TEORI KEPRIBADIAN
“TEORI PSIKOANALISIS HUMANISTIS, TEORI
INTERPERSONAL, TEORI PASCA-ALIRAN FREUD”
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
Triana Malenita Dewi 2130901232
Muhamad Akbar 2130901244
Jimi Mardiansyah 2130901245
Belly Lestari 2130901252
DOSEN PENGAMPU:
Rizka Kurniawati, S.Psi, M.Si
Dalam mengenali seseorang, tentunya kita melihat tingkah laku yang biasa
dia lakukan. Ketika tingkah laku tersebut sudah menjadi kebiasaan, maka kita
akan mengetahui bagaimana kepribadian orang tersebut. Berbagai macam teori
kepribadian dapat kita temukan di berbagai sumber. Teori-teori ini timbul karena
banyaknya pendapat dari para ahli psikologi zaman dulu mengenai tingkah laku
yang timbul pada saat itu. Teori-teori ini pula masih berlaku untuk zaman kita
sekarang.
Seiring berjalannya waktu, terdapat teori yang digagas oleh Erich Fromm
mengenai teori Psikoanalisis Humanistis. Teori ini lebih membahas tentang
perngaruh kecintaan individu terhadap tingkah laku yang ditimbulkannya. Adapun
teori selanjutnya adalah teori yang disampaikan oleh Harry Stack Sullivan
mengenai teori Interpersonal. Teori ini membahas tentang hubungan manusia
yang satu dengan manusia yang lainnya. Kemudian ada pula teori yang digagas
oleh Erik Erikson mengenai ego dan kreativitas. Teori ini merupakan lanjutan atau
perkembangan dari teori Freud. Tentunya masih terdapat banyak teori tentang
kepribadian individu ini, namun pada kesempatan kali ini kami hanya akan
membahas tiga teori tersebut saja. Bagaimana pandangan ketiga tokoh tersebut
tentang kepribadian individu? Apa saja gangguan yang dapat terjadi pada
individu? Bagaimana tahapan perkembangan menurut tiga tokoh tersebut?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan kami bahas pada bagian pembahasan
di makalah ini. Kami membahas teori ini dikarenakan untuk memenuhi tugas
kelompok dari mata kuliah Teori Kepribadian. Semoga penjelasan dari kelompok
kami dapat dengan mudah dipahami oleh para pembaca.
PEMBAHASAN
1) Orientasi Karakter
2) Gangguan Kepribadian
B. Teori Interpersonal
Teori ini digagas oleh Harry Stack Sullivan. Sullivan lahir pada
tanggal 2 Februari 1892 di Norwich, New York. Sullivan dipandang sebagai
negarawan ilmuwan dan juru bicara ulung bidang psikiatri, pemimpin sekolah
parapsikiater, ahli terapi yang luar biasa, teoretikus yang berani, dan dokter yang
produktif.
Sebagai salah satu tokoh Neo-Freudianisme, Sullivan menciptakan
pandangan baru tentang kepribadian dengan nama interpersonal theory of
psychiatry. Ia berpendapat, bahwa kepribadian adalah pola yang relatif menetap
dari situasi-situasi antarpribadi yang berulang yang menjadi ciri kehidupan
manusia. Kepribadian merupakan entitas hipotetis yang tidak dapat dipisahkan
dari situasi-situasi antarpribadi, dan tingkah laku antarpribadi merupakan satu-
satunya segi yang dapat diamati sebagai kepribadian. Seterusnya Sullivan
berpendapat, bahwa tidak ada gunanya membahas individu sebagai objek riset,
sebab individu tidak dapat dipisahkan dengan orang lain. Sullivan tetap mengakui
adanya unsur-unsur keturunan (hereditas) pada manusia, tetapi adanya kekhasan
tingkah laku individu tetaplah sebagi hasil interaksi-interaksi sosial (Fudyartanta,
2012).
Di dalam buku Harry Stack Sullivan yang berjudul The Interpersonal
Theory of Psychiatry (1953), dijelaskan beberapa hal mengenai tingkah laku
manusia, yaitu sebagai berikut:
1. Ketegangan
1) Ketegangan adalah potensi untuk bertingkah laku yang disadari atau tidak
disadari, 3 sumber tegangan yaitu :
a. Ketegangan yang timbul akibat ketidak seimbangan biologis dalam diri
individu.
b. Kebutuhan yang berasal dari hubungan interpersonal palaing dasar yaitu
kelembutan.
c. Kebutuhan umum dan khusus.
2) Kecemasan
a. Kecemasan ditransfer memalui orang tua bayi melalui proses empati.
b. Kecemasan juga memiliki efek buruk pada proses perkembangan
hubungan interpersonal orang dewasa.
c. Kecemasan juga menghasilkan perilaku:
Mencegah seseorang untuk belajar dari kesalahan sendiri.
Membuat seseorang tetap mengejar keinginan demi rasa aman.
Kecemasan menghambat kepuasan kebutuhan sedangkan rasa takut
bisa memenuhi kebutuhan.
3) Transformasi Energi
a. Tegangan yang ditransformasikan menjadi tingkah laku. Tingkah laku
yang terbuka maupun tertutup, disebut transformasi energi.
b. Tegangan yang ditransformasikan itu meliputi gerakan yang kasatmata
dan kegiatan mental.
2. Dinamisme
Terdiri dari :
1) Malevolence
Melevolance merupakan dinamisme disjungtif tentang kejahatan dan
kebencian. Melevolance berawal pada umur 2 atau 3 tahun Ketika Tindakan
anak yang pada awalnya membawa kelembutan ibu dihilangkan sehingga
menimbulkan kecemasan.
2) Intimacy
Intimacy tumbuh dari kebutuhan untuk tenderness tapi lebih spesifik dan
melibatkan hubungan interpersonal yang dekat. Intimacy bukan hanya
perihal seksual saja, bahkan intimacy berkembang sebelum pubertas, secara
ideal pada masa preadolescence, intimacy biasanya ada antara dua anak,
yang masing-masing saling memandang satu sama lain dengan nilai yang
sama.
3) Lust
Di pihak lain, lust (nafsu) adalah tendensi mengisolasi, tidak membutuhkan
orang lain untuk memuaskan. Lust memanifestasikan diri sebagai perilaku
autoerotic bahkan Ketika orang lain menjadi objek lust seseorang. Lust
adalah dinamisme yang kuat pada masa adolescence (remaja), pada masa
itu, lust sering mengarah pada pengurangan rasa percaya diri.
4) Self-system
Dorongan atau energi yang membuat seseorang terus maju dan bergerak dan
memenuhi kebutuhan, Ketika seseorang melakukan tingkah laku untuk
memenuhi needs tertentu maka ini disebut transformasi energi.
Dinamis terdapat 2 kategori :
a. Berhubungan dengan tubuh
b. Berhubungan dengan ketegangan
3. Personifikasi
1) Bad-Mother, Good-Mother
a. Selama masa pertengahan seorang anak memperoleh tiga personifikasi
yaitu bad-me, good-me, dan not-me.
b. Bad-me, dipengaruhi oleh pengalaman hukuman dan ketidaksetujuan
yang diterima bayi dari ibu mereka Bad-me dibentuk dari situasi
interpersonal.
c. Personifikasi good-me, dihasilkan dari pengalaman bayi dengan hadiah
dan persetujuan. Bayi meresa nyaman dengan diri mereka sendiri
Ketika mereka merasakan ekspresi kelembutan ibu mereka, mengurangi
kecemasan dan menumbuhkan identitas.
2) Me Personality
a. Selama masa pertengahan seorang anak memperoleh tiga personifikasi
yaitu bad-me, good-me, not-me.
b. Bad-me, dipengaruhi oleh pengalaman hukuman dan ketidaksetujuan
yang diterima bayi dari ibu mereka Bd-me dibentuk drai situasi
interpersonal.
c. Personifikasi Good-me, dihasilkan dari pengalaman bayi dengan hadiah
dan persetujuan. Bayi merasa nyaman dengan diri mereka sendiri
Ketika mereka merasakan ekspresi kelembutan ibu mereka, mengurangi
kecemasan dan menumbuhkan identitas.
d. Kecemasan berat, menyebabkan seorang bayi membentuk personifikasi
yang not-me dan secara selektif mengabaikan pengalaman yang terkait
dengan kecemasan itu
e. Personifikasi Not-me, ditemui oleh orang dewasa dan diekspresikan
dalam mimpi. Sullivan percaya bahwa pengalaman mimpi buruk ini
selalu didahului dengan peringatan.
4. Tingkat Kognisi
1) Prototaxic Level
a. Prototaxic Level, pengalaman paling awal dari seorang bayi, terjadi
pada tingkat prototaxic, pengalaman tidak dapat dikomunikasikan
b. Pada orang dewasa, berupa sensasi, perasaan, suasana hati, dan kesan
yang melintas sesaat, contoh : jatuh cinta.
2) Parataxic Level
a. Parataxic Level, pemahaman hubungan sebab- akibat yang tidak logis,
adanya dua kejadian yang muncul secara tidak sengaja.
Contoh: Seorang anak kecil yang berkali-kali mendapat permen setiap
mengatakan tolong akan percaya bahwa ada hubungan antara tolong
dan permen.
3) Syntaxic Level
a. Syntaxic Level, pengalaman yang divalidasi berdasarkan kesepakatan
dan dapat dikomunukasikan secara simbolis. Contoh : Kata- kata
b. Sullivian hipnotis, orang tua dan anak dapat berkomunikasi pada
tingkat syntaxic jika keduanya telat menyepakati kata-kata dan ekspresi
yang sama.
c. Semua orang yang telah mencapai tingkat kognisi syntaxic tidak
kehilangan tingkat prototaxic maupun parataxic. Pada orang dewasa
ketiganya berfungsi.
5. Tahapan Perkembangan
1) Infancy
a. 0-2 tahun
b. Akan bertahan hidup dipenuhi jika kebetulan makan dan kelembutan
dari ibu
c. Orientasi bayi pada cara ibu menyusi dan zona mulut
d. Perlindungan bawaan pada bayi (apathy) rasa tidak peduli dan
somnolent detachment (pertahanan dengan tidur)
e. Autistic language yaitu Bahasa bayi yang tidak bisa atau sedikit
dipahami oleh orang lain.
2) Childhood
a. 2-5/6 tahun
b. Menggabungkan me-personification menjadi self-dynamism
c. Meniru dan menilai perilaku orang tua
d. Personifikasi ganda tentang ibu bergabung menjadi 1
e. Emosi anak timbal balik
f. Eidetic friend membantu menjalin relasi pertemanan di real life
g. belajar dramatis dan kesibukan
h. belajar tentang norma dimasyarakat
3) Juvenile Era
a. 6-8 tahun
b. Remaja belajar tentang bersaing berkompetisi, dan berjasama
c. Remaja mulai membedakan diri dengan orang dewasa
d. Pada akhir tahap ini, mereka seharusnya lebih mudah menangani
kecemasan, mencapai kebutuhan, dan punya tujuan dimasa depan
4) Preadolescence
a. 8,5 tahun – 13 tahun
b. Menjalin keintiman dengan sesame gander
c. Pada masa ini, disukai dengan teman lebih penting
d. Masa yang paling sulit bagi individu
e. Peran orang tua sangat penting
f. Pengalaman praremaja penting untuk perkembangan kepribadian
dimasa depan
5) Early Adolescence
a. 13- 15 tahun
b. Masa pubertas dan menjalin hubungan dengan lawan jenis
c. Konflik yang dialami pada tahap ini adalah keintiman, nafsu, dan
keamanan yang saling bertabrakan yang menyebabkan stress.
d. Melihat lawan jenis hanya sebagai objek seksual
e. Menurut Sukkivan, early Adolescence adalah titik balik dr
pengembangan kepribadian, walaupun penyesuaian seksual penting tapi
ia merasa masalahnya terletak pada bagaimana bergaul dengan yang
lain.
6) Late Adolescence
a. 15 tahun
b. Menjalin keintiman dan merasakan nafsu pada orang yang sama
c. Karakteristik pada remaja akhir adalah keintiman dan nafsu
d. Remaja mengandalkan mode parataxic untuk mengabaikan kecemasan
dan mempertahankan harga diri
7) Adulthood
a. Menjalain habungan yang lebih serius dengan 1 lawan jenis
b. Orang dewasa berpikir pada tingkat sintaksis, mampu mengetahui
kecemasan, kebutuhan, dan keamanan orang lain, dan menemukan
kehidupan yang menarik dan menyenangkan.
6. Gangguan Psikologis
Teori Pasca-Aliran Freud ini digagas oleh Erik Erikson yang mana
juga merupakan Freudian dan penulis utama ego. Pada dasarnya Erikson
menerima gagasan Freud termasuk gagasan yang belum pasti seperti oedipal
complex, dan juga menerima gagasan tentang ego yang didukung oleh para
pendukung setia Freudian seperti Heinz Hartmann dan Anna Freud. Teori Erikson
lebih banyak dipengaruhi oleh antropologi dan berorientasi pada budaya (Yusuf &
Nurihsan, 2012).
Erikson memandang identitas ego sebagai polaritas dari apa seseorang
itu menurut perasaan dirinya sendiri dan apa seseorang itu menurut anggapan
orang lain. Menurut Yusuf dan Nurihsan (2012), seseorang yang mencapai
identitas memperoleh rasa memiliki. Menurut Erikson pun masa lampau
seseorang itu memiliki makna bagi masa depannya, maka akan terdapat
kesinambungan perkembangan yang direfleksikan oleh tahap-tahap
perkembangan, masing-masing tahap perkembangan berhubungan dengan tahap-
tahap perkembangan yang lainnya.
2. Tahapan Perkembangan
A. Kesimpulan
Sullivan, H. S., Perry, H. S., Gawel, M. L., & Cohen, M. B. (1953). The
Interpersonal Theory of Psychiatry. Great Britain: Tavistock Publication
Limited.