PENDAHULUAN
Pada glaucoma akut attack terjadi karena penutupan sudut (angle closure) secara tiba-tiba yang
mengarah ke peningkatan IOP yang sangat tinggi. Hal ini merupakan kasus emergensi yang
dapat mengancam penglihatan jika tidak segera ditangani.
TUJUAN PEMBELAJARAN
TIK:
Anatomi dan fisiologi Glaukoma berhubungan dengan anatomi dan fisiologi humour
akuous dan nervus optik
Gambar 1. Penampang struktur anterior bola mata di daerah bilik mata depan
Ada 2 jalur yang dilewati akuous keluar dari bola mata, yaitu: aliran jaringan trabekula
(conventional outflow) yang merujuk pada pressure dependent outflow dan aliran uveoskleral
yang merujuk pada pressure independent outflow. Nilai rerata outflow adalah 0,220,30
L/menit/mmHg.
Gambar 2. Sirkulasi dan drainase humor akuous melewati aliran trabekulokanalikular dan uveoskleral
menjadi lebih rentan terhadap kerusakan glaukoma. Kerentanan ini menjelaskan sering
terjadinya defek lapang pandang pada serabut saraf arkuata pada glaukoma. Pengaturan dari
akson di papil nervus optik dan kerentanan diferensial terhadap kerusakan menentukan pola
Sel-sel ganglion mengirimkan serabut-serabut yang berasal dari area fovea ke temporal
nervus optik, kemudian membentuk kumpulan serabut papilomakular bundle. Serabut sel
ganglion retina yang berasal dari nasal perifer memasuki daerah nasal diskus optik, sedangkan
serabut sel ganglion yang berasal dari daerah temporal dekat meridian horisontal berjalan ke
arah diskus sampai sekitar 4 mm temporal dari fovea, dimana serabut tersebut bercabang di
sekitar papilomakular bundle dan menjadi bagian dari kumpulan serabut-serabut nervus
intraokular berhubungan dengan kematian sel ganglion retina. Keseimbangan antara sekresi
humor aqueous oleh korpus siliaris dan drainase melalui 2 jalur independen, yaitu trabekular
meshwork dan jalur uveoscleral menentukan tekanan intraokular. Pada pasien dengan
glaukoma sudut terbuka, ada peningkatan resistensi terhadap aliran air melalui trabecular
meshwork. Sebaliknya, akses ke jalur drainase terhambat biasanya oleh iris pada pasien dengan
Tekanan intraokular dapat menyebabkan stres mekanik dan ketegangan pada struktur
posterior mata, terutama lamina kribrosa dan jaringan sekitarnya. Neuropati optik glaukomatous
melibatkan kerusakan dan remodeling dari jaringan diskus optik dan lamina kribrosa yang
menipis ke arah posterior, menyebabkan dalamnya cup dan penyempitan neuroretinal rim.
Penipisan lamina kribrosa menyebabkan blokade transpor aksonal dari faktor neurotropi sel
akson ganglion retina yang diikuti oleh degenerasi sel-sel ganglion retina. Neuropati optik
glaukomatous dapat terjadi pada individu dengan tekanan intraokular dalam kisaran normal.
Pada pasien tersebut, mungkin ada tekanan cairan serebrospinal yang abnormal di ruang
subarachnoid nervus optik yang mengakibatkan gradien tekanan besar di seluruh lamina.
Gejala:
- Nyeri,pada glaucoma akut attack onset nyeri tiba-tiba dan sifatnya sangat nyeri
Tanda:
- Kornea edema
grade 0)
Terapi awal ditujukan untuk menurunkan tekanan intraokular, gliserin 1-1,5 cc/kg BB
dapat dicampur dengan sari jeruk dengan volume yang sama, dapat juga dipakai manitol 20% 1
cc/kg BB larutan intravena (infus 60 150 tetes/menit). Acetanolamide 500 mg IV atau 500 mg
oral dapat dilanjutkan 250 mg 4x/hari, steroid topikal (prednisolone 1% atau dexametason 0,1%
4x/hari) untuk menekan reaksi radang dan menurunkan kerusakan iris dan trabekular. Sesudah
1 jam dilakukan pemeriksaan tonometri dan bilik mata depan, bila terjadi penurunan
(<40mmHg) beri pilokarpin 2% dan bila 12 jam tetap turun beri pilokarpin 1% 4x/hari, timolol
0,5% 2x/hari
Bila kondisi mata sudah tenang, kornea sudah jernih selanjutnya dirujuk ke dokter spesialis
mata untuk dilakukan laser peripheral iridotomy atau iridektomy perifer. Tapi ingat jika
tekanan tidak turun, ingat kemungkinan glaucoma sudut tertutup karena kelainan lensa, jangan
diberi pilokarpin (menyebabkan lensa bergerak ke depan, blok pupil). Bila terjadi blok pupil
siapkan untuk dilakukan argon laser peripheral iridoplasti (ALPI), tekanan turun, mata tenang
(2-3 hari) untuk selanjutnya dilakukan laser peripheral iridotomy.
A. Terapi medis
1. Sistemik hipeosmotik/mannitol (1gm/kg berat badan)
2. A carbonic anhydrase inhibitor/Acetozolamid 500 mg IV injeksi diiukuti oral 250mg
3x1/hari
3. Tetes mata Pilokarpin mulai diberikan setelah IOP diturunkan oleh agent
hiperosmotik. Dimulai pilokarpin 2% diberikan setiap 30 menit selama 1-2 jam dan
selanjutnya setiap 6 jam
4. Tetes mata Beta bloker 0,5% timolol maleat 2x1/hari
5. Steroid topical (prednisolone asetat 1%) 3-4 kali sehari untuk menurunkan inflamasi
6. Analgetik dan antiemetik jika diperlukan.
B. Terapi Bedah
1. Iridotomi perifer. Ini diindikasikan ketika terdapat sinekia anterior perifer (PAS)
kurang dari 50% dari sudut anterior chamber dan sebagai profilaksis pada mata
sebelahnya.
2. Laser iridotomi merupakan prodedur yang non invasive.
3. Bedah Iridekdtomi perifer
4. ZBedah filtrasi (trabekulektomy). Ini dilakukan pada kasus dimana IOP tidak
terkontrol dengan terapi medis diikuti serangan glaukoma akut dan juga ketika PAS
lebih dari 50% dari sudut anterior chamber.
C. Terapi profilaksis pada mata sebelahnya
Profilaksis laser iridotomi atau bedah perifer iridektomi
Bahan referensi:
1. Khurana AK. Comprehensive Ophtalmology, 4th ed. New Age International; 2007. p. 135-
6,205-41.
2. American Academy of Ophthalmology. Basic and Clinical Science Course: Sec 2:
Fundamentals and Principles of Ophthalmology. San Fransisco, 2014-2015. p. 229-40,
305-41.
3. Riordan-Eva P. and Whitcher JP. Vaughan dan Asburys General Ophthalmology, 17th ed.
McGraw-Hill; 2007. Chap. 11.
4. Kuehn M, Fingert J, Kwon Y. Retinal ganglion cell death in glaucoma : mechanisms and
neuroprotective strategies. Ophthalmol Clin N Am. 2005. 18:383-395
5. American Academy of Ophthalmology. Basic and Clinical Science Course: Sec 10:
Glaucoma. San Fransisco, 2014-2015. p. 13-26.
6. Azuara-Blanco A, Costa VP, and Wilson RP. Handbook of Glaucoma. UK; Martin Dunitz;
2002. Sec 1: 4-14.
7. Douglas J.R, Mark F.P, The Wills Eye Manual, 3rd ed.Lippincott Williams &
Wilkins;1999.p.249-253.