Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengaturan penerima rangsangan dilakukan oleh alat indera, pengolah
rangsangan dilakukan oleh saraf pusat yang kemudian meneruskan untuk menanggapi
rangsangan yang datang dilakukan oleh sistem saraf dan alat indera. Rangsangan
dapat berasal dari luar tubuh misalnya suara, cahaya, bau, panas, dingin, manis, pahit
dan sebagainya. Sedangkan rangsangan yang berasal dari dalam tubuh disebut juga
rangsangan internal, misalnya rasa haus, lapar, dan nyeri. Gerak refleks ialah gerakan
pintas ke sumsum tulang belakang. Cirinya respon yang terjadi berlangsung cepat dan
tidak disadari (Isnaeni, 2006).
Gerak refleks adalah gerak spontan yang tidak melibatkan kerja otak. Gerak ini
dilakukan tanpa kesadaran. Gerak ini berguna untuk mengatasi kejadian yang tiba-
tiba. Refleks sebenarnya merupaka gerak respons dalam usaha mengelak dari suatu
rangsang yang dapat membahayakan atau mencelakakan. Gerak refleks berlangsung
dengan cepat sehingga tidak disadari oleh pelaku yng bersangkutan. Sistem saraf
merupakan salah satu bagian yang menyusun sistem koordinasi yang bertugas
menerima rangsangan, menghantarkan rangsangan ke seluruh bagian tubuh, serta
memberikan respons terhadap rangsangan (Campbell et al., 2002).
Akson dari kebanyakan hewan mamalia umumnya relatif kecil, untuk itu didalam
percobaan digunakan akson raksasa yang terdapat pada hewan invertebrat seperti
cumi-cumi dan lain-lain. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, diperlukan satu
mikroelektroda yang dapat ditusukkan kedalam akson tanpa menimbulkan kerusakan
pada akson tersebut. Apabila rangsangan yang diberi cukup kuat, arus lokal yang
timbul pada membran yang terdepolarisasi akan merangsang membran disebelahnya
yang masih dalam keadaan istirahat, sehingga sebagian membran tersebut akan ikut
terdepolarisasi (Wulangi, 2008).
Lengkung refleks adalah lintasan terpendek gerak refleks. Neuron konektor
merupakan penghubung antara neuron sensorik dan neuron motorik. Jika neuron

Universitas Sriwijaya
konektor berada di otak, maka refleksnya disebut refleks otak. Jika terletak di
susmsum tulang belakang, maka refleksnya disebut refleks tulang belakang. Gerakan
pupil mata yang menyempit dan melebar karena terkena rangsangan cahaya
merupakan contoh refleks otak. Sedangkan gerak lutut yang tidak disengaja
merupakan gerak sumsum tulang belakang (Isnaeni, 2006).
Sistem saraf tak sadar menyebabkan gerakan yang tidak disadari atau gerak
refleks. Impuls saraf pada gerak refleks melalui alur impuls pendek. Alur impuls
dimulai dari reseptor sebagai penerima rangsangan, kemudian dibawa oleh neuron ke
sumsum tulang belakang, tanpa diolah oleh pusat saraf. Kemudian tanggapan dikirim
oleh saraf motorik menuju ke efektor. Alur impuls pada gerak refleks disebut
lengkung refleks. Ada dua macam gerak refleks yaitu refleks otak, adalah gerak
refleks yang melibatkan saraf perantara yang terletak di otak, misalnya berkedipnya
mata, refleks pupil mata karena rangsangan cahaya (Campbell et al., 2002).
Jaringan saraf dalam melaksanakan fungsinya mampu menerima rangsang dari
lingkungannya, mengubah rangsang tersebut menjadi impuls, meneruskan impuls
tersebut menuju pusat dan akhirnya pusat akan memberikan jawaban atas rangsang
tersebut. Rangkaian kegiatan tersebut dapat terselenggara oleh karena bentuk sel saraf
yang khas yaitu mempunyai tonjolan yang panjang dan bercabang-cabang. Selain
berkemampuan utama dalam merambatkan impuls, sejenis sel saraf berkemampuan
bersekresi seperti halnya sel kelenjar endokrin (Putra dan Dewi, 2015).
Sel saraf demikian dimasukkan dalam kategori neroendokrin yang sekaligus
menjadi penghubung antara sistem saraf dan sistem endokrin. Sebuah sinapsis
neuromuskular terdiri dari sebuah ujung saraf motor prasinapsis menutupi daerah
pascasinaps sebuah serabut otot pada ujung terminal sebuah cabang telodendron,
sebuah ujung saraf motor terbentuk oleh pertumbuhan cabang pendek dalam daerah
terbatas (Isnaeni, 2006).

1.2. Tujuan Praktikum


Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari sifat refleks sederhana pada manusia.

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Sistem Gerak


Reseptor merupakan impuls yang merupakan perubahan fisik atau kimia di
lingkungan reseptor. Dalam merespon stimulus, reseptor menghasilkan potensial aksi
yang akan diteruskan oleh saraf eferen ke pusat pengintegrasi refleks dasar,
sedangkan otak lebih tinggi memproses semua informasi dan meneruskannya melalui
saraf eferen ke efektor (otot atau kelenjar) yang melaksanakan respon yang
diinginkan (Irawan, 2013).
Secara umum, definisi gerak adalah suatu tanggapan terhadap rangsangan baik
dari dalam maupun dari luar tubuh. Gerak dapat berupa gerakan sebagian anggota
tubuh maupun seluruh tubuh. Beberapa sistem gerak manusia, yaitu gerak disebabkan
oleh kontraksi otot yang menggerakkan tulang, jadi merupakan kerjasama antara
tulang dan otot. Tulang sendiri merupakan alat gerak pasif karena mengikuti kendali
otot, sedangkan otot disebut alat gerak aktif karena mampu berkontraksi sehingga
mampu menggerakkan tulang (Putra dan Dewi, 2015).
Gerak adalah suatu perubahan tempat kedudukan pada suatu benda dari titik
keseimbangan awal. Sebuah benda dikatakan bergerak jika benda itu berpindah
kedudukan terhadap benda lainnya baik perubahan kedudukan yang menjauhi
maupun yang mendekati. Beberapa macam gerak antara lain gerak semu atau relatif
yang pengertiannya gerak yang sifatnya seolah-olah bergerak atau tidak sebenarnya
(ilusi), gerak ganda merupakan gerak yang terjadi secara bersamaan terhadap benda-
benda yang ada di sekitarnya, gerak lurus adalah gerak pada suatu benda melalui
lintasan garis lurus. Gerak lurus ini ada dua macam lagi yaitu GLB dan GLBB
(Wilarso, 2001 dalam Wulandari, 2009).

2.2. Sistem Rangka Pada Manusia


Sistem rangka adalah sistem yang memiliki fungsi untuk menyimpan bahan
mineral, tempat pembentukan sel darah, tempat melekatnya otot rangka, melindungi

Universitas Sriwijaya
tubuh yang lunak dan menunjang tubuh. Terdiri dari tengkorak, tulang rusuk, tulang
belakang, rangka penopang tulang bahu, rangka penopang tulang pinggul, tulang
angota badan atas dan bawah (Pangemanan et al., 2012).
Tulang-tulang dalam tubuh membentuk sistem rangka. Kemudian sistem rangka
ini bersama-sama menyusun kerangka tubuh. Sistem rangka membentuk dasar dari
tubuh manusia. Semua organ-organ, daging, darah, otot, cair dan udara semua
terkandung dalam tubuh dan memiliki kestabilan dan kekuatan tertentu karena tulang.
206 tulang dalam tubuh membentuk sistem rangka. Tulang-tulang ini didukung oleh
sumsum tulang, yang dihasilkan oleh bentuk energi paling murni di dalam tubuh.
Sistem rangka adalah suatu sistem organ yang memberikan dukungan fisik pada
makhluk hidup (Irawan, 2013).

2.3. Otot
Otot merupakan organ yang melalui kerja kontraksi menghasilkan gerakan pada
tubuh. Otot merupakan kelompok jaringan terbesar dalam tubuh, dan membentuk
sekitar setengah berat tubuh. Ditinjau dari aspek fisiologik, otot merupakan jaringan
kenyal di tubuh manusia dan hewan yang berfungsi sebagai motor untuk menggerak-
kan setiap bagian tubuh. Kekuatan otot akan berkurang secara bertahap seiring
bertambahnya umur. Penurunan kekuatan otot tidak hanya mengganggu
keseimbangan tubuh dan aktivitas berjalan tetapi juga berhubungan dengan
peningkatan resiko jatuh. Daya tahan otot adalah kemampuan otot untuk melakukan
suatu pekerjaan yang berulang-ulang (Janssen et al., 2000 dalam Utomo, 2010).

2.4. Sendi
Sendi adalah semua persambungan tulang, baik yang memungkinkan tulang-
tulang tersebut dapat bergerak maupun tidak dapat bergerak satu dengan yang lain.
Secara anatomi, sendi dibagi atas tiga jenis menurut gerakan yang dapat terjadi, yaitu:
sinartrosis, amfiartosis, dan diartrosis. Ekstremitas bawah terdapat tiga sendi utama
dengan komponen penyusun serta jenis persendian yang berbeda yaitu: sendi pinggul,
sendi lutut, dan sendi pergelangan kaki. Sendi pinggul mempunyai jenis persendian

Universitas Sriwijaya
enartrodial dimana bagian kepala tulang femur yang berbentuk bola bergerak dalam
asetabulum tulang pinggul yang berbentuk seperti cangkir (Pangemanan et al., 2012).

2.5. Gerak Reflek Pada Manusia


Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun adapula gerak yang terjadi
tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang,
yaitu dari reseptor ke saraf sensori dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak
kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan yang dibawa oleh saraf motor
sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor. Sedangkan Gerak refleks
berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan,
tanpa memerlukan kontrol dari otak (Wulandari, 2009).
Gerak refleks yang paling sederhana memerlukan dua tipe sel saraf, yaitu neuron
sensorik dan neuron motorik. Gerak Refleks bekerja bukanlah dibawah kesadaran dan
kemauan seseorang. Gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas
yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf
sensori ke pusat saraf, diterima oleh sel sarafpenghubung tanpa diolah didalam otak
langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot
atau kelenjar, jalan pintas ini disebut lengkung reflex (Pangemanan et al., 2012).

2.6. Otak
Otak (encephalon) adalah dari pusat sistem syaraf (central nervous system), otak
manusia adalah pusat pengaturan yang memiliki volume sekitar 1.350cc serta terdiri
atas 100 juta sel syaraf (neuron). Otak mengatur serta mengkoordinir nyaris
sebagian besar gerakan, perilaku, dan fungsi tubuh seperti halnya detak jantung,
tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh, serta suhu tubuh. Apabila kita
menggerakan bagian dari tubuh, maka otak mengirimkan perintah melalui saraf
peggerak (motorik) dan diperintahkan otak untuk bergerak Pengiriman isyarat-isyarat
itu berlangsung dengan cepat dan seketika (Putra dan Dewi, 2015).

Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 26 November 2019 pukul
08.00 sampai 10.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya
Indralaya.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah bola, senter, stopwatch, tongkat
pemukul. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah air putih, merica bubuk dan
praktikan.

3.3. Cara Kerja


a) Refleks cahaya
Mata dipejamkan lima menit, lalu mata dibuka, disenter, kemudian diamati
perubahan yang terjadi pada pupi.
b) Refleks silio spinal
Dicubit bagian tengkuk secara tiba-tiba kemudian diamati perubahan yang terjadi
pada pupil, reaksi pada bahu, dan lain-lain.
c) Refleks akomodasi
Difokuskan mata pada suatu benda, lalu digerakkan benda mendekati kemudian
menjauhi mata. Diamati perubahan yang terjadi pada pupil.
d) Refleks menelan
Ditelan air ludah sebanyak tiga kali turut menurut, lalu dibandingkan jika
menelas dengan air. Ditentukan mana yang lebih mudah.
e) Refleks telapak tangan

Universitas Sriwijaya
Dijatuhkan benda dengan jarak kira-kira 30 cm diatas telapak tangan lalu dilihat
reaksi telapak tangan. Dilihat apakah tangan dapat menggenggam atau tidak.
f) Refleks achilles
Kaki ditengkukkan lalu dipukul dengan tongkat kayu. Diamati respon pada kaki.
g) Refleks telapak kaki
Telapak kaki digelititik kemudian diliat gerakan yang terjadi pada kaki juga pada
jari-jari kaki.
h) Refleks bersin
Merica bubuk yang telah disiapkan didekatkan pada hidung praktikan lalu dibaui.
Dilihat reaksi mata, pengangkatan bahu dan lainnya.
i) Refleks
Praktikan duduk dengan kaki ditengkuk, lalu dipukul pada ligamen lutut, dilihat
reaksi pada ligamen praktikan.

Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil sebagai
berikut:
No Percobaan Nama Keterangan
1. Refleks Cahaya Pupil Fitri Rahayu - Pupil mengecil
- Mata berkedip
2. Refleks Silio Pupil Nevia Wulandari - Bahu naik
- Pupil tidak
mengalami
perubahan
3. Refleks Akomodasi Fira Yunica Sepita - Pupil mata
mengikuti
benda ke arah
tengah
- Pupil mengecil
4. Refleks Menelan Nevia Wulandari - Menggunakan
air minum jauh
lebih mudah
dibandingkan
tanpa air
5. Refleks Telapak Tangan Fitri Rahayu - Tangan refleks
menggenggam
6. Refleks Telapak Kaki Yahya Muhaimin - Jari bergerak-
gerak
7. Refleks Bersin Fira Yunica Sepita - Tidak ada
respon
8. Refleks Yahya Muhaimin - Tidak ada
respon
9. Refleks Archilles Yahya Muhaimin - Tidak ada

Universitas Sriwijaya
respon

4.2. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan di dapatkan pembahasan bahwa gerak
adalah salah satu merespon rangsangan karena salah satu ciri makhluk hidup.
Menurut Buranda (2008), salah satu gerak refleks yang dilakukan tanpa sadar dan

Universitas Sriwijaya
merupakan respon setelah adanya rangsang. Gerak refleks akan berhubungan dengan
saraf-saraf yang ada dalam tubuh. Secara normal seseorang pasti akan mengalami
gangguan pada sistem sarafnya. Pada umumnya gerak refleks berlangsung terhadap
stimulus yang berasal dari luar tubuh, gerak refleks bukanlah gerak di bawah
kesadaran tetapi gerak yang disadari namun pelaksanaan serta respon yang
ditimbulkan tidak terpikirkan lebih dulu.
Bagian bawah lutut yang dipukul dengan palu refleks akan membuat bagian
tungkai terangkat, sehingga dapat diketahui bahwa praktikan masih mempunyai
sistem saraf yang normal. Menurut Lillah (2012), rekfeks regang yang terjadi
menimbulkan kontraksi otot ekstensor, sehingga lutut mengalami ekstensi dan
mengangkat tungkai bawah dengan cara yang khas. Refleks patella yang normal
mengindikasikan bahwa sejumlah komponen saraf dan gelendong otot, masukan
aferen, neuron motorik, keluaran eferen neuromuskulus, dan otot itu sendiri dapat
berfungsi normal. Refleks ini mengindikasikan adanya keseimbangan antara masukan
eksitorik dan inhibitorik ke neuron motoric dari pusat-pusat yang lebih tinggi di otak.
Bersin terjadi karena terjadi iritasi pada saluran hidung dan impulsnya
dihantarkan ke sumsum tulang belakang. Menurut Muluk (2009), refleks bersin mirif
dengan refleks batuk, hanya refleks bersin tejadi di saluran hidung, bukan pada
saluran nafas bagian bawah. Rangsang yang memulai refleks bersin adalah iritasi
pada saluran hidung, impuls aferennya berjalan di dalam saraf maksilaris ke medulla
oblongata dimana refleks ini digerakkan. Terjadi serangkaian reaksi yang mirip
dengan yang terjadi pada refleks batuk, di sini uvula tertekan sehingga sejumlah besar
udara mengalir dengan cepat melalui hidung dan mulut, sehingga membersihkan
saluran hidung dari benda asing.
Respon akan ditanggapi oleh neuron dengan mengubah potensial yang ada antara
permukaan luar dan dalam dari membran. Sel-sel dengan sifat ini disebut dapat
dirangsang dan dapat diganggu. Menurut Ahdatu (2014), menyatakan bahwa
rangsangan berupa stimulus akan dibawa ke otak dan menimbulkan respon yang akan
ditanggapi oleh neuron. Neuron ini segera bereaksi tehadap stimulus dan dimodifikasi
potensial listrik dapat terbatas pada tempat yang menerima stimulus atau dapat

Universitas Sriwijaya
disebarkan ke seluruh bagian neuron oleh membran. Penyebaran ini disebut potensial
aksi atau impuls saraf, mampu melintasi jarak yang jauh impuls saraf menerima
informasi ke neuron lain sehingga dapat mengkoordinasikannya untuk diteruskan ke
efektor dan menimbulkan gerakan refleks.
Refleks adalah respon otomatis terhadap stimulus tertentu yang menjalar pada
rute lengkung refleks sebagian besaar proses tubuh involunter misalnya denyut
jantung, pernapasan, dan respon otomatis misalnya sentakan akibat suatu stimulis
nyeri. Berdasarkan jumlah neuron yang terlibat gerak refleks terdiri dari dua
diantaranya gerak monosinaps dan polisinaps. Menurut Syaifuddin (2009), refleks
monosinaps adalah gerakan yang terjadi melalui satu sinaps dan dua neuron (satu
neuron aferen dan neuron eferen) yang langsung berhubungan pada saraf pusat
contohnya refleks regang dan refleks polisinaps salah satu gerakan yang terjadi
melalui beberapa sinaps yang terdapat beberapa interneuron yang menghubungkan
neuron eferen dan neuron aferen.
Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan berkesimanbungan
serta terdiri dari jaringan saraf. Sel saraf disebut neuron yang terdiri dari badan sel,
dendrit dan neurit. Menurut Mirza et al. (2015), saraf simpatik dan parasimpatik
adalah saraf otonom atau saraf yang bekerja tanpa disadari. Saraf simpatik adalah
saraf yang berpangkal pada sumsum tulang belakang di daerah dada dan pinggang.
Saraf simpatik merupakan bagian dari sistem saraf otonom cenderung bertindak
berlawanan terhadap saraf parasimpatik dan berfungsi untuk memacu dan
mempercepat kerja organ tubuh. Saraf parasimpatik adalah saraf yang berpangkal
pada sumsum lanjutan dan dari sakrum yang merupakan saraf pre-ganglion dan post-
ganglion. Fungsi saraf parasimpatik umumnya memperlambat kerja organ-organ
tubuh.

BAB 5
KESIMPULAN

Universitas Sriwijaya
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Gerak refleks cahaya pupil menunjukkan respon pupil mengecil dan mata
berkedip ketika terkena cahaya senter.
2. Refleks menelan menggunakan air minum jauh lebih mudah dibandingkan tanpa
menggunakan air minum.
3. Tungkai yang terangkat saat dipukul pada bagian bawah lutut mengindikasikan
bahwa sistem sarafnya masih normal.
4. Refleks telapak kaki ketika di gelitik pada kaki praktikan menunjukkan respon
berupa jari-jari kaki bergerak-gerak.
5. Refleks telapak tangan ketika dijatuhkakan bola kasti menunjukkan respon tangan
praktikan menggenggam bola kasti tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sriwijaya
Ahdatu, 2014. Refleksi Tubuh Hewan “Aktivitas Refleks Tubuh Katak”. Laporan
Praktikum Fisiologi Hewan. Universitas Jember.

Buranda, T. 2008. Anatomi Umum. Fakultas Kedokteran Universitas Hasannudin


Makassar. Makassar.
Campbell, Neil A,Reece, J.B, dan Michell, L.G. 2002.   Biologi. Edisi Kedelapan Jilid
III. Jakarta: Erlangga.

Irawan, A.B. 2013. Pembelajaran Biologi Mengenai Sistem Rangka Manusia.


Seminar Riset Unggulan Nasional Informatika dan Komputer FTI UNSA. 2(1):
7-14.

Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius.

Lillah, P. N. 2012. Gambaran Bangun Electrical Stimulator Berbasis Mikrokontroler


sebagai Pengganti Palu Refleks (Hammer Reflex). Skripsi. Universitas
Sumatera Utara.
Mirza, H.P.S., Mariana Hardianti dan Fadhila Ika. 2015. Perbedaan Perubahan
Tekanan Darah dan Denyut Jantung Pada Berbagai Intensitas Latihan Atlet
Balap Sepeda. Jurnal Keolahragaan. 3(2) : 218-227.

Muluk, A. 2009. Pertahanan Saluran Nafas. Majalah Kedokteran Nusantara. 42(1):


55-58.
Pangemanan, D.H.C., Joice, N.A.E., Sianta, S. 2012. Gambaran Kekuatan Otot dan
Fleksibilitas Sendi Ekstremitas Atas dan Ekstremitas Bawah pada Siswa/i
SMK 3 Manado. Jurnal Biomedik. 4(3): 109-118.

Putra, J.A., dan Dewi, M. 2015. Aplikasi Pembelajaran Anatomi Tubuh Manusia
pada Siswa Sekolah Menengah Atas Berbasis Multimedia. Jurnal Tekhnik. 5(1):
71-77.

Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3.


Jakarta: Salemba Medika.
Utomo, N. 2010. Hubungan antara Kekuatan Otot dan Daya Tahan Otot Anggota
Gerak Bawah dengan Kemampuan Fungsional Lanjut Usia. Tesis. Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Wulandari, I. P. 2009. Pembuatan Alat Pengukur Kecepatan Respon Manusia Dengan


Menggunakan Mikrokontroler Jenis AT89S8252. Jurnal Neutrino. 1(2): 208-
219.
Wulangi. S. K. 2008. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Bandung: DepDikBud.

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN

Universitas Sriwijaya
Refleks Refleks silio spinal

Refleks telapak tangan Refleks telapak kaki

Refleks cahaya Refleks bersin

Universitas Sriwijaya
Refleks akomodasi Refleks menelan

Refleks achilles

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai