Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOPSIKOLOGI

Nama Mahasiswa : Belly Lestari

Nomor Mahasiswa : 2130901252

Nama Percobaan : Melihat Reaksi Pupil

Nomor Percobaan :1

Nama Pelaku Percobaan : Belly Lestari

Nama Orang Percobaan : Fatimah Az- zahra

Tanggal Percobaan : 30 Mei 2022

Tempat Percobaan : Laboraturium Psikologi Fakultas Psikologi UIN


Raden Fatah Palembang

I. Tujuan Penelitian
Untuk melihat apakah seseorang tersebut mengalami suatu
perubahan pada pupil matanya.

II. Dasar Teori


Pupil berada di tengah iris (bagian yang memberi warna pada
mata kita). Fungsi pupil adalah untuk memungkinkan cahaya masuk
ke mata sehingga dapat difokuskan pada retina untuk memulai proses
penglihatan. Pada umumnya pupil akan terlihat bulat sempurna,
berukuran sama dan berwarna hitam. Warna hitam yang terjadi
karena cahaya yang melewati pupil diserap oleh retina dan tidak
dipantulkan mata (dalam pencahayaan normal). Apabila pupil
berwarna keruh atau pucat, biasanya ini terjadi karena lensa mata
(yang terletak tepat di belakang pupil) menjadi buram atau keruh
akibat pembentukan katarak. Ketika lensa keruh digantikan oleh lensa
mata kita bening (IOL) selama operasi katarak, penampilan hitam
normal pupil dipulihkan.

Pada kondisi tertentu pupil mata bisa terlihat berubah warna,


yaitu saat seseorang sedang berfoto menggunakan fungsi lampu kilat
pada kamera. Mata anak pupil mungkin akan terlihat merah terang.
Hal ini disebabkan oleh cahaya yang kuat dari lampu kilat yang
dipantulkan oleh warna merah retina. Dalam kondisi minim cahaya,
pupil membesar sehingga lebih banyak cahaya dapat mencapai retina
untuk meningkatkan penglihatan. Dalam kondisi cerah, pupil
mengerut untuk membatasi seberapa banyak cahaya masuk ke mata
(terlalu banyak cahaya dapat menyebabkan silau dan
ketidaknyamanan, dan bahkan dapat merusak lensa dan retina).
(care, 2019)
Pupil adalah celah melingkar yang dibentuk oleh iris. Pupil dapat
berkontraksi karena adaptasi dan konvergensi. Akomodasi adalah
kemampuan lensa kristal untuk menjadi cembung akibat kontraksi
otot siliaris. Penyesuaian meningkatkan kekuatan bias lensa. Tingkat
penyesuaian meningkat sesuai kebutuhan, dan semakin dekat objek,
semakin banyak penyesuaian (pengembangan) yang perlu dilakukan
mata. Kapasitas akomodasi diatur oleh refleks akomodasi. Refleks
akomodasi terjadi ketika mata tampak kabur dan saat konvergen atau
ating. Memfokuskan bayangan objek di belakang retina menyebabkan
mata beradaptasi. Ketika cahaya tidak terfokus pada retina, seperti
mata dengan kelainan refraksi hiperopik, mata terus menerus
menyesuaikan bahkan ketika objek jauh, dan dalam situasi ini
penyesuaian yang baik diperlukan. (Wisnupratama, 2018)

III. Alat Yang Digunakan

1. Senter

IV. Jalannya Percobaan

1. OP diminta untuk melihat jauh dari PP. OP kemudian langsung


melihat jari PP yang berjarak 20 meter, setelah itu OP melihat
respon pupil yang terjadi pada OP. Apakah pupil melebar atau
berkontraksi.
2. OP diminta oleh PP untuk melihat cahaya selama 3 detik dan
kemudian menutup mata selama 3 detik. OP kemudian membuka
mata dan PP memeriksa respon pupil yang terjadi, apakah itu
pupil atau tidak. Ini akan ditingkatkan atau diturunkan.
3. OP diinstruksikan oleh PP untuk menutup satu mata, dan OP
melihat kearah terang dengan satu mata tertutup. PP kemudian
memeriksa respon pupil pada OP, apakah pupil melebar atau
berkontraksi.
4. OP diminta oleh PP untuk melihat senter, dan PP memeriksa
apakah respon pupil besar atau kecil.

5. PP menyenteri mata OP, kemudian PP melihat kedua mata OP,


dan PP memeriksa respon mata apakah pupil melebar, mengecil,
atau terfiksasi.

V. Hasil Percobaan

1. Mengecilnya pupil pada akomodasi dan konvergensi

Respon : Pupil OP membesar

2. Mengecilnya pupil karena cahaya

a. Reflek pupil

Respon : pupil OP membesar

b. Refleks pupil yang konsensuli

Respon : pupil OP membesar

3. Refleks konsensuli

Respon : pupil OP mengecil

VI. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa pupil dapat menangkap cahaya yang masuk ke
mata dan mengalami suatu perubahan terhadap suatu rangsangan
yang didapat oleh pupil. Namun, setiap pupil pada mata akan bereaksi
berbeda-beda pada setiap orang. Artinya, hasil yang rangsangan yang
didapat akan terlihat berbeda pada setiap orang yang berbeda.
Berdasarkan reaksi pupil pada orang percobaan (OP) yang saya teliti
bahwasanya pupil mata OP mengalami perubahan reaksi pada saat
melihat cahaya selama 3 detik dan pupil mata akan tetap seperti
biasa saat dilakukan beberapa percobaan

Palembang, 01 Juni
2022
(Belly Lestari)

NIM: 2130901252

Daftar Pustaka

care, k. e. (2019, 04 30). bagian- bagian mata dan fungsinya. pupil mata, p. 2.

Wisnupratama, I. (2018). Indera Penglihatan. Reaksi Pupil, 16.


LAPORAN PRAKTIKUM

BIOPSIKOLOGI

Nama Mahasiswa : Belly Lestari

Nomor Mahasiswa : 2130901252

Nama Percobaan : Melihat Buta Warna

Nomor Percobaan :2

Nama Pelaku Percobaan : Belly Lestari

Nama Orang Percobaan : Fatimah Az- zahra

Tanggal Percobaan : 30 Mei 2022

Tempat Percobaan : Laboraturium Psikologi Fakultas Psikologi UIN


Raden Fatah Palembang

I. Tujuan Penelitian
Untuk melihat apakah seseorang tersebut menderita buta warna

II. Dasar Teori


Buta warna merupakan suatu kondisi yang sangat sering
diturunkan secara genetik, tetapi dapat juga didapat karena
disebabkan oleh kerusakan pada mata, nervus, atau otak. Buta warna
yang diturunkan secara genetik dibawa oleh kromosom X pada
perempuan, dan diturunkan pada anak-anaknya. Ketika seseorang
tersebut mengalami buta warna, mata mereka tidak mampu
menghasilkan keseluruhan pigmen yang dibutuhkan untuk mata
berfungsi dengan normal. Cacat mata ini merupakan kelainan genetik
yang diturunkan oleh ayah atau ibu. Buta warna karena yang
diturunkan dibagi menjadi tiga: monokromasi (buta warna total),
dikromasi (hanya dua sel kerucut yang berfungsi), dan anomalus
trikromasi (tiga sel kerucut berfungsi, salah satunya kurang baik).
Dari semua jenis buta warna, kasus yang paling umum adalah
anomalus trikromasi, khususnya deutranomali, yang mencapai angka
5% dari pria. Sebenarnya, penyebab buta warna tidak hanya karena
ada kelainan pada kromosom X, namun dapat mempunyai kaitan
dengan 19 kromosom dan gen-gen lain yang berbeda.
Beberapa penyakit yang diturunkan seperti distrofi sel kerucut
dan akromatopsia juga dapat menyebabkan seseorang menjadi buta
warna. Gen buta warna terkait dengan dengan kromosom X (X-linked
genes). Buta warna hampir tidak pernah terjadi pada perempuan
karena setidaknya satu dari dua kromosom X akan hampir selalu
memiliki gen normal untuk setiap jenis sel kerucut (Shah et al, 2013).
Karena laki-laki hanya memiliki satu kromosom X, gen yang hilang
dapat menyebabkan buta warna. Karena kromosom X pada lakilaki
selalu diturunkan dari ibu, dan tidak pernah dari ayahnya, buta warna
diturunkan dari ibu ke anak laki-lakinya, dan ibu tersebut dikatakan
sebagai carrier buta warna; keadaan tersebut terjadi pada sekitar 8%
dari seluruh perempuan (Guyton, 2007). Menurut salah satu riset, 5-
8% pria dan 0,5% wanita dilahirkan buta warna dan 99% penderita
buta warna termasuk dikromasi, protanopia, dan deuteranopia.
(Siregar, 2014)
Buta warna sendiri merupakan suatu kondisi yang mana
kemampuan mata seseorang untuk dapat membedakan warna
tertentu menurun. Bahasa lainnya yaitu manusia yang sulit untuk
melihat warna ungu, merah muda, kuning, atau campuran dari
warna- warna tersebut. Terdapat dua sel yang bekerja untuk
mendeteksi cahaya di dalam retina, yakni sel batang dan juga sel
kerucut. Sel batang yang akan mendeteksi cahaya gelap maupun
terang, juga sensitif terhadap cahaya yang intensitasnya rendah. Sel
kerucut ini mendeteksi warna dan terkonsentrasi di dekat pusat
penglihatan. Ada tiga jenis sel pyramidal yaitu merah, hijau, dan biru.
Tentukan persepsi dari warna, otak menggunakan input dari kerucut
ini. Buta warna terjadi kemudian kelintas di atas tidak ada, tidak
berfungsi, atau mendeteksi warna lain yang salah. (Nuralim, 2020)
III. Alat yang Digunakan

1. Alat Tes Ishara

IV. Jalannya Percobaan

1. OP diminta oleh PP untuk melihat angka yang berada didalam


lingkaran titik- titik berwarna

2. Kemudian, OP diminta untuk membaca setiap angka yang


terdapat ada dalam lingkaran berwarna yang telah tersusun dari
titik-titik berwarna

3. Kemudian PP bertugas untuk mencatat hasil dari percobaan


terhadap OP tersebut apakah respon pada mata OP normal atau
mengalami buta warna

V. Hasil percobaan
Tes Buta Warna
No. Angka Respon Benar Salah

1. 5 Baik 

2. 3 Baik 

3. 7 Baik 

4. 2 Baik 

5. 6 Baik 

6. 15 Baik 

7. 74 Baik 

8. 97 Baik 

9. 45 baik 

10. 73 Baik 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa


menjalankan tes buta warna membantu untuk mengetahui apakah
seseorang mengalami buta warna. Dari hasil percobaan yang dilakukan
dengan OP didapatkan bahwa kondisi mata OP tidak buta warna, kondisi
OP normal, dan menunjukkan reaksi yang baik
Palembang, 02 Juni 2022

(Belly Lestari)

NIM 2130901252
Daftar Pustaka

Nuralim, V. G. (2020). Analisis Performa Buta Warna Persial Pada Karya Desain Komunikasi
Visual. Jurnal Ilmiah, 10.

Siregar, N. H. (2014). Buta Warna. Buta Warna, 28.


LAPORAN PRAKTIKUM

BIOPSIKOLOGI

Nama Mahasiswa : Belly Lestari

Nomor Mahasiswa : 2130901252

Nama Percobaan : Kontras

Nomor Percobaan :3

Nama Pelaku Percobaan : Belly Lestari

Nama Orang Percobaan : Fatimah Az- zahra

Tanggal Percobaan : 30 Mei 2022

Tempat Percobaan : Laboraturium Psikologi Fakultas Psikologi UIN Raden Fatah


Palembang

I. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui suatu reaksi kontras pada mata, saat mata melihat dalam
keadaan ruangan gelap dan juga terang

II. Dasar Teori


Jika Anda mengajukan pertanyaan seperti itu, Anda mungkin ingat
pelajarannya Ketika saya masih di sekolah dasar, saya memiliki eksperimen
melompat Sinar matahari melewati prisma kaca, menciptakan pelangi warna
Deskripsi spektrum cahaya (hijau, jingga, kuning) ungu, gradien warna) dari
Percobaan ini pertama kali dilakukan oleh Isaac Newton untuk membuktikan hal
tersebut. Warnanya cerah, dan cahaya yang dilihat orang putih sebenarnya putih
Campuran gelombang dalam spektrum optik yang dapat dilihat dengan mata
telanjang. prisma Digunakan oleh Newton untuk memisahkan cahaya yang
melewati Newton. Pembiasan, proses ini membelokkan gelombang cahaya dari
setiap spektrum warna dengan cara ini. Tinggal jauh dari satu sama lain, warna
yang ditentukan adalah panjang gelombang dari masing-masing spektrum. (Felix,
2010)
Kontras adalah tingkat pemisahan antara nada terang dari suatu gambar dan
nada gelap dari suatu gambar. Gambar kontras tinggi memiliki warna putih dan
hitam, dengan beberapa abu-abu di antaranya. Gambar kontras rendah hadir
dalam berbagai nuansa abu-abu, tetapi tidak ada warna putih atau hitam yang
sebenarnya. Jika kontras gambar terlalu tinggi, penyalinan akan tampak tidak
berhasil. Jika kontras gambar tidak mencukupi, gambar akan terlihat keruh dan
sering disebut "datar". Eksposur (baik di kamera maupun selama proses
pencetakan) juga memainkan peran yang berbeda. Jika gambar Anda
mengandung terlalu banyak warna hitam atau putih, ini mungkin masalah
pencahayaan, bukan masalah kontras.
Kontras yang benar untuk gambar hitam-putih biasanya berarti bahwa bagian
gambar yang paling terang berwarna putih dan bagian gambar yang paling gelap
berwarna hitam. Jika Anda terbiasa dengan histogram, Anda dapat
melakukannya dengan menyesuaikan gambar dengan penyesuaian "level" seperti
pada gambar di bawah ini. Tidak seperti penyesuaian nada, di kamar gelap,
kontrol kontras memengaruhi sorotan dan bayangan secara bersamaan. Tidak
ada cara mudah untuk menyesuaikannya satu per satu. Ini lebih merupakan
percobaan dan kesalahan kamar gelap daripada menyesuaikan "level", tetapi
Anda dapat melihat apa yang ingin Anda capai. Namun, karena foto adalah
lukisan, alat yang digunakan untuk mengatur kontras berbeda dengan histogram.
(Knight, 2014)

III. Alat Yang Digunakan

1. Kertas Origami
2. Senter
3. Cahaya lampu

IV. Jalannya Percobaan

1. PP akan mengambil 5 buah kertas origami dengan warna yang berbeda-


beda kemudian satu kertas karton berwarna hitam
2. PP akan mengambil 5 buah kertas origami dengan warna yang berbeda-
beda kemudian satu kertas karton berwarna hitam.
3. PP meletakkan salah satu kertas origami tersebut didepan kertas karton
hitam untuk mengetes penglihatan OP
4. Lalu, OP harus melihat dan menyebutkan warna apa yang diperlihatkan
oleh PP pada kondisi ruang yang terang
5. Dan OP kembali akan menyebutkan warna origami secara acak oleh PP
dalam kondisi ruang yang gelap
6. Kemudian OP Kembali menyebutkan warna pada kertas origami yang
diberikan PP pada saat kondisi ruangan gelap dengan sebuah senter yang
menerangi warna kertas origami tersebut.

V. Hasil Percobaan
Ruang Ruang Gelap

No. Warna asal Ruang Gelap

Terang dengan Senter

1 Merah Merah Darah Merah Tua Merah Maroon

2 Kuning Kuning terang Putih Kuning Keemasan

3 Hijau Hijau terang Putih Kuning

4 Biru Biru agak Biru Muda Biru Muda

terang

5 Pink Pink terang Merah Maroon Merah Terang

VI. Kesimpulan
Berdasarkan hasil eksperimental di atas, melihat tabel kontras di atas, kita dapat
menyimpulkan bahwa mata OP yang terlihat berbeda di bawah pencahayaan
yang berbeda. Selain itu, warnanya juga berbeda saat dilihat di tempat gelap dan
terang ataupun pada saat menggunakan senter.

Palembang, 03 Juni 2022

(Belly Lestari)

NIM: 2130901252
Daftar Pustaka

Felix, J. (2010). PENGGUNAAN KONTRAS WARNA DALAM FOTOGRAFI. Kontras, 10.

Knight, C. (2014). Memahami Kontrol Kontras diRuang Kontras. Education, 6.


LAPORAN PRAKTIKUM

BIOPSIKOLOGI

Nama Mahasiswa : Belly Lestari

Nomor Mahasiswa : 2130901252

Nama Percobaan : Indera Pendengaran

Nomor Percobaan :4

Nama Pelaku Percobaan : Belly Lestari

Nama Orang Percobaan : Fatimah Az- zahra

Tanggal Percobaan : 30 Mei 2022

Tempat Percobaan : Laboraturium Psikologi Fakultas Psikologi UIN Raden Fatah


Palembang

I. Tujuan Penelitian
Untuk melihat suatu reaksi terhadap indera pendengaran menggunakan
garputala dan juga besi

II. Dasar Teori


Bunyi adalah gelombang longitudinal Dibuat dengan kompresi dan
peregangan Dalam media gas, terjadi gelombang Untuk objek seperti garpu tala
Bergetar dan ganggu Kepadatan sedang. Halangan Menunjukkan kecepatan
suara Dalam media gas, suara terhubung dengan indra Pendengaran manusia
adalah telinga. Istilah padat (Suara) juga mengacu pada sensasi tubuh Ini
merangsang telinga, B Gelombang paralel. Ada tiga nada, nada pertama
membutuhkan sumber suara dan suka dalam semua kasus gelombang dan
sumber bunyi adalah benda Ini bergetar. Kedua, energi ditransmisikan Sumber
berupa gelombang suara Media vertikal dan 3 suara terdeteksi oleh telinga atau
perangkat penerima. Artinya, suara adalah gelombang longitudinal memerlukan
media internal Penyebarannya. (Astuti, 2016) Bunyi dapat didengar manusia
melalui transmisi getaran bunyi, yaitu tramsmisi hawa (Acrotymponal), yaitu
jalannya getaran melalui penghantar hawa. Transmisi tulang (Craniotymponal),
yaitu jalannya getaran melalui penghantar tulang. Kecepatan suara remaja
sebelum proses penuaan telinga biasanya diberikan sebagai 3020.000 siklus per
detik. Namun, batas suara ini tergantung pada intensitasnya. Untuk intensitas 20
desibel, batas frekuensi adalah 7015.000 siklus per detik. Hanya dengan satu
nada yang kuat, Anda dapat mencapai batas penuh 3020.000 siklus per detik.
Namun, batas suara ini tergantung pada intensitasnya. Pada intensitas hanya 60
desibel, batas suara adalah 50015.000 siklus / detik. (Vanessa, 2015)
Telinga manusia adalah organ tubuh manusia untuk mendengar dan juga
untuk menangkap dan mengubah membuat suara dalam energi dalam bentuk
energi mekanik secara efisien dan juga mentransfer listrik ke otak daripada
menyadari dan memahami sistem organ pendengaran, telinga dipisahkan
menjadi sistem organ pendengaran perifer dan juga pusat. Satu gangguan
pendengaran menyebabkan masalah bagi seseorang dengarkan percakapan
untuk mewujudkannya gangguan komunikasi yang dapat mempengaruhi
pekerjaan, pendidikan, Hubungan sosial, itu bisa menyebabkan depresi.
gangguan pendengaran anak anda tuli sejak saya lahir bisu. Sistem organ
pendengaran perifer Ini terdiri dari struktur organ pendengaran. Di luar otak dan
batang otak telinga luar, telinga tengah, telinga dalam, dll. Saraf koklea di organ
pendengaran pusat dibatang otak dan otak nukleus koklea, nukleus oliverius
colliculus superior, colliculus superior, colliculus superior korteks serebral lobus
bawah dan temporal lapangan wernicke. (Nugroho, 2009)

III. Alat Yang Digunakan

1. Garputala
2. Besi

IV. Jalannya Percobaan

1. PP mengambil 1 garputala dan juga 1 besi, kemudian meletaknya didekat


telinga
2. Lalu, PP mengetuk garputala menggunakan besi tersebut dengan sekali
ketukan dan langsung menaruh diatas kepala OP
3. Kemudian, OP harus merasakan apakah ada suara atau dengungan ditelinga
atau tidak, dan setelah itu PP mencatat hasil percobaan dari reaksi
pendengaran OP
4. OP diperintahkan untuk menutup sebelah telinga, lalu PP mengetuk
garputala dengan besi tersebut
5. PP menaruh garputala di dekat daun telinga OP kemudian mengetuk
garputala dengan besi, dengan posisi OP masih menutup sebelah
telinganya

V. Hasil Percobaan

Respons
1. Di atas kepala : tidak ada

2. Garputala di atas kepala dan Menutup telinga : tidak ada

3. Garputala di daun teling dan menutup telinga : berdengung

VI. Kesimpulan
Berdasarkan hasil tes percobaan diatas bahwa frekuensi pada indera
pendengaran sekitar 30-20,000 siklus oer detik dan biasanya batas suara yang
didengar tergantung pada intensitas masing masing. Pada hasil tes percobaan
dari OP yang saya teliti terlihat pendengaran terhadap suara yang didengar
menggunakan garputala tidak memberikan respon berdengung dalam 2
percobaan dan hanya 1 yang menghasilkan dengung.

Palembang, 04 Juni 2022

(Belly Lestari)

NIM: 2130901252

Daftar Pustaka
Astuti, I. A. (2016). Pengembangan Alat Eksperimen Bunyi dalam Medium Udara. Education
Juornal, 7.
Nugroho, P. S. (2009). ANATOMI DAN FISIOLOGI. Jurnal THT, 10.

Vanessa, N. (2015). Indera Pendengaran dan Keseimbangan. Academica, 12.


LAPORAN PRAKTIKUM

BIOPSIKOLOGI

Nama Mahasiswa : Belly Lestari

Nomor Mahasiswa : 2130901252

Nama Percobaan : Indera Peraba

Nomor Percobaan :5

Nama Pelaku Percobaan : Belly Lestari

Nama Orang Percobaan : Fatimah Az- zahra

Tanggal Percobaan : 30 Mei 2022

Tempat Percobaan : Laboraturium Psikologi Fakultas Psikologi UIN Raden Fatah


Palembang

I. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui suatu reaksi pada indera peraba terhadap perbedaan kertas
yang akan digunakan dalam tes eksperimental ini

II. Dasar Teori


Kulit adalah pembatas antara manusia dan lingkungannya. Kulit mempunyai
berat rata-rata 4 kg dan meliputi area seluas 2m². Kulit berperan sebagai
pembatas, melindungi tubuh dari lingkungan luar dan mencegah hilangnya zat-
zat tubuh yang penting, terutama air. Fungsi Kulit, termoregulasi Kulit
berkontribusi pada termoregulasi tubuh dengan dua cara, yaitu dengan cara
melepaskan keringat dari permukaan dan menyesuaikan aliran darah di dermis.
Sebagai respon pada lingkungan bersuhu tinggi atau karena panas yang
disebabkan oleh olahraga, produsi keringat dari kelenjar ekrin akan meningkat,
hal ini menyebabkan 9 menguapnya keringat dari permukaan kulit dan
menjadikan temperatur tubuh menurun.
Kulit adalah organ yang terdiri dari Dari empat jaringan dasar, ada berbagai
jenis epitel pada kulit terutama epitel skuamosa berlapis stratum korneum.
Pembuluh darah dermis dilapisi dengan endotelium. Kelenjar sebaceous kelenjar
epitel. Ada banyak jenis jaringan ikat, Kolagen, serat elastin, dll. Sel lemak kulit.
Jaringan otot dapat ditemukan di dermis. Misalnya jaringan otot polos artinya,
otot pelurus rambut dan di dinding pembuluh darah, sedangkan jaringan ototnya
berpola Ini ditemukan di otot-otot wajah. Jaringan saraf sebagai reseptor
sensorik dapat ditemukan pada kulit dalam bentuk Ujung saraf bebas dan
berbagai badan ujung saraf. Misalnya, tubuh Meissner Dan tubuh Pacini.
(Kalangi, 2010)
Kulit adalah (selimut) yang menutupi dan menahan permukaan tubuh. Fungsi
utamanya adalah untuk memberikan perlindungan terhadap berbagai jenis
gangguan dan rangsangan. di luar. Rata-rata luas kulit manusia adalah kurang
kebih 2 meter persegi dan beratnya 10 kg. 4 kg dengan atau tanpa lemak. Kulit
dibagi menjadi Ada dua lapisan utama, yaitu epidermis (epidermis) sebagai
lapisan terluar dan lapisan terluar. Dermis (corium, kutis, bulu). Jaringan
subkutan atau adiposa Itu di bawah dermis. Ketebalan epidermis bervariasi di
berbagai bagian tubuh yang paling tebal satu milimeter, misalnya telapak kaki
atau telapak kaki ada lapisan tipis 0,1 mm di tangan dan kelopak mata mata,
pipi, dahi, perut. Karena ukurannya yang tipis, jika kita terluka biasanya
mengenai bagian setelah epidermis yaitu dermis. Dermis terutama terdiri dari
bahan dasar serabut kolagen dan elastin. Serabut kolagen dapat mencapai 72
persen dari keseluruhan berat kulit manusia bebas lemak. (Pramesti, 2007)

III. Alat Yang Digunakan


1. Kertas HVS
2. Kertas Karton
3. Origami

IV. Jalannya Percobaan


1. OP diperintahkan untuk menutup mata, kemudian meraba kertas yang
diberikan oleh PP

2. OP diperintahkan untuk meraba dan menyebutkan jenis kertas yang diberikan


oleh PP tersebut

V. Hasil Percobaan

No. Nama Benda Benar Salah

1. Kertas HVS 

2. Kertas Karton 

3. Amplas 
VI. Kesimpulan

Berdasarkan hasil tes percobaan yang telah dilakukan, dapat bahwasannya


kulit merupakan indera peraba dalam tubuh manusia yang dapat merasakan sesuatu
di sekitarnya. dari hasil tes percobaan kepada OP yang saya sangat teliti. OP
merasakan perbedaan dalam bentuk kertas yang telah diberikan oleh PP.

Palembang, 05 Juni 2022

(Belly Lestari)

NIM 2130901252

Daftar Pustaka

Kalangi, S. J. (2010). HISTOFISIOLOGI KULIT. Bagaian Anatomi-Histologi, 9.

Pramesti, A. R. (2007). Anatomi dan Fisiologi Integumen (Kulit). kulit, 33.


LAPORAN PRAKTIKUM

BIOPSIKOLOGI

Nama Mahasiswa : Belly Lestari

Nomor Mahasiswa : 2130901252

Nama Percobaan : Gerak Reflek

Nomor Percobaan :6

Nama Pelaku Percobaan : Belly Lestari

Nama Orang Percobaan : Fatimah Az- zahra

Tanggal Percobaan : 06 Juni 2022

Tempat Percobaan : Laboraturium Psikologi Fakultas Psikologi UIN Raden Fatah


Palembang

I. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui dan melihat apakah seseorang tersebut akan mengalami
suatu pergerakan pada kaki setelah di ketuk.

II. Dasar Teori


Gerak refleks merupakan mobilitas yg didapatkan sang jalur saraf yg paling
simple. Jalur saraf ini dibuat sang sekuen neuron sensor, interneuron, dan juga
neuron motor, yang mana mengalirkan impuls saraf buat tipe reflek eksklusif.
Gerak refleks ini juga paling sederhana hanya memerlukan 2 tipe sel saraf yaitu
neuron sensor dan neuron motor. Gerak refleks ditimbulkan sang rangsangan
eksklusif yg umumnya mengejutkan dan menyakitkan. Gerak refleks terjadi bila
rangsangan yg diterima sang saraf sensori pribadi disampaikan sang neuron
perantara (neuron penghubung). Gerak dalam biasanya terjadi secara sadar,
tetapi terdapat juga mobilitas yang terjadi tanpa disadari yaitu mobilitas refleks.

Impuls dalam gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu menurut


reseptor ke saraf sensori dibawa ke otak buat selanjutnya diolah sang otak lalu
output olahan sang otak, berupa tanggapan yg dibawa sang saraf motor menjadi
perintah yg wajib dilaksanakan sang efektor. Sedangkan mobilitas refleks
berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap
rangsangan, tanpa memerlukan kontrol menurut otak. Gerak refleks yg paling
sederhana memerlukan 2 tipe sel saraf, yaitu neuron sensorik dan neuron
motorik. Gerak refleks bekerja bukanlah dibawah pencerahan dan kemauan
seseorang. Pada mobilitas refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas
yaitu dimulai menurut reseptor penerima rangsang, lalu diteruskan sang saraf
sensori ke sentra saraf, diterima sang sel saraf. (Wulandari, 2009)
Gerakan refleks dikendalikan oleh sistem saraf (otak) atau sumsum
tulang belakang (refleks tulang belakang) melalui saraf kranial dan saraf
motorik tulang belakang. Refleks terjadi pada jalur tertentu. Ini disebut busur
refleks komponennya reseptor, neuron sensorik, menghubungkan neuron
(otak dan sumsum tulang belakang), neuron motorik, Dan kekasih. Refleks
berjalan sangat cepat balasannya otomatis Untuk stimulasi tanpa permintaan
kontrol otak. Jadi bisa dikodekan Apa yang terjadi tanpa gerakan ini
kehendak atau tidak sadar awal. Impuls perilaku refleks melalui jalur pendek
atau jalan pintas prosesnya dimulai dengan reseptor dirangsang dan
ditransmisikan oleh saraf sense ke pusat saraf yang diterima dari set
hubungkan saraf (asosiasi) yang belum diproses segera mengirim tanggapan
di otak ke saraf motorik ditransmisikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar.
(A’tourrohman, 2019)

III. Alat Yang Digunakan

1. Martil Reflek

IV. Jalannya Percobaan

1. PP mengetuk urat dibawah tempurung, kemudian PP melihat reaksi pada


tungkai kaki OP
2. OP berdiri, kemudian satu tungkai kaki OP diletakkan diatas kursi, setelah itu
PP mengetuk urat diatas mata kaki
3. Lengan OP diangkat dan dilipat serta dilemaskan, kemudian PP mengetuk
dibawah siku, dan kemudian tanyakan kepada OP apakah ada sengatan atau
tidak

V. Hasil Percobaan
Nama Tester : Belly Lestari
Nama Testi : Fatima Az-zahra
Tanggal Test : 06 Juni 2022

Gerak Refleks
Respond

1. Urat di bawah tempurung lutut : Bergerak


2. Urat di atas tumit : Tidak Bergerak
3. Urat di atas siku : Tidak Menyengat

VI. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
ketukan yang menggunakan alat martil reflek tidak semua titik akan
menghasilkan respond yang sama. Dari hasil percobaan yang dilakukan dengan
OP didapatkan bahwa hanya satu yang menghasilkan respond, dan pada kedua
uji lainnya tidak ada respond, yang menunjukkan reaksi akan berbeda pada titik
tertentu dan kuat atau tidaknya ketukan yang dihasilkan.

Palembang, 09 Juni 2022

Belly Lestari

NIM (2130901252)

Daftar Pustaka

A’tourrohman, M. (2019). GERAK REFLEKS dan TERMOREGULASI. Praktikum, 9.

Wulandari, I. P. (2009). PEMBUATAN ALAT UKUR KECEPATAN RESPON MANUSIA BERBASIS.


Jurnal Neutrino, 12.
LAPORAN PRAKTIKUM

BIOPSIKOLOGI

Nama Mahasiswa : Belly Lestari

Nomor Mahasiswa : 2130901252

Nama Percobaan : Stereognesis

Nomor Percobaan :7

Nama Pelaku Percobaan : Belly Lestari

Nama Orang Percobaan : Fatimah Az- zahra

Tanggal Percobaan : 06 Juni 2022

Tempat Percobaan : Laboraturium Psikologi Fakultas Psikologi UIN Raden Fatah


Palembang
I. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui dan melihat apakah seseorang tersebut akan mengalami
suatu perubahan pada .

II. Dasar Teori


Stereognosis merupakan kemampuan buat mengidentifikasi bentuk dan
bentuk objek 3 dimensi, dan karenanya identitasnya, menggunakan manipulasi
taktil objek itu tanpa adanya rangsangan visual dan pendengaran. Etimologi
istilah stereognosis dari berdasarkan bahasa Yunani buat (stereo) yg berarti
padat, dan (gnosis) yg berarti pengetahuan. Sebuah disparitas diharapkan antara
stereognosis manual & stereognosis lisan, yg terjadi pada tangan dan mulut,
masing-masing. Stereognosis manual membutuhkan jalur sensorik perifer yg
utuh, yaitu saluran lemniskus kolom medial dorsal (DCMLT), buat mendapat
sentuhan diskriminatif dan warta proprioseptif.
Penerimaan warta ini diharapkan namun nir relatif buat stereognosis lantaran
membutuhkan sentra pemrosesan yg berfungsi pada korteks lobus parietal.
Untuk tahu menggunakan sahih relevansi klinis stereognosis, pertama-tama kita
wajib tahu jalur primer yg memungkinkan persepsi berukuran dan bentuk objek,
DCMLT, dan bagaimana warta ini diproses pada korteks parietal. Neuron orde
pertama DCMLT mempunyai badan sel pada ganglia akar dorsal menggunakan
proses perifer yg meluas ke reseptor sensorik (sel pacinian, sel Merkel, organ
tendon Golgi, dan spindel otot) dan proses sentral yg memasuki sumsum tulang
belakang pada sensorik besar.
zona masuk serat berdasarkan tanduk dorsal naik ipsilateral pada kolom
punggung. Serabut saraf yg masuk ke kolumna dorsalis berdasarkan ekstremitas
bawah terlokalisasi ke aspek medial waktu mereka naik secara ipsilateral,
membangun berkas akson yg diklaim fasciculi gracilis. Informasi sentuhan
proprioseptif dan diskriminatif serupa berdasarkan ekstremitas atas (tulang
belakang taraf T5 dan pada atas) melokalisasi bundel akson lateral yg
berdekatan yg diklaim fasciculi cuneatus. Fakta bahwa serabut saraf memasuki
medula spinalis & menambah fasikulus kolumna dorsalis secara medial ke lateral
adalah konsep penting. Organisasi somatotopik traktus asendens ini
memungkinkan lokalisasi yg sempurna berdasarkan rangsangan ini waktu mereka
akhirnya mencapai korteks somatosensori utama lobus parietal. (Tadi, 2021)

III. Alat Yang Digunakan

1. Balok
2. Kubus
3. Prisma segitiga
4. Tabung
5. Limas
IV. Jalannya Percobaan

1. Terdapat 5 buah bangun ruang yang telah disiapkan


2. PP menutup mata OP dengan menggunakan penutup mata atau kain yang
tidak tembus pandang
3. OP diminta menebak bangun ruang apa yang diberikan PP dengan cara
meraba bangun ruang tersebut dan mata yang telah ditutup
4. PP tidak dibolehkan untuk menyebutkan bangun ruang apa yang diberikan ke
OP
5. Kemudian PP memberikan bangun ruang sebanyak 5 kali secara acak
6. Dan PP membuat respond dari OP bener atau tidak

V. Hasil Percobaan

Nama Tester : Belly Lestari


Nama Testi : Fatima Az-zahra
Tanggal Test : 06 Juni 2022

Stereognosis

No. Bentuk Respon Benar Salah


1. Balok Balok 
2. Kubus Kubus 
3. Prisma segitiga Prisma segitiga 
4. Tabung Tabung 
5. Limas Limas 

I. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa OP
dapat menebak bangun ruang yang telah diberikan PP dengan mata tertutup
yang menunjukkan bahwa indera peraba OP berfungsi dengan baik, dan dapat
menebak beberapa bangun ruang yang berbeda hanya dengan merabanya.

Palembang, 09 Juni 2022

Belly Lestari
NIM (2130901252)

Daftar Pustaka

Tadi, P. (2021). Stereognosis. national library of medicine .


LAPORAN PRAKTIKUM

BIOPSIKOLOGI

Nama Mahasiswa : Belly Lestari

Nomor Mahasiswa : 2130901252

Nama Percobaan : Kinestetik

Nomor Percobaan :8

Nama Pelaku Percobaan : Belly Lestari

Nama Orang Percobaan : Fatimah Az- zahra

Tanggal Percobaan : 06 Mei 2022

Tempat Percobaan : Laboraturium Psikologi Fakultas Psikologi UIN Raden Fatah


Palembang

I. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui dan melihat apakah seseorang tersebut akan mengalami
suatu perubahan pada .

II. Dasar Teori


Penelitian ini bertujuan buat mengetahui peningkatan kecerdasan kinestetik anak
belia menggunakan taraf keterbelakangan mental moderat melalui aktivitas
bermain air. Penelitian ini dilakukan dalam murid kelas SLB - C D1 Kembar Karya
I menggunakan 7 peserta didik. Penelitian ini dilakukan menurut bulan Desember
2012 hingga Februari 2013. Penelitian ini memakai metode penelitian tindakan
(Action Research). Kegunaan menurut penelitian tindakan ini merupakan buat
menaikkan kecerdasan kinestetik.Penelitian ini dilakukan menggunakan memakai
sesuai ketentuan daur. Setiap daur ini yakni mempunyai empat aktivitas utama.
perencanaan, tindakan, observasi & refleksi. Penelitian ini
terdiri menurut dua daur dimana setiap daur terdiri menurut 4
pertemuan.Analisis keberhasilan penelitian yg dilakukan secara individual per
anak per aspek buat pengembangan anak-anak menggunakan keterbelakangan
mental nir bisa dibandingkan menggunakan anak-anak lain dalam dirinya sendiri,
namun perkembangan. Hasil penelitian tersebut menampakan peningkatan
kecerdasan kinestetik anak belia menggunakan kelas taraf keterbelakangan
mental moderat D1 SLB - C Kembar Karya I ini dilakukan melalui aktivitas
bermain air. (Sari, 2014)
Penelitian ini bertujuan buat mengetahui peningkatan kecerdasan kinestetik
anak belia menggunakan taraf keterbelakangan mental moderat melalui aktivitas
bermain air. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas SLB - C D1 Kembar Karya I
menggunakan 7 peserta didik.Penelitian ini dilakukan dari bulan Desember 2012
sampai Februari 2013. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan
( ActionResearch). Kegunaan dari penelitian tindakan ini adalah buat
meningkatkan kecerdasan kinestetik. Penelitian ini dilakukan menggunakan
menggunakan ketentuan siklus. Setiap siklus memiliki empat aktivitas utama.
Perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus
dimana setiap siklus terdiri dari 4 pertemuan.Analisis keberhasilan penelitian yg
dilakukan secara individual per anak per aspek buat pengembangan anak-anak
menggunakan keterbelakangan mental tidak dapat dibandingkan menggunakan
anak-anak lain pada dirinya sendiri, tetapi perkembangan. (Sari, 2014)

III. Alat Yang Digunakan

1. Timbangan

IV. Jalannya Percobaan

1. OP diminta menutup mata menggunakan penutup mata atau kain yang tidak
tembus pandang
2. PP meletakkan besi ditangan kanan dan kiri OP
3. Kemudian OP diminta untuk menyebutkan besi mana yang lebih berat
diantara tangan kanan dan kirinya
4. PP mencatat respond dari OP beserta dengan respond yang disebutkan OP

V. Hasil Percobaan

Nama Tester : Belly Lestari


Nama Testi : Fatima Az-zahra
Tanggal Test : 06 Juni 2022

Kinestetik

No. Beban Berat Respon


1. Kanan < Kiri 50 gr < 100 gr Benar
2. Kanan < Kiri 100 gr < 500 gr Benar
3. Kanan < Kiri 500 gr < 1000 gr Benar
4. Kanan > Kiri 200 gr > 50 gr Benar
5. Kanan > Kiri 1000 gr > 500 gr Benar
I. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa OP
dapat membedakan benda mana yang lebih berat dengan mata tertutup dan
juga tanpa disebutkan PP mana besi yang lebih berat. yang menunjukkan reaksi
bahwasannya OP dapat merasakan perbedaan beda dengan berat dan juga
ukurannya dengan mata tertutup.

Palembang, 09 Juni 2022

Belly Lestari

NIM (2130901252)

Daftar Pustaka

Sari, M. (2014). Peningkatan Kecerdasan Kinestetik Melalui Kegiatan Bermain Air.


pendidikan usia dini , 373.

Anda mungkin juga menyukai