Anda di halaman 1dari 98

LST/ BIO 122

Buku Petunjuk Praktikum Edisi Revisi

Oleh :
Tutiek Rahayu
Kartika Ratna Pertiwi

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2022

0
KATA PENGANTAR

Atas berkat rahmat Allah SWT, kami telah behasil menyelesaikan revisi buku
petunjuk praktikum Biologi Manusia dan Gizi. Penyusunan buku ini bertujuan untuk
membantu mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Yogyakarta yang terdiri dari program studi Pendidikan Biologi dan
Biologi non kependidikan dalam melaksanakan praktikum, khususnya sebagai revisi
terhadap buku petunjuk praktikum yang telah ada sebelumnya.
Menyesuaikan dengan perubahan kurikulum pada program studi Pendidikan Biologi
dengan ditetapkannya Kurikulum 2009, buku ini didesain untuk mencakup materi
praktikum mengenai dasar-dasar anatomi dan fisiologi manusia, terutama dengan
penambahan praktikum sistem kardiovaskular dan indera. Buku ini juga masih memuat
berbagai cara pengamatan struktur anatomi tubuh manusia, pemeriksanaan tubuh manusia
secara antropologi dan pengukuran status gizi dan asupan gizi seseorang sebagai praktikum
mandiri untuk pengayaan cakupan materi gizi.
Penulis sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan buku
ini, maka saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk
menyempurnakan buku ini untuk waktu yang akan datang.
Akhirnya sebagai harapan penulis semoga keberadaan buku ini dapat bermanfaat
khususnya bagi Mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri
Yogyakarta.

Edisi Kedua
Yogyakarta, 11 April 2022
Penyusun,

Tutiek Rahayu

Kartika Ratna Pertiwi

1
PERATURAN PRAKTIKUM LABORATORIUM FISIOLOGI

1. Mahasiswa praktikan diharapkan memakai sepatu full footwear (menutupi kaki


penuh sampai mata kaki), sandal, sepatu sandal dan atau sepatu penutup jari kaki
saja tidak diperkenankan demi keamanan mahasiswa praktikan sendiri selama
praktikum.
2. Sebelum memasuki ruang praktikum, mahasiswa praktikan harus sudah memakai
jas praktikum dan membawa buku petunjuk praktikum. Tas harap diletakkan di rak
yang telah disediakan
3. Dilarang makan dan minum serta MEMOTRET di dalam laboratorium
4. Selalu berhati-hati dengan bahan praktikum seperti darah, urine, ludah, dll yang
berpotensi infeksius dengan menggunakan sarung tangan
5. Meletakkan bahan praktikum di rak yang telah disediakan hati-hati untuk mencegah
tumpah atau pecah
6. Data hasil praktikum ditulis di buku petunjuk praktikum pada lembar laporan
sementara dan difotokopi untuk dilampirkan pada laporan resmi yang wajib
dikumpulkan seminggu setelah praktikum
7. Dilarang bermain dengan bahan dan alat praktikum yang tidak sesuai dengan tujuan
praktikum
8. Membuang alat dan bahan sekali pakai yang telah digunakan ke dalam kotak atau
tempat yang aman sebelum dibakar atau ditanam
9. Membersihkan (MENCUCI) peralatan yang telah digunakan dan mengembalikan
pada tempatnya sesuai keadaan sebelum praktikum saat praktikum selesai
10. Mencuci tangan sebelum dan setelah meninggalkan laboratorium

2
I. TES KETAJAMAN PENGLIHATAN (VISUS)

Tujuan : Menguji ketajaman penglihatan


Prinsip : Mata mempunyai bagian yang berfungsi sebagai alat optik dan bagian yang
berfungsi sebagai alat indera. Bagian yang berfungsi sebagai alat optik yang
terdiri dari kornea, kamera okuli anterior yang berisi humor akuos, lensa mata dan
korpus vitreum. Adanya bagian yang berfungsi sebagai sebagai alat optik, maka
berkas sinar yang masuk ke dalam mata, pada keadaan normal, akan di biaskan
sedemikian rupa sehingga membentuk bayangan benda yang dilihat tepat pada
retina. Dengan demikian diperoleh kesan penglihatan yang jelas. Namun pada
beberapa keadaan bayangan yang dibentuk oleh berkas sinar, sesudah mengalami
pembiasan oleh bagian mata yang berfungsi sebagai alat optik, tidak tepat jatuh di
retina. Ada yang jatuh di depan retina, tetapi ada yang jatuh di belakang retina.
Bahkan ada kalanya, akibat kelainan pembiasan pada bagian mata yang berfungsi
sebagai alat optik, bayangan suatu titik tidak berupa satu titik. Pada keadaan-
keadaan tersebut mata memerlukan pertolongan lensa untuk menempatkan
kembali bayangan secara utuh tepat pada retina.
Alat-alat : 1. Optotip snellen
2. Alat penunjuk/ penggaris
Metode : Observasi

Prosedur:
Dalam percobaan ini di perlukan satu nara coba yang diambil dari anggota
rombongan, catat data nara coba pada lembar kerja.
1. Nara coba duduk di kursi yang berjarak 6 meter dari optotip snallen, ditanya tentang
ketajaman penglihatannya (sebelum diperiksa) dan catat jawabannya di lembar kerja.
2. Mata kiri nara coba di tutup, kemudian dengan panduan penunjuk yang dipegang oleh
penguji, nara coba membaca huruf-huruf pada optotip snallen. Pembacaan huruf dimulai
dari deretan yang terbesar sampai ke deretan huruf yang masih dapat dibaca tanpa
kesalahan.

3
Besarnya visus nara coba ditentukan dengan rumus:
d
V = --------------- dengan
D
V = visus = ketajaman penglihatan
d = jarak naracoba ke optotip snellen (6 m)
D = jarak deretan huruf yang masih dapat dibaca tanpa
kesalahan

Catat hasil perolehan hasil visus mata kanan di lembar kerja.


3. Ulangi percobaan tersebut untuk mata kiri ( mata kanan ditutup) dan catat pula hasilnya
pada lembar kerja
Analisis data : ambil kesimpulan hasil pengamatan dari pengukuran kedua mata
Diskusi :
1. Apakah hal-hal yang mempengaruhi visus seseorang ?
2. Apakah hubungan vitamin A dengan visus seseorang ? Jelaskan !

4
Format Data Laporan

1. Data nara coba


Nama : …………………….
Umur : ……………… tahun.
Jenis kelamin : …………………….
Tinggi badan : ………………. Cm
Berat badan : ………………. Kg
Pekerjaan /Hobi : …………………….
2. Ketajaman penglihatan (visus) mata kanan dan mata kiri
a. Pengakuan nara coba tentang ketajaman penglihatannya sebelum diperiksa.
Mata kanan: normal / tidak
Jika tidak, kelainan refraksinya ialah ……………………….
Mata kiri : normal / tidak
Jika tidak, kelainan refraksinya ialah ……………………….
b. Setelah pemeriksaan, hasilnya
visus mata kanan = …………………….
visus mata kiri = …………………….
Kesimpulan : …………………..

Tugas :
1. Gambar jalan sinar pada mata normal, myop dan presbyop.
2. Gambar anatomi mata.

5
II. TES BUTA WARNA

Tujuan : Mengetahui apakah seseorang mengalami buta warna


Prinsip : Buta warna adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menggambarkan adanya
kelainan persepsi penglihatan warna. Kelainan ini diakibatkan oleh tidak adanya
sekelompok sel kerucut penerima warna pada retina. Orang yang mengalami
kelainan ini tidak atau kurang mampu membedakan dua warna yang berbeda.
Buta warna ini dapat ditemukan di antaranya dengan uji Ischihara. Pada uji
Ischihara dipergunakan serangkai gambar berwarna. Gambar-gambar berwarna
itu dirancang sedemikian rupa sehingga secara cepat dan tepat dapat memberikan
penilaian terhadap kelainan persepsi warna.
Alat dan Bahan : 1. Benang berwarna-warni
: 2. Kartu Ischihara
Metode : Observasi

Prosedur :
A. 1. Sebar beberapa macam warna benang
2. Probandus mengumpulkan semua gelendong benang menurut warnanya.
B. 1. Dua anggota kelompok menjadi nara coba dan pembanding (orang dengan persepsi
warna normal)
2. Alat yang digunakan ialah Ishara’s test for colour-blindness, concise edition 1993.
Alat ini terdiri dari 14 gambar warna.
3. Letakkan alat uji pada jarak 75 cm dari nara coba/ orang pembanding pada
penyinaran matahari secara tidak langsung yang cukup. Alat harus diangkat sehingga
membentuk sudut tegak lurus dengan garis penglihatan.
4. Kemudian berturut-turut penguji menunjukan gambar no.1 sampai dengan no 14.
Setiap kali melihat satu gambar, dalam waktu tidak lebih dari 3 detik, nara coba/
orang pembanding menyebutkan gambar yang dilihatnya itu.
5. Daftar jawaban untuk setiap gambar pada Kartu Ischihara.

6
JAWABAN UNTUK MASING-MASING GAMBAR
Gamba Jawaban
r
No Orang normal orang dengan defisiensi orang dengan
merah-hijau buta warna total
dan parsial
1. 12 12 12
2. 8 3 X
3. 5 2 X
4. 29 70 X
5. 74 21 X
6. 7 X X
7. 45 X X
8. 2 X X
9. X 2 X
10. 16 X X
11. dapat
merunut X X
Protan Deutan
kuat sedang kuat sedang
12. 35 5 (3) 5 3 3 (5) X
13. 96 6 (9) 6 9 9 (6) X
14 dapat ungu ungu merah merah X
merunut (merah) (ungu)
dua lintasan

Keterangan:
- Tanda X gambar tidak dapat dibaca.
- Nomor dalam kurung menunjukan bahwa gambar dapat dibaca atau dirunut tetapi tidak
dapat di bandingkan dengan jelas.

7
Analisa Data: Ambil kesimpulan dari kedua uji buta warna.
Diskusi : 1. Apakah yang menyebabkan buta warna?
2. Gangguan apa yang terjadi bila seseorang mengalami buta warna?

Format Data Laporan


Nama orang coba : ……………………………………………
No. Mahasiswa : ……………………………………………
Jenis kelamin : ……………………………………………
Umur orang coba : …………………………………………….
Fakultas : ……………………………………………..
Periksa buta warna sebelumnya: pernah / belum *.
Jika pernah, kapan : ……………………………………………..
Warna Benang Hasil
NO.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

* : pilih salah satu dengan mencoret yang tak terpakai.

8
A. Hasil pengamatan
No. Gambar Terlihat oleh naracoba Terlihat oleh pembanding
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.

Kesimpulan : ………………………………………..
Tugas : Sebutkan macam-macam buta warna dan Jelaskan!

9
BINTIK BUTA
A. Tujuan
Menentukan jarak bintik buta dari mata
B. Alat dan Bahan
1. Penentu bintik buta
2. Penutup mata
3. Penggaris/alat ukur
C. Cara kerja
1. Peganglah alat penentu bintik buta (titik hitam sebelah kanan tanda +) pada
jarak 20 cm di depan wajah sejajar dengan mata kanan anda
2. Tutuplah mata kiri anda
3. Fokuskan mata anda pada tanda positif (+), dengan perlahan gerakan
penentu bintik buta tersebut mendekati wajah anda.
4. Pada jarak tertentu bintik hitam akan menghilang dari pandangan anda.
Tepat pada saat hilangnya titik hitam dari pandangan anda, ukurlah jarak
antara alat penentu bintik buta tersebut dengan mata anda (dalam cm)
5. Bandingkan dengan jarak yang diperoleh oleh praktikan lain dalam satu
kelompok.
D. Pertanyaan
1. Buatlah tabulasi data kelompok anda, dan bandingkan anta teman dalam satu
kelompok?
2. Apa yang dimaksud dengan bintik buta dan bintik kuning?
3. Apa yang dimaksud dengan miop dan presbiop?

10
PANDANG DEKAT

A. Tujuan
Menentukan titik pandang dekat
B. Alat dan bahan
1. Penutup mata
2. Jarum
3. Alat ukur
C. Cara kerja
1. Jarak dari mata ke objek yang terdekat yang dapat difokuskan dengan jelas
disebut titik pandang dekat.
2. Tutuplah satu mata dengan tangan dan fokuskan mata yang lain pada jarum
lurus yang dipegang tangan anda jauh-jauh
3. Doronglah perlahan-lahan mendekati mata anda, hingga benda tampak kabur
4. Segeralah pasangan anda mengukur jarak dari mata ke jarum yang kabur.
Hal ini adalah titik pandang dekat anda.
5. Ulangi proses tadi dengan mata yang lain dan bandingkan keduanya.
D. Pertanyaan
1. Ukur titik dekat anda dan buatlah tabulasi data titik dekat probandus di
kelompok anda, bandingkan !
2. Kacamata berlensa apakah orang yang menderita rabun dekat?

11
III. SISTEM SKELETON

Tujuan : Mahasiswa dapat melakukan pengamatan dan menerangkan struktur anatomi


sistim skeleton.
Prinsip : Sistim skeleton manusia terdiri dari 2 kelompok tulang yaitu ;
1. skeleton axiale terdiri atas tulang-tulang kepala, leher dan badan dan
2. skeleton appendicculare terdiri atas anggota badan atas dan bawah.
Skeleton axiale disusun oleh:
(1) Cranium, terdiri atas ossa cranii (mengelilingi otak) dan ossa facialis
(muka).
(2) Columna vertebralis (tulang belakang).
(3) Dua belas pasang costa (tulang iga)
(4) Sternum (tulang dada)
(5) Os hyoideum, tulang kecil di leher.
Sedang skeleton appdiculare, untuk tiap anggota badan (extremitas) terdiri atas:
(1) Cingulum, menghubungkan extermitas dengan skeleton axiale
(2) Tulang-tulang axtremitas
Kegunaan tulang ialah:
1. Menentukan bentuk dasar tubuh.
2. Mentransmisikan berat badan.
3. Membentuk sistem pengungkit persendian sehingga
memungkinkan untuk bergerak.
4. Melindungi struktur-struktur vital dari kerusakan, misalnya
cranium melindungi otak.
5. Tempat menghasilkan sel-sel darah, yaitu di medulla osseum
(sumsum tulang), yang terdapat di bagian dalam tulang.
Alat dan Bahan : 1. Kerangka manusia.
2. Atlas anatomi manusia.
Metode : Metode yang digunakan adalah metode observasi.

Prosedur :

12
1. Siapkan kerangka manusia dengan membuka selubungnya.
2. Amati bagian tubuh yang terdiri dari :
- Cranium terdiri dari neurocranium dan splanchnocranium.
- Columna vertebralis
- Costa dan sternum.
- Extremitas Superior termasuk membrum (gelang bahu)
- Extremitas Inferior termasuk cingulum pelvis (gelang panggul)
3. Rinci bagian-bagian tulang yang menyusun bagian yang disebut di atas dan hitung
jumlahnya serta deskripsikan bentuk dan fungsinya secara singkat.
Analisis Data : ambil kesimpulan dari tabel data.

Diskusi :
1. Jumlah tulang normal pada manusia adalah 206 buah. Mungkinkah terjadi jumlah yang
berlebih atau berkurang? Terangkan sebabnya kalau mungkin atau tidak mungkin!
2. Bedakan antara Neuroncranium dan Splachnocranium!
3. Apakah gunanya ciri-ciri tulang di pelajari?

13
Format Tabulasi Data Laporan
Bagian tubuh Nama tulang Jumlah Deskripsi
Cranium
dst

Kesimpulan: …………………………………..
Tugas : Gambarkan rangka manusia secara utuh dan sebutkan bagian-bagiannya!
Catatan : Gunakan Atlas Anatomi Manusia untuk membantu kelancaran praktikum.

14
IV. REFLEKS

Tujuan : Memahami pengertian refleks.


Prinsip : Gerak refleks (refleks) alah gerakan yang tidak disadari, yang timbul akibat
adanya rangsang. Gerakan refleks ini ada yang monosinaptik dan ada yang
polisinaptik. Lintasan impulsnya selain melalui susunan saraf tepi, juga
mencakup susunan saraf pusat.
Alat dan Bahan : 1. Martil refleks
2. Kapas
Metode : Metode reaksi refleks.
Prosedur :
Salah satu rombongan ditunjuk sebagai naracoba. Catatlah data naracoba pada
lembar kerja.
1. Reflek lutut
a. Naracoba duduk bertumpang kaki (kaki kanan di atas) dan mengalihkan perhatiannya
ke sekelilingnya.
b. Penguji memukul ligamentum patellae kaki kanan naracoba (kaki yang tertumpang di
atas) dengan martil refleks.
c. Amati gerak reflek yang terjadi. Catatlah hasilnya pada lembar kerja.
2. Reflek tumit
a. Naracoba berdiri dengan kaki kiri di bengkokkan dan di letakkan pada kursi. Naracoba
mengalihkan perhatiannya ke sekeliling.
b. Penguji memukul tendo Achilles kaki kiri naracoba (yang dibengkokkan) dengan
martil refleks.
c. Amati dan catat gerak reflek yang terjadi.
3. Refleks biseps
a. Lengan kanan naracoba diluruskan secara pasif dan diletakkan di atas meja. Naracoba
mengalihkan perhatiannya ke sekelilingnya.
b. Penguji memukul tendo m. biseps brakii lengan tersebut dengan martil refleks.
c. Amati dan catat gerak reflek yang terjadi.
4. Refleks triseps

15
a. Lengan kiri naracoba dibengkokkan secara pasif dan diletakkan di atas meja.
Naracoba mengalihkan perhatiannya ke sekelilingnya.
b. Penguji memukul tendo m. triseps brakii lengan tersebut dengan martil refleks.
c. Amati dan catat gerak reflek yang terjadi.
5. Refleks mengejap
a. Naracoba membuka kedua matanya dan mengarahkan pandangannya ke titik yang
jauh.
b. Penguji menyentuh permukaan kornea mata kanan naracoba dengan ujung kapas
yang telah dibasahi dengan aquades.
c. Amati dan catat gerak reflek yang terjadi.
Analisa Data : ambil kesimpulan dari hasil kerja refleks dan amati perjalanan refleks.
Diskusi : 1. Apakah yang dimaksud refleks polisinaptik dan apa saja yang termasuk di
dalamnya?
2. Apakah yang dimaksud refleks monosinaptik dan apa saja yang termasuk di
dalamnya?

16
Format Tabulasi Data Laporan
1. Data nara coba
Nama : …………………….
Umur : ……………… tahun.
Jenis kelamin : …………………….
Tinggi badan : ………………. Cm
Berat badan : ………………. Kg
2. Hasil percobaan.
Macam Refleks Kanan Kiri Ada Tidak ada
1. Refleks lutut kanan ………….. ……………
2. Refleks tumit kiri ………….. …………..
3. Refleks triseps kiri ………….. …………..
4. Refleks biseps kanan ………….. …………..
5. Refleks mengejap
mata kanan ………….. …………..

Kesimpulan : ………………………………………
Tugas : Gambar jalan suatu refleks secara anatomis!

17
V. TES KETAJAMAN PENDENGARAN

Tujuan : Memahami persepsi bunyi dan ketajaman pendengaran.


Prinsip : Telinga berfungsi untuk merubah gelombang suara menjadi impuls, yang
kemudian akan di jalarkan ke pusat pendengaran di otak. Walaupun mekanisme
mendengar tidak dapat mencakup seluruh gelombang bunyi, namun keterbatasan
ini tidak merupakan hambatan bagi seseorang untuk dapat menanggapi berbagai
macam bunyi yang berasal dari lingkungannya.
Alat dan Bahan : 1. Garpu tala 112 - 870 Hz.
2. Arloji / jam tangan (yang bersuara).
3. Mistar
4. Kapas, dan
5. Stop watch.
Metode : Observasi

Prosedur :
A. Pemeriksaan ketajaman pendengaran dengan jam / arloji
Salah satu anggota kelompok, di minta untuk menjadi naracoba. Anggota yang lain
menjadi penguji dan pencatat hasil.
1. Telinga kanan naracoba ditutup dengan kapas dan kedua matanya ditutup /
dipejamkan.
2. Penguji memasang arloji / jam tangan di dekat telinga kiri naracoba. Perlahan-lahan
arloji / jam tangan di jauhkan sampai nara coba tidak mendengar lagi suara arloji /jam
tangan. Ukur dan catatlah jarak antara arloji/ jam tangan dengan telinga kiri naracoba.
Kemudian perlahan-lahan arloji / jam tangan di dekatkan lagi sampai naracoba
mendengar lagi suaranya. Ukur dan catatlah jarak antara arloji / jam tangan dengan
telinga kiri naracoba. Ulangi percobaan ini sampai lima kali.
3. Lakukan percobaan yang sama, juga pada naracoba itu, tetapi sekarang untuk telinga
sebelah kanan (telinga kiri di sumbat/ ditutup dengan kapas). Catatlah hasil yang
diperoleh pada lembar kerja.
4. Bandingkan hasil percobaan untuk telinga kanan dan telinga kiri.

18
B. Pemerikasaan ketajaman pendengaran dengan garpu tala.
1. Menurut Rinne
a. Getarkanlah garpu tala dan letakkan kemudian di puncak kepala naracoba. Mula-
mula naracoba akan mendengar suara garpu tala tersebut keras. Makin lama suara
garpu tala itu makin lemah dan akhirnya tidak terdengar lagi. Catat waktu anatara
naracoba mendengar sampai tidak mendengar suara garpu tala.
b. Pada saat naracoba tidak mendengar suara garpu tala yang di letakkan di puncak
kepalanya, penguji dengan segera memindahakan garpu tala itu ke dekat atau di
depan lubang telinga kanan. Dengan pemindahan letak itu, maka naracoba akan
mendengar suara garpu tala lagi. Catat waktu antara naracoba mendengar sampai
tidak mendengar bunyi garpu tala di dekat atau di depan lubang telinga kanan.
c. Ulangi percobaan itu sebanyak lima kali. Catat hasilnya di lembar kerja.
d. Lakukan percobaan itu untuk telinga kiri dan juga ulangi percobaannya sebanyak
lima kali. Catatlah hasilnya di lembar kerja. Catat juga frekuensi garpu tala yang di
pakai.
e. Bandingkan hasil yang diperoleh untuk telinga kanan dan telinga kiri.
2. Menurut Weber.
a. Penguji meletakkan pangkal garpu tala yang sudah di getarkan di puncak kepala
naracoba.
b. Naracoba menutup salah satu lubang telinga luarnya.
Penguji menanyakan kepada naracoba pada telinga mana suara garpu tala terdengar
lebih keras, Jika ternyata pada telinga yang ditutup suara garpu tala terdengar lebih
keras dari pada telinga yang terbuka, maka dikatakan ada lateralisasi.
c. Lakukan percobaan tersebut untuk kedua telinga.
d. Bandingkan hasil yang diperoleh untuk kedua telinga.
Analisis Data : ambil kesimpulan dari hasil pengamatan apakah seseorang tersebut tuli atau
tidak.

3. Menurut Schwabach
a. Getarkanlah garpu tala dan letakkan kemudian di puncak kepala naracoba. Mula-
mula naracoba akan mendengar suara garpu tala tersebut keras. Makin lama suara

19
garpu tala itu makin lemah dan akhirnya tidak terdengar lagi. Catat waktu anatara
naracoba mendengar sampai tidak mendengar suara garpu tala.
b. Pada saat naracoba tidak mendengar suara garpu tala yang di letakkan di puncak
kepalanya, penguji dengan segera memindahkan garpu tala itu ke dekat atau di depan
lubang telinga kanan penguji. Dengan pemindahan letak itu, catat apakah penguji
masih mendengar suara garpu tala lagi. Catat waktu antara penguji mendengar
sampai tidak mendengar bunyi garpu tala di dekat atau di depan lubang telinga
kanan.
c. Ulangi percobaan itu sebanyak lima kali. Catat hasilnya di lembar kerja.
d. Lakukan percobaan itu untuk telinga kiri dan juga ulangi percobaannya sebanyak
lima kali. Catatlah hasilnya di lembar kerja. Catat juga frekuensi garpu tala yang di
pakai.
e. Bandingkan hasil yang diperoleh untuk telinga kanan dan telinga kiri.

Diskusi: 1. Apakah artinya hasil tes Rinne?


- positif
- negatif
2. Apakah artinya tes weber terjadi?
- lateralisasi kanan
- lateralisasi kiri
3. Apa guna tes Schwabach

20
Format Tabulasi Data Laporan
1. Data naracoba.
Nama : …………………………………
Umur (tahun) : …………………………………
Jenis kelamin : …………………………………
Tinggi badan (cm) : …………………………………
Berat badan (kg) : …………………………………

2. Pemerikasaan ketajaman pendengaran dengan :


a. Jam / Arloji

Pada jarak (cm)


Letak jam Suara jam mulai
Telinga kanan Telinga kiri

Di jauhkan tidak terdengar 1. …………… 1. ……………..

2. …………… 2. . …………….

3. ……………. 3. . …………….

4. ……………. 4. . …………….

5. ……………. 5. . ……………

Di dekatkan terdengar 1. …………… 1. ……………

2. …………… 2. ……………

3. ……………. 3. …………….

4. ……………. 4. …………….

5. ……………. 5. …………….

Kesimpulan : ……………………

21
b. Garpu tala
1. Menurut Rinne

Waktu hantar (detik)


Letak garpu tala Telinga kanan Telinga kiri

Di puncak kepala 1. …………… 1. ……………..

2. …………… 2. . ……………

3. …………… 3. . ……………

4. …………. 4. .……………

5. ……………. 5. . …………

Di depan telinga 1. …………… 1. ……………

2. …………… 2. ……………

3. …………… 3. …………….

4. …………… 4. …………….

5. ……………. 5. …………….

Frekuensi garpu tala : …………….. Hz


Kesimpulan : …………………………

2. Menurut Weber

Penutupan telinga Lateralisasi

Kanan 1. ……………

2. ……………

3. ……………

22
4. ……………

5. …………….

Kiri 1. ……………

2. ……………

3. ……………

4. ……………

5. …………….

Frekuensi garpu tala yang dipakai : ………… Hz


Kesimpulan : …………..
Tugas : 1. Gambarkan anatomi telinga!
2. Jelaskan jalannya impuls suara sampai terdengar oleh kita!

23
3. Menurut Schwabach

Waktu hantar (detik)

Letak garpu tala Telinga kanan Telinga kiri

Di puncak kepala Probandus 1. 1.

2. 2.

3. 3.

4. 4.

5. 5.

Di depan telinga Penguji 1. 1.

2. 2.

3. 3.

4. 4.

5. 5.

Frekuensi garpu tala : …………….. Hz


Kesimpulan : …………………………

24
VI. WAKTU REAKSI

Tujuan : Agar mahasiswa mampu melakukan pengukuran waktu reaksi dan memahami
penggunaan waktu reaksi dalam kehidupan sehari-hari.
Prinsip : Waktu reaksi makin lama makin di kenalmanfaatnya setelah diketahui cara
pengukurannya. Waktu reaksi dapat dipakai seabagai asupan dalam menentukan
seleksi olah ragawan, dapat dipakai untuk membantu diagnosis suatu penyakit
yang menyangkut saraf, misalnya penyakit-penyakit akibat kelelahan kerja,
ketagihan obat dan lain sebagainya.
Pada keadaan fisiologis waktu reaksi berbeda-beda sesuai dengan umur
seseorang. Pada anak-anak waktu reaksi lebih cepat dari pada orang dewasa. Hal
tersebut dikarenakan panjang saraf pada anak lebih pendek sedang kecepatan
konduksinya hampir sama (Magladery, 1959, cit. Elliot, 1970).
Waktu reaksi menjadi panjang (lamban) misalnya pada kelelahan,
ketegangan mental, kedudukan dan dalam keadaan bimbang (menimbang-nimbang
untuk menentukan pikiran). Sebaliknya waktu reaksi menjadi pendek (cepat)
misalnya karena kenaikan intensitas rangsangan dan latihan.
Ada dua macam waktu reaksi dapat akan diukur, yaitu;
1. Waktu reaksi sederhana; dan
2. Waktu reaksi pilihan.

Waktu reaksi sederhana hanya menunjukkan waktu antara saat orang mulai
menerima rangsangan, misalnya mendengar bunyi atau melihat suatu benda,
sampai orang tersebut bereaksi terhadap rangsangan tersebut.
Sedang yang dimaksud dengan waktu reaksi pilihan dari mulai mendapat
rangsangan yang telah ditentukan sebelumnya dan reaksi terhadap rangsangan
tersebut, namun percobaan ini tidak akan dilakukan.

25
Alat dan Bahan : 1. Stop watch 2 buah
2. Garpu suara, 1 buah dan
3. Senter / Lampu Baterei
Metode : Observasi
Prosedur : 1. Rangsang sentuhan
Mula-mula nara coba disuruh memgang stop watch tekan pada tangan kiri
yang dijulurkan lurus di atas meja. Mata naracoba di tutup. Peneliti juga
memegang sop watch yang sama.
Selanjutnya peneliti menekan stop watch bersamaan dengan menyentuh
tangan kiri naracoba. Naracoba diminta menekan stop watch jika mendapat
sentuhan. Lakukan hal tersebut. Perbedaan antara waktu penekanan stop watch
oleh peneliti dan naracoba merupakan waktu reaksi sederhana.
Untuk mengukur waktu reaksi tersebut pada stop watch, maka peneliti dan
probandus menghentikan stop watch tersebut secara serempak / bersamaan
waktunya. Sehingga perbedaan waktu dapat di baca.
2. Rangsang suara
Dengan cara seperti percobaan 1, tetapi pada percobaan ini yang akan
diberikan adalah rangsang suara. Naracoba disuruh menekan stop watch bila
mendengar garpu suara (stop watch), bukan sentuhan.
3. Rangsangan cahaya
Pada percobaan ini rangsangan yang di berikan ialah cahaya lampu baterai.
Cara percobaannya seperti pada percobaan 1.
Analisa Data : ambil kesimpulan dari ketiga hasil observasi
Diskusi : 1. Apakah ketiga stimulasi menghasilkan waktu reaksi yang sama.? Mengapa ?
2. Apa saja yang mempengaruhi waktu reaksi ?

26
Format Tabulasi Data Laporan.
1. Identitas probandus.
Nama probandus :…………………………………………………….
Umur :…………………………………………………….
Jenis kelamin :…………………………………………………….
Bangsa :…………………………………………………….
Tinggi badan :…………………………………………………….
Berat badan :…………………………………………………….

2. Berapakah waktu reaksi yang anda ukur pada rangsang :


a. sentuhan :…………………………………………………….
b. suara :…………………………………………………….
c. cahaya :…………………………………………………….

Kesimpulan : …………………..
Tugas: 1. Gambarkan secara mikroskopis satu sel saraf!
2. Gambarkan satu sinapsis dengan vesikel-vesikel neurotransmiter dalam tahap-
tahap pembentukan dan pelepasannya!

27
VII. PENGUKURAN DAN PENGATURAN SUHU BADAN

Tujuan : Mengukur suhu badan di berbagai tempat di badan, membuktikan bahwa suhu
badan manusia tidak atau sedikit di pengaruhi oleh suhu lingkungan.
Prinsip : Manusia termasuk golongan mahkluk homoiterm. Gengan demikian suhu badan
kurang lebih tetap. Pengaruh suhu lingkungan tidak ada atau hanya sedikit sekali.
Tetapnya suhu badan manusia ini di sebabkan oleh adanya pusat pengaturan
panas.
Alat dan Bahan : 1. Termometer badan
2. Handuk
3. Air es
4. Air hangat (40  C).
Metode : Observasi hasil pengukuran
Prosedur : Salah satu anggota rombongan diminta menjadi naracoba.
Catatlah data naracoba pada lembar kerja.
1. Tempatkan termometer badan secara berturut-turut, untuk setiap lokasi
selama 5 menit, di bawah lidah, ketiak kanan, ketiak kiri naracoba. Sebelum
setiap kali pengukuran suhu badan dilakukan, terlebih dahulu air raksa
termometer tersebut di kumpulkan ke dalam tandon dengan cara
menggoyang-nggoyangkannya.
Pada pengukuran di kedua ketiak, sebaiknya kedua ketiak dibersihkan dari
keringat dengan handuk.
Baca dan catatlah suhu badan yang diperoleh dari pengukuran tersebut.
Bandingkan hasil pengukuran itu satu dengan yang lain. Tuliskan kesimpulan
yang diambil dari percobaan tersebut.
2. Untuk mengetahui pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu badan
pengukuran suhu badan hanya dilakukan dengan menempatkan termometer
badan di bawah lidah.
Mula-mula ditentukan suhu badan pada keadaan kontrol. Catatlah hasil
pengukuran itu pada lembar kerja.

28
Naracoba berkumur dengan air es selama 1 menit dan kemudian ukurlah suhu
badan seperti pada pengukuran di atas. Catatlah hasil pengukuran itu. Setelah
itu naracoba berkumur dengan air hangat untuk selama 5 menit dan suhu
badan diukur lagi. Catatlah hasilnya.
Analisa Data : Ambil kesimpulan dari hasil pengukuran suhu dengan berbagai perlakuan.
Diskusi : 1. Apa sajakah yang mempengaruhi suhu seseorang ?
2. Ceritakan cara seseorang mempertahankan suhu badanya secara faali sehingga
homeostasis suhu terjaga!

29
Format Tabulasi Data Laporan.
1. Data naracoba
Nama : …………………………………………….
Umur : …………..………………………… tahun
Jenis kelamin : …………………………………………….
Tinggi badan : …………………………………… (cm)
Berat badan : …………………………………… (cm)
2. Hasil pengukuran
a. Di berbagai tempat di badan
Tempat pengukuran di Suhu badan (  C )
1. bawah lidah ……………………….
2. ketiak kanan ……………………….
3. Ketiak kiri ……………………….

Kesimpulan : …………………………
b. Pengaruh suhu lingkungan
Keadaan suhu badan (  C )
Kontrol ……………………….
Setelah berkumur air es ……………………….
Setelah berkumur air hangat ……………………….

Kesimpulan : …………………………
Tugas : 1. Gambarkan hipothalamus dan hipofise, dan terangkan secara embriologi!
2. Jelaskan mekanisme hiphothalamus dalam mempertahankan suhu tubuh !

30
VIII. PERASAAN KULIT

Tujuan : Mengetahui berbagai macam reseptor yang terdapat di kulit.


Prinsip : Pada kuli terdapat berbagai macam reseptor. Reseptor-reseptor itu mempunyai
kepekaan yang berbeda terhadap berbagai macam rangsang. Perangsangan
reseptor-reseptor itu akan memberikan berbagai macam kesan / perasaan.
Alat dan bahan : 1. Spidol,
2. kawat tembaga (Cu) dengan serbuk tembaga (Cu),
3. air panas,
4. air es, dan
5. jarum bundel / pentul
Metode : Metode yang digunakan adalah observasi akibat pemberian stimulus.

Prosedur :
Salah satu anggota rombongan ditunjuk menjadi naracoba. Anggota rombongan
yang lain bertindak sebagai penguji dan pengamat. Lakukanlah pemeriksaan-pemeriksaan
di bawah ini di meja yang telah disediakan. Catatlah data naracoba pada lembar kerja.
1. Naracoba meletakkan tangan kirinya tengkurap di meja dan kedua matanya ditutup.
2. Penguji membuat gambar bujur sangkar di punggung tangan kiri naracoba tersebut. Luas
bujur sangkar 4 cm2 (2 cm x 2 cm). Bagilah petak bujur sangkar tersebut menjadi 16
bujur sangkar dengan sisi-sisi sepanjang 0,5 cm.
3. Dengan menggunakan jarum bundel/pentul penguji mencari titik-titik yang memberikan
kesan tekanan, cara mencarinya yaitu dengan menekankan jarum bundel secara ringan,
tegak lurus permukaan dan hanya sebentar pada titik berambut di punggung tangan.
Penekanan dilakukan satu kali. Naracoba mengatakan ” ya” jika merasakan rangsangan
itu sebagai tekanan. Penguji menandai titik-titik tersebut (titik tekanan).
4. Untuk mencari titik -titik yang memberi kesan panas dan dingin (titik panas dan titik
dingin), penguji harus menggunakan kawat tembaga yang telah diletakkan pada serbuk
tembaga yang telah direndam dalam air panas dan air es. Pada saat perangsangan,
penguji meletakkan kawat tembaga secara ringan, tegak lururs permukaan kulit dan
hanya sebentar. Seperti pada pencarian titik tekanan, setiap kali ada perangsangan yang

31
menimbulkan kesan panas atau dingin naracoba mengatakan”ya”. Penguji menandai
titik-titik tersebut.
5. Dengan cara yang sama penguji mencari titik-titik sakit.
Tekankan jarum bundel secara ringan, tegak lurus permukaan kulit dan hanya sebentar,
jikalau perangsangan tersebut menimbulkan kesan sakit, naracoba harus mengatakan
”ya”.
Penguji menandai titik-titik sakit tersebut.
6. Setelah pencarian selesai, salinlah hasilnya pada lembar kerja yang tersedia. Hitunglah
jumlah titik-titik tekanan, panas, dingin dan sakit. Tulislah kesimpulan yang dapat
diambil dari percobaan ini.

Analisis Data : ambil kesimpulan dari gambar dan tabel.


Diskusi : 1. Apakah gambaran pemetaan stiap rangsang sama?. Bagaimanakah bisa terjadi
demikian?
2. Apa sajakah yang mempengaruhi hasil pemetaan rangsang?

32
Format Tabulasi Data Laporan
1. Data naracoba
Nama : …………………………………………….
Umur : …………..………………………… tahun
Tinggi badan : …………………………………… (cm)
Berat badan : …………………………………… (cm)
2. Hasil pemetaan titik-titik tekanan, panas, dingin dan sakit.
Jumlah titik-titik tekanan, panas, dingin dan sakit
Titik Jumlah Jumlah (%)
tekanan …………………. ………………….
panas …………………. ………………….
dingin …………………. ………………….
sakit …………………. ………………….
Jumlah …………………. 100 %

Kesimpulan: ……………………
Tugas : Gambar semua reseptor yang ada di dalam kulit dan sebutkan kegunaannya !

33
IX. TES TEKANAN DARAH AKIBAT TERPAPAR DINGIN (Cold Pressure Test)

Tujuan : Memahami proses mekanisme kenaikan darah karena paparan dingin.


Prinsip : Adanya peran faktor genetik di dalam terjadinya hipertensi esensial telah
dibuktikan dengan adanya :
1. galur-galur tikus turun menurun menderita hipertensi antara lain ialah galur SHR
(Spontaneous Hypertensi Strain)
2. korelasi antara ada dan tidak adanya hipertensi pada anggota-anggota manusia
yang lahir kembar
3. kelainan membran yang diturunkan yang menyebabkan adanya timbunan ion Ca
di dalam sitoplasma dan
4. manusia tipe A (tegang) dan tipe B (santai) dapat menurunkan sifat-sifat tersebut
pada keturunannya.
Mekanisme perkembangan hipertensi esensial yang diketahui dengan jelas sampai
sekarang ialah melalui :
1. vasokonstriksi yang terlalu sering dan atau terlalu lama yang disebabkan oleh
jawaban sistem saraf simpatis yang berlebihan terhadap pacuan dari luar;
2. vasokonstriksi karena timbulnya ion Ca di dalam sitoplasma otot polos di tunika
media akibat kelainan membran yang genetik; dan
3. hipervolemi (galur tikus MHS) yang disebabkan oleh kelainan ginjal yang
genetik, yang meretensi ion Ca dan air. Hipervolemi menyebabkan naiknya
curah jantung dan ini menaikkan tekanan darah. Kenaikan tekanan darah karena
hipervolemi ini akan menekan dinding vasa darah (menaikkan tekanan
transmural), sehingga secara myogenik otot vasa darah akan berkontraksi dan
terjadilah vasokonstriksi.
Kedua hal ini lama-lama akan menyebabkan hipertrofi otot polos di tunika
media, shingga dinding vasa menjadi lebih tebal. Jika vasa dengan dinding ini
berkontraksi maka tingkat pengecilan lumen menjadi lebih besar, sehingga lumen
vasa menjadi jauh lebih kecil dari pada kalau dinding vasa tidak tebal pada tingkat
kontraksi yang sama. Dengan demikian akibat vasokonstriksi yang tebal ialah
kenaikan tekanan darah yang lebih tinggi dari pada yang tidak tebal.

34
Vasokonstriksi umum dapat ditimbulkan secara refleks dengan memasukan
satu tangan di dalam air dingin. Kalau hal ini menyebabkan kenaikan tekanan darah
yang tinggi maka ini berarti bahwa;
1. saraf simpatis mengadakan jawaban yang berlebihan, dan atau
2. dinding vasa darah sudah mulai menebal yang menandai adanya permulaan
hipertensi.
Kedua hal ini dapat menerangkan terjadinya hipertensi yang manifes di kemudian
hari.
Percobaan ini dinamakan cold pressure test.
Apabila pada percobaan ini tekanan diastole seseorang naracoba naik 20
mmHg atau lebih ia termasuk hipereaktor, kenaikan dibawah 10 mmHg termasuk
hiporeaktor.
Alat dan Bahan : 1. Tensi meter
2. stetoskop
3. bejana berisi air es
4. kursi, dan
5. meja
Metode : Metode yang digunakan adalah observasi beberapa perlakuan.
Prosedur : Sesudah naracoba duduk, manset tensimeter dipasang pada lengan atas kanan.
Naracoba duduk dengan santai di kursi selama kurang lebih 10 menit.
Kemudian tekanan darah di ukur tiga kali. Tekanan diastolenya yang terukur
paling rendah yang dipakai untuk perbandingan.
Kemudian tangan kiri dimasukkan dalam air es dalam bejana yang sudah
disediakan. Sekarang tekanan darah diukur tiga kali. Tekanan diastolenya yang
rendah dibandingkan dengan tekanan diastole yang terendah yang terukur
sebelum tangan di masukan dalam air es.

Analisa Data : Perbedaan tekanan diastole naracoba kemungkinan:


1. di bawah 10 mmHg
2. 10 - 19 mmHg

35
3. 20 mmHg atau di atasnya.
Atas dasar itu naracoba kemungkinan termasuk golongan:
1. hiporeaktor
2. normoeaktor, dan
3. hipereaktor
Diskusi : 1. Apa sajakah yang mempengaruhi kenaikan darah?
2. Apakah tujuan memberikan paparan dingin?
3. Apakah korelasi hasil pengamatan (hiporeaktor, normoreaktor, dan
hipereaktor) dengan kemungkinan terjadinya hipertensi?

Format Tabulasi Data Laporan


No. Nama Umur Jenis TB BB Perbedaan
Kelamin diastole naracoba

Kesimpulan : …………………
Tugas : 1. Gambarkan anatomi sistim sirkulasi!
2. Jelaskan mekanisme jalannya sistim saraf intrinsik jantung sehingga
mengakibatkan kontraksi!

36
X. PRAKTIKUM TES KEBUGARAN JASMANI DENGAN HARVARD STEP TEST

TUJUAN:
- Mahasiswa memahami respon adaptif tubuh terhadap stimulus aktivitas fisik berat
- Mahasiswa mampu menganalisis dan menilai tingkat kebugaran jasmani dengan
menggunakan
teknik Harvard step test

DASAR TEORI:
Harvard step test merupakan salah satu tes kebugaran jasmani yang cukup ideal
untuk digunakan sebagai alat penyaringan (screening) dengan menghasilkan simpulan yang
bermakna. Stimulus tantangan fisik pada hakekatnya akan memicu respon fisiologis tubuh
untuk berespon dengan tingkat konsumsi O2 maksimal (kapasitas aerobik). Frekuensi
jantung selama kerja berbanding lurus dengan penggunaan O2 dalam batas tertentu. Namun,
usaha terbaik untuk menilai kapasitas aerobik adalah dengan tes submaksimal
(menggunakan O2 di bawah maksimum) dimana hasil test selanjutnya diekstrapolasi untuk
menentukan tingkat konsumsi O2 maksimal. Selain itu, kapasitas aerobik juga dapat
dihitung dari frekuensi jantung yang dihitung semasa waktu pemulihan (recovery period)
walaupun tidak setepat pengukuran secara langsung.
ALAT:
1. satu meja tinggi 40 cm untuk naik turun
2. satu metronome
3. satu stopwatch
CARA KERJA:
1. Probandus duduk selama 5 menit, dihitung denyut nadi selama 30 detik.
2. Pasang metronome pada 120 pukulan per menit (30 langkah lengkap)
3. Latihan naik turun bangku dengan 4 hitungan, probandus akan naik turun bangku selama
maksimal 5 menit.
4. Jalankan metronome.
5. Pemeriksa memberi aba-aba sian dan mulai berhitung.

37
6. Hentikan naik turun jika probandus merasa pusing, nyeri dada, capai, tidak teratur
langkahnya atau terjatuh
7. Probandus duduk kembali, tunggu 1 menit, hitung denyut nadi selama 30 detik.
8. Hitunglah IKJ (indeks kebugaran jasmani) dengan rumus yang tersedia
9. Lakukan secara bergantian
10. Catat hasilnya di lembar kerja praktikum

ANALISIS
Setelah diperoleh denyut nadi istirahat, indeks kebugaran jasmani (Physical Fitness
Index) dapat dinilai dengam rumus sebagai berikut:
Waktu naik turun (detik) x 100
PFI = -----------------------------------------------------------------
5.5 (jumlah denyut nadi 1 menit setelah latihan)
Penilaian:
- kurang dari 50 = jelek
- 50-80 = sedang
- lebih dari 80 = baik

38
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM TES KEBUGARAN JASMANI Harvard Step Test
Nama
NIM
Tanggal Praktikum
Data Hasil Percobaan:
No. Nama Umur TB / BB Denyut Nadi IKJ (PFI) Simpulan

Pengesahan Dosen / Asisten

39
XI. TES KEHAMILAN (HCG)

Tujuan : Menentukan kehamilan dengan menemukan ada tidaknya HCG dalam urine
wanita dengan memakai teknik imunologik.
Prinsip : Selama kehamilan dalam urine wanita terdapat HCG. HCG disekresikan mulai
dari 20 hari pertama setelah hari pertama menstruasi terakhir (8 hari setelah
ovulasi). Sintesa HCG terjadi di sel-sel sinsisiotrofoblas plasenta. Konsentrasi
HCG terus meningkat sampai mencapai puncaknya yaitu kira-kira 60 hari sampai
80 hari kehamilan. Penemuannya dapat dilakukan dengan teknik imunologik.
Alat dan Bahan : 1. Urine wanita (hamil)
2. satu set Gravindex beta-HCG buatan ortho Diagnostic system Inc.
3. pipet tetes
4. lampu neon.
Metode : Metode yang digunakan adalah metode observasi teknik imunologik.
Prosedur: 1. Letakkan semua reagensia di dalam suhu kamar.
2. Kocok baik-baik antigennya beberapa sekon
3. Pakailah lempeng obyek dll, selalu dalam keadaan bersih untuk setiap sediaan.
4. Untuk setiap percobaan pakailah pipet tetes baru.
5. Teteskan dengan pipet tetes urine yang tersedia diatas lempeng obyek, pipet
jangan sampai menyentuh lempeng obyek.
6. Teteskan setetes serum anti HCG pada tetesan urine.
7. Campur dan aduklah dengan lidi sampai rata, serum anti HCG dengan lebih
kurang 10 (sepuluh) adukan atau kerjakan selama 30 detik.
8. Kocok pelan-pelan tabung antigen, teteskan 1 tetes pada campuran no.7, pipet
jangan menyentuh campuran.
9. Campur dan aduklah baik-baik campuran itu.
10. Tunggu campuran tersebut lebih kurang 2 menit.
11. Amatilah campuran tersebut di bawah lampu neon, apakah terjadi aglutinasi
atau tidak?
12. Jika tidak terjadi aglutinasi, maka berarti urine tidak mengandung HCG (tes
kehamilan negatif).

40
13. Jika terjadi aglutinasi, maka urine mengandung HCG (tes kehamilan positif).
Analisis Data :
a. Tes kualitatif
Tes positif : tidak adanya aglutinasi pada campuran 2 menit setelah reaksi. Kelihatan
homogen di atas lempeng obyek putih seperti susu.
Tes negatif : terlihat adanya aglutinasi pada campuran 2 menit setelah reaksi. Kelihatan
dengan jelas adanya gerombolan-gerombolan karena pertikel latex.
b. Tes semi-kuantitatif
1. Urine yang akan diperiksa adalah urine tampungan 24 jam (V), setelah dikocok
diambil 2 ml.
2. Encerkan memakai larutan NaCl 0,9% dengan pencarian lipat ganda (1:2, 1:4, 1:8,
1:16 dan seterusnya).
3. Kerjakan tes seperti dalam cara untuk setiap pengenceran.
4. Yang dinamakan pengenceran tertinggi adalah sampel (urine) dengan pengenceran
tertinggi yang masih memberikan tes positif (tidak ada aglutinasi).
5. Interprestasi hasil:
Dapat diketahui konsentrasi HCG dalam urine dengan rumus :

HCG = S x D,
S = sensitivitas tes, misalnya 0,8 IU/ ml.
D = pengenceran tertinggi yang menyebabkan
campuran tidak mengadakan aglutinasi

Kalau yang di dinginkan HCG 24 jam, maka perhitungan menjadi :

HCG 24 jam = S x D x V
V = volume urine dalam 24 jam

Diskusi : 1. Bahan apakah yang menyebabkan aglutinasi pada hasil tes urnie pada orang
hamil?
2. Tes kuantitatif biasanya digunakan pada kelainan apa? Mengapa?.

41
Format Tabulasi Data Laporan
1. Data naracoba
Nama : …………………………………………….
Umur : …………..………………………… tahun
Tinggi badan : …………………………………… (cm)
Berat badan : …………………………………… (cm)
Umur kehamilan : …………..………………………… bulan
2. Hasil percobaan.
Aglutinasi : terjadi / tidak terjadi.
Kesimpulan : ………………………..
Tugas : Gambar anatomi fetus dalam uterus lengkap dengan plasentanya !

Catatan:
Dalam trimester pertama (35 - 100 hari) HCG yang disekresikan terdapat sampai 250
IU/ml, tetapi biasanya hanya diantara 25-50 IU/ml. Jika HCG yang disekresikan itu makin
banyak, dan melebihi 250 IU/ml setelah kehamilan 110 hari, maka hal itu menunjukkan
adanya kelainan yaitu misalnya mola hidatidosa atau koriokarsinoma.

42
XII. MENGUKUR ”VOLUME” DAN ”KAPASITAS” PARU

Tujuan : Mengukur ”volume” dan ”kapasitas” paru


Prinsip : Banyaknya udara yang keluar masuk paru dapat diukur dengan spirometer
sederhana. Hasil pengukuran dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang
disebut ”volume” dan ”kapasitas” paru.
Alat dan Bahan : 1. Spirometer Hutchinson (JICA)
2. Spirometer Tunkey (JICA)
3. kapas alkohol
4. Air
5. Termometer ruangan
Metode : Observasi
Prosedur : Naracoba, salah seorang dari anggota rombongan, harus mempersiapkan diri
secara tenang dan tahu secara pasti tentang ”volume” dan ”kapasitas” paru. Selama
melakukan percobaan lubang hidung naracoba harus ditutup dan hembuskan udara kedalam
spirometer, lewat mout piece-nya, secara benar tanpa melihat ke skala pada spirometer.
Sebelumnya isi spirometer dengan air secukupnya. Masing-masing pengukuran dilakukan
tiga kali.
1. Pengukuran volume tidal
Tariklah nafas secara biasa (reflektoris), kemudian hembuskan secara biasa pula ke
spirometer.
2. Pengukuran volume cadangan inspirasi
Tariklah nafas sedalam-dalamnya (tidak menjadi soal kapan mulai menarik nafas
dalam), kemudian hembuskan ke dalam spirometer sampai batas ekspirasi biasa . Disini
yang terukur adalah jumlah volume cadangan inspirasi dengan volume tidal, sehingga
kalau diketahui volume tidalnya, maka akan diketahui pula volume cadangan
inspirasinya.
3. Pengukuran volume cadangan ekspirasi
Tariklah nafas secara biasa (reflektoris),kemudian hempuskan nafas ke dalam spirometer
sampai tak mampu lagi.

43
Disini yang terukur adalah jumlah volume cadangan ekspirasi dengan volume tidal,
sehingga apabila diketahui volume tidalnya, maka dapat diperhitungkan volume
cadangan ekspirasinya.
4. Pengukuran kapasitas inspirasi
Tariklah nafas sedalam-dalamnya, kemudian hembusakan ke dalam spirometer sampai
batas ekspirasi biasa (reflektoris).
5. Pengukuran kapasitas vital
Tariklah nafas sedalam-dalamnya (tidak menjadi soal kapan mulai menarik nafas),
kemudian hembuskan nafas sebanyak-banyaknya sampai tak mampu lagi ke dalam
spirometer.
6. Untuk penggunaan spirometer Tunkey sesuaikan skala suhu air dengan suhu air yang
terlihat di termometer.
Analisa Data : ambil kesimpulan dengan membandingkan dengan angka normal rata-rata
ketiga percobaan.
Diskusi : 1. Apa saja yang mempengaruhi hasil pengukuran volume dan kapasitas paru?
2. Apa saja yang menjadi sumber kesalahan dalam melakukan percobaan ini?

Format Tabulasi Data Laporan


1. Data naracoba
Nama : ………………………..
Umur : ……………… tahun
Jenis kelamin : ………………………..
Tinggi badan : …………………… cm
Berat badan : …………………… kg
Bangsa/keturunan : ………………………..
Pekerjaan/hobi : ………………………..
2. Keadaan lingkungan
Suhu kamar : ………………………C
Kelembaban : ……………………… %
Tekanan udara : ………………… mmHg
3. Hasil percobaan

44
a. Volume tidal : 1. ………………ml
2. ………………ml
3. ………………ml
b. Volume cadangan inspirasi : 1. ………………ml
2 … ……………ml
3. ………………ml
c. Volume ekspirasi : 1. ………………ml
2. ………………ml
3. ………………ml
d. Kapasitas inspirasi : 1. ………………ml
2 .………………ml
3. ………………ml
e. Kapasitas vital : 1. ………………ml
2 .………………ml
3. ………………ml

Kesimpulan : ………………….
Tugas : 1. Gambar secara anatomis sistim pernafasan?
2. Apa saja yang mempengaruhi O2 mudah masuk ke alveoli? Jelaskan!

45
XIII. PRAKTIKUM INDERA PENCIUMAN
A. Tujuan
Menentukan benda dari bau yang tercium
B. Alat dan bahan
1. Bunga melati atau bunga lain yang mempunyai bau
2. Jeruk
3. Kopi
4. Minyak kayu putih
5. Minyak wangi
6. Sapu tangan atau penutup mata
C. Cara kerja
1. Sediakan bunga melati, buah jeruk, kopi, minyak kayu putih, minyak wangi
2. Tutup mata dengan sapu tangan atau penutup mata
3. Mintalah seorang teman untuk memberikan bahan-bahan tersebut.
4. Tebaklah jenis bahan yang diberikan dengan cara mencium baunya.
D. Pertanyaan
1. Buatlah tabulasi data perbandingan daya penciuman probandus satu kelompok !
2. Selain berfungsi untuk pencium, hidung juga berfungsi sebagai pengatur tubuh,
jelaskan!

46
XIV. PRAKTIKUM PENGENALAN RASA
A. Tujuan
Menentukan daerah pengecap berbagai rasa pada lidah manusia.
B. Alat dan bahan
1. 2 sendok teh garam
2. 2 sendok teh gula
3. Aspirin
4. 2 sendok teh sari buah lemon
5. 4 buah gelas kecil
6. 4 buah batang pembersih (berbungkus kapas/cotton bud)
7. Serbet
8. Kertas dan pensil
C. Cara kerja
1. Isi setiap gelas dengan air sebanyak 50 ml
2. Tambahkan 2 sendok teh garam pada gelas pertama
3. Tambahkan 2 sendok teh gula pada gelas kedua
4. Hancurkan aspirin dan masukkan ke dalam gelas ketiga
5. Tambahkan 2 sendok teh sari buah lemon pada gelas keempat
6. Keringkan lidah anda dengan serbet atau tissue, untuk membuang air
luirnya.
7. Celupkan batang pembersih/cotton bud ke dalam gelas pertama. Tiriskan
dan tempelkan ke bagian tengah, samping dan belakang lidah. Di manakah
terasa asin yang terkuat
8. Setelah itu cuci mulut anda dengan air dingin. Keringkan dan ulangi hal
tersebut dengan ketiga cairan yang lain. Tuliskan setiap jawaban anda pada
lembar kertas di belakang modul ini.
9. Apa yang terjadi?mengapa?

D. Pertanyaan

47
1. Buatlah tabulasi data perbandingan daya pengecapan probandus dalam satu
kelompok !
2. Jelaskan mekanisme jalannya impuls pada percobaan di atas sehingga anda
dapat merasakan rasa pahit, manis, asam dan lain-lain.

48
XV. ELEKTROKARDIOGRAFI (DEMONSTRASI)

Tujuan : Mengetahui rekaman jantung manusia.


Prinsip : Keunikan otot jantung ialah kemampuannya menerbitkan impuls secara
otomatis dan ritmis serta menjalarkan impuls tersebut ke seluruh otot jantung.
Impuls ini menimbulkan eksitasi terhadap otot jantung yang selanjutnya
menyebabkan serabut otot jantung tersebut berkontraksi.
Aktivitas listrik yang timbul pada pembentukan dan penjalaran impuls ini
menimbulkan arus listrik yang sangat lemah yang menjalar ke seluruh tubuh,
mengingat bahwa tubuh merupakan penghantar volemik (volume conductor).
Arus listrik ini menimbulkan potensial listrik yang tingginya berubah-ubah di
berbagai bagian tubuh sesuai dengan aktivitas listrik yang timbul di jantung dan
situasi serta kondisi bagian tubuh tersebut.
Dengan demikian, mengkaji perubahan-perubahan potensial listrik pada bagian
tubuh tertentu dapatlah diketahui berbagai peristiwa yang terjadi di jantung.
Perekaman potensial listrik dalam bentuk grafik di bagian tubuh tertentu adalah
dasar elektokardiografi, alat yang dipergunakan pada perekaman ini disebut
elektrokardiograf dan hasil perekamannya disebut elektrokardiogram.
Dengan cara mengkaji elektrokardiogram, dapatlah diperkirakan secara langsung
adanya antara lain gangguan frekuensi dan irama denyut jantung, gangguan
penjalaran impuls, hipertrofi otot jantung, iskhemia otot jantung dan infark otot
jantung. Untuk mendeteksi infark otot jantung, elektrokardiografi bahkan
merupakan cara cara yang paling praktis di samping pemeriksaan serum enzim.
Pada kateterisasi jantung, elektrokardiogram selalu direkam secara simultan
dengan besar-besaran hemodinamik untuk memudahkan pengkajian besar-besaran
hemodinamik tersebut. Demikian pula pada fonokardiografi, ekhokardiografi dan
lain-lain, elektrokardiogram selalu diikut sertakan.
Agar elektrokardiogram dapat dikaji secara umum, maka bagian tubuh yang
menjadi tempat perekaman, teknik perekaman dan cara bekerja alat perekam harus
dibakukan.

49
Sebuah elektrokardiograf harus memiliki dua buah elektroda yang masing-masing
disebut exploring electrode dan indifferent electrode . Alat perekam pada
elektrokardiograf harus dibuat sedemikian rupa sehingga jika potensial listrik di
exploring electrode lebih tinggi dari pada di indifferent electrode, jarum
pencatat harus dibuat naik dari garis dasar (isoelectric line) dan jika potensial
listrik di exploring electrode lebih rendah dari pada indifferent electrode, jarum
pencatat harus dibuat turun dari garis dasar. Jika potensial listrik pada kedua
elektrode tersebut sama tingginya, jarum pencatat harus dibuat setinggi garis
dasar. Dengan demikian, semua elektrokardiograf memberikan hasil perekaman
yang sama.
Bagian tubuh yang dipakai sebagai tempat perekaman dinyatakan dengan istilah
leads. Yang lazim dipakai dalam elektrokardiografi berjumlah 12 leads (leads I,
leasds II, leads III, leads aVR, leads aVL, leads aVF, leads VI, leads V2, Leads
V3, leads V4, leads V5, dan leads V6). Kedua belas leads ini selalu direkam pada
setiap elektrokardiografi sedangkan leads yang lain boleh direkam sebagai
tambahan.
Tinggi grafik elektrokardiogram dan kecepatan gerak kertas garafik dapat
disesuaikan dengan keperluan perekaman umumnya tinggi grafik adalah 0,1
mV/mm dan kecepatan gerak kertas 25mm/detik.
Setiap leads memberikan gambar grafik dalam,pola yang sama tetapi dalam
bentuk yang berlainan. Pada setiap siklus denyut jantung terlukis grafik dengan
gelombang-gelombang yang diberi nama gelombang P, kompleks QRS,
gelombang T dan kadang-kadang gelombang U.
Gelombang P melukiskan depolarisasi atrium (saat atrium berkontraksi);
kompleks QRS melukiskan depolarisasi ventrikel dan repolarisasi atrium (saat
ventrikel berkontraksi dan atrium berelaksasi) dan gelombang T melukiskan
repolarisasi ventrikel (saat ventrikel berelaksasi).
Hal-hal lain memiliki gambaran yang khas sehingga dapat dikaji dalam
elektrokardiografi.

50
Alat dan Bahan : 1. Elektrokardiografi.
Alat ini adalah alat pokok (basic instrument) (JICA)
2. Alat-alat pembantu (accessories)
Alat-alat pembantu ini terdiri atas
a. Kawat penerima arus listrik (power cable)
b. Kawat penghubung dengan bumi (groun cable)
c. Kawat elektroda (Electrode cable), dan
d. Gel (penghantar arus listrik antara permukaan tubuh dan elektroda)
Elektrokardiograf diperlengkapi dengan alat perekam yang mencatat
potensial listrik pada bagian tubuh tertentu dalam bentuk grafik
(elektrokardiograf)
Elektrokardiograf yang canggih diperlengkapi pula dengan
osiloskop, sehingga dapat menampilkan elektrokardiogram pada layar
osiloskop tersebut.
Ada pula elektrokardiograf yang dapat menangkap signal yang timbul
melalui pemancar (transmitter), sehingga tidak mempergunakan kawat
penghubung antara orang yang diperiksa dengan elektrokardiograf (cara
telemetris). Untuk menjalankan elektrokardiograf, dapat dipakai arus
searah (direct current) dan dapat pula arus berganti (alternating current)
dengan tinggi potensial 110 volt atau 220 volt.

51
Kawat penerima arus listrik menghubungkan elektrokardiograf
dengan sumber arus listrik yang menjalan elektrokardiograf. Kawat ini
tidak dipergunakan jika elektrokardiograf dijalankan oleh baterai kering.
Kawat penghubung dengan bumi berfungsi untuk menetralisasi arus listrik
yang tidak berguna yang timbul pada elektrokardiograf.
Kawat elektroda bercabang 10. Di ujung masing-masing cabang terdapat
elektroda yang akan di tempelkan pada permukaan tubuh untuk merekam
potensial listrik di tempat itu.
Gel merupakan konduktor yang menghantarkan arus listrik dari
permukaan tubuh ke elektroda.
Metode : Observasi hasil rekaman jantung.
Prosedur : Probandus harus berbaring dengan tenang dan tidak bergerak, sebab impuls
yang menimbulkan gerak tersebut dapat mengacaukan bentuk elektrokardiogram,
sehingga sukar dikaji.
Semua alat-alat yang terbuat logam (jam tangan, perhiasan-perhiasan dan lain-
lain) harus dilepaskan, kemudian lakukan hal-hal berikut:
1. Pasanglah hubungan antara elektrokardiograf dengan sumber arus listrik, bumi
dan elektroda. Hidupkanlah elektrokardiograf dan periksalah apakah
elektrokardiograf berfungsi (lampu hijau menyala). Kemudian matikanlah
kembali elektrokardiograf tersebut.
2. Pasanglah eletroda-elektroda pada tubuh probandus dengan lebih dahulu
menggosokkan gel (pasta) pada permukaan elektroda yang menempel pada
probandus.
3. Hidupkanlah kembali elektrokardiograf. Putarlah tombol pengatur lead pada
daerah netral (huruf C) dan aturlah agar jarum pencatat menunjuk ketengah-
tengah kertas grafik, jarum ini akan melukiskan garis dasar.
4. Jalankan kertas grafik, lakukanlah kalibrasi dengan menekan tombol kalibrasi
beberapa kali, pergunakanlah kalibrasi pada menggunakan angka 1, kemudian
hentikan kembali kertas grafik.

52
5. Tekan tompol star sehingga kertas grafik akan keluar dani boks mencatat
rekaman jantung dari lead I, II,III, aVR, aVL. AVF, V1, V2, V3, V4, V5 dan
V6.
6. Setelah perekaman selesai, matikanlah elektrokardiograf dan kembalikanlah
semua peralatan pada tempatnya kembali.
Kecepatan gerak kertas yang biasa dilakukan pada elektrokardiografi adalah 25
mm /menit.
Pada elektrokardiograf yang lama, setiap kali kita mengganti lead, kita harus
memindahkan elektroda-elektroda seuai dengan lead tersebut, hal ini tidak
praktis.
Pada elektrokardiograf yang sekarang, kita harus memasang semua elektroda
sekaligus pada tubuh probandus dan elektrokardiograf akan memilih akan
memilih sendiri lead yang kita kehendaki sesuai dengan posisi tombol pengatur
lead yang kita pasang.
Untuk melengkapi petunjuk praktikum ini disajikan pula keterangan mengenai
letak elektroda padakedua belas yang dipergunakan pada elektrokardiografi.
”Bipolar standar limb (extremity) leads”
Lead I. Lead ini merekam pada potensial listrik antara kaki kiri dan tangan
kanan.
Exploring electroda dipasang pada tangan kiri dan indifferent
electrode di tangan kanan.
Lead II. Lead ini merekam pada potensial listrik antara kaki kiri dan tangan
kanan.
Exploring electroda dipasang pada kaki kiri dan indifferent electrode
di tangan kanan.
Lead III. Lead ini merekam beda potensial listrik antara kaki kiri dan tangan
kiri.
Exploring electroda dipasang pada kaki kiri dan indifferent electrode
di tangan kiri.
Augmented unipolar limb (extremity) leads.

53
Lead aVR. Lead ini merekam beda potensial listrik antara tangan kanan dan
tangan kiri berasma kaki kiri.
Exploring electroda dipasang pada tangan kanan dan indifferent
electrode di tangan kiri bersama kaki kiri.
Lead aVL. Lead ini merekam beda potensial listrik antara tangan kiri dan tangan
kanan bersama kaki kiri.
Exploring electroda dipasang di tangan kiri dan indifferent electrode
di tangan kanan bersama kaki kiri.
Lead aVF. Lead ini merekam beda potensial listrik antara kaki kiri dan tangan
kanan bersama tangan kiri.
Exploring electroda dipasang pada kaki kiri dan indifferent electrode
di tangan kanan bersama tangan kiri.
Pada mulanya orang menyangka bahwa penempatan indifferent electrode pada 2
ekstermitas ini menimbulkan potensial 0 (zero potensial) pada elektroda tersebut
sehingga lead ini unipoler.
Unipololar chest (procerdial) leads
Potensial listrik pada indifferent electrode pada leads ini dibuat menjadi o,
sedangkan exploting electroda di pasang di tempai di dada sebagai berikut:
Lead V1 di spatium intercostale 4 kanan di pinggir kanan sternum.
Lead V2 di spatium intercostale 4 kiri di pinggir kiri sternum.
Lead V3 di pertengahan antara V2 dan V4.
Lead V4 di perpotongan antara linea medioclavcularis kiri dengan spatium
intercostale 5 kiri.
Lead V5 di perpotongan antara linea axillaris anterior kiri dengan spatium
intercostale 5 kiri.
Lead V6 di perpotongan antara linea axillaris media kiri dengan spatium
intercostale 5 kiri.

54
XVI. SOMATOSKOPI

Tujuan : Mengamati tubuh manusia hidup untuk identifikasi dan klasifikasi.


Prinsip : Manusia bervariasi sehingga untuk keperluan identifikasi dan klasifikasi dapat
dilakukan observasi / deskripsi baik seluruh badan maupun bagian-bagiannya.
Deskripsi ini menyangkut baik kesan umum mengenai bentuk tubuh, proporsi
bagian-bagiannya maupun beberapa ciri secara terperinci.
Observasi / deskripsi ini meliputi antara lain:
a. pigmentasi kulit, rambut dan iris mata
b. bentuk rambut, mata, dahi, hidung, bibir, dan wajah.
c. proporsi badan : misalnya lebar dan tinggi badan, tungkai dan batang badan,
lebar bahu dan lebar panggul, bentuk dada dan bentuk perut dan sebagainya, yang
semuanya berhubungan dengan konstitusi badan, pembagian rasial atau perubahan
ontogenis.
Secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
Warna kulit :
Warna dapat diukur secara kasar deangan skala:
Scala Broca, scala Von tuschan atau Munsell ataupun dapat diukur teliti dengan
colorimeter elektris.
Warna kulit sendiri bergantung kepada keadaan melanin dan darah serta
adanya pengaruh sinar matahari, makin terik sinar matahari kulit makin hitam.
Melanin dihasilkan oleh sel-sel kulit dari bahan-bahan yang terdapat dari
makanan serta pengaruh enzym tertentu dan oleh karena adanya sinar matahari
penghasilannya lebih menungkat. Pembuluh darah kulit menyebabkan darah
banyak kekulit dan mewarnai kulit menjadi lebih merah.
Rambut:
Warna rambut terutama disebabkan dari macam dan banyaknya pigmen melanin di
dalam sel-sel rambut. Makin banyak zat pigmen di dalam sel-sel rambut makin
gelap warna rambut itu. Variasi rambut banyak terdapat di kalangan orang kulit
putih, sedang orang negroid dan mongoloid pada umumnya hitam.

55
Bentuk rambut bermacam-macam pula:
Yang lurus disebut lissotrich umumnya terdapat pada orang Mongoloid, yang
berbentuk fil-fil atau spiral umumnya pada orang Negroid.
Distribusi rambut diseluruh tubuh berbeda kepadatannya, serta berbeda
dalam pola. Pada orang kulit putih bulu diseluruh badan lebih lebat, sedang pada
orang mongoloid sedikit, serta negroid berada ditengahnya.
Axilla : pola distribusi rambut kateak dapat berbentuk segi tiga, romboid, dan
fusiform.
Dada : localisasinya didada dapat; sternal, pectoral, circum-areoler, disampng itu
dapat meluas sehingga merupakan kombinasi; sternopectoral yang berarti
bulu dada meluas dari sternum kedaerah pectoral. Sternopectoinfrac-
lavicular yang berarti rambut meluas diseluruh permukaan dada.
Bulu punggung juga diberi nama sesuai dengan daerah adanya rambut; acromial,
infracervical, scapuler dan sebagainya.
Pubes:
Bulu didaerah genital dibedakan berbagai bentuk sebagai berikut:
- concaaf : tepi atasnya melengkung ke bawah,
- convex : tepi atasnya melengkung ke atas,
- horizontal : dengan tepi lurus,
- sagital : bulu tumbuh ke atas disepanjang linea mediana,
- acuminata : tepi atas meninggi dan meruncing di tengah,
- dispersa : bulu bertebalan diatas genital meluas di daerah perut dan tidak
mempunyai tepi.
Pada wanita mempunyai type concaaf atau hizontal saja sedang pria berbentuk
convex atau yang lain.
Disamping itu perhatikan pula rambut yang tumbuh di punggung jari baik jari
tangan maupun jari kaki. Catat pada jari nomor berapa dan phalanx nomor berapa.
Pada usia lanjut sering tumbuh rambut di dalam telinga di belakang tragus disebut
tragi. Rambut didalam liang telinga disebut fibrisal.
Mata :

56
Perlu diperhatikan celah mata, kelopak serta warna iris, celah mata dapat
horizontal atau miring dengan sudut lateral lebih tinggi atau rendah. Kelopak mata
dikalangan orang mongoloid terdapat lipatan tebal yang disebut plica Mongolica.
Bila tidak tebal lipatan itu disebut plica manginalis. Dibagian medial kelopak mata
lipatan itu disebut epicantikus lateralis.
Warna iris:
Warna ini juga tergantung adanya pigmen melanin yang ada padanya. Secara
rassial dapat warna iris abu-abu kebiruan umumnya pada caucasid, hitam pada
negroid, warna coklat pada mongoloid.
Hidung :
Perhatikan batang, apex, dan septum.
Leptorrhini adalah hidung yang mancung dan tinggi umumnya pada orang
Coucasoid.
Plantirrhini adalah hidung yang lebar dan rendah umumnya terdapat pada orang
Negroid.
Mesorrhini itu hidung yang sedang baik lebar maupun tingginya. Ini umumnya
terdapat pada orang Mongoloid.
Dari bentuk-bentuk itu mengakibatkan bentuk nares yang bermacam-macam
pula; bentuk yang memanjang ke puncak karena hidung yang tinggi (Leptorhini),
bentuk yang memanjang kesamping karena hidungnya rendah (platirrhini), sedang
sedang pada mesorrhini umumnya bentuk heres itu bulat atau segitiga.
Kalau kita perhatikan punggungnya; concaat, convex, concav-convex, lurus.
Radix nasi dapat dangkal atau dalam. Arah apex nasi pendek dengan tepi concaaf,
convex, atau lurus.
Bibir:
Tebal-tipis dan warna serta batasnya perlu kita perhatikan.
Bibir yang tebal serta berbatas tegas dan bahkan terdapat lipseam dan eversinya
jelas umumnya terdapat pada orang negroid. Lipseam ialah bangunan seperti
tanggul sepanjang batas kulit dengan bibir. Bibir yang tipis umumya terdapat pada
orang Caucasoid, yang sedang terdapat di kalangan orang Mongoloid, pada
keduanya tidak terdapat lipseam.

57
Warna bibir tergantung kepada banyaknya pigmen dan darah setempat.
Telinga:
Kita bedakan helix (daun telinga), lobulus (cuping), serta tragus. Helix tergulung
atau tidak, dan ada terdapat tuberculum Darwini atau puctum darwini atau tidal
cuping telinga dapat dibedakan yang melekat, atau bebas, besar atau kecil. Ini
bersifat genetis yang sederhana pewarisannya.
Muka:
Bentuk muka berbagai macam: bulat, segilima, segilima panjang, oval, oval
terbalik, trapezoid, rhomboid. Disini perlu kita perhatikan bentuk-bentuk dahi,
kening, pipi, dan dagu.
Kening yaitu menonjol sekali disebut torus superciliaris, seperti terdapat
pada manusia-manusia fosil, sedang pada manusia sekarang tinggal berbentuk
lengkungan atau arcus superciliaris, meskipun pada beberapa orang masih terlihat
juga penonjolan kening itu.
Dahi apabila dilihat dari samping merupakan bangunan melengkung, yang
juga bervariasi penonjolannya, manusia sekarang lebih melengkung dari manusia
fosil. Hal ini disebabkan otak berkembang dengan baik sehingga memerlukan
tempat yang lebih besar pula.
Pipi dibedakan dari besar kecilnya tulang pipi, dikalangan orang mongoloid
sangat menonjol berbentuk torus, yang kita sebut torus zigomaticus.
Dagu berbentuk secara evolusi sebagai akibat mereduksinya rahang bawah,
terutama pars alveolaris. Sehingga pada penonjolan dagu berbeda sesuai dengan
tingkat evolusinya. Dapat kita lihat menonjol, lurus atau miring kebelakang.
Angulus mandibulae ikut menentukan bentuk dari muka tergantung jarak
bigonialnya.
Bangunan lain yang perlu mendapat perhatian didalam somatoscopi ialah adanya
corpora mammae pada wanita, yang perkembangannya sesuai dengan tingkat
pubertasnya meskipun faktor genetis berpengaruh pada besar kecilnya corpora
mammae itu. Kelenjar ini tumbuh sejak prepubertas sampai selesai masa ini.
Papilla dan areola mammae perlu juga diperhatikan.
Macula sacralis:

58
Bangunan di daerah sacral berwarna coklat kebiruan yang terdapat pada bayi
Mongoloid, biasanya menghilang pada usia 5 tahun.
Alat dan Bahan:
1. skala Luschan
2. skala Fischer - Saller
3. skala Martin
Metode: Observasi
Prosedur:
Dalam percobaan ini diambil probandus dari anggota rombingan praktikum dan
catat data probandus pada lembar kerja. Data yang perlu diamati dapat dilihat pada
format laporan.

Analisis Data: Ambil kesimpulan dari hasil pengamatan naracoba.


Diskusi :
1. Untuk keperluan apakah dilakukan pemeriksaan somatoskopi?
2. Apakah hal yang mempengaruhi variasi manusia?

59
Format Laporan:
a. Somatoskopi.
Perhatikanlah ciri-ciri dalam daftar dibawah ini pada teman masing-masing dan
catatlah hasil pengamatan saudara.

Nama yang diperiksa:


Asal: Ayah : Sex : Umur :
Ibu : Tanggal: Jam :
Nama Pemeriksa:

Habitus: kuat / sedang / lemah


gemuk / sedang / kurus
Warna kulit : dahi: bahu: dada:
warna rambut:
Bulu: badan : banyak / sedang / sedikit
hirci : banyak / sedang / sedikit
Bentuk:
dada : sternal - pactornal - infraclaviculer - circumareoler
perut :
pubes: concaf / horizontal / convex / sagital / acuminata / dispersa / femoral;
lurus / berombak / keriting
tengkuk:
punggung: acromial - infracorvical - scapuler - lumbal - infrascapuler - sacral.
lengan: brachial - antebrachial - manual - digital phalnx II
tungkai: femoral - crunal - pedal - digital.
Macula sacralis: tidak ada
ada: bentuk:
warna :
besar :

60
Leher: panjang / sedang / pendek
Corpora mammae: conis / hemisforis / cylindris
areola: rata / menonjol
kecil / sedang / besar
papilla: inverta / fissum rata / rata / inreguler
Regio glutealis: megapyg / micropys / planyping
Rumus 3 jari : tangan:
kaki :

b. Cephaloskopi
Perhatikanlah pula ciri-ciri dalam daftar berikut pada teman masing-masing dan
catatlah hasil pengamatan saudara.
Warna iris :
Warna rambut :
Bentuk ranbut : lissotrich : lurus berombak panjang
kymotrich : berombak sedang / pendek / ikal
ulotrich : sangat keriting / fil-fil / spiral
Konsistensi rambut : kaku / sedang / halus
Banyaknya rambut : banyak / sedang / sedikit / botak
Calvities : tidak ada / sebagian / total
Supercilia : tidak ada / ada (bersambungan)
Kumis :
Janggut : tidak ada / mental / malar / bersambungan
Tragi :
Belakang kepala : menonjol sekali / menonjol / lurus
Dahi : lebar / sedang / sempit
menonjol / vertikal / miring
Arcus superciliaris : tak ada / nyata / menonjol
Bentuk muka : bulat / oval / oval terbalik / ellipsoid / rhomboid / trapezoid/ trapezoid
terbalik / persegi panjang / segilima.

61
Celah mata : lebar / sedang / sempit
bentuk : fusiform / setengah fusiform / amandel / meruncing medial
horizontal/ sudut lateral / medial lebih tinggi.
Epicanthus lateralis : nyata sekali / nyata / tak ada
epicanthus medialis : nyata sekali / nyata / tak ada
plica marginalis : nyata sekali / nyata / tak ada
Hidung : lebar / sedang / sempit
akar : tinggi / sedang / rendah
dorsum: lurus / convex / concaf / concaf convex
apex : tumpul / sedang / tajam keatas / kemuka / kebawah
nares : besar / sedang / kecil
bulat/segi tiga/ oval : melintang/ miring/sagital
septum: panjang/sedang/pendek lebar/ sedang/sempit
Labia : tebal/ sedang/tipis
lebar/sedang/sempit
menonjol/sedang/rata
lipseam:
Philtrum: nyata/tidak nyata
warna : merah / ungu / biru / kelabu / hitam / coklat
Pipi : menonjol / sedang / rata
Telinga : menonjol / sedang / merapat
helix : sangat tergulung / tergulung / tak tergulung
lobulus: bebas / melekat
: tuberculum / punctum Darwini
Angulas mandibulae : menonjol / tak menonjol
Dagu : menonjol / lurus / miring
Kesimpulan:
Tugas :
1. apakah kira-kira ras orang yang diperiksa tadi. Mengapa?
2. Warna kulit dibagian manakah yang paling dapat dipercaya?

62
XVII. SOMATOMETRI

Tujuan : mengukur tubuh manusia hidup


Pinsip : Dalam mengukur tubuh manusia hidup digunakan beberapa titik antro pometris
yang juga dipakai pada kerangka.
Titik anthropometris dikelompokkan menjadi dua, ialah: titik tunggal atau titik
yang berbeda di linea median, titik kembar ialah titik diluar linea mediana dan
symetris letaknya.
- Tinggi tubuh : ialah jarak maximum dari vertex ketelapak kaki.
- Tinggi duduk: ialah jarak maximum dari vertex tempat duduk.
- Kepala :
1. panjang kepala adalah jarak glabella-opistocranion.
2. lebar kepala adalah jarak intereural maximum.
3. tinggi kepala adalah jarak terpendek antara vertex ke garis
interporial.
- Muka 4. Panjang muka total = jarak trixhion - gnathion
5. panjang muka benar = jarak nasion-gnation
6. lebar muka atas = jarak bizygial
bawah = jarak bigonial
7. panjang hidung = jarak nasion subnasale
8. lebar hidung = jarak bialare
9. tinggi hidung = jarak apex nasi ke basis septi.
- badan 10. Lebar bahu = jarak biacromial.
11. lebar dada = jarak maximum dinding dada lateral.
12. tebal dada = sagital dada, papila mammae
13. lingkaran dada = keliling dada setinggi papila mammae dan
angulus scapulae.
NB. Untuk wanita lingkaran ini dapat diambil lewat papila mammae atau prosessus
xiphoid.

Ikutilah ukuran ini dalam expirium normal, ekpirium maximal dan juga inspirium maximal.

63
14. lingkaran pelvis = keliling panggul lewat symphisis, SISS dan
SIPS.
- Tangan. 15. Lebar tangan = jarak maximum caput metecarpal I - V.
- Kaki. 16. Panjang kaki = jarak dari ptenion-acropodion.
17. lebar kaki = jarak maximum caput metatarsal I - V.
Index-index yang penting
lebar kepala
1. Index cephalicus = X 100
panjang kepala.

Diambil ukuran maximum hasilnya:


- 75,9 % = dolichocephal
76,0 % - 80,9 % = mesocephal
- 81,0 % = brachycephal

jarak vertex-tragion
2. Index oanjang tinggi kepala = x 100
Panjang kepala maximum

Hasilnya : - 57,6 % = platycephal


57,7 - 62,5 % = orthocephal
62,6 = hypsicephal

jarak vertex-tragion
3. Index lebar tinggi kepala = X 100
Lebar kepala maximum

Hasilnya : - 78,9 = tapeinocephal


79,0 - 84,9 = metricephal
85,0 = acrocephal

jarak nasion-gnation
4. Index facialis morphologicus = X 100
Lebar bizygial

Hasilnya : - 83,9 = euryprosopis


84,0 - 87,9 = mesoprosopis
88,0 - = leptoprosopis

lebar hidung
5. Index hidung (index nasalis) = X 100
tinggi hidung

Hasilnya : - 69,9 = leptorrhin


70,0 - 84,9 = mesorrhin
85,0 - = plantirrhin
panjang lengan
6. Index intermembralis = X 100
panjang tungkai
lebar muka
7. Index cephalofacialis - transversalis = X 100
lebar kepala
lebar telinga physioguomis
8. Index auricularis = X 100

64
panjang telinga physioguomis
dalam (= sagital dada)
9. Index thoracis = X 100
lebar (= transversal)
biacromial
10. Index acromiciliacus = X 100
intercristalia
lumbale symphision
11. Index pyelicus = X 100
intercristalia
antebrachium
12. Index brachialis = X 100
panjang brachium
panjang lengan
13. Index scelicus = X 100
tinggi tubuh
tinggi tubuh
14. Index constitutionalis = X 100
berat badan
lebar kaki
15. Index pedis = X 100
panjang tangan
lebar tangan
16. Index manus = X 100
panjang tangan

NB. Panjang tangan = jarak dari stylion - daktilion.

Alat-alat :
1. Antropometer
2. Kaliper geser
3. Kaliper lengkung kecil
4. Kaliper lengkung besar
5. Goniometer
6. Pita meteran
7. Timbangan
Metode: Observasi hasil pengukuran
Prosedur:
Tentukan dan catatlah ukuran dalam daftar dalam format laporan pada naracoba.
Analisis Data: Bandingkan hasil pengukuran naracoba dengan nilai dan index dalam buku
referensi dan tarik kesimpulan klasifikasi orang tersebut.
Diskusi: Apakah hal-hal yang mempengaruhi hasil pengukuran antropometri?
Format laporan:
a. Somatometri

65
Nama yang diperiksa:
Asal : Ayah : Sex: Umur:
Ibu : tgl: Jam :
Nama pemeriksa:
Berat badan: Pulsus: Respirasi:
Ukuran vertikal:
Tinggi vortex tinggi tragion
gnation acromion
suprasternale radiale
stylion phalangion
dactylion iliospinale
symphysion tibiale
spyrion duduk
Ukuran horizontal:
Jarak biacromial Jarak intercristale
interspinale anterior intertrochanterica
lumbale symphision interspinale posterior
lebar dada dalam dada
panjang kaki lebar kaki
lebar tangan jarak interdactylia
Lingkaran dada: melalui papilla: normal
inspirasi
infrasternale : expirasi
infrasternale : normal
inspirasi
expirasi
Lingkaran pelvis
Lingkaran betis
Dari pengukuran pengukuran diatas tentukanlah indeces berikut:
Tinggi duduk relatif
Panjang lengan relatif

66
Index thorachis
Index constitutionalis
Index acromioliacus
Index pyelicus
Index skelicus
Index brachialis
Index intermembralis
Index pedis
b.Cephalometri
Panjang kepala
lebar kepala
jarak frontotemporale
bizgial
bigonial
enthocanthia
interalaris
trichion-gnathion
nasion-gnation
nasion-subnasale
nasion-stomion
tebal bilabial
lebar mulut
dalam hidung
panjang telinga

Dari pengukuran-pengukuran diatas tentukanlah indices yang berikut:


Index cophalicus
facialis
nasalis

67
auricularis
cephalofacialis transversalis
Kesimpulan:
Tugas :
1. Titik apakah yang tersukar ditentukan?
2. Bagaimanakah klasifikasi orang yang diperiksa tadi menurut :
index cephalicus?
nasialis?
facialis?
intermembralis?
brachialis?
skelicus?
pyelicus?
contitutionalis?
tinggi tubuhnya?

68
XVIII. SOMATO TYPING

Tujuan : menentukan somatipe seseorang.


Pinsip: Sheldon mengemukakan tiga komponen dasar ialah: - mesoderm
- echoderm
- entoderm;
yang pada tingkat perkembangan selanjutnya:
- entoderm menjadi terutama alat-alat viscera
- mesoderm terutama menjadi tulang dan otot,
- echoderm terutama menjadi syaraf dan kulit.
Type tubuh tergantung komponen mana yang lebih dominan
perkembangannya, masing-masing bervariasi dari 1 - 7. Derajat satu berarti paling
lemah dan 7 yang paling kuat. Dari itu hanya terdapat tiga jenis yang merupakan
bentuk extem ialah:
- endomorphi yang extrem digambarkan dengan angka 771
- mesomorphi yang extrem digambarkan dengan angka 171
- ectomorphi yang extrem digambarkan dengan angka 117
Oleh karena masing-masing komponen berbeda dalam tingkat-tingkat
perkembangannya maka kira-kira 343 macam type tubuh dapat diklasifikasi
meskipun itu dapat dikelompokan lebih sempit lagi menjadi 19 macam, dan kini
masih dapat digolongkan hanya 3 bentuk pokoknya.
Metode yang dipakai ialah photografi dan somatometri.
Pada somatometri disini kira-kira diperlukan 17 ukuran dimana tubuh dibagi dalam
5 daerah. Akan tetapi menurut ukuran-ukuran sebagai berikut:
1.Tebal lipatan kulit : - triceps kanan ……………………..mm
- subscapuler ……………………….mm
- suprailiaca ………………………..mm
- jumlahnya …………………………mm
- betis kanan ………………………..mm
Disini kita sediakan alat Skinfold-caliper.
Dengan pertolongan tabel dapat dicari komponen I dari angka-angka
tersebut diatas. Atau komponen endomorphi.

69
2. Untuk mencari komponen II diperlukan ukuran tinggi badan baik dalam mm
maupun inci, disamping ukuran-ukuran: diameter bicondyler pada humerus dan
femur dalam cm, lingkaran biceps dalam keadaan relaxasi dan kontraksi,
lingkaran betis, yang masih dilengkapi dengan tebal lipatan kulit triceps dan
betis. Juga dengan pertolongan tabel kita akan dapatkan komponen II.
3. Untuk mencari komponen II hanya diperlukan berat badan dalam kg dan pound,
pada nomogram antara berat dan tinggi didapatkan Ponderal Index. Dari
besarnya Ponderal Index ini dapat dibaca lagi dalam tabel besarnya komponen
III.
Selesailah sudah dan sekarang ketiga komponen itu kita susun dari
depan kebelakang dari nomer 1 (komponen I) di somatotype dari hasil
pengukuran itu.
Alat-alat :
1. Skinfold - Caliper
2. Antropometer
3. Kaliper lurus
4. Kaliper lengkung kecil
5. Kaliper lengkung besar
6. Pita meteran
7. Timbangan
Metode: Observasi hasil pengukuran
Prosedur:
Diambil satu naracoba dari anggota rombongan praktikum, catat data naracoba pada
lembar kerja.
1. Ukur tebal kulit, tricep kanan, subscapuler, suprailica dan betis kanan. Kemudian
ditentukan komponen I sebagai komponen endomorphi dengan tabel.
2. Ukur tinggi badan, diameter bicondyler. Pada humerus dan femur, lingkaran biceps
relaxsi dan kontraksi, lingkaran betis, tebal lipatan kulit triceps dan betis. Kemudian
cocokan dengan tabel untuk mendapatkan komponen II
3. Ukur berat badan, kemudian tentukan ponderal index untuk membaca tabel dalam
mencari besarnya komponen III.

70
Analisis Data: ambil kesimpulan somatype probandus dengan melihat nilai ketiga
komponen yang diukur.
Diskusi : Apakah somatype naracoba yang anda ukur? Jelaskan kenapa dikatakan sebagai
tipe tersebut!

71
Format laporan:
Somatotype Rating:
Tanggal : Yang mengukur:
Nomor : Yang di ukur :
Jenis : Umur : tahun
Daerah Asal :

I. Skinfold: triceps : ……………………………………………mm


subscapular : ……………………………………………mm
suprailiaca : ……………………………………………mm
total : ……………………………………………mm
betis : ……………………………………………mm
Komponen pertama:

II. Tinggi ………………………….mm ……………………………..inchi


diameter biepicondylar humerus : ……………………………… cm
diameter biepicondylar femur : ……………………………… cm
Lingkaran: biceps kanan fleksi : ……………………………… cm
betis : ……………………………… cm
Lingkaran biceps flexi - skinfold triceps: ……………………………… cm
Lingkaran betis - skinfold betis : ……………………………… cm

Komponen kedua:

III. Berat : …………………………….. kg …………………………….. lbs


Ponderal index
Komponen ketiga:
Somatotype
Lean score

72
Kesimpulan: …………….
Tugas :
1. Apakah fungsi kita mengetahui somatype seseorang?
2. Jelaskan hubungan somatype seseorang dengan karakter dan penyakit yang
paling banyak dideritanya?.

73
XIX. SEROLOGI DAN DERMATOGLIFI

Tujuan: - menentukan golongan darah sekelompok orang dan mengetahui frekuensi


masing-masing golongan pada tiap kelompok serta mengetahui frekuensi gena
pada tiap kelompok.
- menetukan frekuensi masing-masing bentuk sidik jari serta mengetahui
frekuensi gena dan pewarisnya.
Prinsip :
A. Serologi
Di dalam anthropologi serologi atau hematologi sangat penting, dan banyak hal
yang harus kita ketahui, yaitu:
- golongan darah, protein darah, kimia darah, enzym-enzym dan penyakit darah.
Di dalam latihan ini kita terangkan secara singkat dan praktis antara lain: golongan darah
dan sckle sell anaema.
Golongan darah: di dalam pembagian golongan darah ini kita kenal beberapa system:
system ABO, Rh, MN, dan lain-lain.
System ABO: dengan system ini darah dibagi menjadi 4 golongan ialah (atas dasar adanya
agglutinogen didalam erythrocyt dan agglutinine didalam serum darah)
Golongan darah A : mengandung Agglutinogen A dan Agglutinine b (bet).
Golongan darah B : mengandung Agglutinogen B dan Agglutinine a (alf).
Golongan darah AB : mengandung Agglutinogen A + B dan Agglutinine nol.
Golongan darah O : mengandung Agglutinogen tetapi Agglutinine a+b ada semu.
Transfusi darah:
Didalam transfusi darah kita kenal adanya agglutinasi, yaitu menggumpalnya darah
(erythrocyt) karena bertemunya agglutinogen dan agglutinine yang sama.
Skema tranfusi darah:
Golongan darah dan Darah donor
Agglutinasi.
Gol.A Gol. B Gol. AB Gol.O
Gol. A (aggl. B ) - + + -
Gol B (aggl. A) + - + -
Gol. AB ( - ) - - - -
Gol. O (a + b) + + - -
Keterangan : + = terjadi agglutinasi

74
- = tak terjadi agglutinasi
Darah golongan O dapat diberikan kepada semua golongan tetapi hanya dapat menerima
golongan yang sama ini disebut Golongan darah Donor Universal.
Golongan AB dapat menerima dari semua golongan, tetapi hanya dapat memberikan
kepada golongan AB saja, ini disebut Rocipien Universal.
Skema diatas benar kalau kita memperhatikan adanya microagglutinasi, sebab pada
pemberian dari donor yang tidak sama, misal: Donor Golongan O diberikan kepada baik A,
B, AB, pasti akan menimbulkan agglutinasi, sebab di dalam serum golongan O (donor)
mengandung juga agglutinine a/b. Jadi praktis juga terjadi agglutinasi kecil-kecilan.
Juga pada golongan AB yang diberi golongan A/B, dimana darah A/B terdapat dalam
serumnya agglutine b/a pasti juga terjadi microagglutinasi.
Oleh karena itu seyogyanya harus diberikan golongan darah yang sama.
Praktikum yang harus disediakan:
1. Tust sera : Anti A dan Anti B
2. Obyek glass,
3. Jarum Franke,
4. Brandspiritus,
5. Kapas,
6. Microskop
Kita buat 2 tetesan darah yang akan diperiksa pada obyek glass.
Pada tetes I ditambahkan 1 tetes serum anti A.
Pada tetes II ditambahkan 1 tetes serum anti B, mana yang terjadi agglutinasi sesudah
diaduk dan ditunggu beberapa saat.
Pemeriksaan dan hasilnya
Tetesan I + (agglutinasi) : gol. A
Tetesan II + (tidak agglutinasi) : mengandung agglutinogen A
Tetesan I - : gol. B
Tetesan II + : mengandung agglutinogen B
Tetesan I + : gol. AB
Tetesan II + : mengandung A+B
Tetesan I - : gol. O

75
Tetesan II - : tidak mengandung agglutinogen
Mengingat hal-hal diatas maka pada transfusi darah masih harus kita lakukan ” cross test”.
Sub golongan darah:
Disamping golongan darah yang pokok (ABO), masih ada sub golongan darah yaitu
golongan A1 dan A2. Dari itu ada pula golongan A1B, A2B. Yang harus kita ingat, bahwa
A1 itu dominan terhadap A2. Jadi gol. A1 genotypis OA1 dan A1A2 golongan AB dapat
A1B dan A2B. Untuk agglutinenya alfa 2 dominan terhadap alfa 1, dan bahkan alfa 2 dapat
mengagglutiner darah golongan O, sehingga disebut juga anti O.

SICKLE CELL FAKTOR:


Faktor S dominan dan pewarisannya sederhana.
SS = homozygot dominan, berarti Sickle cell disease, mati waktu anak-anak.
Ss = heterozygot, tersembunyi = sickling trait, bari menifest bila darah kekurangan oxygen.
ss = normal.
S = faktor ini banyak terdapat dikalangan Negro, dengan hidung yang lebar. Titik tangkap
abnormalitas itu terdapat pada bentuk hemogloben, yang mengakibatkan bentuk
arythrosyt seperti sabit. Dan bentuk yang begini mudah sekali rusak. Akibatnya orang
akan menderita kurang darah yang disebut Sikle cell anaema.
Dalam praktikum kita sediakan : Zat reduktor: Na metabisulfit dan vit C 2% dapat
juga bakteri aerob. Obyek glass dan deck glass parafine, lampu spiritus, mikroskop. Ujung
jari kita ikat selama 5 menit, agar kurang O2, kemudian kita tusuk dan teteskan pada obyek
glass, terus ditambah Na metabisulfit/Vit C yang masih segar. Ditunggu ¼; 4; 24 jam kita
lihat dibawah microscope.
Hasilnya : + (positif) bila lebih dari 10 % sickling.
Pada anak yang kurang dari 45 % = Ss trait.
Bila lebih dari 60 % = SS dosaese.
b. Dermatoglipy
Dermatoglipy ialah ilmu yang menyelidiki jejak berupa cetakan permukaan kulit
yang terbatas tapak tangan dan kaki.

Untuk memudahkan cara mempelajarinya kita bedakan dalam 3 hal:


- sidik jari (finger print)
- tapak tangan (palm print)

76
- tapak kaki ( foot print)
Hal ini sangat banyak dan penting penggunaannya, terutama dibidang: criminologi,
kedokteran (membantu diagnose), dan penyelidikan anak kembar (gemelli).

Sidik jari : Bentuk-bentuk pokok sidik jari ada 3 macam, ialah :

1. Arcus (Arch) disebut juga busur, bangunan pokok yang paling sederhana, berupa garis
melengkung menyilang jari. Pada umumnya tidak terdapat triradius (plain arch),akan
tetapi sering juga terdapat sebuah triradius (tented arch)

2. Sinus (Loop) atau disebut jerat, ini berbentuk kantong, dimana garis-garisnya berasal
dari satu sisi kembali ke sisi yang sama. Pada bangunan ini terdapat satu triradius.
Dibedakan menjadi dua macam ialah sinus radial dan sinus ulnar.

3. Vortex (Whorl) atau pusaran: berupa lingkaran yang konsentris dan mempunyai dua
triadii. Jenis-jenis vortex yang lebih komplex disebut composite yang dapat dibedakan.

- Central pocket loop,

- twinet

- lateral pocket loop,


- accidental.

Diagram bentuk-bentuk sidik jari:

77
Index Cummins : ialah dua kali banyaknya vortex ditambah jumlah sinus dibagi dengan
jumlah sample. (2V + S) /n

Index Furuhata : ialah perbandingan jumlah vortex dengan sinus kali 100 (A/V x 100).

Index Dankmeijer: ialah perbandingan jumlah Areus dengan jumlah vortex kali seratus
(A/V x 100).

Ketiga indices itu dapat berbeda dalam hal sex dan ras. Disamping itu frekuensi
bentuk-bentuk pokok sidik jari itu dapat berbeda antara tangan kiri dan kanan, maupun
antara jari satu dengan jari yang lain.

Pola sidik jari pada ras:

Pola Mongoloid kaukasid Negroid


Arcus 1 –2 % 4–7% 6–7%
Sinus 50 – 60 % 60 – 70 % 50 – 60%
Vertex 40 – 50 % 20 – 30 % 30 – 40 %

Alat dan Bahan:


1. Anti serum penentu golongan darah dan slide.
2. Lempeng kaca
3. Kertas
4. Tinta cetak
Metode : Observasi
Prosedur :
A. Serologi.
1. Tentukan golongan darah dengan memakai slide dan anti serum pada teman satu
kelompok.
2. Tentukan frekuensi masing-masing golongan darah pada tiap kelompok.
3. Tentukan frekuensi gena pada tiap kelompok.
B. Dematoglyphi
1. Tinta cetak diratakan pada lempeng kaca.

78
2. Buatlah sidik jari-jari tangan kanan satu persatu mulai dari jari I, dengan memutar
ujung jari dari tepi ketepi.
3. Buatlah jari-jari tangan kiri satu persatu mulai dari jari I, dengan memutar ujung jari
dari tepi ketepi.
4. Buatlah sidik 4 jari-jari tangan kanan secara serentak.
5. Buatlah sidik 4 jari-jari tangan kiri secara serentak.
6. Buatlah sidik jari-jari I tangan kanan dan kiri secara serentak.
7. Cari frekuensi masing-masing bentuk, dan bagaimana frekuensi gena dan pewarisnya.
Analisis Data: ambil kesimpulan dari data hasil pengamatan serologi dan dermatoglyphi.
Diskusi:
1. Pola apakah yang paling sering terdapat pada tiap -tiap jari dalam rombongan
anda?
2. Rumus triradius apakah yang paling sering dijumpai dalam golongan ini?
- kanan I, II, III, IV, dan V
- kiri I, II, III, IV, dan V
- jari-jari kanan
- jari-jari kiri
Format laporan.
Nama yang diperiksa:
Asal : Ayah: Sex: Umur:
Ibu : Tgl.:
Nama pemeriksa:
a. Golongan darah :
b. Hb S :
c. Jari-jari kanan :
kiri :
d. Triradius kanan :
kiri :
Kesimpulan: …………….
Tugas: 1. Jelaskan penggolongan darah selain sistem ABO!
2. jelaskan teknik-teknik dermatoglyphi!

79
XX. REKAMAN DIET

Tujuan : menentukan status gizi naracoba merekam diet naracoba selama 3 hari menyusun
menu ideal untuk naracoba.
Prinsip : Penentuan kebutuhan kalori dalam tubuh tubuh tiap hari harus dihitung melalui
penilaian yang mempertimbangkan tinggi badan (TB), berat badan (BB), bentuk
kerangka proporsi lemah, otot dan tulang serta adanya tanda patologis berupa
oedem, spelnomegali hepatomegali, dan lain-lain. Pengukuran berat sebaiknya
dilakukan sebelum makan, tanpa sepatu dan pakaian minimal.

Cara penentuan BB ideal menurut kesehatan


(TB – 100) – 10% (TB – 100) kg
Menurut data yang dikumpulkan “Society of Actuaries 1959” sebagaimana
dikemukakan D.B. Jellife dalam “The Assesment of Nutritional Status of
Community” (lihat tabel pada lampiran).

Dengan penilaian
Lebih dari 110 % Standar gemuk
90 – 110 % Standar normal
70 – 90 % Standar kurus moderat
Kurang dari 70 % Standar sangat kurus

Pencatatan dan penilaian intake makanan sesesorang merupakan bagian yang paling
sulit dan seringkali mengecewakan dari semua aspek penilaian status gizi perseorangan.
Hal ini disebabkan oleh karena :
a. sangat sukar melakukan pencatatan tentang apa yang telah dimakan tanpa
pewawancara mempengaruhi jawaban si pasien.
b. banyak orang tidak dapat mengingat lagi apa yang telah dimakan dan berapa
banyak.
c. hampir tidak mungkin untuk menentukan dengan pasti jumlah zat gizi dalam
makanan yang telah dimakan

80
Meskipun begitu data tentang intake makanan merupakan bagian yang sangat
penting di dalam usaha penentuan keadaan gizi perseorangan, karenanya harus dilakukan
dengan seksama.
Beberapa metoda untuk mendapatkan data tentang intake makanan telah ditemukan
orang, yaitu :
1) 24 hour recall
Metoda ini mudah untuk dilaksanakn, kerenanya sangat populer. Paseien diminta
mengisi atau diwawancarai oleh ahli diet/perawat tentang apa saja yang telah
dimakannya dalam 24 jam, atau hari kemarinnya. Cara ini telah terbukti berguna untuk
survai pada kelompok masyarakt, namun kurang baik bila digunakan untuk
perseorangan, karena mengandung sumber kesalahan berikut ini :
a. seseorang biasanya tidak mengingat lagi apa yang telah dimakannya kemarin
dengan pasti
b. apa yang dimakan kemarin, seringkali bukan makanan yang biasa dimakan sehari-
hari
c. paseien tidak mengatakan yang sebenarnya karena berbagai alasan
Namun demikian 24-hour recall dapat memberikan gambaran kwalitatif dari diet
seseorang yang cukup berguna.
2) Food Frequency Queationnaire
Untuk mengatasi kelemahan yang melekat pada metoda 24-hour recall, dapat
disertakan suatu kuesioner yang isinya menanyakan jenis makanan tertentu yang
dimakan dan berapa kali setiap hati. Kwesioner ini dapat berguna untuk
memperkirakan kebenaran data yang didapat dengan metoda 24-hour recall.
3) Dietary history
Riwayat diet ini lebih lengkap dari 24-hour recall dan food frequwency
questionaire, sekalipun keduanya merupakan sumber yang penting untuk menyusun
riwayat diet.
4) Food Diary/record
Metoda ini lebih banyak lagi memakan waktu, memerlukan pengertian dan
motivasi pasien yang lebih besar agar hasilnya dapat sempurna. Dengan metoda ini

81
pasien diminta untuk mencatat apa saja yang dimakan atau diminum pada suatu waktu
tertentu.
Pencatatan ini dapat dilakukan selama 3 hari, atau dapat sampai 2 minggu
tergantung pada keteraturan makan pasien. Makin teratur pasien makan makanan
tertentu, maka waktu pencatatan dapat mekin pendek. Hal ini perlu agar kerjasam
pasien dapat dipelihara dan hasilnya pun cukup akurat. Kemudian hasil pencatatan ini
dipakai sebagai dasar untuk melakukan perhitungan jumlah zat gizi yang telah dimakan
sehari-hari.
Dari data ini dokter dapat menambahkan gambaran tentang : gaya hidup,
kerjasama dan lingkungan makan pasien menanya orang-orang yang makan
bersamanya. Bila perlu juga ditanyakan bagaiman cara memasaknya.
Food Diary dapat merupakan alat yang lengkap dan sangat akurat bila pasien
segera mencatatnya setelah selesai makan dan minum.
5) Observasi terhadap makanan yang dikonsumsi
Observasi terhadap food intake merupakan metoda yang paling akurat, akan
tetapi merupakan cara yang paling banyak makan waktu, mahal dan sukar dikerjakan.
6) Household food consumption
Metoda ini biasanya digunakan pada survai populasi yang besar jumlahnya.
Metoda ini menghitung jumlah makanan yang dkonsumsi oleh satu keluarga. Caranya
dapat dengan secara berkala mengunjungi ibu rumah tangga dan menanyakan apa saja
yang telah dibelinya dan disajukan untuk keluarga.
Tugas kali ini menggunakan metode Food Diary / record selama 3 hari praktikan
merekam intake yang telah parktikan konsumsi dalam bentuk catatan.
Untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan zat gizi secara optimal diperlukan makanan
yang berkualitan dan berkuantitas. Makanan tersebut harus mengandung semua zat gizi
yaitu karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin dan air dalam komposisi tertentu.
Kebutuhan makronutrien sebesar 70-80 % karbihidrat serta 30-20 % berupa lemak dan
protein.
Protein sangat penting untuk masa pertumbuhan anak, ibu hamil dan menyusui,
penggantian sel-sel yang aus yang banyak terjadi pada waktu sakit.

82
Dalam memilih bahan pangan protein kita memperhatikan tinggi rendahnya
kandungan protein. Pada kelompok bahan pangan nabati (tumbuh-tumbuhan) kacang-
kacangan punya kandungan protein tinggi: misalnya kedele (35%), kacang tanah (25%),
kacang merah (23%) dan kacang hijau (22%), juga beragam jenis biji-bijian, misalnya
kemiri(19%), pete (10%) serta beragam hasil olahan bahan pangan itu misalnya tempe
kedele (18 %), oncom (13%) dan emping melinjo (12%).
Di antara bahan pangan hewani juga terdapat keragaman dalam kandungan protein:
daging ternak besar (sapi, kerbau) atau ternak kecil (domba, kambing) rata-rat mengadung
18% protein, juga daging ayam (18%) sedangkan dalam kelompok bahan pangan ikan,
undang (21%) dan bandeng (20%) lebih menonjol daripada ikan mas (16%), belut (14%)
atau kerang (8%). Telur ayam mengandung 13%, dan air susu sapi 3%. Hasil olahan bahan
pangan hewani juga tinggi dalam protein, misalnya karena pengeringan lebih lebih sedikit
mengandung air, maka menurut perbandingan kandungan protein lebih tinggi dari pada
bahan yang segar. Contoh : udang kering (62%), pindang ikann (30%) atau trasi (30%).
Pada bahan pangan nabati tersebut di muka keragaman kandungan protein pada satu jenis
mungkin juga karen aberbeda varietas dengan sifat yang beragam : pada varietas ini
sebaliknya lebih banyak kandungan lemak yang mengahsilkan minyak kedele
Kelompok kedua bahan pangan nabati yang mengandung protein masih tergolong
tinggi adalah beragam padi-padian (serelia), misalnya: jali (11%), jagung (9%) dan beras
(7%) serta hasil-hasil olahan berupa tepung beras atau jagung. Bahan pangan ubi-ubian
punya kandungan protein rendah sekali : ubi jalar (2%), singkong (1%). Jika ubi-ubian atau
sago dipilih sebagai bahan pangan pokok orang harus menambahkan bahan pangan lain
7yang tinggi kandungan protein, mjisalnya daging, ikan atau tempe kedele. Dalam hal
beras, jagung atau terigu menambah jumlah yang dimakan secara langsung berarti juga
menambah makanan protein. (Lihat gambar halaman 79)
Hal lain yang mesti kita perhatikan dalam memilih bahan pangan protein adalah
pengertian mutu protein dan nilai cernanya. Untyuk menjelaskan arti “mutu” protein, kita
memerlukan meminjam dua jenis perumpamaan. Pertama, mengenai bentuk protein yang
terdiri atas sejumlah asam amino. Satu jenis protein paling baik dapat digambarkan sebagai
satu kalung panjang dengan berbagai jenis merjan (=asam amino), tiap jenis merjan
terdapat dalam jumlah tertentu yang mencirikan kalung (atau protein) itu. Kalung itun dapat

83
berupa gulungan yang menggumpal. Susunan beragam merjan itu juga berbeda untuk tiap
kalung (atau jenis protein). Tiap jenis protein yang kita makan, dalam perut kita mengalami
pencernaan, artinya tiap kalung itu terputus menjadi bauran merjan atau asam amino itu
banyak dan beragam jenis protein yang sesuai kebutuhan badan sendiri. Memanfaatkan
pangan protein berarti “bongkar” protein yang diterima itu dan “pasang” kembali menjadi
protein yang berfaedah bagi badan.
Perumpamaan kedua mengandalkan asam amino itu sebagai huruf-huruf (seperti
dalam abjad kita): membentuk sejumlah asam amino beragam jenis menjadi satu jenis
protein dapat disamakan dengan membentuk kalimat dan suatu kumpulan huruf-huruf. Ada
sejumlah 20 asam amino yang dapat dibuat membentuk berjuta-juta jenis protein, sama
halnya berjuta-juta kalimat huruf abjad. Tiap kalimat protein terdiri dari huruf-huruf asam
amino yang terpasang menurut satu urutan tertentu. Untuk satu kalimat yang lengkap
diperlukan dari tiap jenis huruf sejumlah tertentu, artinya tiap jenis protein terdiri atas
sejumlah tertentu dari tiap asam amino. Contoh : kalimat “Orang cukup aneka zat gizi pasti
sehat kuat” terdiri atas 16 huruf, tiap huruf menurut jumlah tertentu, misalnya ada 3 huruf
k, 7 huruf a, dan seterusnya. Jika diumpamakan satu jenis protein, ia terdiri dari 16 asam
amino, tiap asam amino dalam jumlah tertentu baru lengkap protein itu.
Bahkan badan kita sanggup pula membentuk satu asam amino dari asam amino lain
yang “mirip” dalam perumpamaan huruf-huruf, jika yang diperlukan huruf “P” dan ini tak
tersedia, maka dengan “memotong” satu kaki huruf R yang ada dapat diperoleh huruf P itu.
Tapi ada 8 jenis asam amino yang tak dapat dibuat sendiri oleh badan kita dan disebut asam
amino esensial yang mutlak harus ada dalam makanan kita. (Gambar 3.2).
Jika satu jenis bahan pangan mengandung satu jenis protein yang tak lengkap untuk
membentu jenis protein keperluan badan kita, protein itu tak memberi sumbangan dalam
membangun badan kita, dalam proses pertumbuhan anak misalnya atau pemulihan bagian
badan kita. Tapi beragam jenis protein dari beraneka bahan pangan dapat saling
mendukung untuk melengkapi keragaman maupun jumlah asam amino yang kita perlukan.
Dalam perumpamaan “huruf dan kalimat” di atas, misalnya dua jenis protein pangan kita
juga terdiri atas sejumlah 16 jenis asam amino yang sama (huruf) tapi pada yang satu
terdapat hanya 5 huruf “A”, pada yang kedua 4 huruf “A”. Secara sendiri-sendiri tiap jenis
protein itu tak dapat membentuk protein “orang cukup aneka zat gizi pasti sehat kuat”

84
karena tak mencukupi sebanyak 7 huruf “A” yang diperlukan. Jika kedua jenis protein itu
bersama-sama terdapat dalam makanan kita, dapatlah mencukupi syarat 7 huruf “A”.
Diumpamakan huruf lain sudah mencukupi dalam hal jenis maupun junmlah masing-
masing). (Gambar 3.3).
Mutu protein dalam tiap jenis bahan pangan dinyatakan dalam satu angka, paling
tinggi 100% (100 perseratus), susunan asam aminonya sempurna. Hanya dua jenis pangan
yang dikenal sehari-hari memenuhi mutu setinggi itu yaitu telur dan susu ibu. Dibanding
dengan patokan itu air susu tapi bermutu 81, protein daging 81, ikan segar 93, protein ubi
jalar tergolong baik 72, protein beras 58, kedele 70, kacang tanah 48, protein tempe (terbuat
dari kedele), menempati urutan mutu tertinggi di antara pangan protein nabati yang lain
yaitu 74. Makanan yang terdiri dari nasi (besar) dan tempe, jika dalam junmlah 150 gram
beras dan 75 gram tempe, karena saling dukung antara protein kedua jenis bahan pangan
itu, mencapai mutu 72: lebih tinggi dari mutu protein satu-satu bahan pangan itu.
Kebutuhan kalori dari makanan tergantung berat badan, jenis kelamin, umur dan
aktifitas. Aktifitas dapat bersifat ringan, sedang dan berat contoh aktifitas ringan adalah
pekerjaan juru tulis dan tata usaha, aktifitas sedang : ibu rumah tangga dan perawat. Sedang
aktifitas berat : sopir, olah ragawan, dan pembantu rumah tangga.
Kebutuhan kalori seseorang terdiri atas : BM (Basal metabolisme) ditambah
aktifitas dan SDA (Sepesifik Dinamic Action). Basal Metabolisme adalah jumlah kalori
yang dibutuhkan seseorang untuk melakukan aktifitas dasar (aktifitas yangh dikendalikan
sistim saraf otonom misal : denyut jantung, pernafasan dan lain-lain). Laki-laki 30 kalori /
kg BB dan perempuan 25 kal/kg BB.
SDA (Spesifik Dinamic Action) adalah tenaga yang dibutuhkan untuk mengolah
makanan yang masuk sampai dapat menghasilkan tenaga sebesar 10 % x (BM + aktifitas).
Orang yang beraktifitas ringan memerlukan kalori 20 % dari BM, yang beraktifitas
sedang memerlukan 30 % dari BM. Sedang yang berktifitas berat membutuhkan 50 % dari
BM.
Alat-alat : 1. Daftar Komposisi Bagan Makanan (DKBM)

2. Alat tulis
Metode : Observasi

85
Prosedur :
Dalam pencatatan ini praktikan sebagai naracoba sendiri, caranya :
1. Naracoba mengukur tinggi dan berat badan dan kemudian menentukan status gizinya
dan menghitung berat badan idealnya.
2. Naracoba menghitung kalori yang dibutuhkannya.
3. Naracoba merekam diet selama tiga hari dan menghitung kalorinya dan menentukan
kalori tersebut berlebihan atau kurang untuk diri.
4. Naracoba menyusun menu ideal dengan mengacu kalori dan protein yang dibutuhkan
dan memperhatikan kualitas dan kuantitas zat gizi.
Diskusi :
1. Apakah yang menyebabkan status gizi seseorang gemuk atau obesitas.
2. Apakah yang menyebabkian status gizi seseorang kurus atau sangat kurus.
3. Apakah yang harus dilakukan apakah status gizi seseorang kurus dan atau gemuk.

Format Laporan
1. Nama : .......................................

Umur : ............................. tahun

Jenis kelamin : .......................................

Tinggi badan : ............................. cm

Berat badan : ............................. kg

Pekerjaan/Hobi : .......................................

2. Berat Badan Ideal naracoba :

Status gizi naracoba :

86
3. Rekaman diet naracoba selama 3 hari
Hari Makan Jenis Makanan Jumlah Makanan Jumlah Kalori
I Pagi

Saing

Malam

Jumlah kalori ........................


II Pagi

Siang

Malam

Jumlah Kalori .......................


III Pagi

Siang

Sore
Jumlah kalori ........................

4. Tabel untuk diet ideal naracoba sama dengan nomor 3.


Kesimpulan :

87
Tugas :

1. Gambar anatomi alat pencernaan dan sebutkan nama serta fungsinya !


2. Jelaskan mekanisme makan sejak masuk ke mulut dan keluar dari anus berupa fases.

88
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.1981.Daftar Komposisi Bahan Makanan.Penerbit Bhrataral Karya Aksara, Jakarta.

______.1988.Buku Petunjuk Praktikum Fisologi.Laboratorium Fisiologi Fakultas


Kedokteran UNS, Surakarta.

______.1993. Buku Petunjuk Praktikum Fisologi.Laboratorium Fisiologi Fakultas


Kedokteran UGM,Yogyakarta.

______.2000.Buku Petunjuk Praktikum Fisiologi.Laboratorium Fisiologi Fakultas


Kedoketeran UMY,Yogyakarta.

______.tanpa tahun.Buku Petunjuk Atropobiologi.Laboratorium Antropobiologi dan


Paleoantropologi Fakultas Kedokteran UGM,Yogyakarta.

Ganong, W.F.1995.riview of Medical Physiology. Lange Medical Book Practice Hall


International (UK) Limited London.

Harrison, G.A., Weiner, J.S., Tanner, J.M., banocot, N.A. & Reynold, V. 1978. human
Biology : An Introduction Growth and Ecology. Oxford university Press,London.

Ichsan, M., Yuliati dan Redjeki.S.1993.Ilmu Kesehatan Dan Gizi. Direktorat Pendidikan
Dasar dan Menengah Depdikbud, Jakarta.

Lasker, G.W.1976.Physical Antropology.Holt,Rinerhart and Wiston, New York.

Montagu, M.F.A.1960.A Handbook of Antropometry. Charles (Thomas Publiser,


Springfield.

Olivier, G.1969.Practical Anthropology.Charles C Thomas Publisher,Springfield

Sajogyo, Goenardi, Roesli, S. Harjadi, S.S., dan Khumaedi.1994. Menuju Gizi Baik yang
Merata di Pedesaan dan di Kota. Gadjah Mada Press,Yogyakarta.

Suprapto, B. 1987. Ilmu Gizi : Penilaian Keadaan Gizi Perseorangan dan Penilaian Gizi
Masyarakat. Fakultas Kedokteran UNS, Surakarta

89
LAMPIRAN:

1. BENTUK RAMBUT.

2. DAHI

2. DAHI

3. HIDUNG / DORSUTINASI

4. TELINGA.

90
5.CELAH MATA

6. BIBIR

7. DAGU

91
8. PIPI

9. MAMMA
9. MAMMA

92
10. PUBES

11. MUKA

93
BEBERAPA DEFINISI DALAM ANTHROPOMETRI

1. Vertex verte : titik tertinggi pada kepala di linea media, kepala tegak dan axi
visual horizontal.
2. Glabella : tempat diatas radix nasi dan antara arsi supraorbitalis, di linea
mediana
3. Trichion : titik didahi, dimana batas rambut menyilang linea mediana
4. Nasion : titik dimana sutura internasalis menyilang sutura nasafrontalis.
5. Subnasale : titik di caudal pada hidung dilinea mediana.
6. Gnathion : titik inferior pada mandibula dilinea mediana pada batas aspek
fetial dan lingual.
7. Opisthoerantion : titik terdorsal didaerah occipita dilinea (titik) glabella dilinea
mediana.
8. Euryon : titik yang paling lateral pada kepala.
9. Frontotemporale : titik didaerah temporal pada concanvitot maximal
10. Zygion : titik titik yang lateral pada arcus zygomaticus.
11. Gonion : titik batas antara margo inferior corpus mandibulae dan margo
posterior rami mandibulae
12. Tragion : titik pada batas tepi superior dan anterior tragus
13. Stamion : titik silang antra celah mulut dan linea mediana; mulut dalam
keadaan tertutup.
14. Entochantion : titik pada tepi medial mata, dimana palpebrae simperior dan inferior
bersilang.
15. Alare : titik terlateral pada ala nasi
16. Praeaurale : titik pada basis auralis dilalui oleh lebar telinga physiognomis
17. Postaurale : titik berdasral pada tepi belakang helix
18. Superaurale : titik yang paling superior pada tepi atas helix
19. Subuaurale : titik berdasral pada tepi bawah cuping
20. Manubriale : titik terbawah pada incisura suprasternalis
(suprasternale)
21. Thelion : titik pusat pada papilla mammae
22. Acromion : batas superior dan lateral pada processus acrominalis scapulae
23. Symphision : titik pada tepi batas symphysis pubis di linea mediana

94
24. Iliospinale : puncak spina iliaca anterior superior anterior
anterior
25. Iliocristale : titik terlateral pada crista iliaca
26. Iliospinale : ujung spina iliaca posterior superior
posterior
27. Radiale : titik tercranial pada tepi capitulum radii
28. Stalion : ujung processus styliodeus radii
29. Dactylion : ujung jari III
30. Trochanterium : titik pada tepi atau trochanter major
31. Tibiale : titik pada tepi atau tuberositasmedialis tibiae
32. Spyrion : titik terdistal pada malleolus medialis tibiae
(malleolare)
33. Pternion : titik berdorsal pada tumit
34. Acropodion : titik terventral pada jari kaki terpanjang.

95
96
Beragam bahan pangan protein :

97

Anda mungkin juga menyukai