Anda di halaman 1dari 3

Sistem gerak manusia terbagi menjadi dua bagian yaitu gerak refleks (gerakan dibawah tingkat kesadaran) dan

sadar (gerakan terkoordinasi). Refleks adalah tindakan yang terjadi sebagai respons langsung terhadap
rangsangan tanpa pemrosesan sistem saraf pusat di korteks serebral. Refleks bervariasi dari yang sederhana
hingga yang kompleks. Contoh refleks sederhana adalah refleks menghisap. Bayi yang baru lahir dan sehat
sudah bisa menghisap ASI dari payudara ibunya. Refleks menghisap ini dapat dipicu pada saat pipi bayi
menyentuh puting. Bayi melihat payudara yang sedang disusui. Mulutnya terbuka, bibirnya menempel di
putingnya, mungkin tangannya memegang payudaranya, lalu terjadi gerakanmenghisap dan menelan. Semua
kegiatan tersebut bersifat reflektif (Suyanto, 2010).
Gerakan refleks adalah gerakan yang timbul dari jalur saraf yang paling sederhana. Jalur saraf ini terdiri dari
urutan neuron sensorik, interneuron, dan neuron motorik yang mengarahkan impuls saraf ke jenis refleks
tertentu. Gerakan refleks paling sederhana hanya membutuhkan dua jenis neuron, yaitu neuron sensorik dan
neuron motorik. Refleks dipicu oleh rangsangan tertentu, yang sebagian besar menakutkan dan menyakitkan.
Tindakan refleks terjadi ketika rangsangan yang diterima oleh neuron sensorik ditransmisikan langsung melalui
interneuron atau neuron aferen (Wulandari, 2009).
Ciri dari refleks adalah reaksi yang terjadi dengan cepat dan tidak terjadi. Meskipun busur refleks adalah jalur
aksi refleks terpendek. Interneuron adalah penghubung antara neuron sensorik dan neuron motorik. Jika neuron
sinaptik ada di otak, ini disebut refleks otak. Ketika berada di sumsum tulang belakang, refleksnya disebut
sumsum tulang belakang (Taiyeb, 2016).
Prinsip sistem saraf disajikan dalam bentuk efek refleks. Dengan adanya refleks dimungkinkan untuk
melakukan pekerjaan yang baik dan memadai antara berbagai organ individu dan hubungan individu dengan
lingkungannya. Refleks adalah tanggapan suatu organisme terhadap perubahan lingkungan, baik di dalam
maupun di luar organisme (Syaifuddin:2006)
Refleks adalah setiap reaksi yang terjadi secara otomatis tanpa disadari. Refleks ada dua jenis, yaitu refleks
sederhana atau refleks dasar yang terpadu tanpa belajar, seperti menutup mata ketika suatu benda bergerak ke
arahnya, dan refleks yang dipelajari atau refleks terkondisi, yang merupakan hasil dari melakukan dan belajar,
seperti. tentang membalikkan langkah. mobil jika Anda ingin memukul sesuatu. Kami melakukan ini secara
otomatis, tetapi hanya setelah latihan sadar yang lama (Basoeki, 2003)
Refleks adalah bagian dari mekanisme pertahanan tubuh dan terjadi jauh lebih cepat daripada gerakan sadar,
seperti menutup mata dari debu atau menarik tangan Anda dari benda panas dan menyakitkan yang tidak
sengaja Anda sentuh. Gerakan refleks dapat dihambat, misalnya dengan kehendak sadar yang tidak hanya
menarik tangan menjauhi benda panas, tetapi bahkan dengan sengaja menyentuh permukaan benda panas
tersebut (Pearce 2009).
Gerakan refleks bekerja sangat cepat dan reaksi terhadap rangsangan bersifat otomatis, tanpa perlu dipandu
oleh otak. Gerak refleks yang paling sederhana membutuhkan dua jenis neuron, yaitu neuron sensorik dan
neuron motorik. Tindakan refleks tidak tunduk pada kesadaran dan kemauan. Dalam gerak refleks, impuls
menempuh jarak pendek atau jalan pintas, dimulai dari reseptor yang menerima rangsangan. Saraf sensorik
kemudian mengirimkannya ke pusat saraf, di mana mereka menerima neuron penghubung (asosiasi) tanpa
diproses di otak dan mengirimkan respons langsung ke saraf motorik. Untuk diteruskan ke efektor yaitu otot
atau kelenjar, pemendekan ini disebut busur refleks (Wulandari, 2009).
Aktivitas busur refleks muncul dari reseptor sensorik sebagai potensial reseptor yang besarnya sebanding
dengan kekuatan stimulus. Potensial reseptor ini menghasilkan potensial aksi terputus-putus atau lengkap di
saraf eferen. Ketika potensial aksi itu mencapai efektor, terjadi respons yang sebanding dengan kekuatan
stimulus. Karena efektor adalah otot rangka, respon fasik selalu cukup besar untuk menginisiasi potensial aksi
yang dapat menghasilkan kontraksi otot. Hubungan antara neuron aferen dan eferen biasanya terdapat pada
sistem saraf pusat (Ganong, 2009).
Dalam percobaan gerak refleks dengan martil, berikut adalah kesimpulan yang dapat diambil:

1. Gerak refleks adalah respons otomatis yang dihasilkan oleh tubuh sebagai respons terhadap rangsangan
yang spesifik. Percobaan ini menunjukkan betapa cepatnya gerak refleks terjadi ketika tubuh terkena
rangsangan yang tepat.
2. Penggunaan martil pada tendon refleks, seperti refleks lutut atau refleks achilles, memicu respons
otomatis dalam bentuk kontraksi otot yang singkat. Gerakan ini terjadi dengan cepat dan tidak dapat
dikendalikan secara sadar.
3. Reaksi refleks terjadi karena adanya jalur saraf yang menghubungkan daerah rangsangan dengan otak.
Ketika rangsangan diterima, impuls saraf dikirim ke sumsum tulang belakang atau otak, yang kemudian
memberikan sinyal kembali kepada otot untuk memicu gerakan refleks.
4. Kecepatan gerak refleks dapat diukur menggunakan waktu reaksi, yaitu waktu yang diperlukan oleh
tubuh untuk merespons rangsangan. Dalam percobaan ini, martil digunakan untuk merangsang tendon
refleks dan waktu antara rangsangan dan respons dicatat.
5. Percobaan gerak refleks dengan martil adalah salah satu metode yang umum digunakan dalam bidang
neurologi dan fisiologi untuk menguji fungsi sistem saraf manusia. Respons refleks yang terjadi
memberikan informasi penting tentang integritas jalur saraf dan kinerja sistem saraf secara keseluruhan.

Dalam keseluruhan, percobaan gerak refleks dengan martil memberikan wawasan tentang kecepatan dan
karakteristik gerak refleks dalam tubuh manusia. Ini menunjukkan pentingnya respons refleks dalam menjaga
kestabilan dan perlindungan tubuh dari rangsangan yang tidak diinginkan.

Daftar Pustaka
Basoeki, soedjono. 2003. Fisiologi Manusia. JICA: Malang.

Burhan. 2009. Macam Refleks pada Manusia. (Online). (http://biologi-itey.com/2010/01/macam-


refleks-pda-menusia.html, diakses tanggal 8 November 2020).

Blumenthal, Louis. 2007. Atlas anatomi. Jakarta: Djambatan

Ganong. (2009). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Penerbit Buku Kedokteran: Jakarta.

Pearce, Evelyn. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia Pustaka
Ilmu

Pearce, Evelyn. 2006. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

Ronquillo, Iysses. 2011. Sistem Saraf Manusia. (Online).


http://wong168.wordpress.com/2011/04/12/sistem-saraf-manusia/feed. Diakses tanggal 20
November 2020.
Soewolo, dkk. 1999. Fisiologi Manusia. IMSTEP JICA: Malang.
Soewolo, dkk. 2005. Fisiologi Manusia. Malang : Universitas Negeri Malang.
Suyanto, slamet. 2010. Hasil Kajian Neuroscience dan Implikasinya dalam Pendidikan. Jurusan
Pendidikan Biologi FMIPA UNY: Yogyakarta.
Syaifuddin. 2006. Anatomo Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika.
Taiyeb, M. (2016). Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jurusan Biologi FMIPA UNM :
Makassar.
Tortora, Gerard dan Nicholas P.A.1984. Principles of Anatomy and Physiology. New York: D
Van Nostran Company.
Wulandari, P. (2009). Pembuatan Alat Ukur Kecepatan Respon Manusia Berbasis
Mikrokontroller AT 89S8252. Jurnal Neutrino Vol. 1 No. 2.

Anda mungkin juga menyukai