GLAUKOMA
OLEH :
KELOMPOK 16
DAFTAR ISI..................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH................................................................................2
1.3 TUJUAN.........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................3
2.1. DEFINISI........................................................................................................3
2.2. EPIDEMIOLOGI............................................................................................4
2.3. PATOFISIOLOGI...........................................................................................5
2.4. ETIOLOGI......................................................................................................7
2.5. KLASIFIKASI................................................................................................9
2.6. GUIDELINE TERAPI..................................................................................13
2.7. EVALUASI TERAPI....................................................................................16
BAB III KASUS GLAUKOMA..................................................................................18
3.1 KASUS 1......................................................................................................18
3.2 KASUS 2......................................................................................................25
BAB IV PENUTUP.....................................................................................................29
4.1 KESIMPULAN.............................................................................................29
4.2 SARAN.........................................................................................................30
Daftar Pustaka..............................................................................................................31
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
meningkatnya tekanan dalam bola mata (Tekanan Intra Okular = TIO) yang disertai
berasal dari kata yunani glukos yang berarti hijau kebiruan, yang memberikan kesan
warna tersebut pada pupil penderita glaukoma.Sedangkan dalam pengertian yang lain
glaukoma adalah suatu penyakit yang tidak berdiri sendiri tetapi disebabkan oleh
sekumpulan kelainan pada mata yang merusak serabut saraf optik (neuropati
optik),serabut saraf ini berfungsi membawa informasi dari lapisan retina yang sensitif
terhadap sinar menuju otak agar dapat diterima sebagai gambar yang dapat kita lihat.
Pada banyak kasus, peningkatan tekanan di dalam bola mata menjadi faktor risiko
diukur dalam millimeter air raksa dan nilainya berkisar antara 10 – 21 mm Hg dan
rata-rata 16 mm Hg, bila tekanan tersebut melampaui batas toleransi ketahanan sel-
sel saraf optik maka sel-sel tersebut akan mati dan berakibat hilangnya sebagian atau
keseluruhan penglihatan.
peningkatan tekanan bola mata ini, sehingga mereka datang apabila sudah
dengan peningkatan tekanan bola mata ini, disebabkan karena bertambahnya produksi
1
cairan mata oleh badan siliar dan berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah
dari populasi global, dengan diperkirakan 50% dari sisa kasus glaukoma tidak
pada tahun 2010, sekitar 60 juta orang di seluruh dunia akan hidup dengan glaukoma.
(TIO) ini adalah penyebab kebutaan nomor 2 di Indonesia setelah katarak (Anonim,
Pengeluaran humor aquous dan ukuran diskus optikus dipengaruhi oleh faktor
genetik. Secara umum risiko terjadinya glaukoma pada saudara kandung sekitar 10%.
1.3 TUJUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan mata
glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi saraf optikus, dan
dalam bola mata meningkat, sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan
mata ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara produksi dan pembuangan cairan
dalam bola mata, sehingga merusak jaringan syaraf halus yang ada di retina dan di
Intra Okuler (TIO) yang disebabkan tertutupnya sudut aliran keluar humor akuos.Jika
sudut tersebut terbuka TIO normal sedangkan saat sudut tersebut tertutup TIO
Glaukoma adalah suatu kondisi tekanan bola mata tidak normal atau lebih
tinggi dari pada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan (optik)
3
kebutaan di dunia setelah katarak. Penyakit ini menarik secara farmakologi karena
2.2. EPIDEMIOLOGI
populasi penduduk dan pertambahan usia. Pada tahun 2010, jumlah penderita
glaukoma mencapai 60,5 juta individu. Kejadian glaukoma secara global diperkirakan
mencapai angka 76 juta ditahun 2020 dan 111,8 juta di tahun 2040. Sebanyak 2,78%
glaukoma. Berdasarkan data aplikasi rumah sakit online (SIRS online), jumlah
peningkatan. Pada tahun 2017, jumlah kasus baru glaukoma pada pasien rawat jalan
penderita glaukoma wanita lebih banyak daripada laki-laki. Pada data pasien rawat
jalan dan rawat inap di rumah sakit pada tahun 2017, glaukoma mayoritas diderita
pada pasien kelompok umur 44-64 tahun, lebih dari 64 tahun dan 22-44 tahun.
4
2.3. PATOFISIOLOGI
Mata merupakan organ yang mempunyai berbagai fungsi sistem saraf otonom
(SSO) yang dikontrol oleh beberapa reseptor otonom yang berbeda. Sudut bilik mata
dibentuk oleh tautan antara kornea dan iris perifer, diantara keduanya terdapat
anyaman trabekular (trabekular meshwork, TM). Bilik mata depan merupakan tempat
beberapa jaringan yang dikontrol sistem saraf otonom, meliputi tiga jenis otot: (i) otot
dilator dan konstriktor pupil, (ii) otot siliaris, (iii) epitel sekretori pada badan siliaris.
Kontraksi otot konstriktor pupil dan otot siliaris diperantarai oleh aktivitas saraf
menyebabkan miosis atau pengecilan ukuran pupil (lawan miosis adalah midriasis,
yaitu kontraksi otot dilator pupil yang dipersarafi oleh adrenoseptor alfa). Kontraksi
otot siliaris menyebabkan akomodasi fokus untuk melihat benda dekat. Kontraksi otot
siliaris juga menyebabkan tegangan pada anyaman trabekular, membuka porinya dan
sklem (kanal Schlemm). Peningkatan aliran keluar humor akuos akan mengurangi
tekanan bola mata. Epitel pada badan siliaris dipersarafi oleh adrenoseptor beta.
Blokade reseptor ini mengurangi aktivitas sekresi dan mengurangi tekanan bola mata.
Mata dibasahi oleh suatu humor akuos yang diatur oleh suatu sistem irigasi
untuk menjaga fungsi normalnya. Humor akuos diproduksi oleh epitel badan siliaris
(kelenjar di belakang iris), masuk ke bilik belakang melewati bagian antara iris dan
lensa, kemudian ke bilik depan melalui pupil, dan dikeluarkan melalui dua jalur yang
5
berbeda: (1) mengalir keluar melalui jalur TM menuju kanal sklem dan berlanjut ke
sistem vena kolektor (merupakan jalur utama), (2) mengalir keluar melalui jalur
ini berkaitan dengan aliran humor akuos. Gangguan pada aliran dapat disebabkan
oleh produksi cairan mata yang berlebih dan adanya sumbatan pada tempat keluarnya
cairan mata, yaitu anyaman trabekula (TM). Peningkatan TIO jika tidak diobati akan
merusak retina dan saraf penglihatan (optik), dengan penyempitan lapang pandang
paling sering dilakukan guna mendeteksi tekanan bola mata. Rentang tekanan
intraokular normal adalah 10-21 mmHg. Istilah hipertensi okular merujuk pada
kondisi tekanan okular lebih dari 21 mmHg namun tanpa kerusakan saraf optik. Efek
ganglion difusi, yang menyebabkan penipisan serat saraf dan inti bagian dalam retina
dan berkurangnya akson di saraf optikus. Diskus optikus menjadi atrofik, disertai
pembesaran cekungan optikus. Iris dan korpus siliaris juga menjadi atrofik, dan
6
Pada beberapa penelitian menunjukkan tekanan intraokular yang meningkat di
berkisar 22 mmHg. Pada glaukoma sudut tertutup akut, tekanan intraokular mencapai
60-80 mmHg, sehingga terjadi kerusakan iskhemik pada iris yang disertai edema
kornea.
Terdapat dua bentuk utama glaukoma primer yang dikenal yaitu sudut terbuka
(open angle Glaukoma) dan sudut tertutup (closed angle Glaukoma). Glaukoma sudut
tertutup merupakan kondisi akut dan bisa diatasi dengan operasi pengangkatan
merupakan kondisi kronis yang tidak dapat ditangani dengan koreksi bedah
2.4. ETIOLOGI
aqueous humor. Beberapa faktor risiko dapat memicu terjadinya glaukoma. Faktor
risiko yang kuat untuk memicu terjadinya glaukoma adalah riwayat peningkatan
tekanan intraokular dan riwayat keluarga yang pernah menderita glaukoma. Faktor
risiko yang mungkin untuk memicu terjadinya suatu glaukoma adalah penyakit
7
sistemik kardiovaskular, diabetes melitus, migrain, hipertensi sistemik dan
1) Okular hipertensi atau tekanan yang meningkat di dalam mata (di atas 21
mmHg)
2) Usia lanjut, dimana biasanya memiliki ketebalan kornea yang tipis. Umumnya
orang tua memiliki tekanan intraokuler yang lebih tinggi Hal ini berkaitan
3) Keturunan dan ras. Keterkaitan antara ras tertentu dengan TIO telah diperkuat
dengan adanya laporan yang menyatakan bahwa orang kulit hitam mempunyai
perbedaan biometri antara wanita dan pria. Wanita memiliki mata yang lebih
5) Faktor genetik, adanya mutasi gen. TIO pada populasi umum ada kaitannya
8
7) Penggunaan obat. Pilokarpin dan obat kolinergik meningkatkan aliran aqueous
humor.
yang membatasi aliran darah ke mata (misal : retinopati diabetes dan neovascular
2.5. KLASIFIKASI
glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup. Sedangkan berdasarkan adanya
keadaan lain yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intra okuler (TIO),
9
schlemm (Salmon, 2009). Glaukoma ini di dapatkan pada orang yang telah
goniodisgenesis.
primer sudut terbuka terdapat hambatan pengeluaran humor aquos pada sistem
ekstrasel di dalam anyaman dan di bawah lapisan endotel kanal Schlemm. Hal
ini berbeda dari proses penuaan normal. Akibatnya ialah penurunan drainase
10
pada glaukoma sudut terbuka primer tanpa tekanan intraokular tinggi
(Sciscione, 2018).
trabekular oleh iris perifer. Keadaan ini dapat bermanifestasi sebagai suatu
penurunan penglihatan.
11
Gambar 2.2. Glaukoma sudut tertutup (Bowling, 2016)
melalui pupil dan keluar dari bilik anterior melalui meshwork trabecular yang
terletak di antara iris dan kornea. Blok pupil terjadi ketika iris bersentuhan
dengan lensa dan menghalangi aliran air melalui pupil. Peningkatan tekanan
Glaukoma sudut tertutup akut terjadi bila terbentuk iris bombe yang
menyebabkan oklusi sudut bilik mata depan oleh iris perifer sehingga terjadi
dengan nyeri hebat, muntah, mual disertai halo (ada gambar pelangi di sekitar
12
berkabut, pupil berdilatasi dan injeksi siliar,biasanya terjadi spontan di malam
Glaukoma sudut tertutup subakut hampir sama dengan tipe akut kecuali
mengalami kekambuhan.
bilik mata depan yang sempit disertai sinekia anterior perifer dalam berbagai
mengurangi TIO pada tingkat di mana tidak terjadi kerusakan saraf optik lebih
risiko yang signifikan seperti TIO lebih besar dari 25 mmHg (3,3 kPa), rasio
13
cup vertikal: cakram lebih besar dari 0,5 atau ketebalan kornea sentral kurang
dari 555 µm. Faktor risiko tambahan yang harus dipertimbangkan termasuk
riwayat keluarga glaukoma, ras kulit hitam, miopia parah, dan hanya memiliki
satu mata. Tujuan terapi adalah untuk menurunkan TIO sebesar 20% sampai
30% dari nilai awal untuk menurunkan risiko kerusakan saraf optik. Penurunan
target TIO awal 30% diinginkan pada pasien dengan glaukoma sudut terbuka.
Terapi dimulai secara bertahap, dimulai dengan konsentrasi yang lebih rendah
historis, β-blocker (misalnya, timolol) adalah pengobatan pilihan jika tidak ada
kontraindikasi.
memberikan dosis sekali sehari, pengurangan TIO yang lebih baik, toleransi
yang baik, dan ketersediaan obat generik dengan biaya lebih rendah.
Brimonidine dan CAI topikal juga dapat digunakan untuk terapi lini pertama.
sebagai terapi lini ketiga karena efek samping atau penurunan efektivitas obat-
obat baru. Karbachol merupakan inhibitor kolinesterase topikal, dan CAI oral
pilihan yang kurang toksik. Waktu optimal untuk trabeculoplasty laser atau
setelah kegagalan terapi obat lini ketiga atau keempat. Agen antiproliferatif
14
seperti fluorourasil dan mitomisin C digunakan untuk memodifikasi proses
15
Angiografi koroner akut dengan TIO tinggi membutuhkan penurunan
TIO yang cepat. Iridektomi adalah perawatan definitif yang menghasilkan suatu
dari posterior ke ruang anterior. Terapi obat untuk serangan akut terdiri dari
awal. Setelah TIO terkontrol, pilocarpine harus diberikan setiap 6 jam sampai
ditoleransi dengan baik, memantau terapi dan kepatuhan pasien secara ketat. Jika
memungkinkan, terapi glaukoma sudut terbuka harus dimulai sebagai agen tunggal di
satu mata untuk memfasilitasi evaluasi kemanjuran dan toleransi obat. Penggunaan
banyak obat atau kombinasi obat mungkin perlu dikaji sebelum rejimen yang optimal
individual. Respon TIO dikaji setiap 4 hingga 6 minggu pada awalnya, setiap 3
hingga 4 bulan setelah TIO diterima, dan lebih sering jika terapi diubah. Bidang
16
visual dan perubahan cakram dipantau setiap tahun, kecuali glaukoma tidak stabil
atau memburuk. Pantau pasien jika kehilangan kontrol TIO (takifilaksis), terutama
17
BAB III
KASUS GLAUKOMA
3.1 KASUS 1
tiba-tiba pada mata kiri sejak 1 minggu Sebelum Masuk Rumah Sakit (SMRS).
Pasien megeluhkan bahwa pada saat melihat jauh hanya dapat melihat seperti
bayangan. Selain itu pasien mengeluh mata kiri merah dan nyeri. Nyeri dirasakan
terus menerus dan menghilang setelah tidur sebentar. Pasien juga mengeluh sakit
kepala terus-menerus dan disertai mual muntah. Riwayat trauma dan penggunaan
obat-obatan tetes mata yang lama sebelumnya disangkal. Riwayat menggunakan kaca
mata, hipertensi, diabetes mellitus, trauma pada kedua bola tidak ada.
x/menit, suhu 36,5 oC. Pada status generalis didapatkan sistem kardiovaskular, sistem
respirasi, kulit dan ekstremitas dalam batas normal. Pada pemeriksaan oftalmologi
oculi sinistra VOS 3/60, terdapat injeksi konjungtiva pada konjungtiva bulbi, kornea
udem, camera oculi anterior kedalaman dangkal, gambaran iris baik, pupil midilatasi,
tensio oculi Tono dig N+2. Pada oculi dextra VOD 6/60, palpebra dan konjungtiva
tenang, kornea jernih, camera oculi anterior dalam, gambaran iris baik, pupil miosis
18
3.1.1. Identifikasi Problem Medik
penurunan penglihatan secara tiba-tiba pada mata kiri sejak 1 minggu sebelum
masuk rumah sakit (SMRS). Mata kiri merah dan nyeri. Nyeri dirasakan terus
menerus dan hilang setelah tidur sebentar. Pasien juga mengeluhkan sakit
kepala terus-menerus dan disertai mual muntah. Tidak ada riwayat trauma
dirangkum pada Tabel 3.1. Keadaan umum tampak sakit sedang dan
kesadaran komposmentis.
anterior kedalaman dangkal, gambaran iris baik, pupil midilatasi, tensio oculi
Tono dig N+2. Pada oculi dextra VOD 6/60, palpebra dan konjungtiva tenang,
kornea jernih, camera oculi anterior dalam, gambaran iris baik, pupil miosis
19
3.1.2. Rekomendasi Tatalaksana Terapi
1. Terapi non-farmakologi
selang drainase.
2. Terapi farmakologi
Asetazolamide 3x250 mg, KSR 2x1 tablet. Timolol maleate 0,5 % yang
20
produksi akuos humor. Pemberian cyxtrol yang berisikan kortikosteroid
Penggunaan obat ini akan menyebabkan iris tertarik dan menjauh dari
pemberian asetazolamide.
1. Timolol maleat
yang melebihi satu tetes timolol 0,5% dua kali sehari (BID) tidak
biasanya dimulai dengan larutan 0,25% yang diberikan sebagai satu tetes
penurunan TIO bilateral yang sama dan dapat mengurangi biaya terapi
2. Cendo xitrol
21
Cendo xitrol mengandung deksametason 0,1%, neomisin sulfat 3,5 mg
dan polimiksin-B sulfat 6000 Ul/g. Obat ini diindikasikan untuk infeksi
3. Carpin
dengan kontraksi otot sfingter iris, tetapi miosis tidak terkait dengan
konsentrasi yang lebih rendah (1%), satu tetes empat kali sehari (QID).
4. Asetazolamide
22
5. KSR
darah. Dosisnya yaitu 1-2 tablet sebanyak 2-3 kali sehari. Efek samping
Efek samping kolinergik sistemik dari pilocarpine seperti mual, muntah, diare,
tetapi dapat terlihat pada pasien yang menggunakan produk dengan konsentrasi
pilocarpine tinggi (6% hingga 8%), atau pada pasien yang menggunakan produk
tersebut secara berlebihan dalam pengobatan glaukoma akut sudut tertutup. Efek
samping lain yang terkait dengan miotik yang bekerja langsung termasuk robekan
atau pelepasan retina, reaksi alergi, miosis permanen, katarak, pengendapan CAG,
kelelahan, anoreksia, mual, penurunan berat badan, perubahan rasa, depresi, dan
penurunan libido. Efek samping lainnya termasuk batu ginjal, peningkatan asam urat,
diskrasia darah, diuresis, dan miopia. CAI harus digunakan dengan hati-hati pada
pasien yang alergi sulfa karena semua CAI, topikal ataupun sistemik, mengandung
gugus sulfonamida, penyakit sel sabit, asidosis pernapasan, gangguan paru, batu
23
atau Penyakit Addison. Penggunaan CAI dan diuretik secara bersamaan dapat
meningkatkan asidosis yang dihasilkan oleh CAI, sedangkan asidosis yang dihasilkan
Timolol maleat memiliki efek samping berupa sakit kepala, pusing, mual dan
iritasi mata. Informasi ini perlu untuk diketahui oleh pasien. Jika terjadi penglihatan
ganda ataupun sulit bernapas maka perlu untuk memeriksakannya kembali kepada
kalium dalam darah yang rendah, perlu diperhatikan fungsi ginjal pasien dan apakah
pasien memiliki riwayat gagal jantung kongestif. Obat ini juga dikontraindikasikan
pada pasien dengan penyumbatan pada saluran pencernaan maupun pasien gagal
menjalani terapi. Ketidakpatuhan terjadi pada 25% sampai 60% pasien glaukoma.
Sebagian besar pasien gagal menggunakan obat oftalmik topikal dengan benar. Pasien
2. Dengan telunjuk, tarik ke bawah bagian luar dari kelopak mata bawah
24
3. Pegang botol penetes di antara ibu jari dan jari dengan tangan didekatkan
4. Tempatkan pipet di atas mata sambil melihat ke ujung botol; lalu lihat ke
5. Kantung mata harus ditutup selama 1 sampai 3 menit setelah ditetesi obat
3.1.5. Monitoring
terapi selama 2-3 hari. Apabila tidak terjadi penurunan TIO maka
iridotomi perifer.
3.2 KASUS 2
dengan keluhan pandangan kabur pada mata kanan yang dirasakan sejak 2 bulan ini.
Awalnya pasien mengeluhkan adanya pandangan seperti pelangi dan terasa silau
selama ± 1 bulan, kemudian pandangan terasa semakin kabur dan terasa seperti
adanya bayangan yang menutupi mata yang semakin memberat terutama pada mata
kanan. Pasien juga mengeluhkan adanya terlihat adanya benda hitam di sekitar
penglihatan matanya, serta nyeri kepala seperti berdenyut yang dirasakan sesekali.
25
Pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dan status generalis dalam batas
Tekanan intraokular mata diukur dengan tonometer Shiotz 21,7 mmHg pada mata
kanan dan 17,3 mmHg pada mata kiri. Pemeriksaan segmen posterior mata kanan
didapatkan CD rasio 0,6 dengan minimal disc cupping dan CD rasio 0,5 pada mata
kiri. Pemeriksaan perimetri juga dilakukan pada pasien ini dan dijumpai hasil yaitu
terdapat nasal step dan enlargement blind spot pada mata kanan sedangkan pada mata
yang seorang laki-laki (46 tahun) mengeluhkan pandangan kabur pada mata
kanan sejak 2 bulan ini, terlihat seperti benda hitam di sekitar penglihatan
matanya, serta nyeri kepala yang berdenyut sesekali. Tidak ada keluhan mata
gatal, mata berair atau penglihatan ganda. Pasien tidak sedang mengkonsumsi
yang mengalami keluhan serupa. Data objektif dirangkum pada Tabel 3.2.
26
Berdasarkan identifikasi problem medik, pasien didiagnosis glaukoma
sudut terbuka primer OD. Pasien diberikan terapi obat antiglaukoma untuk
mata kanan yaitu timolol 0,5% 1 tetes dua kali sehari. Tujuan terapi pasien
1. Terapi non-farmakologi
TIO meliputi pembuatan kanal agar akuos humor dapat mengalir dari
anterior ke subkonjungktiva.
2. Terapi farmakologi
tertutup. Dosis yang dapat diberikan yaitu timolol 0,5% 1 tetes 2 kali
sehari.
blocker) yang menjadi pilihan terapetik utama untuk sebagian besar jenis
27
reseptor beta-2 dalam prosesus siliaris. Timolol dapat bekerja secara langsung
pada epitel siliaris untuk memblok transport aktif atau ultrafiltrasi. Dosis
penggunaan timolol larutan 0,5 % dua kali sehari dengan waktu kerja lebih
dari 7 jam. Dosis lazim menurut literatur yaitu larutan 0,25% dan 0,5%
dengan pemberian 1 tetes setiap 1 – 2 kali sehari untuk setiap hari (Dipiro
dkk., 2008).
dini karena riwayat keluarga juga menjadi faktor resiko glaukoma. Faktor
resiko lainnya yaitu pasien dengan diabetes, pemakaian steroid topikal jangka
lama dan myopia harus diperiksa secara regular setelah usia lebih dari 40
3.2.5. Monitoring
kombinasi obat yang digunakan. Target TIO adalah 10-21 mmHg. Monitoring
28
dimonitoring selama 3-4 bulan. Follow up kepatuhan pasien juga tetap harus
dilakukan. Monitoring perubahan pada disc keuda mata pasien juga penting.
29
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
dalam bola mata, sehingga merusak jaringan syaraf halus yang ada di retina
trabekular oleh iris perifer. Keadaan ini dapat bermanifestasi sebagai suatu
dalam anyaman dan di bawah lapisan endotel kanal Schlemm. Hal ini
30
3. Tatalaksana terapi glaukoma meliputi pemberian penghambat beta sebagai
4.2 SARAN
Pendekatan klinis yang cermat berperan besar dalam penegakan diagnosis dan
pemilihan terapi yang efektif. Penatalaksanaan glaukoma akut primer sudut tertutup
memerlukan pemberian terapi awal dengan perujukan tepat dan segera agar
31
Daftar Pustaka
Bowling B. 2016. Glaucoma. In : Kanski’s Clinical Ophthalmologi Eighth Edition.
Elsevier.
Dipiro, J.T., R.L. Talbert, G.C. Yee, G.R. Matzke, B.G. Wells dan L.M. Posey, 2008,
Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 7th Edition, Mc Graw Hill
Medical.
Ilyas S, Yuliant SR. 2014. Ilmu Penyakit Mata Edisi Kelima. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Salmon, JF. 2009. Glaukoma. In : Riordan-Eva P & Witcher JP Vaughan & Asbury’s
General Ophtalmology, 17th Edition. New York: McGraw-Hill Companies.
Diterjemahkan: Diana Susanto. Oftalmologi Umum Vaughan &Asbury, Ed. 17.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 14.
Sari, Y.P., 2018, Penatalaksanaan Glaukoma Akut Primer Sudut Terbuka, Jurnal
Kedokteran Syiah Kuala, Vol. 18, No. 3.
Syuhar, N.M., 2016, Seorang Pria 66 Tahun dengan Glaukoma Akut Primer Sudut
Tertutup, J Medula Unila, Vol. 4, No. 3.
Tobing, L. M., 2014, Acute Glaucoma on Right Eye, J Agromed Unila, Vol. 1, No. 2.
Wells, B.G., J.T. Dipiro, T.L. Schwinghammer, dan C.V. Dipiro, 2015,
Pharmacotherapy Handbook, 9th Edition, Mc Graw Hill Education Medical.
32