Anda di halaman 1dari 40

Nama Mahasiswa : Keiza Hapsari L.

Tanggal Pemeriksaan :
NPM : 10522752 Nama Asisten :
Kelas : 1PA18 Paraf Asisten :

1. Percobaan : Indra Penglihatan


Nama Percobaan : Reflek/Reaksi Pupil
Nama Subjek Percobaan : Keiza Hapsari Listyaningrum
Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal (Kampus
D 333-334 )
a. Tujuan Percobaan : Untuk mengetahui serta memahami
reaksi-reaksi yang terjadi pada pupil
mata.
b. Dasar Teori : Menurut Iswari & Nurhastuti (2018)
Anak mata atau pupil merupakan
lubang pada bagian tengah iris yang
berguna dalam mengatur besar
kecilnya cahaya yang masuk. Didalam
bola mata terdapat beberapa lapisan
salah satunya Tunica Vasculosa
( Lapisan bagian tengah) Lapisan ini
banyak mengandung pembuluh darah.
Bagian belakang disebut koroid yang
banyak mengandung pigmen. Ke arah
depan koroid melanjutkan diri sebagai
iris dan korpus siliare yang
mengandung otot polos dinamakan
muskulus ciliaris. Kedua ujung iris
membatasi lubang yang dinamakan
pupil yang berfungsi sebagai
diafragma pada alat kamera untuk
mengatur banyaknya cahaya yang

1
masuk ke dalam bola mata.
Anatomis (Anatomical Axis). Bila
suatu cahaya masuk ke bola mata,
cahaya tersebut tidak mengikuti
sumbu anatomis, melainkan mengikuti
suatu sumbu yang jatuh tepat pada
bintik kuning. Sumbu tersebut
dinamakan sumbu penglihatan (Visual
axis). Sumbu anatomis dengan sumbu
penglihatan tidak berhimpitan, tapi
keduanya perpotongan membentuk
sudut penglihatan sebesar 1’(satu
menit) dan disebut sumbu penglihatan
Minimal. Pada mata normal dengan
sudut 1’ seseorang mempunyai sudut
penglihatan secara jelas.
Menurut Harlan (2018) Jika seseorang
yang berada cukup lama di lingkungan
terang tiba-tiba pindah ke lingkungan
gelap, retina perlahan-lahan menjadi
lebih sensitif terhadap cahaya selama
orang tersebut ‘menyesuaikan diri
dengan keadaan gelap’. Proses
penurunan ambang visual ini
dinamakan adaptasi gelap,
berlangsung maksimal 20 menit.
Sebaliknya, orang yang tiba-tiba
pindah dari tempat gelap ke tempat
terang akan merasa silau sampai
matanya menyesuaikan diri dan
ambang visualnya meningkat. Proses

2
ini dinamakan adaptasi cahaya,
berlangsung selama 5 menit. Adaptasi
gelap memiliki 2 komponen:
Penurunan ambang visual yang kecil,
tetapi cepat mula-mula berlangsung
pada sel kerucut. Setelah proses ini
terhenti, penurunan ambang visual
masih berlanjut pada sel-sel batang di
bagian perifer retina yang berlangsung
lebih lambat, namun mencapai ukuran
lebih besar.
Menurut Nurcahyo (2008) Sinar
cahaya yang mengenai mata akan
diteruskan melewati bagian - bagian
mata dari depan ke belakang secara
urut sebagai berikut: kornea, pupil,
lensa, dan retina. Pada retina, rangsang
cahaya diterima oleh reseptor cahaya.
Reseptor cahaya dapat dibedakan
menjadi 2 macam yaitu sel batang dan
sel konus. Sel konus berfungsi untuk
melihat pada keadaan terang
sedangkan sel batang untuk melihat
pada keadaan gelap. Rangsang cahaya
oleh reseptor kemudian diubah
menjadi impuls syaraf yang kemudian
dijalarkan melalui saraf penglihatan
(optikus) menuju ke otak untuk
diterjemahkan. Apabila lensa mata
dapat menfokuskan sinar cahaya yang
masuk mata tepat pada selaput jala

3
(retina), maka disebut mata normal
atau emetrop. Akan tetapi, jika mata
tidak mampu memfokuskan bayangan
tepat pada retina akan menimbulkan
gangguan penglihatan.
c. Alat yang Digunakan : Senter dan sedotan.
d. Jalannya Percobaan : 1.1 Percobaan dilakukan secara
berpasangan dengan teman
sebangku.
1.2 Uji coba yang pertama
menggunakan senter, praktikan 1
harus mengarahkan cahaya senter
ke mata praktikan 2.
1.3 Lalu praktikan 1 harus melihat
apakah ada penyusutan ukuran
pupil dari praktikan 2.
1.4 Selanjutnya uji coba yang kedua
menggunakan sedotan dan senter.
Praktikan 1 harus mengarahkan
cahaya senter ke dalam sedotan
yang berada tepat di depan mata
praktikan 2.
1.5 Lalu praktikan 1 harus melihat
kembali apakah ada pembesaran
dari pupil mata praktikan 2.
1.6 Lakukan langkah 2 sampai 4
bergantian dengan praktikan 2.
e. Hasil Percobaan : Hasil yang sebenarnya harus terjadi :
Secara langsung menggunakan senter
maka mata akan secara tiba-tiba
menngecil dengan cepat. Lalu, saat

4
melalui sedotan maka mata akan
mengecil secara perlahan.

Hasil yang saya dapatkan : Pada saat


mata saya di sorot dengan cahaya
senter langsung maka pupil mata saya
akan langsung mengecil dengan cepat
dan reflek saya akan menyipitkan
kelopak mata. Sedangkan saat
menggunakan sedotan, Pupil saya
akan mengecil juga namun sedikit
lama responnya dibandingkan dengan
saat langsung dengan senter. Jadi hasil
percobaan saya sesuai dan sama
seperti dengan hasil yang seharusnya.
f. Kesimpulan : Dalam percobaan ini, senter
digunakan untuk menguji refleks
pupil pada subjek. Cahaya dari senter
diarahkan ke mata subjek, dan respon
pupil diamati. Hasil percobaan
menunjukkan bahwa saat senter
dinyalakan, pupil subjek menyempit.
Ini adalah respons normal terhadap
cahaya terang. Saat senter dimatikan
atau cahaya redup, pupil memperlebar
kembali.

Refleks pupil ini penting dalam


mengatur jumlah cahaya yang masuk
ke mata. Ketika cahaya terlalu terang,
pupil menyempit untuk mengurangi

5
jumlah cahaya yang masuk.
Sebaliknya, saat cahaya redup, pupil
melebar untuk meningkatkan jumlah
cahaya yang masuk. Refleks pupil
juga dapat memberikan petunjuk
tentang kondisi kesehatan mata dan
sistem saraf. Perubahan yang tidak
wajar dalam ukuran atau respons pupil
dapat menunjukkan adanya gangguan
atau penyakit yang perlu
ditindaklanjuti.

Meskipun percobaan ini memberikan


hasil yang konsisten dengan respons
pupil yang diharapkan, penting untuk
diingat bahwa hasil ini hanya berlaku
untuk subjek yang diuji dalam kondisi
laboratorium tertentu. Faktor-faktor
seperti usia, kesehatan mata, dan
kondisi pencahayaan dapat
mempengaruhi respons pupil.

Maka, bahwa menggunakan senter


sebagai stimulus untuk menguji
refleks pupil memberikan hasil yang
sesuai dengan respons yang
diharapkan. Refleks pupil merupakan
mekanisme penting dalam mengatur
jumlah cahaya yang masuk ke mata,
dan perubahan pada respons pupil
dapat memberikan indikasi tentang

6
kondisi kesehatan mata dan sistem
saraf.
g. Daftar Pustaka : Harlan, J. (2018) Psikologi Faal.
Depok: Universitas Gunadarma.

Iswari, M. & Nurhastuti,. (2018)


Anatomi Fisiologi Dan Genetika.
Padang: Goresan Pena.

Nurcahyo, H. (2008) Ilmu


Kesehatan jilid 1 untuk SMK.
Jakarta: Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan.

7
2. Percobaan : Indra Penglihatan
Nama Percobaan : Ketajaman Penglihatan
Nama Subjek Percobaan : Keiza Hapsari Listyaningrum
Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal (Kampus
D 333-334 )
a. Tujuan Percobaan : Untuk mengetahui ketajaman
penglihatan seseorang.
b. Dasar Teori : Menurut Budiarti (2023), Mata
manusia digunakan untuk melihat.
Semakin tajam penglihatan seseorang,
akan semakin baik penglihatannya.
Ketajaman penglihatan adalah
besarnya kemampuan mata dalam
membedakan bentuk dan benda
tertentu secara rinci. Ketajaman mata
ditentukan oleh kemampuan mata
melihat benda terkecil yang masih
dapat dilihat jarak tertentu. Ketajaman
penglihatan dibedakan menjadi dua,
antara lain sebagai berikut.
1. Ketajaman Penglihatan Perifer
Ketajaman penglihatan perifer
merupakan ketajaman penglihatan
yang dilakukan oleh sel batang
yang terdapat pada perifer retina.
Penglihatan perifer dapat
memberikan penglihatan waspada
pada manusia. Penglihatan perifer
disebut juga penglihatan luas.
Ketajaman penglihatan perifer

8
mencakup kemampuan mata dalam
menangkap gambaran objek,
gerakan, ataupun warna objek yang
berada jauh di titik fokus
penglihatan.
2. Ketajaman Penglihatan Binokular
Tunggal
Ketajaman penglihatan binokular
tunggal adalah kemampuan dari
dua bola mata dalam melihat dan
memfokuskan satu objek.
Penglihatan binokular tunggal
adalah penglihatan yang dihasilkan
karena manusia menggunakan
kedua bola mata untuk melihat.
Kedua bola mata melakukan
sinkronisasi, sehingga hanya
melihat satu bayangan terhadap
satu objek yang dilihat.
Menurut Gabriel (1996), Ketajaman
penglihatan (Visual Acuity)
dipergunakan untuk menentukan
penggunaan kaca mata; di klinik
dikenal dengan nama visus. Tapi bagi
seorang ahli fisika ketajaman
penglihatan ini disebut resolusi mata.
Visus penderita bukan saja memberi
pengertian tentang optiknya (kaca
mata) tetapi mempunyai arti yang
lebih luas yaitu memberi keterangan
tentang baik buruknya fungsi mata

9
keseluruhannya. Oleh karena itu
definisi visus adalah : nilai kebalikan
sudut (dalam menit) terkecil dimana
sebuah benda masih kelihatan dan
dapat dibedakan.
Pada penentuan visus, para ahli mata
mempergunakan kartu Snellen, dengan
berbagai ukuran huruf dan jarak yang
sudah ditentukan. Misalnya mata
normal pada waktu diperiksa diperoleh
20/40 berarti penderita dapat membaca
huruf pada 20 ft sedangkan bagi mata
normal dapat membaca pada jarak 40
ft, (20 ft = 4 meter). Dengan demikian
d
dapat ditulis rumus : V = , dengan
D
keterangan : d = Jarak yang dilihat
oleh penderita, D = Jarak yang dapat
dilihat oleh mata normal.
Menurut Satyanegara (2014),
Pemeriksaan nervus II meliputi
ketajaman penglihatan (Visus),
lapangan pandang, dan keadaan papil
optik. Ketajaman penglihatan
diperiksa dengan membandingkan
ketajaman penglihatan pasien dengan
pemeriksa. Ketajaman penglihatan
pemeriksa haruslah normal, atau
pemeriksa telah mengkoreksi visus-
nya dengan kacamata. Pasien diminta
mengenali objek yang letaknya jauh

10
(seperti jam dinding, dan pasien
diminta menyebutkan pukul berapa),
serta membaca huruf yang ada di
buku. Bila ketajaman penglihatan
pasien dianggap normal. Selain itu,
ketajaman penglihatan juga dapat
diperiksa dengan menggunakan
Snellen Chart. Gambar Snellen Chart
ini adalah huruf atau gambar yang
disusun makin bawah makin kecil.
Barisan paling bawah memiliki huruf-
huruf yang paling kecil yang oleh
mata normal dibaca pada jarak 6
meter. Bila pasien dapat membaca
sampai baris paling bawah, maka
visus-nya 6/6 atau normal. Bila tidak
bisa membaca sampai baris paling
bawah, maka pasien akan dinilai
sampai baris paling mana yang dapat
dibacanya, misalnya 6/30. Ini berarti
bahwa huruf yang seharusnya apat
dibaca dari jarak 30 meter hanya dapat
dibaca pada jarak 6 meter.
c. Alat yang Digunakan : Optotype Snellen
d. Jalannya Percobaan : 1.1 Praktikan disuruh untuk berdiri
sejauh 3 Meter dari alat Optotype
Snellen dan berdiri sejajar dengan
alat tersebut.
1.2 Jika praktikan menggunakan alat
bantu penglihatan seperti kaca
mata/lensa kontak maka dimohon

11
untuk praktikan melepas semua
alat bantu tersebut.
1.3 Lalu asisten laboratorium akan
menunjuk huruf yang terdapat
pada lembaran Optotype Snellen
secara acak
1.4 Praktikan harus membaca huruf
tersebut tanpa keliru sesuai dari
susunan per baris
1.5 Jika praktikan sudah tidak dapat
melihat huruf atau terlihat buram
dari baris tertentu maka itulah
hasil dari tes ketajaman mata
praktikan.
e. Hasil Percobaan : Hasil dari percobaan yang saya
lakukan adalah saya dapat membaca
dari ukuran huruf paling besar hingga
paling kecil, sehingga saya mendapat
poin 15.

Huruf-huruf yang dapat saya baca


yaitu : F, T, P, D, G, S.
f. Kesimpulan : Kesimpulan yang saya dapatkan dalam
praktikum menguji ketajaman mata
menggunakan alat Optotype Snellen
adalah sebagai berikut:

1. Optotype Snellen adalah alat yang


umum digunakan dalam
pengujian ketajaman visual. Alat
ini terdiri dari serangkaian huruf

12
atau angka dengan ukuran yang
berbeda-beda.
2. Pengujian ketajaman mata
dilakukan dengan meminta subjek
mengidentifikasi huruf atau angka
pada jarak tertentu. Hasil
pengujian diukur berdasarkan
jarak terjauh di mana subjek
masih dapat mengidentifikasi
optotype dengan benar.
3. Hasil pengujian ketajaman mata
diukur dalam bentuk rasio, di
mana jarak terjauh di mana
subjek dapat melihat huruf atau
angka dengan jelas dibandingkan
dengan jarak normal yang
diharapkan untuk orang dengan
penglihatan normal.
4. Dalam laporan praktikum ini,
ketajaman mata subjek diuji pada
jarak 6 meter. Subjek diminta
mengidentifikasi huruf Snellen
dengan ukuran tertentu. Hasil
pengujian menunjukkan
ketajaman mata subjek dalam
bentuk rasio, misalnya 20/20 atau
6/9, yang menunjukkan bahwa
mata subjek memiliki ketajaman
normal atau kurang dari normal.
5. Penting untuk menguji ketajaman

13
mata secara teratur, terutama bagi
individu dengan riwayat
gangguan penglihatan atau
masalah mata lainnya. Pengujian
ketajaman mata dapat membantu
dalam diagnosis dini kondisi mata
dan pengukuran efektivitas
pengobatan.
6. Penggunaan alat Optotype
Snellen cukup sederhana dan
efektif dalam pengujian
ketajaman mata. Namun, alat ini
hanya dapat mengukur ketajaman
visual dalam hal pengenalan
huruf atau angka, dan tidak
mampu mendeteksi masalah
penglihatan lainnya seperti warna
atau lapang pandang.

Dalam kesimpulannya, laporan


praktikum ini menunjukkan bahwa
Optotype Snellen adalah alat yang
berguna dalam pengujian ketajaman
mata. Pengujian ini memberikan
informasi penting tentang kemampuan
subjek untuk mengenali huruf atau
angka dengan jelas pada jarak tertentu,
yang dapat digunakan untuk diagnosis
dini masalah penglihatan dan
pemantauan perubahan dalam
kesehatan mata.

14
g. Daftar Pustaka : Budiarti, I. S. (2023). Seri
Pancaindra Mata. Jakarta: Bumi
Aksara.

Gabriel, J. F. (1996). Fisika


Kedokteran. Indonesia: EGC.

Satyanegara. (2014). Ilmu Bedah


Saraf Satyanegara Edisi V. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

15
3. Percobaan : Indra Penglihatan
Nama Percobaan : Membedakan warna
Nama Subjek Percobaan : Keiza Hapsari Listyaningrum
Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal (Kampus
D 333-334 )
a. Tujuan Percobaan : Untuk mengetahui apakah seseorang
dapat membedakan warna atau buta
warna.
b. Dasar Teori : Menurut Maryoto (2009), Tiap mata
memiliki lebih kurang 120 juta sel-sel
batang dan 6-7 juta sel-sel kerucut. Sel
kerucut banyak ditemukan di belakang
retina, terutama pada bintik kuning.
Sel kerucut dapat melihat benda
dengan lebih terperinci (detail) dan
mendeteksi/membedakan warna. Sel
penglihat ini hanya bekerja dengan
baik pada cahaya yang terang. Sel
kerucut memiliki pigmen lembayung
yang akan terurai jika terkena sinar.
Pigmen lembayung ini merupakan
senyawa iodopsin, yaitu gabungan
antara retinin dan opsin. Terdapat tiga
macam sel konus, yaitu sel yang peka
terhadap warna merah, hijau, dan biru.
Dengan ketiga sel mata kerucut
tersebut mata dapat menangkap
spektrum warna. Jika salah satu sel
kerucut mengalami kerusakan akan
terjadi kelainan penglihatan berupa
buta warna. Jumlah sel batang (sel

16
basilus) akan semakin berkurang pada
bintik kuning. Sel batang hanya
melihat pada bayangan abu-abu, tetapi
sel batang dapat memberikan respon
lebih baik pada cahaya yang redup
(buram). Sel batang lebih sensitif
terhadap warna hitam dan putih.

Menurut Gunawan (2004), Melihat


benda dan alam sekitar kita karena ada
cahaya yang mengenai obyek dan
dipantulkan ke indra penglihatan
(mata). Benda-benda akan nampak
berwarna karena menyerap cahaya
dengan berbagai panjang gelombang
sampai tingkat tertentu, dan warna
yang timbul pada obyek tersebut
adalah cahaya yang diserap paling
sedikit. Mata manusia mempunyai
keterbatasan untuk melihat gelombang
ini. Mata manusia hanya bisa melihat
warna pada panjang gelombang antara
700 nm (nanometer, 1 nm = 0,0001
mikron meter) pada ujung spektrum
warna inframerah dan 400 nm pada
ujung spektrum ultraviolet. Obyek-
obyek dalam spektrum warna itulah
yang bisa ditangkap oleh mata
manusia. Cahaya matahari walaupun
tampaknya tidak berwarna sebetulnya
merupakan campuran cahaya yang

17
mempunyai panjang gelombang atau
warna yang berbeda-beda. Cahaya
matahari memiliki spektrum warna
yang paling lengkap. Cahaya ini
berwarna putih tetapi jika
spektrumnya terpengaruh, maka warna
cahayanya pun akan berubah. Cahaya
matahari itu tidak terlihat tetapi
dengan cara yang sangat sederhana
melalui pembiasan prisma kita akan
mendapatkan cahaya yang lengkap.

Menurut Sadono (2015), Cara Mata


Membedakan warna-warna pada
waktu cahaya menyinari sebuah objck,
objek tersebut menyerap beberapa
spektrum warna dan cahaya dan
memantulkan spektrum warna lainnya.
Bagian spektrum warna yang tidak
diserap oleh objek, yang dipantulkan
kembali oleh objek tersebut akan
menjadi warna objek yang tertangkap
oleh mata kita. Sebagai contoh,
tembok putih akan memantulkan
hampir seluruh spektrum cahaya
sehingga mata kita (dan lensa kamera)
melihat tembok itu berwarna putih,
bunga berwarna merah akan
memantulkan sebagan besar spektrum
warna merah dan menyerap sisanya,
sedangkan objek berwarna hitam

18
menyerap hamper seluruh spektrum
warna dan cahaya.
c. Alat yang Digunakan : Benang wol berbagai warna.
d. Jalannya Percobaan : 1.1 Asisten laboratorium akan
membawa sebuah gulungan dari
potongan - potongan benang wol
dengan berbagai warna yang
berbeda, Praktikan juga mendapat
gulungan benang wol tersebut.
1.2 Lalu asisten laboratorium akan
mengeluarkan benang wol dengan
warna yang acak
1.3 Praktikan pun harus mampu
mengeluarkan warna benang wol
yang sama dengan benang wol
asisten laboratorium.
1.4 Hitung hasil akhir berapa warna
yang berhasil ditebak oleh
praktikan selama uji percobaan
dilakukan.
e. Hasil Percobaan : Hasil yang saya dapatkan dari
percobaan ini ialah benar 5 dari 5
percobaan.

Warna yang saya dapat adalah Hijau


Tua, Biru Tua, Kuning, Merah Muda
Neon, dan Oranye.
f. Kesimpulan : Kesimpulan dari praktikum yang saya
dapat menggunakan alat benang wol
dengan berbagai warna adalah sebagai

19
berikut:

1. Pengujian warna menggunakan


alat benang wol adalah metode
sederhana dan efektif untuk
membedakan kemampuan subjek
dalam membedakan warna.
2. Dalam praktikum ini, subjek
diminta untuk mengelompokkan
benang wol berdasarkan warna
yang serupa. Pada umumnya,
benang wol memiliki berbagai
warna yang berbeda dan subjek
harus mengidentifikasi dan
mengelompokkan warna yang
serupa secara akurat.
3. Hasil praktikum menunjukkan
kemampuan subjek dalam
membedakan warna. Subjek yang
memiliki kemampuan normal
dapat mengelompokkan benang
wol dengan warna yang serupa
dengan baik, sedangkan subjek
yang memiliki masalah
penglihatan warna mungkin
mengalami kesulitan dalam
membedakan warna yang mirip.
4. Pengujian warna sangat penting
dalam bidang seperti desain
grafis, mode, dan pekerjaan yang
melibatkan identifikasi warna,

20
seperti ahli tata rias atau ahli
bedah gigi. Kemampuan subjek
untuk membedakan warna dengan
tepat dapat mempengaruhi
kualitas pekerjaan mereka dan
keberhasilan dalam
mengidentifikasi perbedaan
warna yang subtil.
5. Alat benang wol yang digunakan
dalam praktikum ini adalah
metode yang sederhana dan dapat
diaplikasikan secara praktis
dalam berbagai situasi. Namun,
penting untuk diingat bahwa
pengujian ini hanya menguji
kemampuan subjek dalam
membedakan warna secara visual
dan tidak dapat memberikan
diagnosis yang akurat terkait
masalah penglihatan warna.

Dalam kesimpulannya, laporan


praktikum ini menunjukkan bahwa
pengujian warna menggunakan alat
benang wol adalah metode sederhana
yang efektif untuk menguji
kemampuan subjek dalam
membedakan warna. Pengujian ini
berguna dalam berbagai bidang
pekerjaan yang membutuhkan
kemampuan membedakan warna yang

21
baik.
g. Daftar Pustaka :

22
4. Percobaan : Indra Penglihatan
Nama Percobaan : Tes Buta Warna
Nama Subjek Percobaan : Keiza Hapsari Listyaningrum
Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal (Kampus
D 333-334 )
a. Tujuan Percobaan : Untuk mengetahui apakah seseorang
menderita buta warna atau tidak.
b. Dasar Teori : Menurut Endris,dkk (2021), Buta
Warna merupakan sebuah kondisi
kurangnya kemampuan mata untuk
melihat warna tertentu/spektrum
warna akibat gangguan reseptor
pigmen warna pada mata. Penderita
buta warna akan sulit membedakan
nuansa warna-warna tertentu, seperti
merah, hijau, biru maupun warna-
warna campuran dari warna tersebut
tergantung dari perubahan sensitifitas
warna yang dialami.
Buta warna merupakan sebuah
kelainan pada mata yang diakibatkan
oleh ketidakmampuan sel kerucut pada
mata untuk menangkap spektrum atau
gradasi warna tertentu. Umumnya
disebabkan karena faktor genetis, atau
kelainan genetik kromosom x yang
diturunkan dari orang tua ke anaknya.
Penyakit buta warna terjadi ketika
syaraf reseptor cahaya di retina mata
mengalami perubahan, terutama sel
kerucut. Sel-sel saraf retina terdiri atas

23
sel batang dan sel kerucut. Untuk sel
batang peka terhadap hitam dan putih.
Untuk sel kerucut peka terhadap warna
lain selain warna hitam dan putih.
Menurut Santoso (2007), Buta warna
atau Colour Blind merupakan kelainan
pada sesorang yang tidak dapat
membedakan warna. Kelainan ini
dikendalikan oleh gen cb (singkatan
Colour Blind) yang berada pada
kromosom X dan bersifat resesif. Buta
warna merupakan penyakit genetis
akibat rusaknya sel kerucut pada
retina. Buta warna yang umumnya
dikenal ada dua jenis yaitu buta warna
total dan buta warna parsial
(sebagian). Umumnya, penderita buta
warna yang diketahui ialah buta warna
parsial, yaitu tidak dapat membedakan
sebagian warna, misalnya buta warna
merah-hijau.
Menurut Hutapea (2006), Penglihatan
berwarna yang normal tergantung
pada keadaan ketiga jenis sel kerucut.
Tidak adanya salah satu jenis sel
kerucut akan mengakibatkan buta
warna yang sesuia dengan jenis sel
kerucut itu. Buta warna total di mana
seseorang hanya melihat warna abu-
abu (hitam-putih), sangat jarang. Jenis
buta warna yang umum adalah buta

24
warna merah-hijau. Penderita buta
warna ini tidak bisa membedakan
warna hijau dari warna merah. Hampir
semua penderita buta warna adalah
pria. Buta warna dapat disebabkan
oleh penyakit atau kerusakan yang
terjadi pada retina atau saraf
penglihatan. Akan tetapi, pada
umumnya hal ini disebabkan oleh
keturunan. Putri seorang penderita
buta warna boleh jadi tidak buta warna
tetapi dia pembawa sifat buta warna
sehingga cucu lelakinya akan memiliki
akan memiliki peluang besar untuk
menderita buta warna. Buta warna
yang diturunkan tidak dapat diobati
tetapi kelainan ini tidak akan
mengganggu ketajaman penglihatan.
c. Alat yang Digunakan : Kartu/Buku Uji Stiling Isihara dan
Stiling Isihara 1
d. Jalannya Percobaan : 1.1 Praktikan akan di uji secara satu
persatu.
1.2 Asisten laboratorium akan
membawa satu buku Uji Stiling
Isihara lalu akan membuka
lembaran isi buku tersebut secara
acak
1.3 Praktikan harus membaca angka
atau dapat mengikuti alur garis
yang berbeda warna dari gambar
yang ada di buku Uji Stiling

25
Istihara.
1.4 Hitung berapa angka atau gambar
yang berhasil ditebak oleh
praktikan untuk menentukan
apakah praktikan buta warna atau
tidak.
e. Hasil Percobaan : Hasil percobaan yang saya dapatkan
adalah 5 dari 5 percobaan.

Uji buta warna yang saya dapat tebak


adalah angka 2, angka 16, angka 12,
angka 8 dan garis berbentuk ular.
f. Kesimpulan : Test buta warna dilakukan dengan
melihat angka atau pola yang tertera
pada lembar halaman Kartu/Buku Uji
Stiling Istihara. Orang yang menderita
buta warna tidak dapat membedakan
warna merah dan hijau, sehingga
orang tersebut tidak melihat
angka/pola atau menunjukkan hasil
yang berbeda dari hasil yang
sebenarnya.
Pada percobaan buta warna, dapat
disimpulkan bahwa praktikan (Keiza)
tidak mengalami buta warna, karena
tidak terdapat kesalahan dalam
membaca angka atau pola, praktikan
dinyatakan masih normal. Dan apabila
terdapat beberapa kesalahan dalam
menebak angka atau pola, praktikan
dinyatakan memiliki penyakit buta

26
warna.
g. Daftar Pustaka : Endris, A., dkk (2021). Ensiklopedia
Macam-Macam Penyakit :
Balanitis hingga Buta Warna.
Indonesia: Hikam Pustaka.

Hutapea, A. M. (2006) Keajaiban-


Keajaiban Dalam Tubuh Manusia.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Santoso, B. (2007). Biologi :


Pelajaran
Biologi untuk SMA/MA Kelas XII.
Jakarta: Interplus.

27
Bukti Teori

● Percobaan 1

28
29
30
● Percobaan 2

31
32
33
● Percobaan 3

34
35
● Percobaan 4

36
37
38
39
40

Anda mungkin juga menyukai