Disusun oleh :
NPM : 12114201190008
Kelas : D
FAKULTAS KESEHATAN
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat Nya, saya dapat menyelesaikan tugas Keperawatan Medikal Bedah III ini
tepat pada waktunya.
Saya menyadari dalam pembuatan tugas ini masih banyak kekurangannya baik dari
segi materi maupun penulisanya. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk menyempurkannya. Semoga tugas yang telah saya buat,
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman Sampul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
1. Latar Belakang
2. . Tujuan
1. Kesimpulan
2. Saran
Daftar Pustaka
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Mata merupakan satu diantara organ terpenting tubuh manusia di mana mata
memiliki fungsi sebagai indera penglihatan. Jika terjadi kerusakan atau
gangguan pada fungsi dan peran dari mata, maka pengaruhnya sangatlah
besar pada penglihatan. Gangguan penglihatan adalah suatu kondisi yang
ditandai dengan penurunan tajam penglihatan atau menurunnya luas lapangan
pandang yang dapat mengakibatkan kebutaan. Satu diantara banyak
kerusakan atau gangguan pada mata adalah glaukoma. Glaukoma merupakan
suatu penyakit yang terjadi akibat adanya peningkatan tekan intraocular pada
mata yang dapat menggangu penglihatan.
Glaukoma berasal dari kata Yunani ―glaukos‖ yang berarti hijau kebirauan,
yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma.
Kelainan mata glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata,
atrofi saraf optikus, dan menciutnya lapang pandang. Glaukoma merupakan
penyebab kebutaan yang ketiga di Indonesia. Terdapat sejumalah 0,40%
penderita glaukoma di Indonesia yang mengakibatkan kebutaan pada 0,60%
penduduk prevalensi penyakit mata di Indonesia adalah kelainan refraksi
24,72%, pterigium 8,79%, katarak 7,40%, konjungtivitis 1,74%, parut kornea
0,34%, glaukoma 0,40%, retinopati 0,17%, strabismus 0,12%. Prevalensi dan
penyebab buta kedua mata adalah lensa 1,02%, glaukom dan saraf kedua
0,16%, kelainan refaksi 0,11%, retina 0,09%, kornea0,06%, dan lain-
lain0,03%, prevalensi total 1,47%. Diperkirakan di Amerika Serikat ada 2
juta orang yang menderita glaukoma. Diantaranya mereka hampir
setengahnya mengalami gangguan penglihatan, dan hampir 70.000 benar-
benar buta, bertambah sebanyak 5.500 orang buta tiap tahun. Untuk itu kali
ini penulis memusatkan pada pencegahan dan penatalaksanaan glaukoma
(Suzanne C. Smeltzer, 2001).
Sedangkan untuk daerah Amerika Serikat, diperkirakan sekitar 3 juta
penduduknya mengalami glaukoma dan diantara kasus-kasus tersebut, sekitar
50% tidak terdiagnosis. Ada beberapa sebab dan faktor yang berisiko
terhadap terjadinya glaukoma. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah
umur, riwayat keluarga yang terkena glaukoma, tekanan bola mata atau
kelainan lensa dan pemakaian steroid secara rutin.
4
2. Tujuan
5
BAB II
1. Tinjauan Pustaka
Glaukoma adalah suatu neuropati optik kronik didapat yang ditandai oleh
pencekungan (cupping ) diskus optikus dan pengecilan lapangan
pandang; biasanya disertai peningkatan tekanan intraocular (Salmon, 2007).
Glaukoma merupakan sekelompok penyakit kerusakan saraf optik (neuropati
optik) yang biasanya disebabkan oleh efek peningkatan tekanan ocular pada papil
saraf optik. Hilangnya akson menyebabkan defek lapang pandang dan hilangnya
tajam penglihatan jika lapang pandang sentral terkena(James, Chris dan Bron,
2005).
Glaukoma ditandai oleh meningkatnya tekanan intraocular yang disertai oleh
pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang (Daniel Vaughan,
2009).
6
2. Alur Patofisiologi
7
melalui suatu bangunan yang disebut trabekulum yang terletak di sudut
iridokornea. Keseimbangan antara produksi dan pengeluaran/pembuangan humor
akuos inilah yang menentukan jumlah humor akuos di dalam bola mata. Jika
aliran cairan ini terganggu (biasanya karena penyumbatan yang menghalangi
keluarnya cairan dari bilik anterior), maka akan terjadi peningkatan tekanan
(Natina, 2001).
Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf optikus
dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah ke saraf optikus
berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami
kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata. Yang
pertama terkena adalah lapang pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang
sentral. Jika tidak diobati, glaukoma pada akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.
Tekanan intraokular dipertahankan oleh produksi dan pengaliran humor aqueous
yang terus menerus di rongga interior. Cairan yang terbentuk di dalam badan
siliar mata mengalir diantara ligament atau penggantung lensa, kemudian
melintasi pupil, lalu masuk ke dalam bilik mata depan (ruang antara kornea dan
iris), selanjutnya cairan mengalir pada sudut antara kornea dan iris
melaluib jaringan laba-laba yang terbuka sangat kecil yang disebut trabekular.
Akhirnya cairan masuk melalui schlemn ke dalam vena-vena ekstraokular.
Pada mata normal tekanan intraokular tetap konstan dan bervariasi dalam rentang
2 mmHg.Tekanan intraokular normal kurang lebih 15 mmHg dengan rentangan
12-20 mmHg. Glaukoma dapat terjadi bila ada hambatan dalam pengaliran
humor aqueous yang menyebabkan peningkatan tekanan intraokular. Bila tekanan
terus meningkat dapat mengakibatkan iskemik dan matinya neuron-neuron mata
sehingga mengakibatkan degenerasi nervus optikus dan berakhir dengan
hilangnya penglihatan sampai pada kebutaan (James,Chris dan Bron,2005 ).
8
9
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
Daftar Pustaka
10
Dwindra, Mayenru. 2009. Glaukoma Dalam http://www.perdami.or.id/?
page=news.detail&id=7. Diperoleh tanggal 22April 2010.
11