Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL

Nama Mahasiswa : Aulia PIP Tanggal Pemeriksaan :


NPM :10522257 Nama Asisten :
Kelas :1PA24 Paraf Asisten :

1. Percobaan : Indera Penglihatan


Nama Percobaan : Refleks (reaksi pupil)
Nama Subjek Percobaan : Aulia Putri Isma Pertiwi
Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal
a. Tujuan Percobaan : Untuk mengetahui serta memahami
reaksi reaksi yang terjadi pada pupil
mata.
b. Dasar Teori : Menurut Harlan (2019)
Adaptasi gelap dan adaptasi cahaya
Jika seseorang yang berada cukup
lama di lingkungan terang tiba-tiba
pindah ke lingkungan gelap. retina
perlahan-lahan menjadi lebih sensitif
terhadap cahaya selama orang tersebut
menyesuaikan diri dengan keadaan
gelap. Proses penurunan ambang
visual ini dinamakan adaptasi gelap.
berlangsung maksimal 20 menit.
Sebaliknya, orang yang tiba-tiba
pindah dari tempat gelap ke tempat
terang akan merasa silau sampai
matanya menyesuaikan diri dan
ambang visualnya meningkat. Proses
ini dinamakan adaptasi cahaya,
berlangsung selama 5 menit.
Adaptasi gelap memiliki 2 komponen:
Penurunan ambang visual yang kecil,
tetapi cepat mula-mula berlangsung
pada sel kerucut.
Setelah proses ini terhenti, penurunan
ambang visual masih berlanjut pada
sel-sel batang di bagian perifer retina
yang berlangsung lebih lambat, namun
mencapai ukuran lebih besar.

Menurut basuki (2008)


Pupil adalah bola mata yang terletak
pada bagian depan mata yang
memungkinkan gelombang cahaya
memasuki bagian dalam mata. (The
pupil is a round opening at the front of
your eye that allow light waves to pass
into the eye's interior)(Plotnik, 2005:
95). Bola mata membesar dan
mengecil akibat gerakan otot yang
disebut iris.

Menurut puspitawati (2012)


Cahaya memasuki mata melalui pupil,
makin banyak cahaya yang masuk,
maka pupil akan semakin mengecil.
terdapat pada lubang ditengah iris.
c. Alat Yang Digunakan : - Senter
- Sedotan
d. Jalan Percobaan : 1.1 cara kerja pupil melalui senter
langsung:
1. silahkan duduk bersama rekan
anda.
2. Pastikan rekan anda tidak
menggunakan softlens atau
kacamata.
3. Siapkan senter kecil, dan sinari
mata rekan anda dari samping
hingga kearah depan (tengah)
pupil, lalu perhatikan
bagaimana perubahan puplnya
4. Pastikan anda menyinari rekan
anda secara perlahan dan dari
area samping mata, usahakan
jangan terlalu lama menyinari
area mata
1.2 cara kerja reaksi pupl melalui
sedotan
1. silahkan duduk dengan rekan
anda.
2. Pastkan rekan anda tidak
menggunakan soflens atau
kacamata.
3. Sinari matarekan anda
melewati sedotan dari area
depan kearah tengah pupl, lalu
perhatikan bagaimana
perubahan pupilnya
4. Pastkan gerakannya perlahan
atau cepat
e. Hasil Percobaan : 1.1 secara langsung pupil mata akan
mengecil secara tiba tiba akan
mengecil dengan cepat.
1.2 Melalui sedotan pupil mata akan
mengecil secara perlahan
f. Kesimpulan : Reaksi pupil berpengaruh pada cahaya
jika cahaya terang pupil akan dengan
cepat mengecil.
g. Daftar Pustaka : Basuki,M.H.(2008).
Psikologi Umum,Jakarta:
Universitas gunadarma

Pinel, J.P.(2012).
Biopsikologi. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.

Dwi riyanti, Hendro Prabowo, Ira


Puspitawati (1996)
Psikologi Umum. Jakarta: Universitas
Gunadarma.
2. Percobaan : Indera penglihatan
Nama Percobaan : Visus (ketajaman penglihatan)
Nama Subjek Percobaan : Aulia Putri Isma Pertiwi
Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal
a. Tujuan Percobaan : Untuk mengetahui ketajaman
penglihatan seseorang.
b. Dasar Teori : Menurut pinel (2012)
di belakang masing-masing pupil
terdapat sebuah lensa, yang
memfokuskan cahaya yang datang di
retina (lihat Gambar 6.4). Ketika kita
mengarahkan pengli- hatan kita pada
sesuatu yang berjarak dekat dengan
kita, ketegangan pada ligamen-
ligamen yang memper- tahankan
masing-masing lensa agar tetap di
tempatnya disesuaikan oleh ciliary
muscles (otot-otot siliaria), dan lensa
berbentuk silindris sesuai bentuk
alamiah- nya. Hal ini meningkatkan
kemampuan lensa untuk merefraksi
(membelokkan) cahaya untuk
mendekatkan objek-objek ke fokus
yang tajam. Ketika kita memfo-
kuskan penglihatan pada objek yang
jauh, lensa men- jadi datar. Proses
menyesuaikan konfigurasi lensa un-
tuk memfokuskan gambar pada retina
disebut accom- modation
(akomodasi).
Menurut Bimo (1974)
Persepsi melalui Indera Penglihatan
Telah dipaparkan di mukauntuk
mempersepsi sesuatuindividu harus
mempunyai perhatian kepada objek
yang bersangkutanApabila individu
telah memperhatikan, selanjutnya
individu menyadari sesuatu yang
diperhatikan ituatau dengan kata lain
individu mempersepsi apa yang
diterima dengan alat
inderanyaIndividu dapat menyadari
apa yang
dilihatnyadidengarnyadirabanya dan
sebagainyaAlat indera merupakan alat
utama dalam individu mengadakan
persepsiSeseorang dapat melihat
dengan matanya tetapi mata bukanlah
satu-satunya bagian hingga individu
dapat mempersepsi apa yang
dilihatnya, mata hanyalah merupakan
salah satu alat atau bagian yang
menerima stimulus, dan stimulus ini
dilangsungkan oleh syaraf sensoris ke
otakhingga akhirnya individu dapat
menyadari apa yang dilihat.

Menurut Riyanti (1996)


Beberapa bagian utama dari mata
ditunjukkan dalam gambar 3.1.
Cahaya masuk ke mata melalui pupil
(biji mata), melewati kornea, lensa,
dan bagian dalam dari bolamata
langsung ke sel batang (baccilus) dan
sel kerucut (conus) dari retina di
bagian belakang bola mata.
Transduksi energi fisik kedalam
reseptor potensial terjadi dalam
basilus dan konusImpuls-impuls
syaraf kemudian menggerakkan sel
lain dari retina yaitu sel ganglion,
ganglion membawa impuls-impuls
tentang kejadian visual dalam
lingkungan bergerak ke otak
sepanjang syaraf optik.
Jumlah cahaya yang mengenai
langsung ke baccilus dan conus secara
otomatis menyesuaikan diri dengan
mekanisme refleks yang mengatur
ukuran pupil pembukaan yang
mengijinkan cahaya masuk ke
mataSinar cahaya dilekukkan atau
dibiaskan oleh kornea dan lensa untuk
membawa sinar tersebut terfokus
dalam retina. Hampir semua lekukan
cahaya, atau pembiasan cahaya dalam
mata dilakukan oleh kornea, dengan
mengubah-ubah bentuk agar obyek
terfokus dalam retina. Perubahan lensa
ini disebut akomodasiPembetulan
masalah akomodasi adalah alasan
yang paling umum dalam pemakaian
kaca.
c. Alat Yang Digunakan : -Optotype Snellen
d. Jalan Percobaan : 1.1 subjek dimint berdiri dengan jarak
6 meter pada kertas optotype
Snellen yang dibawa asisten
1.2 subjek diminta untuk menyebukan
angka yang ditunjuk oleh asisten
1.3 jika sudah subjek menghitung
hasilnya.
e. Hasil Percobaan : Hasil sebenarnya tidak ada karena
setiap individu visusnya berbeda beda.
f. Kesimpulan : Kita bias mengetahui seberapa
ketajaman mata seseorang dan bisa
memprediksiapakah mata seseorang
rabun atau normal.
g. Daftar Pustaka : Dwi riyanti, Hendro Prabowo, Ira
Puspitawati (1996)
Psikologi Umum. Jakarta: Universitas
Gunadarma.

Bimo Walgito (1974). Pengantar


Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi
Offset JL.

Pinel, J.P.(2012).
Biopsikologi. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
3. Percobaan : Indera Penglihatan
Nama Percobaan : Membedakan Warna
Nama Subjek Percobaan : Aulia Putri Isma Pertiwi
Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal
a. Tujuan Percobaan : Untuk mengetahui apakah seseorang
dapat membedakan warna atau buta
warna.
b. Dasar Teori : Menurut Harlan (2019)
Persepsi warna tergantung pada
panjang gelombang cahaya yang
dipantulkan, diserap, dan ditransmisi
oleh pigmen pada objek dalam dunia
visual. Contoh:
Suatu benda tampak merah karena
cahaya gelombang pendek yang akan
menghasilkan persepsi biru diserap
oleh benda itu, sedangkan cahaya
gelombang panjang yang akan
menghasilkan persepsi 'merah
dipantulkan dan mengeksitasi
fotopigmen retina yang sensitif
terhadap merah.
Penglihatan warna terjadi karena
aktivasi fotopigmen pada sel kerucut.
Tiga tipe sel kerucut pada retina
manusia, masing-masing berisi
fotopigmen yang sensitif terhadap
kuning, hijau, dan biru.

Menurut Pinel (2012)


Pupil dan Lensa
Banyaknya cahaya yang mencapai
retina diatur oleh sekumpulan jaringan
kontraktil berbentuk donat yang
disebut iris, yang membuat mata kita
memiliki warna yang khas (lihat
Gambar 6.3). Cahaya memasuki mata
melalui pupil, lubang di iris.
Penyesuaian ukuran pupil sebagai
respons terhadap berbagai perubahan
ilu- minasi merepresentasikan sebuah
kompromi antara sensitivity
(sensitivitas/kepekaan, kemampuan
untuk mendeteksi keberadaan benda-
benda yang mendapat iluminasi sangat
redup) dan acuity (akuitas, kemam
puan untuk melihat detail-detail
objek).

Menurut Riyanti (1996)


Buta Warna. Sistem penglihatana
normal terdiri dari tiga subsistemyaitu
pembeda terang-gelap, kuning-biru,
dan merah-hijau. Semua kombinasi
dianggap berasal dari ketiga warna
tersebut. Buta warna adalah akibat
dari kekurangan atau cacat pada satu
atau dua subsistem diatas. Sistem
terang- gelap tetap berfungsi, kecuali
bila individu tidak bisa melihat
samasekali. Individu dengan
penglihatan normal disebut
trichromatIndividu dengan cacat satu
sistem tetapi dapat menggunakan
sistem yang lain disebut dichromat
atau buta warna sebagian (buta warna
terhadap kuning-biru dan merah-
hijau). Sedangkan individu yang
hanya memiliki satu sistem terang-
gelap disebut monochromat atau buta
wama total (hanya memiliki sistem
terang-gelap).
Nilai afektif warnaWarna juga bisa
menimbulkan penilai atau perasaan
tertentuWarna yang kita amati bisa
menimbulkan berbagai perasaan
sehingga interpretasi kita terhadap
warna bisa sangat berlainan. Warna
putih misalnya, sering diartikan
sebagai bersih, suci, menyerah (kalah),
dan sebagainya. Warna merah bisa
berarti kebahagiaan, keberanian atau
amarah, dan sebagainya.
c. Alat Yang Digunakan : - Benang berwarna
d. Jalan Percobaan : 1.1 subjek diberikan benang berwarna
1.2 asisten juga memegang benang
berwarna
1.3 ketika praktikan mengeluarkan
salah satu benang berwarna,
subjek diminta untuk
mengeluarkan warna benang yang
sama.
1.4 Ketika sudah 5 warna benang yang
dikeluarkan lalu dicocokan apakah
warna benang asisten dan subjek
sama atau tidak
1.5 Jika sudah hitung hasil warna yang
sama.
e. Hasil Percobaan : Hasilnya sesui dengan yang diberikan
oleh asisten.
f. Kesimpulan : Buta warna atau tidak bisa dilihat saat
percobaan apakah warna benang yang
diikeluarkan sesuai atau tidak.
g. Daftar Pustaka : Dwi riyanti, Hendro Prabowo, Ira
Puspitawati (1996)
Psikologi Umum. Jakarta: Universitas
Gunadarma.

Pinel, J.P.(2012).
Biopsikologi. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.

Johan Harlan (2018). Psikologi Faal.


Jakarta: Gunadarma
4. Percobaan : Indera penglihatan
Nama Percobaan : Buta Warna
Nama Subjek Percobaan : Aulia Putri Isma Pertiwi
Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal
a. Tujuan Percobaan : Untuk mengetahui seseorang buta
warna atau tidak
b. Dasar Teori : Menurut Riyanti (1996)
Buta Warna. Sistem penglihatana
normal terdiri dari tiga subsistemyaitu
pembeda terang-gelap, kuning-biru,
dan merah-hijau. Semua kombinasi
dianggap berasal dari ketiga warna
tersebut. Buta warna adalah akibat
dari kekurangan atau cacat pada satu
atau dua subsistem diatas. Sistem
terang- gelap tetap berfungsi, kecuali
bila individu tidak bisa melihat
samasekali. Individu dengan
penglihatan normal disebut
trichromatIndividu dengan cacat satu
sistem tetapi dapat menggunakan
sistem yang lain disebut dichromat
atau buta warna sebagian (buta warna
terhadap kuning-biru dan merah-
hijau). Sedangkan individu yang
hanya memiliki satu sistem terang-
gelap disebut monochromat atau buta
wama total (hanya memiliki sistem
terang-gelap).
Nilai afektif warnaWarna juga bisa
menimbulkan penilai atau perasaan
tertentuWarna yang kita amati bisa
menimbulkan berbagai perasaan
sehingga interpretasi kita terhadap
warna bisa sangat berlainan. Warna
putih misalnya, sering diartikan
sebagai bersih, suci, menyerah (kalah),
dan sebagainya. Warna merah bisa
berarti kebahagiaan, keberanian atau
amarah, dan sebagainya.

Menurut Pinel (2012)


Pupil dan Lensa
Banyaknya cahaya yang mencapai
retina diatur oleh sekumpulan jaringan
kontraktil berbentuk donat yang
disebut iris, yang membuat mata kita
memiliki warna yang khas (lihat
Gambar 6.3). Cahaya memasuki mata
melalui pupil, lubang di iris.
Penyesuaian ukuran pupil sebagai
respons terhadap berbagai perubahan
ilu- minasi merepresentasikan sebuah
kompromi antara sensitivity
(sensitivitas/kepekaan, kemampuan
untuk mendeteksi keberadaan benda-
benda yang mendapat iluminasi sangat
redup) dan acuity (akuitas, kemam
puan untuk melihat detail-detail
objek).

Menurut Harlan (2019)


Persepsi warna tergantung pada
panjang gelombang cahaya yang
dipantulkan, diserap, dan ditransmisi
oleh pigmen pada objek dalam dunia
visual. Contoh:
Suatu benda tampak merah karena
cahaya gelombang pendek yang akan
menghasilkan persepsi biru diserap
oleh benda itu, sedangkan cahaya
gelombang panjang yang akan
menghasilkan persepsi 'merah
dipantulkan dan mengeksitasi
fotopigmen retina yang sensitif
terhadap merah.
Penglihatan warna terjadi karena
aktivasi fotopigmen pada sel kerucut.
Tiga tipe sel kerucut pada retina
manusia, masing-masing berisi
fotopigmen yang sensitif terhadap
kuning, hijau, dan biru.
c. Alat Yang Digunakan : -Kartu atau buku uji stiling istihara 1
d. Jalan Percobaan : 1.1 subjek diminta untuk menjawab
angka berapa yang terletak
dibuku uji stiling istihara
1.2 asisten akan memberiksn uji pada
buku dengan 4 huruf 1 pola
1.3 jika subjek sudah selesai
menjawab asisten akan
menghitung berapa benar dari
jawaban subjek
e. Hasil Percobaan : 1.1 seuai yang diberikan oleh asisten
f. Kesimpulan : salah satu tes buta warna bisa dengan
buku uji stiling istihara, tes ini
dilakukan untuk mengecek apakah
seseorang buta warna atau tidak
dengan menyesuaikan jawaban dengan
pola dibuku uj stiling istihara.
g. Daftar Pustaka : Pinel, J.P.(2012).
Biopsikologi. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.

Johan Harlan (2018). Psikologi Faal.


Jakarta: Gunadarma

Dwi riyanti, Hendro Prabowo, Ira


Puspitawati (1996)
Psikologi Umum. Jakarta: Universitas
Gunadarma.
Bukti Teori

Anda mungkin juga menyukai