Anda di halaman 1dari 16

GLAUKOMA

Nama : Mansye Amelia Pleupna


Kelas : F
NPM : 12114201190153

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpah
ramat serta karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan
lancar dan pada waktu yang telah ditentukan. Dalam kesempatan ini tidak lupa
saya ucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini tentunya tidak lepas
dari kekurangan dan kelemahan sehingga saran dan kritik diharapkan untuk
menambah pengetahuan saya yang lebih baik kedepannya Akhir kata, saya
ucapkan terima kasih dan mohon maaf apabila ada kekurangan atau kesalahan
dalam mengerjakan tugas ini.

Ambon,4 oktober 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………. i


KATA PENGANTAR………………………………………………………… 2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………. 3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………….……………………………………… 1
1.2 Tujuan Umum ……………………………………………………… 1
1.3 Tujuan Khusus ……….……………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Aqueous Humor ................................................................................... 3
2.2 Definisi Glaukoma ............................................................................... 4
2.3 Klasifikasi Glaukoma ........................................................................... 4
2.4 Etiologi Glaukoma ............................................................................... 6
2.5 Patofisiologi Glaukoma ........................................................................ 6
2.6 Manifestasi Klinis ................................................................................. 7
2.7 Pemerisaan Diagnostik ......................................................................... 8
2.8 Tatalaksanaan Glaukoma ..................................................................... 9
2.9 Komplikasi Glaukoma ......................................................................... 11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mata adalah indera pengelihatan (visual) yang merupakan penerima stimulus yang
berperan dalam pembentukan persepsi. Sehingga, jika ada gangguan pada mata akan
menganggu penerimaan stimulus yang kita butuhkan. Glaukoma merupakan kondisi mata
yang biasanya disebabkan oleh peningkatan abnormal tekanan intraokular (sampai lebih
dari 20mmHg). Tekanan yang tinggi, kadang-kadang mencapai 60-70mmHg,
menyebabkan kompresi saraf optikus ketika saraf tersebut keluar dari bola mata
sehingga terjadi kematian serabut saraf.

Glaukoma berasal dari kata Yunani “ glaukos” yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaucoma. Di Amerika Serikat,
glaukoma ditemukan pada lebih 2 juta orang, yang akan beresiko mengalami kebutaan.
Penyebab utama kebutaan adalah glaucoma (0,20%) (menurut DepKes hasil survei
Nasional Kesehatan Indera di 8 provinsi tahun 1993 – 1996). Negara Indonesia juga
memiliki 700.000 penderita glaukoma. Sepertiganya buta, dua pertiganya terancam buta.

Glaucoma disebabkan oleh adanya riwayat glaukoma keluarga,tekanan bola mata


yang tinggi, memiliki penyakit rabun jauh (miopi), menderita penyakit DM, penderita
penyempitan pembuluh darah otak atau sirkulasi buruk, mengalami kecelakaan atau
operasi pada mata sebelumnya, menggunakan steroid dalam jangka waktu yang cukup
lama, dan faktor usia.
Sehubungan dengan peran perawat sebagai care giver, counseller, educator dan,
change agent. Seorang perawat harus memiliki pengetahuan dan keahlian dalam merawat
pasien dengan penyakit glaukoma sehingga dapat melakukan asuhan keperawatan yang
efektif dan efisien yang akan berpengaruh pada status penderita glaukoma menjadi lebih
baik.

1.2 Tujuan Umum


Mahasiswa Keperawatan UKIM mengetahui dan memahami tentang penyakit
glaukoma dimulai dari manifestasi klinis, patofisiologi, dan tatalaksana untuk
memberikan perawatan holistik yang efektif dan efisien.

1
1.3 Tujuan Khusus
1. Mengetahui aqueous humor
2. Mengetahui definisi glaukoma
3. Mengetahui klasifikasi glaukoma
4. Mengetahui etiologi glaukoma
5. Mengetahui patofisiologi glaukoma
6. Mengetahui menifestasi klinis glaukoma
7. Mengetahui pemeriksaan diagnostik glaukoma
8. Mengetahui tatalaksana glaukoma
9. Mengertahui komplikasi dari glaukoma

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Aqueous Humor
Aqueous humor mengandung zat-zat gizi untuk kornea dan lensa, keduanya tidak
memiliki pasokan darah. Adanya pembuluh darah di kedua struktur ini akan
mengganggu lewatnya cahaya ke fotoreseptor. Aqueous humor dibentuk dengan
kecepatan 5 ml/hari oleh jaringan kapiler di dalam korpus siliaris, turunan khusus
lapisan koroid di sebelah anterior. Cairan ini mengalir ke suatu saluran di tepi kornea
dan akhirnya masuk ke darah. Jika aqueous humor tidak dikeluarkan sama cepatnya
dengan pembentukannya (sebagai contoh, karena sumbatan pada saluran keluar),
kelebihan cairan akan tertimbun di rongga anterior dan menyebabkan peningkatan
tekanan intraokuler (didalam mata). Keadaan ini dikenal sebagai glaukoma. Kelebihan
aqueous humor akan mendorong lensa ke belakang ke dalam vitreous humor, yang
kemudian terdorong menekan lapisan saraf dalam retina. Penekanan ini menyebabkan
kerusakan retina dan saraf optikus yang dapat menimbulkan kebutaan jika tidak diatasi.

Gambar 1. Anatomi mata


(Sumber: http://repository.usu.ac.id, tanpa tahun)
Tingkat tekanan intraokuler tergantung pada keseimbangan antara produksi dan
ekskresi aqueous humor. Aqueous dihasilkan oleh sekeresi dan ultrafiltrasi dari prosesus
siliaris ke dalam bilik posterior, kemudian akoeous mengalir melalui pupil untuk
memasuki bilik anterior dan meninggalkan mata terutama melalui jalinan trabekula,
kanal schlemm, dan vena episklera, sebagian kecil aqueous humor (4%) mengalir melalui
korpus siliaris ke ruang suprakoroid dank ke dalam sirkulasi vena ada sclera.
Ada dua teori menegenai mekanisme kerusakan serabut saraf oleh peningkatan
tekanan intraocular:
1) Peningkatan tekanan intraokular menyebabkan iskemia akson saraf akibat
berkurangnya aliran darah pada papil saraf optic.
2) Peningktan tekanan intraocular menyebabkan keruskaan mekanik pada akson saraf
optik.

3
2.2 Definisi Glaukoma
Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma (Ilyas,2006).
Glaukoma adalah suatu keadaan tekanan intraokuler/tekanan dalam bola mata relatif
cukup besar untuk menyebabkan kerusakan papil saraf optik dan menyebabkan kelainan
lapang pandang (Faradilla, 2009). Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan mata
tidak normal atau lebih tinggi dari pada biasanya yang mengakibatkan kerusakan saraf
pengelihatan dan kebutaan (Ilyas,2006). Tekanan yang tinggi, kadang-kadang mencapai
60-70mmHg, menyebabkan kompresi saraf optikus ketika saraf tersebut keluar dari bola
mata sehingga terjadi kematian serabut saraf. Pada beberapa kasus, glaukoma dapat
terjadi walaupun tekanan intraokular normal. Jenis glaukoma ini berkaitan dengan
penyebab lain kerusakan saraf optikus. Glaukoma adalah penyebab utama kebutaan di
Amerika Serikat dan penyebab tersering kedua kebutaan di seluruh dunia.

Gambar 8. Galukoma

Kebutaan akibat glaukoma biasanya terjadi secara bertahap apabila tekanan


intraokular mendadak menjadi tinggi. Mula-mula biasanya terjadi gangguan penglihatan
perifer, yang diikuti oleh gangguan penglihatan sentral. Kebutaan yang disebabkan oleh
glaukoma bersifat ireversibel. Trias glaukoma yaitu:

1. Tekenan intraokuler meningkat


2. Defek lapang pandang yang khas
3. Penggaungan patologis papil saraf optik.
2.3 Klasifikasi Glaukoma

Dua jenis utama glaukoma adalah glaucoma sudut terbuka (disebut juga kronis,
sederhana, atau sudut lebar), yang dimulai secara diam-diam dan berkembang perlahan.
Glaukoma sudut tertutup (disebut juga sebagai akut atau sudut sempit), yang terjadi
secara mendadak dan dapat menyebabkan kehilangan penglihatan permanen dalam 48
jam hingga 72 jam (Bilotta, 2012). Terdapat jenis lain glaukoma yaitu glaukoma
kongenital dan galukoma sekunder.

1. Glaukoma sudut tertutup atau akut


Glaukoma primer sudut tertutup akut adalah kondisi yang timbul saat TIO
meningkat secara cepat akibat blokade relatif mendadak dari jaringan trabekular. Hal
4
ini dapat menimbulkan manifestasi berupa rasa sakit hebat yang menjalar ke kepala
disertai mual dan mutah, penglihatan buram, mata merah dan bengkak, melihat
lingkaran-lingkaran seperti pelangi. Peningkatan TIO yang tinggi menyebabkan
edema epitel kornea yang bertanggung jawab dalam timbulnya keluhan penurunan
penglihatan. Manifestasi klinis pada glaukoma sudut tertutup antara lain:

a. TIO yang tinggi


b. Pupil yang lebar dan terkadang irreguler
c. Edema epitel kornea
d. Kongesti pembuluh darah episkleral dan konjungtiva
e. Kamera okuli anterior yang sempit

Selama serangan akut, TIO cukup tinggi sehingga dapat menyebabkan


gangguan nervus optikus dan oklusi pembuluh darah retina. Sinekia anterior perifer
dapat terbentuk dengan cepat dan TIO yang tinggi menyebabkan terjadinya iskemia
sehingga dapat terjadi atrofi sektoral dari iris. Atrofi pada iris menimbulkan pelepasan
pigmen iris dan pigmen-pigmen tersebut menempel dan mengotori permukaan iris dan
endotel kornea. Akibat iskemia iris, maka pupil dapat berdilatasi dan terfiksasi.
2. Glaukoma Sudut Tertutup atau kronis
Gaukoma primer sudut tertutup subakut (intermiten) adalah kondisi yang
ditandai dengan adanya penglihatan yang buram, halo, dan rasa sakit yang ringan,
disertai dengan peningkatan TIO. Gejala ini membaik dengan sendirinya, terutama
selama tidur, dan muncul kembali secara periodik dalam hitungan hari atau minggu.
Gejala-gejala akibat peningkatan tekanan bola mata. Penyakit ini berkembang secara
lambat namun pasti. Penampilan bola mata seperti normal dan sebagian besar tidak
mempunyai keluhan pada stadium dini. Pada stadium lanjut keluhannya berupa pasien
sering menabrak karena pandangan lebih gelap, lebih kabur, lapang pandang sempit,
hingga kebutaan permanen. Diagnosis yang tepat dapat dibantu ditegakkan dengan
pemeriksaan gonioskopi.
3. Glaukoma kongenital
Glaukoma kongenital terjadi sejak lahir. Ada ketidaksempurnaan perkembangan
saluran humor aqueous di masa janin. Gejala: sangat peka cahaya, mata merah, kornea
membesar.
4. Glaukoma sekunder
Glaukoma yg terjadi akibat penyakit lain. Misalnya: uveitis, diabetes melitus,
obat-obatan.

5
2.4 Etiolgi Glaukoma
Glaukoma dapat disebabkan oleh faktor berikut:
1) Terdapat riwayat glaukoma keluarga
2) Tekanan bola mata yang tinggi
3) Memiliki penyakit rabun jauh (miopi)
4) Menderita penyakit DM
5) Penderita penyempitan pembuluh darah otak atau sirkulasi buruk
6) Mengalami kecelakaan atau operasi pada mata sebelumnya 7) Menggunakan steroid
dalam jangka waktu yang cukup lama 8) Faktor usia, yakni berusia lebih dari 45 tahun.
9) Katarak
2.5 Patofisiologi Glaukoma

6
Glukoma disebabkan oleh beberapa faktor,yang pertama faktor usia. Faktor usia ini biasanya
diderita oleh pasien berusia >40 tahun. Selanjutnya faktor penyakit seperti diabetes mellitus
dan trauma mata. Dari beberapa faktor tersebut meningkatkan obstruksi jaringan trabekuler
kemudian akan meningkatkan tekanan Vitreus,dari obstruksi trabekuler tersebut akan
menghambat pengaliran cairan humor aqueos,dari penghambatan tersebut akan
mengakibatkan tekanan intraokular yang meningkat karena peningkatan tekanan intraokular
ini menyebabkan nyeri pada seseorang yang menderita glukoma. Nyeri tersebut
menyebabkan peningkatan saraf pada mata,perubahan yang terjadi pada saraf mata ini
mengakibatkan gangguan pada saraf mata atau gangguan penglihatan pada pasien,perubahan
ini juga akan mengakibatkan pasien yang kurang pengetahuan akan mengalami ansietas.
Dari peningkatan vitreus tersebut akan mengakibatkan pergerakan iris kedepan,pergerakan
tersebut akan mengakibatkan tekanan intraocular meningkat sehingga biasanya pasien dengan
glukoma ini akan dilakukan tindakan operasi.

2.6 Manifestasi Klinik Glaukoma


Menurut Harnawartiaj (2008) umumnya dari riwayat keluarga ditemukan anggota
keluarga dalam garis vertical atau horizontal memiliki penyakit serupa, penyakit ini
berkembang secara perlahan namun pasti, penampilan bola mata seperti normal dan
sebagian besar tidak menampakan kelainan selama stadium dini. Pada stadium lanjut
keluhan klien yang muncul adalah sering menabrak akibat pandangan yang menjadi jelek
atau lebih kabur, lapangan pandang menjdi lebih sempit hingga kebutaan secara
permanen. Gejala yang lain adalah (Harnawartiaj,2008):

1. Mata merasa dan sakit tanpa kotoran;


2. Kornea suram;
3. Disertai sakit kepala hebat terkadang sampai muntah;
4. Kemunduran penglihatan yang berkurang cepat;
5. Nyeri di mata dan sekitarnya;
6. Udema kornea;
7. Pupil lebar dan refleks berkurang sampai hilang;
8. Lensa keruh.

Menurut Ilyas (2006) glaukoma akan memperlihatkan gejala sebagai berikut:

1. Tekanan bola mata yang tidak normal;


2. Rusaknya selaput jala atau retina;
3. Menciutnya lapang penglihatan akibat rusaknya selaput jala yang dapat;
4. Berakhir dengan kebutaan.

7
2.7 Pemeriksaan Diagnostik Glaukoma
1. Tonometri. Alat ini berguna untuk menilai tekanan intraokular. Tekanan bola mata
normal berkisar antara 10-21 mmHg.
2. Gonioskopi. Sudut bilik mata depan merupakan tempat penyaluran keluar humor
akueus. Dengan gonioskopi kita berusaha menilai keadaan sudut tersebut, apakah
terbuka, sempit atau tertutup ataukah terdapat abnormalitas pada sudut tersebut.

Gambar 9. Pemeriksaan dengan Gonioskopi

3. Penilaian diskus optikus. Dengan menggunakan opthalmoskop kita bisa mengukur


rasio cekungan-diskus (cup per disc ratio-CDR). CDR yang perlu diperhatikan jika
ternyata melebihi 0,5 karena hal itu menunjukkan peningkatan tekanan intraokular
yang signifikan.

Gambar 10. Opthalmoscope

4. Pemeriksaan lapang pandang. Hal ini penting dilakukan untuk mendiagnosis dan
menindaklanjuti pasien glaukoma. Lapang pandang glaukoma memang akan
berkurang karena peningkatan TIO akan merusakan papil saraf optikus.

8
2.8 Tatalaksanaan Glaukoma
Berikut ini adalah tatalaksana glaukoma:
a. Medikamentosa
1. Penekanan pembentukan humor aqueus, antara lain:
a) β adrenegik bloker topikal seperti timolol maleate 0,25 - 0,50 % 2 kali
sehari, betaxolol 0.25% dan 0.5%, levobunolol 0.25% dan 0.5%,
metipranolol 0.3%, dan carteolol 1%
b) apraklonidin
c) inhibitor karbonik anhidrase seperti asetazolamid (diamox) oral 250 mg 2
kali sehari, diklorofenamid, metazolamid
2. Meningkatkan aliran keluar humor aqueus. Seperti: prostaglandin analog,
golongan parasimpatomimetik, contoh: pilokarpin tetes mata 1 - 4 %, 4-6 kali
sehari, karbakol, golongan epinefrin
3. Penurunan volume korpus vitreus.
4. Obat-obat miotik, midriatikum, siklopegik
b. Terapi operatif dan laser
1. Iridektomi dan iridotomi perifer
2. Bedah drainase glaukoma dengan trabekulektomi, goniotomi.
3. Argon Laser Trabeculoplasty (ALT)

Beberapa tatalaksanaan lain yaitu:


a. Glaukoma sudut terbuka primer

Pasien yang menderita glaukoma primer sudut tertutup cenderung memiliki


segmen anterior yang kecil dan sempit, sehingga menjadi faktor predisposisi untuk
timbulnya pupillary block relatif. Resiko terjadinya hal tersebut meningkat dengan
bertambahnya usia, seiring dengan berkembangnya lensa dan pupil menjadi miosis

Pengobatan meliputi penggunaan obat topikal yang berisi kolinergik


(pilokarpin, karbakol, ekothiofat) atau antagonis, misalnya penghambat adrenergik
beta (timolol, levobunalol, betaxolol). Jika obat topikal tidak menurunkan tekanan
intraokular secara memuaskan, ditambahkan inhibitor karbonik anhidrase sistemik
(asetazolamid atau methazolamid). Trabekuloplasti laser atau bedah filtrasi, untuk
memperbaiki aliran keluar aqueous humour, dianjurkan jika terapi gagal.

9
b. Glaukoma sudut tertutup

Penurunan tekanan intraokuler yang segera paling baik dicapai dengan


penggunaan obat hiperosmotik, meliputi gliseria oral dan sorbitol atau manitol
intravena. Iridotomi laser atau bedah bersifat kuratif pada bagian sebagian besar
kasus.

Apabila obat tidak dapat mengontrol glaukoma dan peningkatan TIO menetap,
maka terapi laser dan pembedahan merupakan alternatif. Macam-macam terapi laser
yaitu:

1. Laser iridotomy melibatkan pembuatan suatu lubang pada bagian mata yang
berwarna (iris) untuk mengizinkan cairan mengalir secara normal pada mata
dengan sudut sempit atau tertutup (narrow or closed angles).
2. Laser trabeculoplasty adalah suatu prosedur laser dilaksanakan hanya pada
matamata dengan sudut-sudut terbuka (open angles). Laser trabeculoplastytidak
menyembuhkan glaukoma, namun sering dilakukan daripada meningkatkan
jumlah obat-obat tetes mata yang berbeda-beda. Pada beberapa kasus-kasus, dia
digunakan sebagai terapi permulaan atau terapi utama untuk open-
angleglaukoma. Prosedur ini adalah metode yang cepat, tidak sakit, dan relatif
aman untuk menurunkan tekanan intraocular. Dengan mata yang dibius dengan
obat-obat tetes bius, perawatan laser dilaksanakan melalui lens kontak yang
berkaca pada sudut mata (angle of the eye). Microscopic laser yang membakar
sudut mengizinkan cairan keluar lebih leluasa dari kanal-kanal pengaliran.
3. Laser cilioablation (juga dikenal sebagai penghancuran badan ciliary
ataucyclophotocoagulation) adalah bentuk lain dari perawatan yang umumnya
dicadangkan untuk pasien-pasien dengan bentuk-bentuk yang parah dari
glaukoma dengan potensi penglihatan yang miskin. Prosedur ini melibatkan
pelaksanaan pembakaran laser pada bagian mata yang membuat cairan aqueous
(ciliary body). Pembakaran laser ini menghancurkan sel-sel yang membuat cairan,
dengan demikian mengurangi tekanan mata.
Sedangkan untuk teknik pembedahan yaitu:
a. Trabeculectomy adalah suatu prosedur operasi mikro yang sulit, digunakan untuk
merawat glaukoma. Pada operasi ini, suatu potongan kecil dari trabecular meshwork
yang tersumbat dihilangkan untuk menciptakan suatu pembukaan dan suatu jalan
kecil penyaringan yang baru dibuat untuk cairan keluar dari mata. Untk jalan-jalan
kecil baru, suatu bleb penyaringan kecil diciptakan dari jaringan conjunctiva
(conjunctival tissue). Conjunctiva adalah penutup bening diatas putih mata. Filtering
bleb adalah suatu area yang timbul seperti bisul yang ditempatkan pada bagian atas
mata dibawah kelopak atas. Sistim pengaliran baru ini mengizinkan cairan untuk
meninggalkan mata, masuk ke bleb, dan kemudian lewat masuk kedalam sirkulasi
darah kapiler (capillary blood circulation) dengan demikian menurunkan tekanan
mata. Trabeculectomy adalah operasi glaukoma yang paling umum dilaksanakan.
Jika sukses, dia merupakan alat paling efektif menurunkan tekanan mata.

10
b. Viscocanalostomy adalah suatu prosedur operasi alternatif yang digunakan untuk
menurunkan tekanan mata. Dia melibatkan penghilangan suatu potongan dari sclera
(dinding mata) untuk meninggalkan hanya suatu membran yang tipis dari jaringan
melaluinya cairan aqueous dapat dengan lebih mudah mengalir. Ketika dia lebih
tidak invasiv dibanding trabeculectomy dan aqueous shunt surgery, dia juga
bertendensi lebih tidak efektif. Ahli bedah kadangkala menciptakan tipe-tipe lain
dari sistim pengaliran (drainage systems). Ketika operasi glaukoma seringkali
efektif, komplikasi-komplikasi, seperti infeksi atau perdarahan, adalah mungkin.
Maka, operasi umumnya dicadangkan untuk kasus-kasus yang dengan cara lain tidak
dapat dikontrol.

2.9 Komplikasi Glaukoma


1. Kebutaan dapat terjadi pada semua jenis glaukoma. Galukoma penutupan sudut
akut adalah suatau kedaruratan medis.

2. Agen topikal yang digunakan untuk mengobati glaukoma dapat memiliki efek
sistemik yang merugikan, terutama pada lansia. Efek ini dapat berupa perburukan
kondisi jantung, pernapasan atau neurologis.

3. Komplikasi Pembedahan

a. Peningkatan TIO

b. Hipotoni (Penurunan TIO)

c. Infeksi

d. Jaringan parut

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Glaukoma adalah kondisi mata abnormal yang disebabkan oleh peningkatan tekanan
intraokuler. Glaukoma merupakan kasus terbanyak kedua yang menyebabkan kebutaan
di dunia setelah katarak.
2. Glaukoma terbagi menjadi dua jenis utama yaitu glaucoma sudut terbuka (disebut juga
kronis, sederhana, atau sudut lebar), yang dimulai secara diam-diam dan berkembang
perlahan. Glaukoma sudut tertutup (disebut juga sebagai akut atau sudut sempit), yang
terjadi secara mendadak dan dapat menyebabkan kehilangan penglihatan permanen
dalam 48 jam hingga 72 jam. Terdapat jenis lain glaukoma yaitu glaukoma kongenital
dan galukoma sekunder.
3. Gejala glaukoma diawali dari mata yang terasa sakit, korea suram, disertai sakit kepala
hebat bahkan muntah, kemunduran penglihatan, nyeri di mata, udema kornea, pupil
melebar dan lensa keruh.
4. Pemeriksaan diagnostik glaukoma dapat dilakukan dengan menggunakan tonometri,
gonioskopi, optalmoskop dan pemeriksaan lapang pandang. Tatalaksana glaukoma
dilakukan sesuai dengan jenis glaukoma yang terjadi.

12
DAFTAR PUSTAKA
Bilotta, Kimberly A. J. 2012. Kapita Selekta Penyakit: Dengan Implikasi Keperawatan Ed. 2.
Jakarta: EGC

Corwin, Elizabeth J. 2008. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3 Revisi. Jakarta : EGC

Faradilla, Nova. 2009. Glaukoma dan Katarak Senilis. Riau: Faculty of Medicine.
Ilyas S. 206. Ilmu Penyakit Mata Ed 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Isselbacher et all. Harrison: Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Vol.1 Ed. 13. Jakarta: EGC

James, Bruce, Chew, Chris, Bron, Anthony. 2006. Lecture Notes Oftalmogi Ed.9. Erlangga:
EMS

Kanski JJ. 1994. Clinical Ophthalmology 3rd Ed. Oxford: Butterworth-Heinemann.


Mansjoer, Triyanti, Savitri dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Ed. 3. FKUI: Medi
Aesculapius

13

Anda mungkin juga menyukai