Oleh:
Pakar:
Dr. Fitratul Ilahi, Sp.M (K)
1
menderita glaukoma sudut tertutup, sedangkan orang keturunan afrika dan eropa
lebih sering menderita glaukoma sudut terbuka.2
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Epidemiologi
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua terbanyak setelah katarak
diseluruh dunia. Kebutaan yang disebabkan oleh glaukoma besifat irrefersible atau
bersifat permanen. Berdasarkan data WHO 2010, diperkirakan sebanyak 3.2 juta
orang mengalami kebutaan akibat glukoma. Pada tahun 2020 jumlah kebutaan
akibat glaukoma diperkirakan meningkat menjadi 11,4 juta. Jumlah pasien
glaukoma diperkirakan juga mengalami peningkatan, yaitu dari 60,5 juta (2010)
menjadi 79,6 juta (2020).10
2.3 Klasifikasi
1. Glaukoma Sudut Tertutup Akut
Pada glaukoma sudut tertutup akut terjadi peningkatan tekanan
intraokular yang cepat akibat blokade atau oklusi pada trabecular meshwork
oleh iris.6 Karena terjadinya oklusi tersebut, terhambatnya aliran keluar
aqueous dan tekanan intraokular meningkat dengan cepat, sehingga
menimbulkan nyeri hebat, kemerahan, penglihatan kabur, edema epitel
korenal.7 Pada akut sistemik distress dapat menyebabkan mual dan muntah.
Juga dapat ditemukannya halo berwarna di sekitar cahaya atau lampu. Tanda
klinis dari glaukoma sudut tertutup akut : 1). TIO tinggi 2). Pupil mid-dilatasi,
3
melempem dan bentuk tidak teratur 3). Edema epitel kornea 4). Episkleral dan
pembuluh darah konjugtiva kongestif 5). Ruang anterior dangkal 6). Terdapat
sedikit sel dan flare aqueous. Peningkatan tekanan intra ocular biasanya >40
– 50 mmHg.6
Pasien akan mengeluhkan penurunan visus yang nyata dan nyeri hebat
pada mata, kadang disertai gejala sistemik seperti nyeri dahi hebat sekitar mata
yang terkena dan mual serta muntah.5 Pada mata yang sakit akan tampak
hiperemis nyata pada konjungtiva, edema kornea, pupil ukuran sedang dan
tidak reaktif, COA sangat dangkal, disertai “triple sign” (presipitat berpigmen,
atrofi iris ireguler, dan glaucomflecken), bahkan eksudat flokulen di dalam
COA. 12
2. Glaukoma sudut tertutup subakut
Glaukoma sudut tertutup subakut ditandai dengan episode penglihatan
kabur, terdapat halo, dan nyeri ringan yang disebabkan oleh peningkatan
tekanan intraokular. Gejala ini biasanya hilang secara spontan, khususnya
selama tidur – diinduksi miosis, dan tekanan intraokular biasanya normal pada
episode tersebut, dimana hal itu dapat terjadi secara berkala selama beberapa
hari, bulan, atau tahun.6
3. Glaukoma sudut tertutup kronik
Para pasien ini bermanifestasi seperti yang diperlihatkan oleh pasien
glaukoma sudut terbuka primer, sering dengan penyempitan lapangan padang
yang ekstensi di kedua mata. Sesekali, pasien tersebut mengalami serangan
penutupan sudut subakut. Pada pemeriksaan antar serangan dapat
menunjukkan sudut sempit dengan sinekia anterior perifer. Pasien datang
dengan kehilangan lapang pandang ekstensif pada kedua mata.7
Pada pemeriksaan dijumpai peningkatan tekanan intraokular, COA
yang sempit disertai sinekia anterior perifer dalam berbagai tingkat, serta
kelainan diskus optikus dan lapangan pandang.7
4. Sindroma iris plateau
Sindroma iris plateau merupakan bentuk konfigurasi atipikal sudut
ruang terbuka yang menyebabkan glaukoma primer sudut tertutup primer akut
atau kronik. Penyebab paling sering dari sindroma iris plateau diakibatkan
4
proses penempatan siliaris anterior sehingga terjadi penyempitan ruang
anterior akibat terdorongnya iris perifer kedepan.6
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 25 mm. Bola mata
dibungkus oleh 3 lapis jaringan yaitu sklera, jaringan uvea dan retina seperti yang
terlihat pada Gambar 1. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberi
bentuk bola mata. Bagian terdepan sklera disebut kornea yang berwarna bening.
Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular yang terdiri dari iris, badan siliar dan
koroid. Retina terletak paling dalam dari bola mata.2
5
Camera oculi anterior berperan penting dalam proses drainase aqueous humor yang
ada hubungannya dengan pengaturan tekanan intraokula. Camera oculi anterior
terletak pada pertautan antara kornea perifer dan pangkal iris. Ciri anatomi utama
sudut ini adalah garis schwalbe, anyaman trabekula (yang terletak di atas kanal
schlemm), dan sclera spur.5
Garis schwalbe menandai berakhirnya endotel kornea. Struktur ini
merupakan tepi membrane descement dan terdiri dari suatu jaringan atau pinggiran
yang sempit dimana bagian dalam kornea bertemu dengan sklera disertai jari-jari
kelengkungan yang berbeda. Anyaman trabekula dapat dibagi kedalam tiga bagian,
yakni uveal, korneoskleral, dan jukstakanalikular.7
Bagian jukstakanalikular (endotelial) meshwork merupakan resistensi
utama aliran keluar aqueous humor. Bagian ini membentuk bagian terluar dari
meshwork dan menghubungkan korneoskleral dengan kanal schlemm. Bagian
endotel luar lapisan meshwork juxtacanalicular terdiri dari dinding dalam kanal
schlemm.6
Sclera spur merupakan penonjolan sklera ke arah dalam di korpus siliar dan
kanal schlemm, tempat iris dan korpus siliar menempel. Saluran-saluran eferen dari
kanal schlemm berhubungan dengan sistem vena episklera.7 Bagian terdalam dari
kanal schlemm terdiri dari vakuola raksasa yang langsung berhubungan dengan
ruang intertrabekula, dan lapisan terluar terdiri dari satu lapis endotel tanpa pori.
Suatu sistem yang kompleks dari pembuluh darah yang menghubungkan kanal
schlemm ke vena episcleral, yang kemudian mengalir ke siliaris anterior dan vena
oftalmika superior, akhirnya mengalir ke sinus cavernosus.6
6
intraokular ditentukan oleh kecepatan pembentukan aquous humor dan tahanan
terhadap aliran keluarnya dari mata. Aquous humor adalah cairan jernih yang
mengisi bilik mata depan dan belakang. Komposisinya serupa dengan plasma
kecuali cairan ini mempunyai konsentrasi askorbat, piruvat dan laktat yang lebih
tinggi. Sudut bilik mata depan memiliki peranan dalam drainase aquous humor.5
Sistem drainase aquous humor dibagi menjadi 2 jalur:
1. Jalur trabekular 90%,
Kebanyakan aqueous humor keluar dari mata melalui jalur jalinan
trabekula - kanal schlemm - sistem vena. Jalinan trabekula dapat dibagi kedalam
tiga bagian, yakni uveal, korneoskleral, dan jukstakanalikular. Tahanan utama
aliran keluar terdapat pada jaringan jukstakanalikular. Fungsi jalinan trabekula
adalah sebagai katup satu jalan yang membolehkan aqueous meninggalkan mata
melalui aliran terbesar pada arah lain yang tidak bergantung pada energi. Aqueous
bergerak melewati dan diantara sel endotelial yang membatasi dinding dalam kanal
schlemm. Dari kanal schlemm,aqueous ditranspor via 25-35 kanal kolektor menuju
vena episklera.6
2. Jalur uveoskleral
Pada mata normal setiap aliran non-trabekular disebut dengan aliran
uveoskleral. Mekanisme yang beragam terlibat, didahului lewatnya aqueous dari
COA kedalam otot siliaris dan kemudian kedalam ruang suprasiliar dan
suprakoroid. Cairan kemudian keluar dari mata melalui sklera yang utuh ataupun
sepanjang nervus dan pembuluh darah yang memasukinya. Aliran uveoskleral
tidak bergantung pada tekanan. Aliran uveoskleral dapat meningkat oleh agen
sikloplegik, adrenergik, dan prostaglandin analog dan beberapa bentuk
pembedahan (misal siklodialisis) dan dapat diturunkan pada keadaan miotik.6
C. Tekanan Intraokular
Tekanan intraokular yang normal bervariasi antara 10 dan 21 mmHg (16 ±
2,5 mm Hg). Tingkat normal tekanan intraokular pada dasarnya diatur oleh
keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran dari aqueous humor.
7
2.4 Etiologi dan Patogenesis
Glaukoma sudut tertutup primer memiliki karakteristik berupa terjadinya
aposisi atau adesi iris perifer terhadap trabekular meshwork. Hal ini menyebabkan
sudut bilik mata depan menjadi tertutup secara anatomis sehingga terjadi
penurunan drainase aquous humor pada sudut tersebut. Sudut bilik mata depan
dikatakan tertutup jika menutupi paling sedikit 270º dari sudut tersebut.6,8
Mekanisme dari glaukoma sudut tertutup primer dapat dibagi menjadi dua
kategori, yaitu mekanisme yang mendorong iris dari belakang seperti blok pupil,
glaukoma maligna, pembengkakan badan siliaris, inflamasi atau kista, prosesus
siliaris yang terletak di anterior (plateau iris), pembengkakan koroid, pelepasan
koroid yang bersifat serosa atau hemorhagik, tumor segmen posterior atau space-
occupying lesions (minyak silicon, gelembung udara), atau pergeseran lensa ke
anterior.
Selain itu terdapat mekanisme yang menarik iris ke depan sehingga berkontak
dengan trabekular meshwork seperti kontraksi dari membran atau jaringan
fibrovaskular yang mengalami inflamasi, migrasi endotel kornea, pertumbuhan
fibrosa ke arah dalam, pertumbuhan epitel ke arah dalam, atau inkarserasi iris
karena trauma atau insisi bedah.
8
dengan myopia, dimana hal tersebut dihubungkan dengan peningkatan tekanan
intraokular sehingga terjadinya glaukoma sudut terbuka primer. Selain itu,
hipertensi sitemik meningkatkan risiko enam kali lipat dalam terjadinya
glaukoma.11
2.6 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan segmen anterior dan gonioskopi
yang cermat.5 Gonioskopi merupakan metode diagnostik yang paling penting
dalam menilai penutupan sudut kamera okuli anterior.13 Pemeriksaan dengan slit
lamp dapat mengevaluasi grading Van Herick, penilaian kedalaman ruang kamera
limbal.13 ,14
9
TIO terjadi indentasi kornea yang lebih kecil. Pemeriksaan lapang pandang rutin
esensial untuk diagnosis dan tindak lanjut glaukoma. Kehilangan lapang pandang
akibat glaukoma terutama mengenai 30 derajat lapangan pandang bagian sentral.5
2.7 Tatalaksana
Tujuan tata laksana PACG adalah menurunkan TIO untuk mencegah
progresi neuropati optik glaukomatosa, membuka kembali sudut yang tertutup,
mencegah penutupan atau penutupan kembali sudut yang progresif, menjaga fungsi
drainase dari sudut kamera anterior. Karena perjalanan penyakit PACG terutama
dikarenakan masalah anatomis, tata laksana bedah lebih dipilih. Penekanan
pembentukan aqueous berupa penggunaan penyekat beta, agonis adrenergik alfa2,
dan penghambat karbonik anhidrase. Pilihan obat untuk meningkatkan
pengeluaran aqueous adalah prostaglandin analog seperti latanoprost 0,005%.
Penggunaan agonis kolinergik berupa pilokarpin bekerja dengan kontraksi sfinkter
pupil sehingga menarik bagian tepi iris dari anyaman trabekular dan membuka
sudut drainase. Lalu untuk penurunan volume vitreus bisa dengan penggunaan
agen hiperosmotik. Tata laksana bedah dapat berupa laser peripheral iridotomy,
argon laser peripheral iridoplasty, goniosinekialisis, ekstraksi lensa, phaco plus
surgery, phacotrabeculectomy, siklofotokoagulasi.5,12,13,15
2.8 Komplikasi
Pada kasus akut jika tata laksana terlambat, iris perifer dapat menempel
pada anyaman trabekular (sinekia anterior), menyebabkan penyumbatan
irreversibel dari sudut kamera okuli anterior yang membutuhkan tindakan bedah.
Apabila dibiarkan, kebutaan dapat terjadi.5
2.9 Prognosis
Dengan mengidentifikasi penyakit glaukoma secara dini dan dilakukan
pengawasan dan pengobatan yang teratur, maka progresifitas penyakit glaukoma
tersebut dapat dihambat atau kebutaan permanen dapat dihindari.16 Pada sejumlah
penelitian, tingkat keberhasilan pengobatan glaukoma sudut tertutup primer
dengan intervensi bedah berkisar antara 47%-74%.17
10
BAB III
TATALAKSANA BEDAH PACG
11
Iridotomi laser merupakan pilihan tatalaksana utama penutupan sudut
primer, tetapi juga dapat diindikasikan untuk penutupan sudut sekunder dengan
blok pupillary. Kadang-kadang juga dilakukan pada sindrom dispersi pigmen,
meskipun efektivitasnya dalam kasus ini masih perlu penelitian lanjutan.14
Teknik iridotomi adalah sebagai berikut:14
1. Agen anestesi topikal diberikan.
2. Apraclonidine atau brimonidine diberikan sebagai profilaksis
3. Agen miotik diberikan pilocarpine topikal (mis. Satu tetes 2%).
4. Lensa kontak iridotomi khusus dimasukkan.
5. Banyak ahli menargetkan area di bawah kelopak mata antara arah jaam 11
dan 1, meskipun lainnya juga lebih suka arah jam 3 atau 9. Risiko tinggi
terjadinya diplopia atau glaremonokuler akan terjadi ketika iridotomi
setengah tertutup oleh lid margin. Secara radial, iridotomi harus
ditempatkan di sepertiga bagian luar untuk mengurangi risiko kerusakan
pada crystalline lens. Dengan menargetkan iris crypt, jika ada, biasanya
memiliki outcome pembukaan yang memadai dengan lebih mudah.
6. Penting untuk dicatat bahwa pengaturan daya yang efektif cukup berbeda
pada setiap mesin. Kebanyakan iridotomi dibuat dengan pengaturan daya
4-5 mJ; risiko kerusakan crystalline lens terjadi pada daya yang lebih tinggi
pada 5 mJ atau lebih tinggi. Untuk iris biru tipis, level energi yang
dibutuhkan pada umumnya adalah 2-4 mJ. Beberapa ahli lebih menyukai
single pulse shots, ada pula yang lain hingga tiga pulse shots.
7. Perawatan awal dengan laser termal (argon atau dioda) sering diperlukan
pada iris yang tebal dan berwarna gelap. Parameter yang sesuai termasuk
daya 600-900 mW menggunakan ukuran titik kecil 50 μm dan durasi yang
relatif singkat 0,03-0,05 detik, meskipun pengaturan yang lebih besar, daya
lebih rendah, durasi lebih lama bisa sama efektifnya.
8. Beam difokuskan dengan tepat dan laser ditembakkan. Penetrasi yang
berhasil ditandai dengan semburan puing pigmen. Jumlah tembakan yang
diperlukan untuk menghasilkan iridotomi yang memadai sangat bervariasi.
Ukuran optimal tidak pasti, rekomendasi berkisar antara 150 hingga 500
μm.
12
9. Over-treatment harus dihindari karena berisiko terhadap peradangan dan
lonjakan tekanan pasca operasi yang substansial; perawatan lanjutan dapat
diterapkan setelah beberapa hari; dalam keadaan darurat tindakan kembali
pada lokasi yang sama setelah mendiamkan beberapa menit untuk
membersihkan pigmen dan debris, atau pindah ke lokasi yang berbeda,
mungkin adekuat.
Gambar 8. Iridotomi. (A) Lensa Abraham (B) Ukuran iridotomi yang tepat (C)
Terlalu kecil (D) Terlalu besar dan kurang periferal.14
13
Pasien dengan kerusakan glaukomatosa yang jelas kemungkinan
membutuhkan penutup hipotensif okular tambahan dan peninjauan sedini
mungkin.
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain:13
1. Pendarahan terjadi pada sekitar 50% tetapi biasanya ringan dan berhenti
setelah hanya beberapa detik; perdarahan persisten dapat diatasi dengan
meningkatkan tekanan lensa kontak.
2. Peningkatan TIO. Biasanya terjadi di awal dan sementara tetapi terkadang
dapat persisten.
3. Iritis. Terutama jika laser digunakan berlebihan atau terapi steroid pasca
laser tidak adekuat, atau iris yang berwarna gelap (termasuk yang
disebabkan oleh obat penurun prostaglandin).
4. Corneal burns dapat terjadi jika lensa kontak tidak digunakan atau jika AC
dangkal; biasanya sembuh dengan sangat cepat tanpa sekuele.
5. Katarak. Kekeruhan lensa lokal terkadang berkembang pada lokasi
perawatan; terbentuknya katarak yang berhubungan dengan usia dapat
dipercepat dengan iridotomi.
6. Glare dan / atau diplopia karena efek ‘pupil kedua’ jarang terjadi.
14
hanya dengan mengontraksikan stroma iris, tetapi juga dengan menipiskan jaringan
iris pada crowded angle. Seperti LPI, ALPI sendiri efektif dalam penutupan sudut
apposisional tetapi mungkin tidak seefektif dalam kasus penutup PAS yang luas.
Meskipun komplikasi jangka panjang yang serius pada kornea dan lensa dari ALPI
belum pernah dilaporkan, efektivitas jangka panjangnya tidak jelas dan memiliki
risiko adanya sekuele seperti pupil mata yang melebar ireguler yang menyebabkan
fotofobia.23-25
Laser iridoplasti dilakukan untuk memperluas sudut bilik anterior dengan
kontraksi iris perifer menjauhi dari resesus sudut. Teknik ini dapat digunakan untuk
megatasi episode penutupan sudut akut, tetapi lebih umum dilakukan sebagai
tindakan elektif, misalnya pada sindrom iris plateau. Komplikasi teknik ini
cenderung ringan, tetapi perawatan intensif sangat diperlukan jika terjadi lonjakan
TIO substansial dan persisten yang kemungkinan disebabkan oleh pigmentasi iris
yang berat. Akomodasi yang diubah cukup umum terjadi tetapi hampir selalu
bersifat sementara.
Teknik iridoplasti dalah sebagai berikut:13
1. Anestesi topikal diaplikasikan.
2. Satu tetes 1% pilocarpine dan 1% apraclonidine diberikan.
3. Melalui lensa iridotomi, teknik ini dilakukan pada pinggiran, ukuran 500
μm, 100–400 mW, durasi 0,2-0,5 detik, bertujuan untuk menghasilkan
sedikit kontraksi iris.
4. Apraklonidin 1% pasca prosedur diberikan (profilaksis oral - mis.
Acetazolamide - dapat diberikan jika terdapat neuropati optik glaukoma
yang bermakna).
5. Ketorolak topikal, prednisolon 1% atau deksametason 0,1% empat kali
sehari selama seminggu diberikan sebagai rejimen yang umum.
6. Pemeriksaan biasanya 1-2 jam pasca-laser, kemudian setelah 1 minggu dan
selanjutnya tergantung pada perkembangan dan kerusakan glaukoma -
pasien dengan neuropati glaukoma signifikan mungkin perlu sering kontrol
selama beberapa minggu pertama untuk deteksi kemungkinan lonjakan
TIO.
15
Gambar 9. Tampilan gonioskopik paska iridoplasty, panah putih menunjukkan
bekas bakar laser.13
3.3 Goniosinekialisis
Goniosynechialysis (GSL) adalah teknik bedah untuk melepaskan PAS dari
permukaan trabecular pada sudut sehingga aqueous dapat memiliki akses kembali
ke meshwork. Teknik ini efektif dalam membuka sudut tertutup dan menurunkan
TIO pasien PACG dengan tingkat keberhasilan keseluruhan 80% Namun, adanya
kerusakan ireversibel pada mesh trabecular mungkin telah terjadi di daerah
penutupan sinechial, dengan proliferasi iris atau jaringan fibrosa ke dalam ruang
antar-molekul. Penurunan aliran aqueous dalam kasus-kasus kronis ini mungkin
akibat sekunder dari pelebaran dan fusi trabecular beams yang berdekatan, bersama
dengan deposit homogen yang melibatkan trabecular beams dan ruang trabekuler.
Hal ini mungkin menjelaskan GSL yang gagal dalam kasus PACG yang lama. 26
Supaya efektif, GSL harus dilakukan sebelum ada perubahan histologis
yang ireversibel pada trabekulum. Selanjutnya, mekanisme-penutupan sudut harus
diatasi dengan prosedur seperti LPI dan ALPI untuk meminimalkan risiko
penutupan sudut berulang. Pada pasien dengan penutupan sudut PAS minimal
tetapi memiliki IOP tinggi, GSL mungkin tidak efektif karena fungsi trabekuler di
mata tersebut buruk. Goniosynechialysis lebih cocok untuk mata dengan tingkat
kerusakan neuronal minimal hingga sedang karena profil TIO pasca operasi
kemungkinan menjadi tidak sejernih seperti pada tindakan trabeculectomy.
Visualisasi sudut yang baik adalah kunci keberhasilan dalam GSL. Selama
16
bertahun-tahun, visualisasi sudut telah ditingkatkan dengan penggunaan lensa
Swan-Jacob dan lensa Mori.15
3.6 Phacotrabeculectomy
Trabeculectomy, yang merupakan perawatan bedah pilihan untuk
glaukoma sudut terbuka primer (POAG), juga efektif untuk PACG. Karena
ekstraksi katarak telah terbukti efektif dalam pengobatan PACG, trabeculectomy
harus dikombinasikan secara dengan fakoemulsifikasi pada mata PACG. Pada
PACG, fakoemulsifikasi sendiri sudah cukup. Phacotrabeculectomy memberikan
kontrol TIO yang lebih baik tetapi dengan tingkat komplikasi pasca operasi yang
17
lebih tinggi. Jika fungsi trabekuler buruk, TIO tidak akan normal meskipun 360
derajat sudut dibuka kembali setelah fakoemulsifikasi. Untuk itu, dilakukan
trabeculectomy dikombinasikan dengan fakoemulsifikasi.30,31
Trabekulektomi adalah operasi filtrasi glaukoma yang menurunkan TIO
dengan membuat fistula, dilindungi oleh flap skleral superfisial, untuk
memungkinkan aliran air dari ruang anterior ke ruang subtenon.13
Indikasi trabekulektomi meliputi:13
1. Kegagalan terapi konservatif untuk mencapai kontrol TIO yang adekuat.
2. Menghindari polifarmasi berlebihan.
3. Kemunduran progresif meskipun kontrol TIO telah adekuat (termasuk
kepatuhan yang buruk terhadap perawatan medis).
4. Terapi primer. Penyakit lanjut yang membutuhkan target tekanan yang
sangat rendah dapat mencapai hasil jangka panjang yang unggul jika
dioperasi lebih awal, terutama pada pasien yang lebih muda.
18
5. Sayatan dibuat sedalam sekitar 50% dari ketebalan scleral, untuk membuat
flap lamellar 'trapdoor'. Flap ini dapat berbentuk persegi panjang (3 × 3–4
mm), trapesium atau segitiga, sesuai dengan preferensi.
6. Flap superfisial dibuat ke depan hingga kornea jernih tercapai.
7. Parasentesis dibuat dalam perifer temporal dari kornea bening.
8. AC dimasukkan di sepanjang sebagian besar dasar trapdoor.
9. Blok sklera dalam dieksisi
10. Iridektomi perifer dibuat untuk mencegah penyumbatan bukaan internal;
beberapa ahli menghilangkan langkah ini pada mata pseudophakic atau
yang memiliki ruang anterior yang dalam.
Gambar 11. Teknik trabekulektomi. (A) Outline flap skleral superfisial. (B)
Diseksi flap skleral superfisial (C) Eksisi jaringan skeral dalam (D) Iridektomi
perifer.13
19
3.7 Phacoemulsification dan GSL
Fakoemulsifikasi dan GSL telah terbukti menurunkan TIO, meskipun
mekanismenya tidak pasti. Menggabungkan GSL dengan fakoemulsifikasi
memiliki keuntungan dari perbaikan visual yang nyata setelah operasi. Sebuah
studi perbandingan tentang phacoGSL versus trabeculectomy menunjukkan bahwa
kedua prosedur memiliki efek penurunan IOP yang sama.15
3.8 Siklofotokagulasi
Pada tahun 1950, Bietti memperkenalkan cyclocryotherapy, yang
menggunakan probe pada suhu <80 ° C untuk menghancurkan epitel tubuh silier,
stroma dan pembuluh darah. Teknik ini mengakibatkan penurunan produksi
aqueous humor dan penurunan TIO. Kegunaan klinis siklododestruksi dibatasi
karena komplikasinya, yang meliputi hipotonik, phthisis, hyphema, ablasi koroid
dan ablasi retina. Baru-baru ini, laser dioda telah diterapkan untuk sikloablasi;
sehingga memberikan penetrasi yang lebih besar terhadap jaringan dan penyerapan
yang lebih baik.32 Teknik ini juga memberikan profil keamanan yang lebih baik,
meskipun masih ada risiko untuk hipotonik, kehilangan penglihatan, edema
kornea, atonia atau distorsi pupil, dan edema makula sistoid.15
Selama beberapa dekade terakhir, trans-scleral diode laser
cyclophotocoagulation (TSCPC) menggunakan G-probe telah digunakan sebagai
pilihan pengobatan, sebagian besar untuk pasien dengan glaukoma stadium akhir.
Tingkat keberhasilan siklodestruksi bervariasi di antara prosedur dan jenis
glaukoma. Diode TSCPC memiliki efektivitas yang dilaporkan sebesar 92,3%
dalam mengendalikan TIO dibawah 21 mmHg selama 2 tahun pada pasien
glaukoma refrakter - tetapi penelitian ini juga mencatat bahwa semua pasien
memerlukan obat penurun TIO pasca-prosedur untuk mencapai tujuan tersebut.15
Sebuah perbandingan terbaru dari cyclodestruction laser versus tube surgery
menemukan bahwa yang tube surgery lebih efektif daripada cyclodestruction laser
dalam menurunkan TIO. Siklodestruksi memiliki tingkat komplikasi yang lebih
rendah dan tidak memerlukan perawatan di rumah sakit dibandingkan dengan tube
surgery.32 Karena profil risiko dan efektivitas dibandingkan teknik lain, TSCPC
20
biasanya hanya digunakan pada pasien yang sulit disembuhkan dengan manajemen
medikamentosa dan filtration surgery.13
Siklofotokoagulasi endoskopi (ECP) adalah teknik lain yang menjanjikan,
menggunakan kabel serat optik untuk mengirimkan energi laser ke prosesus siliaris
menggunakan monitor video. Prosedur ini bermanfaat bagi pasien dengan PACG
atau iris plateau, baik dalam kombinasi dengan operasi katarak atau sebagai
prosedur terpisah. Berbeda dengan prosedur ciliodestructive lainnya, ECP dapat
mengubah konfigurasi plateau dan membuka sudut.13
21
BAB IV
KESIMPULAN
1. Tujuan tata laksana PACG adalah menurunkan TIO untuk mencegah progresi
neuropati optik glaukomatosa, membuka kembali sudut yang tertutup,
mencegah penutupan atau penutupan kembali sudut yang progresif, menjaga
fungsi drainase dari sudut kamera anterior.
2. Pilihan tatalaksana laser/pembedahan pada kasuus PACG dapat berupa Laser
peripheral iridotomy, Argon laser peripheral iridoplasty, Goniosinekialisis,
Ekstraksi lensa, Phaco plus surgery, Phacotrabeculectomy, dan
Siklofotokoagulasi.
3. Iridotomi laser merupakan pilihan tatalaksana utama penutupan sudut primer,
tetapi juga dapat diindikasikan untuk penutupan sudut sekunder dengan blok
pupillary.
4. Trabeculectomy merupakan perawatan bedah pilihan untuk glaukoma sudut
terbuka primer (POAG) juga efektif sebagai tatalaksana PACG.
5. Siklofotokoagulasi endoskopi (ECP) adalah teknik lain yang menjanjikan
karena dapat mengubah konfigurasi plateau dan membuka sudut.
22
DAFTAR PUSTAKA
23
15. Lai J, Choy BNK, Shum JWH. Management of primary angle-closure
glaucoma. Asia Pac J Ophthalmol. 2016;5: 59–62
16. Artini W, Glaucoma Caused Blindness with Its Characteristic in Cipto
Mangunkusumo Hospital. Jurnal Oftalmologi Indonesia. 2011;7(5):189-93
17. Thomas R, Parikh R, Muliyil J, Kumar RS. Five-year risk of progression of
primary angle closure to primary angle closure glaucoma: a population-based
study. Acta Ophthalmol. Scand. 2003;81: 480–485
18. Pandav SS, Kaushik S, Jain R, et al. Laser peripheral iridotomy across the
spectrum of primary angle closure. Can J Ophthalmol. 2007;42:233–237.
19. Cumba RJ, Nagi KS, Bell NP, et al. Clinical outcomes of peripheral iridotomy
in patients with the spectrum of chronic primary angle closure. ISRN
Ophthalmol. 2013;2013:828972.
20. Yamamoto T, Shirato S, Kitazawa Y. Treatment of primary angle-closure
glaucoma by argon laser iridotomy: a long-term follow-up. Jpn J Ophthalmol.
1985;29:1–12.
21. Lam DS, Lai JS, Tham CC. Immediate argon laser peripheral iridoplasty as
treatment for acute attack of primary angle-closure glaucoma: a preliminary
study. Ophthalmology. 1998;105:2231–2236.
22. Lai JS, Tham CC, Chua JK, et al. Laser peripheral iridoplasty as initial
treatment of acute attack of primary angle-closure: a long-term follow-up
study. J Glaucoma. 2002;11:484–487.
23. Ouazzani BT, Berkani M, Ecoffet M, et al. Argon laser iridoplasty in the
treatment of angle closure glaucoma with plateau iris syndrome. J Fr
Ophtalmol. 2006;29:625–628.
24. Ramakrishnan R, Mitra A, Abdul Kader M, et al. To study the efficacy of laser
peripheral iridoplasty in the treatment of eyes with primary angle closure and
plateau iris syndrome, unresponsive to laser peripheral iridotomy, using
anterior-segment OCT as a tool. J Glaucoma. 2015.
25. Liu J, Lamba T, Belyea DA. Peripheral laser iridoplasty opens angle in plateau
iris by thinning the cross-sectional tissues. Clin Ophthalmol. 2013; 7:1895–
1897.
24
26. Canlas OA, Ishikawa H, Liebmann JM, et al. Ultrasound biomicroscopy
before and after goniosynechialysis. Am J Ophthalmol. 2001;132: 570–571
27. Nongpiur ME, He M, Amerasinghe N, et al. Lens vault, thickness, and position
in Chinese subjects with angle closure. Ophthalmology. 2011;118:474–479.
28. Kim YK, Yoo BW, Kim HC, et al. Relative lens vault in subjects with angle
closure. BMC Ophthalmol. 2014;14:93.
29. Lee JR, Sung KR, Han S. Comparison of anterior segment parameters between
the acute primary angle closure eye and the fellow eye. Invest Ophthalmol Vis
Sci. 2014;55:3646–3650.
30. Sihota R, Gupta V, Agarwal HC. Long-term evaluation of trabeculectomy in
primary open angle glaucoma and chronic primary angle closure glaucoma in
an Asian population. Clin Experiment Ophthalmol.2004;32:23–28.
31. Liang YB, Wang NL, Rong SS, et al. Initial treatment for primary angle-
closure glaucoma in China. J Glaucoma. 2015;24:469–473.
32. Bloom PA, Clement CI, King A, Noureddin B, Sharma K, Hitchings RA &
Khaw PT (2013): A comparison between tube surgery, ND:YAG laser and
diode laser cyclophotocoagulation in the management of refractory glaucoma.
Biomed Res Int 2013: 371951.
25