPI)


Iridotomi diindikasikan pada keadaan glaukoma sudut tertutup dengan blok pupil,
iridotomi juga diindikasikan untuk mencegah terjadinya blok pupil pada mata yang
beresiko, yang ditetapkan melalui evaluasi gonioskopi.
LPI tidak dapat dilakukan pada mata dengan rubeosis iridis, karena dapat
mengakibatkan perdarahan. Resiko perdarahan juga meningkat pada pasien yang
menggunakan anti-koagulan sistemik, seperti aspirin.
Argon laser dan Nd:YAG laser sama-sama dapat digunakan untuk iridektomi.
Komplikasi yang dapat terjadi pasca tindakan laser adalah corneal burn, kapsul anterior
lensa robek, perdarahan (biasanya tidak lama), tekanan intraokular meningkat pasca
tindakan dan inflamasi.

3. Bedah Iridektomi
Iridektomi insisi dilakukan pada pasien yang tidak berhasil dengan tindakan laser
iridotomi, seperti:
● Pada situasi iris tidak dapat dilihat dengan jelas karena edema kornea, hal ini sering
terjadi pada pasien glaukoma akut berat yang berlangsung 4 – 8 minggu.
● Sudut bilik mata depan dangkal, dengan kontak irido-korneal yang luas.
● Pasien yang tidak kooperatif.
● Tidak tersedianya peralatan laser
4. Ekstraksi lensa
Terdapat beberapa studi yang membuktikan efektivitas ekstraksi lensa dalam
menurunkan dan mengontrol tekanan intraokular pasien dengan Primary Angle Closure
Glaucoma (PACG). Ekstraksi lensa sebaiknya dipertimbangkan pada kasus PACG
terutama yang disertai dengan hyperopia atau kondisi lensa yang cembung di anterior
(anteriorly vaulted lens).

F. Terapi diet
Penelitian sekarang menunjukkan bahwa mengonsumsi makanan dan suplemen
makanan tertentu ditambah dengan pilihan gaya hidup dapat membantu mengurangi
risiko peningkatan tekanan mata atau mencegah penurunan kesehatan mata Anda.
Namun, pastikan untuk selalu berkonsultasi dengan dokter mata Anda sebelum
melakukan perubahan apa pun pada pola makan Anda. Berikut tips pola makan untuk
pasien penderita glaukoma atau berisiko terkena glaukoma:
1.Tingkatkan Omega-3 Anda
Asam lemak omega-3 dapat menurunkan tekanan internal mata, menjadikannya nutrisi
yang sangat baik bagi pasien glaukoma. Ini membantu dengan meningkatkan aliran
darah ke saraf optik dan memiliki sifat neuroprotektif optik. Omega-3 dapat ditemukan
pada ikan berlemak, seperti salmon, chia dan biji-bijian lainnya, kacang-kacangan,
beberapa minyak nabati, dan makanan yang diperkaya.

2.Nikmati Minuman Pagi Anda, Tapi secukupnya


Membatasi asupan kafein mungkin bijaksana jika Anda berjuang dengan tekanan mata
yang tinggi, karena kafein meningkatkan TIO sementara setelah konsumsi. Meminum
satu cangkir kopi berkafein per hari mungkin tidak akan menimbulkan bahaya apa pun,
namun meminum beberapa cangkir kopi setiap hari tidak disarankan.

3.Pertimbangkan Suplemen Nutrisi


Suplemen vitamin selain pengobatan glaukoma tradisional dapat membantu
memperlambat perkembangan glaukoma dan bahkan mencegah atau menunda
timbulnya glaukoma. Suplemen yang mencakup Vitamin B1, B12, C, A, E, tiamin,
magnesium, dan mirtogenol mungkin paling efektif dalam melawan glaukoma.
Suplemen herbal yang mungkin mempunyai efek positif pada glaukoma termasuk
ginkgo biloba, bilberry dan forskolin.
4.Makanlah Sayuran Berdaun Hijau Itu
Sayuran berdaun hijau mengandung sejumlah vitamin dan nutrisi penting seperti nitrat
makanan, vitamin A, B, C, E, K, [serat], folat, magnesium, zat besi, kalsium dan
kalium. Karena diketahui pria dan wanita yang mengonsumsi sayuran berdaun gelap
dalam jumlah tertinggi memiliki risiko 20% -30% lebih rendah terkena glaukoma.
Begitu juga pada pasien dengan kehilangan lapang pandang dini, mengonsumsi
sayuran berdaun hijau yang mengandung nitrat menurunkan risiko kerusakan lebih
lanjut pada penglihatan sebesar 40%-50%.

5.Tingkatkan Antioksidan Anda


Antioksidan adalah molekul yang melindungi sel-sel tubuh Anda dari radikal bebas
berbahaya. Dalam penelitian pada hewan, antioksidan tampaknya membantu dalam
regulasi TIO, namun uji klinis skala besar pada manusia diperlukan untuk
mengkonfirmasi hal ini. Antioksidan dapat ditemukan dalam coklat hitam, buah beri,
pecan, kubis merah, bit, kacang-kacangan, artichoke, dan sayuran berdaun hijau tua.

6.Hidrasi dengan Cara yang Benar


Mempertahankan hidrasi yang tepat penting untuk semua sistem tubuh, tidak terkecuali
sistem penglihatan. Kebanyakan dokter mata menganjurkan minum sekitar 2 liter air
per hari. Namun, penting untuk diperhatikan bahwa meminum air dalam jumlah
banyak dalam waktu singkat justru dapat meningkatkan tekanan mata bagian dalam.
Sebaliknya, disarankan untuk minum lebih sedikit air dan lebih sering sepanjang hari.
Daftar Pustaka
Budiono, Sjamsu., Saleh, Trisnowati Taib., Moestidjab., dan Eddyanti. (2019). Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Mata. Surabaya: Airlangga University Press.
James, Bruce., Chew, Chris., dan Bron, Anthony. (2006). Lecture notes oftalmologi. Edisi ke-
9. Jakarta: Erlangga Medical Series.
Nugroho, Johanes Jethro., Rahmi, Fifin Luthfia., dan Nugroho, Tri Laksana. (2019).
Hubungan Jenis Terapi Dengan Kualitas Hidup Pasien Glaukoma. Undergraduate
thesis, Faculty of Medicine.
Suryaningrum, Gusti Ayu Ratna. (2018) Penatalaksanaan Glukoma Akut. Diakses pada
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/08ebe93020bfa58e031336
852a308d3c.pdf

Anda mungkin juga menyukai