Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

REFLEKS BABINSKI
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Anak
Yang dibina oleh Ibu Dr. Nurul Pujiastuti,S.Kep,Ners,M.Kes

Oleh :

1. Sari Kristina Putri P17220181015


2. Oktavia Indriany Ika P17220182025
3. Nisrina F P17220181006
4. Veren Aurelli N P1722018 3034
5. Dea Rahmatika P1722018 3043

POLITEKNIK KESEHATAN MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
D3 KEPERAWATAN LAWANG
Oktober 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.  Berkat limpahan dan rahmat-


Nya penulis mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “ Refleks Babinski”
guna memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang kaitan
refleks dalam fisiologi yang penulis sajikan berdasarkan dari berbagai sumber
informasi dan referensi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Poltekkes
Kemenkes Surakarta Jurusan Akupunktur. Penulis sadar bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing
saya meminta masukan demi perbaikan pembuatan makalah saya selanjutnya dan
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Malang, 04 Juni 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah....................................................................................2

C. Tujuan.......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................3

A. Gerak Refleks..........................................................................................3

B. Refleks Patologik....................................................................................4

C. Refleks Babinski.....................................................................................4

D. Mekanisme Refleks Babinski..................................................................5

1. Tanda babinski..................................................................................5

2. Pengujian babinski ...........................................................................6

E. Kasus yang terkait dengan babinski........................................................6

BAB III PENUTUP....................................................................................................8

A. KESIMPULAN.........................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA

ii
Daftar Gambar

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gerakan refleks adalah gerakan involunter yang terjadi akibat
rangsangan para reseptor sensorik. Refleks terjadi karena impuls tidak
diteruskan ke otak, namun langsung ke serabut motorik melalui sinaps di
medulla spinalis. Garak refleks merupakan mekanisme pertahanan primitif
melawan potensi merusak dari lingkungan luar. Gerak refleks digunakan
sebagai parameter penting fungsi fisiologis serabut saraf perifer untuk menilai
terjadinya lesi neurologis. Beberapa refleks menetap, namun beberapan refleks
menghilang seiring pertumbuhan manusia.
Jalur – jalur saraf saraf yang berperan dalam pelaksanaan aktivitas
refleks dikenal sebagai lengkung refleks. Refleks sangat penting untuk
pemeriksaan keadaan fisis secara umum, fungsi nervus, dan koordinasi tubuh.
Dari refleks atau respon yang diberikan oleh anggota tubuh ketika sesuatu
mengenainya dapat diketahui normal tidaknya fungsi dalam tubuh.
Perkembangan kognitif yang awal mulai dengan perilaku bawaan,
refleks, dan fungsi memori. Bayi baru lahir memulai aktivitas refleks,
menyesuaikan benda-benda yang baru ke dalam perilaku, dan
mengakomodasikan perilaku ini untuk mencapai keinginan mereka. Misalnya,
belajar untuk menoleh ke arah puting susu. Walaupun bayiberprilaku sesuai
kehendak mereka,pembelajaran aktivitas pada refleks dan fungsi memori.

1
2

Gerak otot reflektorik dapat ditimbulkan pada tiap orang yang sehat. Inilah
yang dinamakan refleks fisiologik. Pada kerusakan di lintasan piramidalis dapat
dijumpai refleks-refleks yang tidak dapat ditimbulkan pada orang-orang sehat,
maka dari itu, refleks tersebut dinamakan refleks patologik..
Refleks patologik adalah gerakan refleks yang tidak ditemukan pada orang
yang tidak sehat. Jadi, dalam keadaan normal refleks patologik itu tidak dapat
diperlihatkan. Hingga kini mekanisme reflek patologik belum dapat diberikan
Refleks patologik yang dapat dibangkitkan di kaki ialah refleks Babinski,
Chaddock, Oppenheim, Gordon, Schaefer, Gonda, dan seterusnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Mengenal gerak refleks dan gerak patologik
2. Pengertian dan mekanisme refleks babinski
3. Kasus yang terkait dengan refleks babinski

C. Tujuan
1. Memenuhi salah satu tugas mata pelajaran fisiologi

2. Menambah pengetahuan tentang gerak refleks Babinski

3. .Membahas secara sederhana pengertian dan mekanisme gerak refleks

babinski
3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Gerak Refleks
Gerak Refleks adalah  respons yang spontan terhadap suatu rangsang tanpa
melibatkan koordinasi otak. Gerak Refleks sangat penting untuk perlindungan
tubuh terhadap berbagai aktifitas yang berhubungan dengan pergerakan, sikap
tubuh, dan pergerakan bermacam organ dalam tubuh.
Gerak refleks dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana. Jalur
saraf ini dibentuk oleh sekuen neuron sensor,interneuron,dan neuron
motor,yang mngalirkan impuls saraf untuk tipe reflek tertentu.Gerak refleks
yang paling sederhana hanya memerlukan dua tipe sel saraf yaitu neuron
sensor dan neuron motor.
Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya
mengejutkan dan menyakitkan. Misalnya bila kaki menginjak paku,secara
otomatis kita akan menarik kaki dan akan berteriak. Refleks juga terjadi
ketika kita membaui makanan enak , dengan keluarnya air liur tanpa disadari.
Gerak refleks terjadi apabila rangsangan yang diterima oleh saraf sensori
langsung disampaikan oleh neuron perantara (neuron penghubung). Hal ini
berbeda sekali dengan ekanisme gerak biasa.
Gerak biasa rangsangan akan diterima oleh saraf sensorik dan kemudian
disampaikan langsung ke otak. Dari otak kemudian dikeluarkan perintah ke
saraf motori sehingga terjadilah gerakan. Artinya pada gerak biasa gerakan
itu diketahui atu dikontrol oleh otak. Sehingga oleh sebab itu gerak biasa
adalah gerak yang didasari.
Baik disadari maupun tidak,tubuh kita selalu melakukan gerak. Bahkan
seseorang yang tidak memiliki kesempurnaan pun akan tetap melakukan
gerak. Saat kita tersenyum,mengedipkan mata atau bernapas sesungguhnya
telah terjadi gerak yang disebabkanoleh kontrasi otot.

        Refleks baru dapat terjadi bila didukung oleh adanya lengkung refleks.
Lengkung Refleks terdiri dari reseptor, saraf sensorik, sumsum tulang
belakang, saraf motorik. Efektor, dan otot.

4
5

B. Refleks Patologik
Gerak otot reflektorik dapat ditimbulkan pada tiap orang yang sehat.
Inilah yang dinamakan refleks fisiologik. Pada kerusakan di lintasan
piramidalis dapat dijumpai refleks-refleks yang tidak dapat ditimbulkan pada
orang-orang sehat, maka dari itu, refleks tersebut dinamakan refleks patologik..
Refleks patologik adalah gerakan refleks yang tidak ditemukan pada orang
yang tidak sehat. Jadi, dalam keadaan normal refleks patologik itu tidak dapat
diperlihatkan. Hingga kini mekanisme reflek patologik belum dapat diberikan
Refleks patologik yang dapat dibangkitkan di kaki ialah refleks Babinski,
Chaddock, Oppenheim, Gordon, Schaefer, Gonda, dan seterusnya.
Bilamana refleks Babinski dan Chaddock sudah terbukti ada usaha
berkali-kali untuk membangkitkan refleks Babinski dan Chaddock tidak
menghasilkan jawaban yang positif, maka secara praktis tidaklah perlu
melakukan tindakan pemeriksaan untuk membangkitkan refleks patologik
lainnya. Refleks Babinski dan Chaddock merupakan refleks yang dapat
dipercaya penuh. Refleks patologik tersusun atas anggota atas dan anggota
bawah tubuh.

C. Refleks Babinski
Pada anggota bawah tubuh, ditemukan refleks Babinski. Refleks ini untuk
pertama kali diuraikan oleh Babinski dari Polandia dalam tahun 1896. Refleks
ini adalah khas (spesifik) bagi suatu lesi pada traktus piramidalis. Refleks ini
tidak dapat ditimbulkan pada orang sehat kecuali pada bayi yang berumur
kurang dari 1 tahun.
Pada kaki, gerak reflektorik patologik berupa dorso-eksternsi ibu jari kaki
dan pengembangan ibu jari-jari kaki lainnya sebagai jawaban atas penggoresan
terhadap bagian lateral dari telapak kaki yang disebut sebagai Babinski.
Perbedaan gerak refleks antara kelemahan upper motor neuron dan lower
motor neuron pada babinski adalah pada upper motor neuron refleksnya
meninggi dan babinskinya positif. Sedangkan pada lower motor neuron
refleksnya menurun atau bahkan tidak ada, dan babinskinya negatif.
6

Refleks Babinski kita katakan positif, bila tampak ada respons berupa
dorsofleksi dari ibu jari yang di sertai pemekaran dari jari-jari yang lain Jadi
pada neonatus, refleks Babinski itu selalu positif. Refleks positif normal pada
bayi baru lahir sampai usia 6-8 bulan.
Sebab menjadinya positif refleks Babinski pada bayi yang berumur kurang
dari satu tahun adalah oleh karena dalam umur kurang dari satu tahun,
mielinisasi dari traktus piramidalis belum sempurna.
Pada orang dewasa, refleks positif menunjukkan adanya lesi UMN.
Terutama pada tracrus corticopinalis.

D. Mekanisme Refleks Babinski


Untuk menimbulkan refleks Babinski ini, kita goreskan ujung palu refleks
pada bagian luar telapak kaki. Goresan itu dimulai dari tumit kemudian menuju
keatas dengan menyelusuri bagian lateral dari telapak kaki, dan setelah sampai
di pangkal kelingking goresan itu kita bengkokkan ke medial sampai ia
berakhir pada pangkal jempol kaki, menyebabkan jari-jari kaki hiperekskresi
dan hallux ke dorsifleksi. Respon normal terhadap rangsangan ini adalah fleksi
jari-jari kaki. Refleks abnormal, yaitu bila dorsofleksi ibu jari kaki disertai jari-
jari kaki lainnya terbuka seperti kipas, disebut refleks Babinski dan
menunjukkan adanya penyakit neuron motorik atas. Refleks ini ditemukan
pada anak-anak dibawah usia 2 tahun

1. Tanda babinski :
Cara pengukuran Goreskan telapak kaki sepanjang tepi luar dimulai
dari tumit
Kondisi normal Jari kaki mengembang dari ibu jari kaki dorsofleksi,
dijumpai sampai usia 2 tahun.
Kondisi patologis/abnormal Bila pengembangan jari kaki dorsofleksi setelah
usia 2 tahun, dadanya tanda lesi ekstra piramida.

2. Pengujian babinski
7

Metode pengujian Stroke lateral telapak kaki dari tumit


untuk seluruh basis jari kaki.
Adanya respon Jari-jari kaki suar dengan dorsiflexion
kaki besar.
Penyebab dimugkinkan respon
abnormal

Tidak adanya respon Hubungan bilateral: CNS defisit


Unilateral: kerusakan saraf lokal
Waktu refleks 12 bulan

E. Kasus yang terkait dengan refleks Babinski


1. Refleks Babinski dan hiper-refleksia dapat dijumpai pada awal nyeri
radaikuler yang mengelilingi dada atau perut, dan juga diikuti dengan
paraparesis yang lambat laun makin memberat, spastisitas dan klonus.
Pada stadium awal ini belum ditemukan deformitas tulang vertebra,
demikian pula belum terdapat nyeri ketok pada vertebra yang
bersangkutan.
2. Refleks Babinski juga terjadi pada kasus Hemiplegia. Sepanjang koma
tidak dalam, maka adanya hemiplegia masih dapat diperiksa ialah dengan
memberi rangsangan nyeri pada kedua lengan dan tungkai. Lengan dan
tungkai yang lumpuh tidak akan memberi reaksi, sementara anggota yang
tidak lumpuh akan bereaksi. Hemiplegia menunjukkan adanya lesi otak
(GPDO, pasca trauma kapitis, neoplasma, abses, ensefalitis). Terhadap
lengan dan tungkai dapat diperiksa adanya deserebrasi (pemotongan
batang otak antara kolikus superior dan pusat vestibular dengan akibat
hiperekstensi kepala dan leher, ekstensi dengan aduksi dan rotasi internal
kedua lengan serta kedua tungkai kejang dalam sikap ekstensi. Refleks
Babinski bilateral dapat memberi petunjuk ke arah edema otak,
pendarahan subaraknoidal, pendarahan intraventrikular, dan pendarahan
intraserebral yang besar atau luas. Paralisis neuron motorik bawah
disebabkan karena destruksi saraf motorik perifer dan sel-sel komu
anterior. Kalau ini terjadi maka otot-otot menjadi lemas dan hipotonus dan
refleksi tendon dalam hilang
8

3. Refleks ini juga ditemukan pada anak-anak dibawah usia 2 tahun, selama
periode tidur nyenyak, anestesi umum dan depresi postiktal (sesudah
serangan), dan pada orang yang mabuk atau syok hipoglikemik sedang
sampai berat. Keadaan ini juga ditemukan pada tentara setelah melakukan
long march.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Bahwa gerak reflek disebabkan karena pengaruh ransangan yang datang

dari luar tubuh dimana jalannya tidak sampai ke otak.

2. Pada umunya gerak refleks berlangsung terhadap stimulus dari luar dan

berlangsung dengan cepat atau tiba-tiba. Gerakan terjadi juga diluar

kesadaran kita (tidak didasarkan kemauan).

3. Refleks patologik yang dapat dibangkitkan di kaki ialah refleks Babinski,

Chaddock, Oppenheim, Gordon, Schaefer, Gonda, dan seterusnya


9

4. Refleks Babinski adalah tindakan refleks jari-jari kaki, yang normal

selama masa bayi tetapi abnormal setelah usia 12 sampai 18 bulan. Setelah

itu, refleks ini merupakan indikasi kelainan pada jalur kontrol motorik

utama dari korteks serebral dan secara luas digunakan sebagai alat

bantu diagnostik pada gangguan sistem saraf pusat.

5. Refleks babinski tidak dapat ditimbulkan pada orang sehat kecuali pada

bayi yang berumur kurang dari 1 tahun.

6. Kasus yang terkait dengan refleks Babinski dapat dijumpai pada awal
nyeri radaikuler, Hemiplegia, dan lain lain.
DAFTAR PUSTAKA

1. Syaifuddin,AMK. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa


Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EC
2. Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.
Jakarta : EGC
3. Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta :
EGC
4. Chusid, Joseph G. 1985. Correlative Neuroanatomy & Functional
Neurology. Los Altos : Lange Medical Publications
5. Sidharta, Priguna. 1979. Neurologi Klinis dalam Praktek Umum.
Jakarta : Dian Rakyat
6. Harsono. 2011. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press
7. Harsono. 2007. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press
8. Ngoerah, I Gst. Ng. Gd. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Saraf.
Surabaya : Airlangga University Press
9. Potter & Perry.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta :
EGC
10. Mardjono, Mahar. Sidharta, Priguna 2006. Neurologi Klinis Dasar.
Jakarta : Dian Rakyat

Anda mungkin juga menyukai