Anda di halaman 1dari 22

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PADA PASIEN GLAUKOMA

Nama Kelompok
1. Agung Nugroho (14201.13.21062 )
2. Dian Indriana (14201.13.21071 )
3. Indah Fitriyani ( 14201.13.21081)
4. Puji Affan Dwi M ( 14201.13.21089)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PROBOLINGGO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Glaukoma” dengan baik.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penyusun menerimakritik dan saran yang dapat membangun
agar dalam penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Penyusun juga berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi kami secara pribadi dan bagi yang membutuhkannya.

Probolinggo, 18 Agustus 2022

Penyusun

ii
iii
Latar Belakang BAB 1
PENDAHULUAN

Mata adalah indera pengelihatan (visual) yang merupakan penerima stimulus yang
berperan dalam pembentukan persepsi. Sehingga, jika ada gangguan pada mata akan
menganggu penerimaan stimulus yang kita butuhkan. Glaukoma merupakan kondisi
mata yang biasanya disebabkan oleh peningkatan abnormal tekanan intraokular (sampai
lebih dari 20mmHg). Tekanan yang tinggi, kadang-kadang mencapai 60-70mmHg,
menyebabkan kompresi saraf optikus ketika saraf tersebut keluar dari bola mata
sehingga terjadi kematian serabut saraf.

Glaukoma berasal dari kata Yunani “ glaukos” yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaucoma. Di Amerika Serikat,
glaukoma ditemukan pada lebih 2 juta orang, yang akan beresiko mengalami kebutaan.
Penyebab utama kebutaan adalah glaucoma (0,20%) (menurut DepKes hasil survei
Nasional Kesehatan Indera di 8 provinsi tahun 1993 – 1996). Negara Indonesia juga
memiliki 700.000 penderita glaukoma. Sepertiganya buta, dua pertiganya terancam buta.

Glaucoma disebabkan oleh adanya riwayat glaukoma keluarga,tekanan bola mata


yang tinggi, memiliki penyakit rabun jauh (miopi), menderita penyakit DM, penderita
penyempitan pembuluh darah otak atau sirkulasi buruk, mengalami kecelakaan atau
operasi pada mata sebelumnya, menggunakan steroid dalam jangka waktu yang cukup
lama, dan faktor usia.
Sehubungan dengan peran perawat sebagai care giver, counseller, educator dan,
change agent. Seorang perawat harus memiliki pengetahuan dan keahlian dalam merawat
pasien dengan penyakit glaukoma sehingga dapat melakukan asuhan keperawatan yang
efektif dan efisien yang akan berpengaruh pada status penderita glaukoma menjadi lebih
baik.

Tujuan Umum
Mahasiswa Keperawatan dapat mengetahui dan memahami tentang penyakit
glaukoma dimulai dari manifestasi klinis, patofisiologi, dan tatalaksana untuk
memberikan perawatan holistik yang efektif dan efisien.

1
Tujuan Khusus
1. Mengetahui aqueous humor
2. Mengetahui definisi glaukoma
3. Mengetahui klasifikasi glaukoma
4. Mengetahui etiologi glaukoma
5. Mengetahui patofisiologi glaukoma
6. Mengetahui menifestasi klinis glaukoma
7. Mengetahui pemeriksaan diagnostik glaukoma
8. Mengetahui tatalaksana glaukoma
9. Mengertahui komplikasi dari glaukoma

2
BAB 2
PEMBAHASAN
Aqueous Humor

Aqueous humor mengandung zat-zat gizi untuk kornea dan lensa, keduanya tidak
memiliki pasokan darah. Adanya pembuluh darah di kedua struktur ini akan
mengganggu lewatnya cahaya ke fotoreseptor. Aqueous humor dibentuk dengan
kecepatan 5 ml/hari oleh jaringan kapiler di dalam korpus siliaris, turunan khusus
lapisan koroid di sebelah anterior. Cairan ini mengalir ke suatu saluran di tepi kornea
dan akhirnya masuk ke darah. Jika aqueous humor tidak dikeluarkan sama cepatnya
dengan pembentukannya (sebagai contoh, karena sumbatan pada saluran keluar),
kelebihan cairan akan tertimbun di rongga anterior dan menyebabkan peningkatan
tekanan intraokuler (didalam mata). Keadaan ini dikenal sebagai glaukoma. Kelebihan
aqueous humor akan mendorong lensa ke belakang ke dalam vitreous humor, yang
kemudian terdorong menekan lapisan saraf dalam retina. Penekanan ini menyebabkan
kerusakan retina dan saraf optikus yang dapat menimbulkan kebutaan jika tidak diatasi.

Gambar 1. Anatomi mata


(Sumber: http://repository.usu.ac.id, tanpa tahun)
Tingkat tekanan intraokuler tergantung pada keseimbangan antara produksi dan
ekskresi aqueous humor. Aqueous dihasilkan oleh sekeresi dan ultrafiltrasi dari prosesus
siliaris ke dalam bilik posterior, kemudian akoeous mengalir melalui pupil untuk
memasuki bilik anterior dan meninggalkan mata terutama melalui jalinan trabekula,
kanal schlemm, dan vena episklera, sebagian kecil aqueous humor (4%) mengalir
melalui korpus siliaris ke ruang suprakoroid dank ke dalam sirkulasi vena ada sclera.

3
Ada dua teori menegenai mekanisme kerusakan serabut saraf oleh peningkatan
tekanan intraocular:
1) Peningkatan tekanan intraokular menyebabkan iskemia akson saraf akibat
berkurangnya aliran darah pada papil saraf optic.
2) Peningktan tekanan intraocular menyebabkan keruskaan mekanik pada akson saraf
optik.
Definisi Glaukoma
Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma (Ilyas,2006).
Glaukoma adalah suatu keadaan tekanan intraokuler/tekanan dalam bola mata relatif
cukup besar untuk menyebabkan kerusakan papil saraf optik dan menyebabkan kelainan
lapang pandang (Faradilla, 2009). Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan mata
tidak normal atau lebih tinggi dari pada biasanya yang mengakibatkan kerusakan saraf
pengelihatan dan kebutaan (Ilyas,2006). Tekanan yang tinggi, kadang-kadang mencapai
60-70mmHg, menyebabkan kompresi saraf optikus ketika saraf tersebut keluar dari bola
mata sehingga terjadi kematian serabut saraf. Pada beberapa kasus, glaukoma dapat
terjadi walaupun tekanan intraokular normal. Jenis glaukoma ini berkaitan dengan
penyebab lain kerusakan saraf optikus. Glaukoma adalah penyebab utama kebutaan di
Amerika Serikat dan penyebab tersering kedua kebutaan di seluruh dunia.

Gambar 8. Galukoma

Kebutaan akibat glaukoma biasanya terjadi secara bertahap apabila tekanan


intraokular mendadak menjadi tinggi. Mula-mula biasanya terjadi gangguan penglihatan
perifer, yang diikuti oleh gangguan penglihatan sentral. Kebutaan yang disebabkan oleh
glaukoma bersifat ireversibel. Trias glaukoma yaitu:

1. Tekenan intraokuler meningkat


2. Defek lapang pandang yang khas
3. Penggaungan patologis papil saraf optik.

4
Klasifikasi Glaukoma

Dua jenis utama glaukoma adalah glaucoma sudut terbuka (disebut juga kronis,
sederhana, atau sudut lebar), yang dimulai secara diam-diam dan berkembang perlahan.
Glaukoma sudut tertutup (disebut juga sebagai akut atau sudut sempit), yang terjadi
secara mendadak dan dapat menyebabkan kehilangan penglihatan permanen dalam 48
jam hingga 72 jam (Bilotta, 2012). Terdapat jenis lain glaukoma yaitu glaukoma
kongenital dan galukoma sekunder.

1. Glaukoma sudut tertutup atau akut


Glaukoma primer sudut tertutup akut adalah kondisi yang timbul saat TIO
meningkat secara cepat akibat blokade relatif mendadak dari jaringan trabekular. Hal
ini dapat menimbulkan manifestasi berupa rasa sakit hebat yang menjalar ke kepala
disertai mual dan mutah, penglihatan buram, mata merah dan bengkak, melihat
lingkaran-lingkaran seperti pelangi. Peningkatan TIO yang tinggi menyebabkan
edema epitel kornea yang bertanggung jawab dalam timbulnya keluhan penurunan
penglihatan. Manifestasi klinis pada glaukoma sudut tertutup antara lain:

a. TIO yang tinggi


b. Pupil yang lebar dan terkadang irreguler
c. Edema epitel kornea
d. Kongesti pembuluh darah episkleral dan konjungtiva
e. Kamera okuli anterior yang sempit

Selama serangan akut, TIO cukup tinggi sehingga dapat menyebabkan


gangguan nervus optikus dan oklusi pembuluh darah retina. Sinekia anterior perifer
dapat terbentuk dengan cepat dan TIO yang tinggi menyebabkan terjadinya iskemia
sehingga dapat terjadi atrofi sektoral dari iris. Atrofi pada iris menimbulkan pelepasan
pigmen iris dan pigmen-pigmen tersebut menempel dan mengotori permukaan iris dan
endotel kornea. Akibat iskemia iris, maka pupil dapat berdilatasi dan terfiksasi.
2. Glaukoma Sudut Tertutup atau kronis
Gaukoma primer sudut tertutup subakut (intermiten) adalah kondisi yang
ditandai dengan adanya penglihatan yang buram, halo, dan rasa sakit yang ringan,
disertai dengan peningkatan TIO. Gejala ini membaik dengan sendirinya, terutama
selama tidur, dan muncul kembali secara periodik dalam hitungan hari atau minggu.

5
Gejala-gejala akibat peningkatan tekanan bola mata. Penyakit ini berkembang secara
lambat namun pasti. Penampilan bola mata seperti normal dan sebagian besar tidak
mempunyai keluhan pada stadium dini. Pada stadium lanjut keluhannya berupa pasien
sering menabrak karena pandangan lebih gelap, lebih kabur, lapang pandang sempit,
hingga kebutaan permanen. Diagnosis yang tepat dapat dibantu ditegakkan dengan
pemeriksaan gonioskopi.
3. Glaukoma kongenital
Glaukoma kongenital terjadi sejak lahir. Ada ketidaksempurnaan perkembangan
saluran humor aqueous di masa janin. Gejala: sangat peka cahaya, mata merah, kornea
membesar.
4. Glaukoma sekunder
Glaukoma yg terjadi akibat penyakit lain. Misalnya: uveitis, diabetes melitus,
obat-obatan.
Etiolgi Glaukoma
Glaukoma dapat disebabkan oleh faktor berikut:
1) Terdapat riwayat glaukoma keluarga
2) Tekanan bola mata yang tinggi
3) Memiliki penyakit rabun jauh (miopi)
4) Menderita penyakit DM
5) Penderita penyempitan pembuluh darah otak atau sirkulasi buruk
6) Mengalami kecelakaan atau operasi pada mata sebelumnya
7) Menggunakan steroid dalam jangka waktu yang cukup lama
8) Faktor usia, yakni berusia lebih dari 45 tahun.
9) Katarak
Patofisiologi Glaukoma
TIO ditentukan oleh kecepatan produksi aqueous humor dan aliran keluar aqueous
humor dari mata. TIO normal adalah 10-21 mmHg dan dipertahankan selama terdapat
keseimbangan antara produksi dan aliran keluarnya. Aqueous humor diproduksi di dalam
badan silier dan mengalir keluar melalui kanal Schlemn ke dalam sistem vena.

6
Gambar . Aliran normal Aqueous humor
( Faradilla,2009 )

Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi berlebih badan silier atau oleh
peningkatan hambatan abnormal terhadap aliran keluar aqueous humor melalui camera
oculi anterior (COA). Peningkatan tekanan intraokuler >23 mmHg memerlukan evaluasi
yang seksama. Peningkatan TIO mengurangi aliran darah ke saraf optik dan retina.
Iskemia menyebabkan struktur ini kehilangan fungsinya secara bertahap. Kerusakan
jaringan biasanya dimulai dari perifer dan bergerak menuju fovea sentralis. Kerusakan
visus dan kerusakan saraf optik dan retina adalah ireversibel dan hal ini bersifat
permanen. Tanpa penanganan, glaukoma dapat menyebabkan kebutaan. Hilangnya
pengelihatan ditandai dengan adanya titik buta pada lapang pandang. Beberapa
mekanisme peningkatan tekanan intraokuler (kanski,1994):
a. Korpus siliaris memproduksi terlalu banyak cairan bilik mata,
sedangkan pengeluaran pada jalinan trabekular normal
b. Hambatan pengaliran pada pupil sewaktu pengaliran cairan bilik mata
belakang ke bilik mata depan
c. Pengeluaran di sudut bilik mata terganggu.

7
Gambar . (A) Aliran aqueous humor pada glaukoma sudut terbuka, (B) Aliran
aqueous humor pada glaukoma sudut tertutup.
(http://www.residentandstaff.com, tanpa tahun)
Mekanisme utama kehilangan penglihatan pada glaukoma adalah apoptosis sel
ganglion retina. Optik disk menjadi atropi, dengan pembesaran cup optik. Efek dari
peningkatan tekanan intraokuler dipengaruhi oleh waktu dan besarnya peningkatan
tekanan tersebut (Fadilla,2009).
Manifestasi Klinik Glaukoma
Menurut Harnawartiaj (2008) umumnya dari riwayat keluarga ditemukan anggota
keluarga dalam garis vertical atau horizontal memiliki penyakit serupa, penyakit ini
berkembang secara perlahan namun pasti, penampilan bola mata seperti normal dan
sebagian besar tidak menampakan kelainan selama stadium dini. Pada stadium lanjut
keluhan klien yang muncul adalah sering menabrak akibat pandangan yang menjadi jelek
atau lebih kabur, lapangan pandang menjdi lebih sempit hingga kebutaan secara
permanen. Gejala yang lain adalah (Harnawartiaj,2008):

1. Mata merasa dan sakit tanpa kotoran;


2. Kornea suram;
3. Disertai sakit kepala hebat terkadang sampai muntah;
4. Kemunduran penglihatan yang berkurang cepat;
5. Nyeri di mata dan sekitarnya;
6. Udema kornea;
7. Pupil lebar dan refleks berkurang sampai hilang;
8. Lensa keruh.

Menurut Ilyas (2006) glaukoma akan memperlihatkan gejala sebagai berikut:

1. Tekanan bola mata yang tidak normal;

8
2. Rusaknya selaput jala atau retina;
3. Menciutnya lapang penglihatan akibat rusaknya selaput jala yang dapat;
4. Berakhir dengan kebutaan.

Pemeriksaan Diagnostik Glaukoma


1. Tonometri. Alat ini berguna untuk menilai tekanan intraokular. Tekanan bola mata
normal berkisar antara 10-21 mmHg.
2. Gonioskopi. Sudut bilik mata depan merupakan tempat penyaluran keluar humor
akueus. Dengan gonioskopi kita berusaha menilai keadaan sudut tersebut, apakah
terbuka, sempit atau tertutup ataukah terdapat abnormalitas pada sudut tersebut.

Gambar 9. Pemeriksaan dengan Gonioskopi

3. Penilaian diskus optikus. Dengan menggunakan opthalmoskop kita bisa mengukur


rasio cekungan-diskus (cup per disc ratio-CDR). CDR yang perlu diperhatikan jika
ternyata melebihi 0,5 karena hal itu menunjukkan peningkatan tekanan intraokular
yang signifikan.

9
Gambar 10. Opthalmoscope

4. Pemeriksaan lapang pandang. Hal ini penting dilakukan untuk mendiagnosis dan
menindaklanjuti pasien glaukoma. Lapang pandang glaukoma memang akan
berkurang karena peningkatan TIO akan merusakan papil saraf optikus.
Tatalaksanaan Glaukoma
Berikut ini adalah tatalaksana glaukoma:
a. Medikamentosa
1. Penekanan pembentukan humor aqueus, antara lain:
a) β adrenegik bloker topikal seperti timolol maleate 0,25 - 0,50 % 2 kali
sehari, betaxolol 0.25% dan 0.5%, levobunolol 0.25% dan 0.5%,
metipranolol 0.3%, dan carteolol 1%
b) apraklonidin
c) inhibitor karbonik anhidrase seperti asetazolamid (diamox) oral 250 mg 2
kali sehari, diklorofenamid, metazolamid
2. Meningkatkan aliran keluar humor aqueus. Seperti: prostaglandin analog,
golongan parasimpatomimetik, contoh: pilokarpin tetes mata 1 - 4 %, 4-6 kali
sehari, karbakol, golongan epinefrin
3. Penurunan volume korpus vitreus.
4. Obat-obat miotik, midriatikum, siklopegik
b. Terapi operatif dan laser
1. Iridektomi dan iridotomi perifer
2. Bedah drainase glaukoma dengan trabekulektomi, goniotomi.
3. Argon Laser Trabeculoplasty (ALT)

10
Beberapa tatalaksanaan lain yaitu:
a. Glaukoma sudut terbuka primer

Pasien yang menderita glaukoma primer sudut tertutup cenderung memiliki


segmen anterior yang kecil dan sempit, sehingga menjadi faktor predisposisi untuk
timbulnya pupillary block relatif. Resiko terjadinya hal tersebut meningkat dengan
bertambahnya usia, seiring dengan berkembangnya lensa dan pupil menjadi miosis

Pengobatan meliputi penggunaan obat topikal yang berisi kolinergik


(pilokarpin, karbakol, ekothiofat) atau antagonis, misalnya penghambat adrenergik
beta (timolol, levobunalol, betaxolol). Jika obat topikal tidak menurunkan tekanan
intraokular secara memuaskan, ditambahkan inhibitor karbonik anhidrase sistemik
(asetazolamid atau methazolamid). Trabekuloplasti laser atau bedah filtrasi, untuk
memperbaiki aliran keluar aqueous humour, dianjurkan jika terapi gagal.

b. Glaukoma sudut tertutup

Penurunan tekanan intraokuler yang segera paling baik dicapai dengan


penggunaan obat hiperosmotik, meliputi gliseria oral dan sorbitol atau manitol
intravena. Iridotomi laser atau bedah bersifat kuratif pada bagian sebagian besar
kasus.

Apabila obat tidak dapat mengontrol glaukoma dan peningkatan TIO menetap,
maka terapi laser dan pembedahan merupakan alternatif. Macam-macam terapi laser
yaitu:

1. Laser iridotomy melibatkan pembuatan suatu lubang pada bagian mata yang
berwarna (iris) untuk mengizinkan cairan mengalir secara normal pada mata
dengan sudut sempit atau tertutup (narrow or closed angles).
2. Laser trabeculoplasty adalah suatu prosedur laser dilaksanakan hanya pada mata-
mata dengan sudut-sudut terbuka (open angles). Laser trabeculoplastytidak
menyembuhkan glaukoma, namun sering dilakukan daripada meningkatkan
jumlah obat-obat tetes mata yang berbeda-beda. Pada beberapa kasus-kasus, dia
digunakan sebagai terapi permulaan atau terapi utama untuk open-
angleglaukoma. Prosedur ini adalah metode yang cepat, tidak sakit, dan relatif
aman untuk menurunkan tekanan intraocular. Dengan mata yang dibius dengan
obat-obat tetes bius, perawatan laser dilaksanakan melalui lens kontak yang

11
berkaca pada sudut mata (angle of the eye). Microscopic laser yang membakar
sudut mengizinkan cairan keluar lebih leluasa dari kanal-kanal pengaliran.
3. Laser cilioablation (juga dikenal sebagai penghancuran badan ciliary
ataucyclophotocoagulation) adalah bentuk lain dari perawatan yang umumnya
dicadangkan untuk pasien-pasien dengan bentuk-bentuk yang parah dari
glaukoma dengan potensi penglihatan yang miskin. Prosedur ini melibatkan
pelaksanaan pembakaran laser pada bagian mata yang membuat cairan aqueous
(ciliary body). Pembakaran laser ini menghancurkan sel-sel yang membuat
cairan, dengan demikian mengurangi tekanan mata.
Sedangkan untuk teknik pembedahan yaitu:
a. Trabeculectomy adalah suatu prosedur operasi mikro yang sulit, digunakan untuk
merawat glaukoma. Pada operasi ini, suatu potongan kecil dari trabecular meshwork
yang tersumbat dihilangkan untuk menciptakan suatu pembukaan dan suatu jalan
kecil penyaringan yang baru dibuat untuk cairan keluar dari mata. Untk jalan-jalan
kecil baru, suatu bleb penyaringan kecil diciptakan dari jaringan conjunctiva
(conjunctival tissue). Conjunctiva adalah penutup bening diatas putih mata. Filtering
bleb adalah suatu area yang timbul seperti bisul yang ditempatkan pada bagian atas
mata dibawah kelopak atas. Sistim pengaliran baru ini mengizinkan cairan untuk
meninggalkan mata, masuk ke bleb, dan kemudian lewat masuk kedalam sirkulasi
darah kapiler (capillary blood circulation) dengan demikian menurunkan tekanan
mata. Trabeculectomy adalah operasi glaukoma yang paling umum dilaksanakan.
Jika sukses, dia merupakan alat paling efektif menurunkan tekanan mata.
b. Viscocanalostomy adalah suatu prosedur operasi alternatif yang digunakan untuk
menurunkan tekanan mata. Dia melibatkan penghilangan suatu potongan dari sclera
(dinding mata) untuk meninggalkan hanya suatu membran yang tipis dari jaringan
melaluinya cairan aqueous dapat dengan lebih mudah mengalir. Ketika dia lebih
tidak invasiv dibanding trabeculectomy dan aqueous shunt surgery, dia juga
bertendensi lebih tidak efektif. Ahli bedah kadangkala menciptakan tipe-tipe lain
dari sistim pengaliran (drainage systems). Ketika operasi glaukoma seringkali
efektif, komplikasi-komplikasi, seperti infeksi atau perdarahan, adalah mungkin.
Maka, operasi umumnya dicadangkan untuk kasus-kasus yang dengan cara lain tidak
dapat dikontrol.

12
Komplikasi Glaukoma
1. Kebutaan dapat terjadi pada semua jenis glaukoma. Galukoma penutupan sudut
akut adalah suatau kedaruratan medis.

2. Agen topikal yang digunakan untuk mengobati glaukoma dapat memiliki efek
sistemik yang merugikan, terutama pada lansia. Efek ini dapat berupa perburukan
kondisi jantung, pernapasan atau neurologis.

3. Komplikasi Pembedahan

a. Peningkatan TIO

b. Hipotoni (Penurunan TIO)

c. Infeksi

d. Jaringan parut

13
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Anamnesis

Hal yang wajib ditanyakan Rasional

Umur Glaukoma primer terjadi pada umur lebih


dari 40 tahun

Ras Kulit hitam mengalami kebutaan akibat


glaukoma paling sedikit 5 kali dari kulit
putih (deWit, 1996)

Pekerjaan Pekerjaan yang berisiko besar mengalami


trauma mata

Selain itu, harus diketahui adanya masalah mata sebelumnya atau yang ada
saat ini, riwayat penggunaan antihistamin (menyebabkan dilatasi pupil yang
akhirnya dapat menyebabkan angle-closure glaucoma), riwayat keluarga dengan
glaukoa, riwayat trauma (terutama yang mengenai mata), riwayat penyakit lain
yang sedang diderita (DM, aterosklerosis, miopia tinggi)

Riwayat psikososial mencakup adanya ansietas yang ditandai dengan bicara


cepat, mudah berganti topik, sulit berkonsentrasi dan sensitif; dan berduka karena
kehilangan penglihatan.

Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan fisi dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk
mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus menjadi
lebih luas dan lebih dalam. Pada glaukoma akut primer, kamera anterior
dangkal, akueus keruh dan pembuluh darah menjaar keluar dari iris.
b) Pemeriksaan lapang pandangan perifer, pada keadaan akut lapang pandangan
cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara
bertahap.
c) Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk menegtahui adanya inflamasi mata,
sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal beraksi

14
terhadap cahaya. Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa mata yang
mengalami peningkatan TIO, terasa lebih keras dibanding mata yang lain.
Diagnosa

Dx 1: Risiko jatuh berhubungan dengan kesulitan melihat

Tujuan NOC:

Klien mampu untuk mempertahankan equilibrium (keseimbangan)


Intervensi
1. Identifikasi karakteristik lingkungan yang dapat meningkatkan potensi jatuh
misal, lantai licin
Rasional: Meningkatkan keamanan
2. Instruksikan klien untuk menggunakan kaca mata yang diresepkan bila perlu
saat turun dari tempat tidur
Rasional: Menggunakan kacamata hitam saat cahaya terang
3. Meminimalkan efek samping obat yang mengakibatkan jatuh
Rasional: Obat yang menimbulkan sempoyongan dapat meningkatkan resiko jatuh
4. Atur tata letak barang di tempat yang mudah dijangkau klien
Rasional: Meningkatkan keamanan dan mendorong penggunaan menori sebagai
pengganti penglihatan
5. Sediakan alat bantu jalan
Rasional: Memudahkan klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari

Dx 2: Risiko cedera yang berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori (penglihatan)

Tujuan:

Klien akan mengungkapkan lebih jarang mengalami cedera dan tidak terlalu takut
terhadap cedera

Intervensi keperawatan:

1. Orientasikan kepada klien untuk mengenal lingkungan sekitar, jelaskan dan kaji
klien untuk menggunakannya.
Rasional: klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik
2. Beritahu klien bahwa penutupan mata dengan bebat atau shield menyebabkan
pandangan monokuler, yang akan mempersempit lapang pandang.

15
Rasional: meningkatkan kepatuhan klien. Klien akan lebih mungkin melakukan
intervensi jika rasional diberikan.
3. Kurangi resiko bahaya dari lingkungan
lien. Rasional: mencegah cedera.
a) Kunci roda brankar atau tempat tidur.
b) Berikan pencahayaan yang adekuat.
c) Turun dari tempat tidur dari sisi mata yang tidak sakit dan tempat tidur berada
pada posisi rendah.
d) Pasang pengaman tempat tidur.
e) Singkirkan benda0benda yang mudah jatuh (misalnya tempat sampah, tisu, kursi
tanpa sandaran) atau benda berbahaya dari area yang dilewati klien untuk
ambulasi.
f) Letakkan alat-alatseperti bel pemanggil, tisu, telepon atau pengontrol ditempat
yang muda dijangkau klien pada sisi yang tidak terpengaruh.
g) Dorong klien untuk menggunakan pegangan kamar mandi jika mungkin.
h) Bersihkan lantai dari objek kecil seperti peniti, pensil, jarum.
4. Beritahu klien untuk mengubah posisi secara
perlahan. Rasional: mencegah pusing.
5. Beritahu klien agar tidah meraih benda untuk stabilitas saat ambulasi.
Rasional: mencegah jatuh akibat perubahan kedalaman persepsi. Benda/objek
mungkin tidak terletak pada tempat seperti yang dilihat oleh klien. Meraih yang
berlebihan akan mengubah pusat gravitasi yang akan menyebabkan klien jatuh.
6. Dorong klien untuk menggunakan peralatan adaptif (tongkat, walker) untuk
ambulasi sesuai kebutuhan.
Rasional:memberikan sumber stabilitas.
7. Beritahu klien untuk naik dan turun 1 kali dalam satu waktu.
Rasional: meningkatkan rasa keseimbangan.
8. Tekankan pentingnya menggunakan pelindung mata saat melalui aktivitas berisiko
tinggi seperti ambulasi pada malam hari dan saat berada di tengah anak-anak atau
binatang peliharaan.
Rasional: mencegah cedera.

16
Dx 3: Ansietas berhubungan dengan ancaman kebutaan

Tujuan
Ansietas berkurang dibuktikan oleh bukti tingkat ansietas hanya ringan sampai sedang
dan selalu menunjukkan kemandirian diri terhadap ansietas, konsentrasi dan koping.
Intervensi:
1. Sediakan informasi faktual mengenai diagnosis terapi dan prognosis
Rasional: Agar klien mengetahui tentang tindakan yang diberikan
2. Instruksikan pasien tentang penggunaan teknik
relaksasi Rasional: Untuk mengurangi ansietas yang
berlebih
3. Yakinkan kembali klien melalui sentuhan dan sikap empatik secara verbal dan non
verbal secara bergantian
Rasional: Memberikan perhatian kepada klien dan memberikan motivasi kepada klien
4. Beri obat untuk menurunkan ansietas bila perlu
Rasional: Untuk meredakan ansietas yang dusah tidak dapat ditangani
5. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan
Rasional: Untuk mengetahui tindakan yang efektif yang dapat diterima klien dengan
mengetahui apa yang dirasakan klien

Dx 4: Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera berupa peningkatan TIO


Tujuan
Klien menyatakan berkurangnya nyeri setelah tindakan pereda nyeri yang memuaskan
Intervensi
1. Jelaskan penyebab nyeri kepada klien, lama nyeri akan berlansung, pemeriksaan
diagnostic dan prosedur yang akan dilakukan secara detail dengan menjelaskan
ketidaknyamanan dan sensasi yang akan dirasakan, dan perkiraan lamanya
prosedur Rasional: Klien mendapatkan pengetahuan tentang nyeri
2. Berrikan informasi yang akurat untuk mengurangi rasa takut akan
kecanduan Rasional: Agar dapat mengurangi ansietas klien
3. Diskusikan alas an mengapa klien dapat mengalami peningkatan atau penurunan
rasa nyeri
Rasional: Agar klien dapat mengantisipasi setiap tindakan yang akan dilakukan klien

17
4. Berikan klien kesempatan untuk istirahat pada siang hari dan periode tidur yang
tidak terganggu pada malam hari
Rasional: Untuk mengurangi rasa nyeri klien
Evaluasi
1. Klien dapat mempertahankan visus optimal
2. Tidak terjadi komplikasi
3. Klien mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari secara aman
4. Klien mempunyai pengetahuan yang adekuat tentang penyakit dan penatalaksanaanya

18
DAFTAR PUSTAKA

Bilotta, Kimberly A. J. 2012. Kapita Selekta Penyakit: Dengan Implikasi Keperawatan Ed. 2.
Jakarta: EGC

Carpenito, Lynda Juall, Moyet. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Ed.13. Jakarta:
EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2008. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3 Revisi. Jakarta : EGC

Faradilla, Nova. 2009. Glaukoma dan Katarak Senilis. Riau: Faculty of Medicine.
Herdman, T. Heather. 2012.Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC.
Ilyas S. 206. Ilmu Penyakit Mata Ed 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Isselbacher et all. Harrison: Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Vol.1 Ed. 13. Jakarta: EGC

Istiqomah, Indriana N. 2005. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. EGC: Jakarta

James, Bruce, Chew, Chris, Bron, Anthony. 2006. Lecture Notes Oftalmogi Ed.9. Erlangga:
EMS

Kanski JJ. 1994. Clinical Ophthalmology 3rd Ed. Oxford: Butterworth-Heinemann.


Mansjoer, Triyanti, Savitri dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Ed. 3. FKUI: Medi
Aesculapius

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Opthalmologi.pdf. Diakses pada tanggal 28 September


2013. Pukul 12.03 WIB

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21388/4/Chapter%20II.pdf. Diakses pada


tanggal 28 September 2013. Pukul 12.03 WIB

Song J. Glaucoma: The Silent Killer of Eyesight. http://www.residentandstaff.com. Diakses


pada tanggal 8 Oktober 2013 pukul 18.33 WIB

19

Anda mungkin juga menyukai