Anda di halaman 1dari 32

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tesis dasar Erich Fromm menyatakan bahwa manusia pada masa modern ini telah
terpisah dari kesatuan prasejarah mereka dengan alam dan juga dengan satu sama
lain, namun mereka memiliki akal, antisipasi, dan imajinasi. Paduan akan kurangnya
insting kebinatangan dan adanya pikiran rasional menjadikan manusia sebagai suatu
keganjilan dalam alam semesta. Kesadaran diri turut ambil bagian dalam adanya
perasaan-perasaan ini, manusia berusaha untuk bersatu kembali dengan alam dan
sesama manusia lain.

Dengan latar belakang pendidikan ajaran psikoanalisis Freud dan dipemgaruhi


oleh Karl Marx, Karen Horney, dan teoritikus berorientasi sosial lainnya, Erich
Fromm mengembangkan teori kepribadian yang menekankan pengaruh faktor
sosiobiologis, sejarah, ekonomi, dan struktur kelas. Psikoanalisis humanistis
berasumsi bahwa terpisahnya manusia dengan dunia alam menghasilkan perasaan
kesendirian dan isolasi, kondisi yang disebut sebagai kecemasan dasar (basic
anxiety).

Harry Stack Sullivan, orang Amerika pertama yang membangun teori kepribadian
yang komprehensif. Sullivan percaya bahwa manusia mengembangkan kepribadian
mereka dalam konteks sosial. Tanpa orang lain, menurut Sullivan, manusia tidak akan
memiliki kepribadian. Teori interpersonal Sullivan menekankan pentingnya ragam
tahapan perkembangan—masa bayi, kanak-kanak, juvenil, praremaja, remaja awal,
remaja akhir, dan dewasa.

Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai konsep-konsep kepribadian dari


Erich Fromm dan Harry Stack Sullivan, termasuk juga kelebihan dan kelemahan dari
masing-masing konsep tersebut.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep kepribadian Erich Fromm ?
2. Bagaimana konsep kepribadian Harry Stack Sullivan dan bagian-bagiannya?
3. Apa kelebihan dan kelemahan dari masing-masing teori?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui konsep kepribadian Erich Fromm,
2. Mengetahui konsep kepribadian Harry Stack Sullivan.
3. Mengetahui kelebihan dan kelemahan dari masing-masing konsep
kepribadian.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP KEPRIBADIAN ERICH FROMM

Pandangan Erich Fromm akan sifat manusia terbentuk oleh pengalaman masa
kecil mereka. Bagi Fromm kehidupan keluarga Yahudi, bunuh dirinya seorang wanita
muda, dan nasionalisme ekstrem bangsa jerman berkontribusi dalam pemikirannya
akan kemanusiaann.

Psikoanalisis humanistisnya lebih melihat manusia dari sudut pandang sejarah


dan budaya daripada murni sudut pandang psikologis saja. Psikoanalisis ini juga tidak
terlalu memikirkan individu dan lebih memikirkan karakteristik yang secara umum
berkaitan dengan kultur.

Fromm mengadopsi pandangan evolusioner humanistis. Ketika manusia


muncul sebagai spesies yang terpisah dari evolusi binatang, mereka kehilangan
sebagian besar insting kebinatangannya, namun mendapat “peningkatan dalam
perkembangan otak yang membuat mereka memiliki realisasi diri, imajinasi,
perencanaan, dan keraguan” (Fromm, 1992, hlm.5). Paduan antara lemahnya insting
kebinatangan dan otak yang sangat berkembang inilah yang membedakan manusia
dengan semua binatang lain.

Kebutuhan Manusia

Pada umumnya, kata “kebutuhan” diartikan sebagai kebutuhan fisik, yang


oleh Fromm dipandang sebagai kebutuhan aspek kebinatangan dari manusia, yakni
kebutuhan makan, minum, seks, dan bebas dari rasa sakit. Fromm (1955) menyatakan
bahwa satu perbedaan penting antara manusia yang sehat secara mental dan manusia
neurotik atau tidak waras adalah bahwa manusia yang sehat secara mental

3
menemukan jawaban atas keberadaan mereka (eksistensi). Kebutuhan-kebutuhan
eksistensial telah muncul saat evolusi budaya manusia, tumbuh dari usaha mereka
untuk menemukan jawaban atas keberadaan mereka dan untuk menghindari
ketidakwarasan. Dengan kata lain, individu yang sehat lebih mampu menemukan cara
untuk bersatu kembali dengan dunia, dengan secara produktif memenuhi kebutuhan
manusiawi akan keterhubunngan (Relatedness), keunggulan (Transcendence),
keberakaran (Rootedness), kepekaan akan identitas (Sense of identity) dan kesatuan
(unity).

 Keterhubunngan (Relatedness)

Kebutuhan eksistensial pertama adalah keterhubungan, yaitu dorongan untuk


bersatu dengan satu orang atau lebih. Fromm menyatakan tiga cara dasar bagi
manusia untuk terhubung dengan dunia: (1) kepasrahan, (2) kekuasaan, dan (3) cinta.
Seseorang dapat pasrah pada orang lain, kelompok, atau institusi agar menjadi satu
dengan dunia. “Dengan cara ini keberadaannya sebagai individu tidak lagi terpisah
dan ia menjadi bagian dari seseorang atau sesuatu yang lebih besar dari dirinya dan
merasakan jati diri dalam hubungannya dengan kekuasaan yang dimiliki oleh
siapapun tempat manusia tersebut memasrahkan dirinya” (Fromm,1981)

Sama halnya seperti orang-orang pasrah atau submisif mencari hubungan dengan
orang-orang dominan, pencari kekuasaan menyambut orang-orang pasrah yang
menjadi pasangannya. Ketika seorang dominan dan seorang pasrah (submisif) saling
menemukan, mereka sering kali menciptakan hubungan simbiosis, yang memuaskan
untuk keduanya. Walaupun simbiosis tersebut menyenangkan, hal ini menghalangi
pertumbuhan menuju integritas dan kesehatan psikologis.

Orang-orang dalam hubungan simbiosis saling tertarik bukan disebabkan oleh


cinta, namun karena putus asa dalam memenuhi kebutuhan akan keterhubungan, yang
tidak akan terpuaskan secara utuh dengan hubunngan seperti itu. Orang-orang dalam
hubungan simbiosis menyalahkan pasangan mereka karena mereka tidak memuaskan

4
kebutuhan yang lain secara utuh. Mereka akan mencari kepasrahan atau kekuasaan
tambahan dan hasilnya, mereka akan semakin bergantung pada pasangan mereka dan
semakin tidak individual.

Fromm percaya bahwa cinta adalah satu-satunya jalan untuk seseorang bersatu
dengan dunia dan dalam waktu yang sama, mencapai individualitas dan integritas. Ia
mendefinisikan cinta sebagai, “kesatuan dengan seseorang atau sesuatu diluar diri
dengan kondisi memegang teguh keterpisahan dan integritas diri sendiri” (Fromm,
1981). Cinta meliputi persamaan dan berbagi dengan orang lain, namun tetap
membiarkan seseorang mendapat kebebasan untuk menjadi unik dan terpisah. Cinta
membiarkan seseorang untuk memuaskan kebutuhan mereka akan keterhubungan
tanpa mengorbankan integritas dan kemandirian. Dalam cinta, dua orang dapat
menjadi satu namun tetap terpisah.

Dalam buku Seni Mencintai (The Art of Loving), Fromm (1956) menyebutkan rasa
peduli, tanggung jawab, rasa hormat, dan pengetahuan sebagai empat elemen dasar
yang biasa ditemui dalam semua bentuk cinta yang tulus. Seseorang yang mencintai
orang lain harus peduli akan orang tersebut dan mau menjaganya. Cinta juga berarti
tanggung jawab, yaitu kemauan dan kemampuan untuk merespon atau menanggapi.
Seseorang yang mencintai orang lain akan menanggapi kebutuhan fisik dan
psikologis pasangannya, menghormati mereka apa adanya dan menghindari keinginan
untuk berusaha mengubah mereka. Akan tetapi, seseorang bisa menghormati orang
lain hanya jika mereka memiliki pengetahuan mengenai orang tersebut. Mengenali
seseorang berarti melihat mereka dari sedut pandang mereka. Dengan demikian, rasa
peduli, tanggung jawab, rasa hormat, dan pengetahuan saling berkaitan dalam
hubungan cinta. Keterhubungan dapat berupa kepasrahan, kekuasaan, atau cinta.

 Keunggulan (Transcendence)

Seperti hewan lainnya, manusia dilempar ke dunia tanpa persetujuan dan


keinginan mereka serta ditiadakan dari dunia juga tanpa persetujuan dan kemauan

5
mereka. Akan tetapi, berbeda dengan hewan, manusia tergerak oleh kebutuhan akan
keunggulan yang didefinisikan sebagai dorongan untuk melampaui keberadaan yang
pasif dan kebetulan menuju “alam penuh makna dan kebebasan”. Sebagaimana
keterhubungan dapat dicapai dengan cara produktif dan nonproduktis, keunggulan
dapat dicari melalui pendekatan positif dan negatif. Manusia dapat mengungguli sifat
pasif mereka, baik dengan cara menciptakan maupun menghancurkan kehidupan.
Meskipun hewan lainnya dapat menciptakan kehidupan melalui reproduksi, hanya
manusia yang menyadari dirinya sebagai pencipta. Selain itu, manusia juga menjadi
kreatif dengan banyak cara. Mereka dapat berkreasi dalam seni, agama, gagasan,
hukum, produksi materi, dan cinta..

Berkreasi berarti aktif dan peduli akan hal-hal yang diciptakan. Akan tetapi, kita
juga dapat mengungguli hidup dengan menghancurkannya dan oleh karena itu
melampaui korban-korban yang kita musnahkan. Dalam Anatomy of Human
Destructiveness (Fromm, 1973) menyatakan bahwa manusia adalah satu-satunya
spesies yang menggunakan agresi keji (malignant aggresion), yaitu membunuh
untuk alasan selain mempertahankan diri. Walaupun agresi keji dominan dan kuat
pada beberapa individu dan kultur, hal ini tidak umum dimiliki semua manusia. Hal
ini ternyata tidak diketahui oleh banyak masyarakat prasejarah sebagaimana
masyarakat “primitif” kontemporer.

 Keberakaran (Rootedness)

Kebutuhan keberakaran adalah kebutuhan untuk memiliki ikatan-ikatan yang


membuatnya betah di dunia (merasa seperti dirumahnya). Manusia menjadi asing
dengan dunianya karena dua alasan pertama, dia direnggut dari akar-akar
hubungannya oleh situasi (ketika manusia dilahirkan, dia menjadi sendirian dan
kehilangan ikatan alaminya), kedua, fikiran dan kebebasan yang dikembangkannya
sendiri justru memutus ikatan alami dan menimbulkan perasaan isolasi/tak berdaya.
Keberakaran adalah kebutuhan untuk mengikatkan diri dengan kehidupan setiap saat

6
orang dihadapkan dengan dunia baru, dimana dia harus tetap aktif dan kreatif
mengembangkan perasaan menjadi bagian yang integral dari dunia. Dengan demikian
dia akan tetap merasa aman, tidak cemas, berada ditengah-tengah dunia yanng penuh
ancaman. Orang dapat membuat ikatan fiksasi yang tidak sehat, yakni
mengidentifikasikan diri dengan satu situasi, dan tidak mau bergerak maju untuk
membuat ikatan baru dengan dunia baru.

Keberakaran juga dapat dilihat secara filogenetis dalam evolusi spesies manusia
Fromm setuju dengan Freud bahwa keinginan untuk melakukan hubungan sedarah
adalah universal, namun ia tidak setuju dengan keyakinan Freud bahwa hubungan
yang diinginkan tersebut secara esensial adalah hubungan seksual menurut Fromm
(1955) perasaan untuk melakukan hubungan sedarah didasari oleh “keinginan yang
sangat kuat untuk tetap berada atau kembali ke rahim yang melindungi atau payudara
ibu yang memberi mereka makan”. Fromm dipengaruhi oleh gagasan-gagasan Johan
Jakob Bechofen (1861/1967) mengenai masyarakat matrialkal. Tidak seperti Freud,
yang percaya bahwa masyarakat terdahulu adalah patrialkal, Bechofen menyatakan
bahwa ibu adalah figur utama dalam kelompok sosial kuno. Adalah ibu yang
menyediakan akar bagi anak-anak dan memotifasi mereka untuk megembangkan
individualitas dan nalar mereka atau menjadi atau menjadi terfiksasi dan tidak mampu
tumbuh secara psikologis.

 Kepekaan akan identitas (Sense of identity)

Kebutuhan untuk menjadi “aku”, kebutuhan untuk sadar dengan dirinya sendiri
sebagai sesuatu yang terpisah. Oleh karena kita telah terpisahkan dari alam, maka kita
harus membentuk konsep akan diri kita sendiri dan untuk mampu berkata “saya
adalah saya” atau “saya adalah subjek dari tindakan saya”. Fromm (1981) percaya
bahwa manusia primitif mengidentifikasi diri mereka lebih dekat dengan klan mereka
dan tidak melihat dirinya sebagai individu yang terpisah dari kelompok. Tanpa
kepekaan akan identitas, manusia tidak dapat mempertahankan kewarasan mereka

7
dan ancaman ini mendorong mereka untuk melakukan hampir segala hal untuk
mendapatkan kepekaan akan identitas.

 Kesatuan (unity)

Kebutuhan untuk mengatasi eksistensi keterpisahan antara hakekat binatang dan


non-binatang dalam diri seseorang. Keterpisahan, kesepian, dan isolasi semuanya
bersumber dari kemandirian dan kemerdekaan “untuk apa orang mengejar
kemandirian dan kemerdekaan kalau hasilnya justru kesepian dan isolasi?” dari
dilema ini muncul kebutuhan unitas. Orang dapat mencapai unitas, memperoleh
kepuasan (tanpa menyakiti orang lain dan diri sendiri) kalau hakikat kebinatangan
dan kemanusiaan itu bisa didamaikan, dan hanya dengan berusaha untuk menjadi
manusia seutuhnya, melalui berbagi cinta dan kerjasama dengan orang lain.

Dinamika Kepribadian

Mengikuti filsafat dualisme, semua gerak di dunia dilatarbelakangi oleh


pertentangan dua kelompok ekstrim, tesa dan antitesa. Pertentangan itu menimbulkan
sintesa, yang pada dasarnya dapat dipandang sebagai tesa baru yang akan
memunculkan antitesa yang lain. Menurut fromm, hakekat manusia juga bersifat
dualistik. Paling tidak ada empat dualistik di dalam diri manusia:

a. Manusia sebagai binatang dan sebagai manusia


Manusia sebagai binatang memiliki banyak kebutuhan fisiologik yang
harus dipuaskan, seperti makan, minum, dan kebutuhan seksual. Manusia
sebagai manusia memiliki kebutuhan kesadaran diri, berfikir dan berimajinasi.
Kebutuhan manusia itu terwujud dalam pengalaman khas manusia, meliputi
perasaan lemah lembut, cinta, kasiha, perhatian, tanggung jawab, identitas,
integritas, sedih transendensi, kebebasan, nilai dan norma.
b. Hidup dan mati

8
Kesadaran diri dan fikiran manusia telah mengetahui bahwa dia akan mati,
tetapi manusia berusaha mengingkarinya degngan mengingkarinyadengan
meyakini adanya kehidupan sesudah mati, dan usaha-usahayang tidak sesuai
dengan fakta bahwa kehidupan akan berakhir dengan kematian.
c. Ketidak sempurnaan dan kesempurnaan
Manusia mampu mengonsepsikan realisas-diri yang sempurna, tetapi
karena hidup itu pendek kesempurnaan tidak dapat dicapai. Manusia berusaha
memecahkan diktomi ini melalui mengisi rentang sejarah hidupannya dengan
prestasi dibidang kemanusiaan, dan ada pula yang meyakini dalil kelanjutan
perkembangannya sesudah mati.
d. Kesendirian dan kebersamaan
Manusia adalah pribadi yang mandiri, sendiri, tetapi manusia juga
tidak bisa menerima kesendirian. Manusia menyadari diri sendiri sebagai
individu yang tergantung pada kebersamaan orang lain. Dilema ini tidak
pernah terselesaikan, namun orang haris berusaha menjembatani dualisme ini
agar tidak menjadi gila.

Mekanisme Pelarian

Pada dasarnya, ada dua cara untuk memperoleh makna dan kebersamaan
dalam kehidupan. Pertama, mencapai kebebasan positif yakni berusaha menyatu
dengan orang lain, tanpa mengorbankan kebebasan dan integritas pribadi. Cara kedua,
memperoleh rasa aman dengan meninggalkan kebebasan dan menyerahkan bulat-
bulat individualitas dan integritas diri kepada sesuatu (bisa orang atau lembaga) yang
dapat memberi rasa aman. Solusi semacam ini dapat menghilangkan kecemasan
karena kesendirian dan ketakberdayaan, namun menjadi negatif karena tidak
mengijinkan orang mengekspresikan diri dan mengembangkan diri. Cara memperoleh
rasa aman dengan berlindung dibawah kekuatan lain, disebut Fromm mekanisme
pelarian. Ada tiga mekanisme pelarian yang terpenting yakni, otoritarianisme
(authoritarianism), sifat merusak (destruktif), dan penyesuaian (konformitas).

9
 Otoritarianisme (authoritarianism)

Fromm (1941) mendefinisikan authoritarianism sebagai “kecenderungan untuk


menyerahkan kemandirian seseorang secara individu dan meleburkannya dengan
seseorang atau sesuatu diluar dirinya demi mendapatkan kekuatan yang tidak
dimilikinya”. Kebutuhan untuk bersatu dengan mitra yang kuat ini dapat berupa dua
hal yaitu masokisme atau sadisme. Masokisme timbul dari rasa ketidakberdayaan,
lemah, serta rendah diri dan bertujuan untuk menggabungkan diri dengan orang atau
institusi yang lebih kuat. Sadisme, seperti masokisme dipakai untuk meredakan
kecemasan dasar melalui penyatuan diri dengan orang lain atau institusi. Ada tiga
jenis sadisme yang saling berkaitan yakni; membuat orang lain tergantung kepada
dirinya sehingga memperoleh kekuatan dari orang lain yang lebih lemah,
mengeksploitasi dan mengambil keuntungan dari orang lain, dan kecenderungan
melihat orang lain sengsara secara fisik atau psikis. Sadisme merupakan bentuk
neurotik yang lebih parah dan lebih berbahaya (karena mengancam orang lain)
dibanding masokisme.

 Sifat merusak (destruktif)

Seperti otoritarianisme, destruktif berakar dalam perasaan-perasaan kesendirian,


keterkucilan, dan ketidakberdayaan. Namun tidak seperti sadisme dan masokisme,
destruktif tidak bergantung kepada hubungan yang terus berlanjut dengan pribadi
lain. Destruktif malah cenderung menjauhi orang. Baik individu maupun bangsa
dapat menggunakan destruktif sebagai mekanisme pelarian. Dengan menghancurkan
orang atau objek, seseorang atau bangsa, para pelaku destruktif berusaha memulihkan
rasa berkuasanya yang hilang. Namun begitu, dengan menghancurkan orang atau
bangsa lain, pribadi destruktif justru menghilangkan banyak aspek dunia luar
sehingga kemudian mengalami jenis keterkucilan yang semakin terdistorsi.

 Penyesuaian (konformitas)

10
Cara ketiga melarikan diri adalah konformitas. Pribadi yang berkonformitas
berusaha melarikan diri dari perasaan kesendirian dan keterkucilan dengan
menyerahka individualitas mereka untuk menjadi apapun yang orang lain inginkan
bagi mereka. Mereka menjadi seperti robot, bereaksi secara terprediksi dan mekanis
untuk menyenangkan orang lain. Mereka jarang mengungkapkan pendapat mereka
sendiri, lebih banyak bergantung kepada standar perilaku yang diharapkan orang lain,
sering terlihat kaku dan otomatis.

Orientasi Karakter

Dalam teori Fromm, kepribadian tercermin pada orientasi karakter


seseorang, yaitu cara relatif manusia yang permanen untuk berhubungan dengan
orang atau hal lain. Fromm (1947) mendefinisikan kepribadian sebagai “keseluruhan
kualitas psikis yang diwarisi dan diperoleh yang merupan karakteristik individu dan
menjadikannya individu yang unik”. Kualitas yang di peroleh dan yang paling
penting bagi kepribadian adalah karakter, yang didefinisikan sebagai “sistem yang
relatif permanen dari semua dorongan noninstingtif dimana melaluinya manusia
menghubungkan dengan dirinya dengan dunia manusia dan alam”. Fromm (1992)
percaya bahwa karakter adalah pengganti kurangnya insting. Bukannya bertindak
sesuai dengan insting, manusia malah bertindak menurut karakter mereka. Apabila
mereka harus berhenti dan memikirkan akibat dari perilaku mereka, maka tindakan
mereka akan menjadi tidak efisien dan tidak konsisten.

 Orientasi Nonproduktif

Manusia dapat memperoleh sesuatu melalui keempat orientasi nonproduktis


ini, yaitu (1) menerima segala sesuatu secara pasif, (2) eksploitasi atau mengambil
sesuatu dengan paksa, (3) menimbun objek, dan (4) memasarkan atau mengukur
sesuatu. Fromm menggunakan istilah “nonproduktif” untuk menerangkan cara-cara
yang gagal untuk menggerakkan manusia lebih dekat pada kebebasan positif dan
realisasi diri. Orientasi nonproduktif, bagaimanapun, tidak sepenenuhnya negatif,

11
masing-masing memiliki aspek negatif dan positif. Kepribadian selalu merupakan
paduan atau kombinasi dari beberapa orientasi, walaupun salah satunya dominan.

I. Reseptif

Karakter reseptif merasa bahwa sumber segala hal yang baik berada diluar diri
mereka dan satu-satunya cara untuk berhubungan dengan dunia adalah dengan
menerima sesuatu, termasuk cinta, pengetahuan, dan kepemilikan materi. Mereka
lebih berpikir untuk menerima daripada memberi dan mereka ingin orang lain
menyirami mereka dengan cinta, gagasan, dan hadiah. Kualitas negatif orang-orang
mencakup kepasifan, kepasrahan, dan kurangnya rasa percaya diri. Sifat positif
mereka adalah kesetiaan, penerimaan, dan rasa percaya.

II. Eksploitasi

Seperti orang-orang reseptif, karakter eksploittatif percaya bahwa sumber


segala hal yang baik berada diluar mereka. Berbeda dengan orang-orang reseptif,
mereka mengambil dengan agresif apa yang mereka inginkan, bukannya menerima
secara pasif. Dalam hubungan sosial mereka, mereka cendrung menggunakan
kelicikan atau kekuatan untuk mengambil pasangan, gagasan, atau milik orang lain.
Seorang pria eksploitatif akan mungkin “jatuh cinta” dengan istri seseorang, bukan
karena ia benar-benar menyukainya, namun karena ia ingin memeras suaminya.
Dalam bidang gagasan orang ekploitatif lebih memilih untuk mencuri atau membajak
daripada menciptakan. Sisi negatif eksploitatif yaitu egosentris, angkuh, arogan, dan
penggoda. Sisi positifnya yaitu impulsif, bangga, menarik, dan percaya diri.

III. Menimbun

Bukannya menilai tinggi hal-hal diluar dirinya, karakter menimbun berusaha


menyelamatkan apa sudah mereka peroleh. Mereka memendam segala sesuatu tetap
dalam dirinya dalam dirinya dan tidak mau melepaskannya sama sekali. Mereka
menyimpan uang, perasaan, dan pikiran untuk mereka sendiri. Dalam hubungan cinta,

12
mereka berusaha untuk memiliki orang yang mereka cintai serta menjaga hubungan
mereka dan bukannya membiarkan hubungan tersebut berubah dan tumbuh. Mereka
cenderung untuk hidup dimasa lampau dan menolak segala sesuatu yang baru.
Mereka sama dengan karakter anal Freud dalam arti teratur berlebihan, keras keoala,
dan pelit. Akan tetapi, Fromm (1964) percaya bahwa sifa anal karakter menimbun
bukanlah hasil dorongan seksual, namun lebih kepada bagian dari ketertarikan utama
mereka pada segala sesuatu yang tidak hidup, termasuk feses mereka

Sifat negatif dari kepribadian menimbun termasuk kekakuan, kegersangan,


bersikeras, perilaku kompulsif, dan kurangnya kreativitas, sedangkan karakter positif
mereka adalah keteraturan, kebersihan, dan ketepatan waktu.

IV. Memasarkan

Karakter memasarkan adalah perkembangan dari perniangaan modern


dimana perdagangan bukan lagi sesuatu yang pribadi, namun dijalankan oleh
perusahaan besar tanpa identitas yang jelas. Sesuai dengan tuntutan perniagaan
modern, karakter pemasaran melihat diri mereka sebagai komoditas, dengan nilai
pribadi mereka bergantung pada nilai pertukaran, yaitu kemampuan mereka untuk
menjual dirinya. Kepribadian memasarkan harus membuat orang lain percaya bahwa
mereka berketerampilan dan dapat dijual. Rasa aman pribadi mereka berpijak pada
landasan yang goyah karena mereka harus menyesuaikan kepribadian mereka dengan
kepribadian yang sedang tren. Mereka memainkan banyak peran dan mengikuti
semboyan “aku seperti apa yang kau inginkan”. Orang-orang yang berkepribadian
memasarkan tidak memiliki masa lalu maupun masa depan dan tidak memiliki
prinsip atau nilai yang tetap. Mereka memiliki lebih sedikit sifat positif dibandingkan
orientasi yang lain karena pada dasarnya mereka adalah bejana kosong yang siap diisi
oleh karakteristik apapun yang paling dapat dipasarkan

Sifat negatif dari karakter pemasaran adalah tanpa tujuan, oportunistis, tidak
konsisten, dan sia-sia. Beberapa kualitas positif mereka di antaranya adalah

13
kemampuan untuk berubah, berpikir terbuka, kemampuan adaptasi, dan kemurahan
hati.

 Orientasi Produktif

Orientasi produk tunggal memiliki tiga dimensi bekerja, mencintai, dan


bernalar. Oleh karena orang-orang produktif bekerja menuju kebebasan positif dan
realisasi berkesinambungan akan potensi mereka, maka mereka merupakan karakter
yang paling sehat diantara semuanya. Manusia yang sehat menilai kerja bukan
sebagai akhir suatu hal, namun sebagai jalan untuk mengungkapkan diri secara
kreatif. Mereka tidak bekerja untuk mengeksploitasi orang lain, memasarkan diri
mereka, menarik diri dari orang lain, atau untuk menimbun kepemilikan materi yang
tidak dibutuhkan. Mereka bukannya malas atau aktif secara komplusif, namun
menggunakan kerja sebagai alat untuk menghasilkan keperluan hidup.

Cinta yang produktif digambarkan melalui empat kualitas cinta sebagaimana


telah dibahas sebelumnya-rasa peduli, tanggung jawab, rasa hormat, dan
pengetahuan. Sebagai tambahan untuk empat karakter ini, orang-orang yang sehat
memiliki biofilia (bio = hidup, philos/philia = cinta), yaitu cinta penuh hasrat akan
hidup dan segala sesuatu yang hidup. Orang-orang dengan biofilia menginginkan
hidup lebih lanjut hidup manusia, hewan, tumbuhan, gagasan, dan kultur. Mereka
memikirkan pertumbuhan dan perkembangan diri mereka dan juga yang lainnya.
Individu dengan biofilia ingin memengaruhi manusia lain melalui cinta, alasan, dan
teladan, tidak dengan pemaksaan.

Fromm yakin bahwa cinta kepada orang lain dan cinta pada diri sendiri tidak
bisa dipisahkan namun cinta pada diri harus datang lebih dulu. Semua orang memiliki
kemampuan untuk melakukan cinta yang produktif namun, sebagian besar tidak dapat
mencapainya karena pertama-tama mereka tidak dapat mencintai diri sendiri apa
adanya.

14
Gangguan Kepribadian

Jika manusia yang sehat mampu bekerja, mencintai, dan berpikir secara
produktif, maka kepribadian tidak sehat ditandai dengan masalah dalam tiga area
tersebut, khususnya kegagalan untuk mencintai secara produktif. Fromm (1981)
menyatakan bahwa orang-orang yang terganggu secara psikologis tidak mampu
mencintai dan gagal mencapai kesatuan dengan yang lainnya. Ia membahas tiga
gangguan kepribadian yang berat yaitu nekrofilia, narsisme berat (narsisme sadistik),
dan simbiosis inses (simbiosis insestik).

 Nekrofilia

Istilah “nekrofilia” (necrophilia) berarti cinta akan kematian dan biasanya


mengacu pada kelainan seksual dimana seseorang mengnginkan kontak seksual
dengan mayat. Akan tetapi, Fromm (1964, 1973) menggunakan istilah nekrofilia
dalam arti yang lebih namun untuk menunjukkan ketertarikan akan kematian.
Kepribadian nekrofilia membenci kemanusiaan. Mereka rasis, penghasut perang, dan
preman. Mereka menyukai pertumpahan darah, kehancuran, teror, dan penyiksaan.
Mereka mendapat kesenangan dengan menghancurkan kehidupan. Mereka adalah
pendukung hukum dan keteraturan; mereka suka membicarakan penyakit, kematian,
dan penguburan; mereka terpesona oleh kotoran, pembusukan, mayat, dan feses.
Mereka lebih memilih malam daripada siang dan suka mengerjakan sesuatu dalam
kegelapan dan dibawah bayangan.

Orang-orang dengan nekrofilia tidak semata-mata bertingkah laku destruktif,


melainkan tingkah laku destruktif mereka adalah cerminan karakter dasar mereka.
Semua orang bertingkah laku agresif dan destruktif sewaktu-waktu, namun
keseluruhan gaya hidup –orang-orang dengan nekrofilia adalah seputar kematian,
kehancuran, penyakit dan pembusukan.

15
 Narsisme Berat (Narsisme sadistik)

Sama seperti semua orang menunjukkan beberapa perilaku nekrofilia, begitu pula
semua orang bisa memiliki beberapa kecenderungan narsistik. Manusia yang sehat
memanisfestasikan bentuk narsisme yang lebih lembut, yaitu ketertarikan pada
tubuhnya sendiri. Namun dalam bentuknya yang sadis, narsisisme menghalangi
persepsi mengenai realitas sehingga segala sesuatu yang melekat kepada pribadi
narsistik dinilai sangat tinggi, dan segala sesuatu yang melekat pada orang lain dinilai
sangat rendah.

Individu-individu narsistik asyik dengan dirinya sendiri naun, perhatian ini tidak
terbatas hanya pada mengagumi diri di depan cermin. Keasyikan dengan tubuh
sendiri sering kali mengarah pada hipokondriasis, sebuah perhatian obsesif terhadap
kesehatan sendiri. Fromm (1964) juga menemukan hipokondriasis moral, atau
keasyikan dengan rasa bersalah terhadap kekeliruan-kekeliruan sebelumnya.

 Simbiosis inses (Simbiosis insestik)

Orientasi patologis ketiga adalah simbiosis inses atau ketergantungan ekstrem


akan ibu atau pengganti ibu. Simbiosis inses adalah bentuk berlebihan dari fiksasi
terhadap ibu yang lebih umum dan lebih baik. Pria dengan fiksasi terhadap ibu
membutuhkan wanita yang peduli, memanjakan, dan mengagumi mereka. Mereka
merasa sedikit cemas dan tertekan apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi. Keadaan ini
secara umum normal dan tidak terlalu mengganggu kehidupan sehari-hari.

Akan tetapi dengan simbiosis inses, manusia menjadi tak terpisahkan dengan
inangnya. Kepribadian mereka bercampur dengan orang lain (inang) sehingga jati
diri mereka hilang. Simbiosis inses bermula ketika masa bayi sebagai ketertarikan
alami dengan ibu. Ketertarikan ini lebih krusial dan fundamental dari ketertarikan
seksual apapun yang mungkin berkembang selama masa Oedipal. Fromm lebih setuju
dengan Harry Stuck Sullivan daripada dengan Freud bahwa ketertarikan terhadap ibu

16
didasari oleh kebutuhan akan rasa aman, bukan kebutuhan seks. “Dorongan sesksual
bukanlah penyebab dari fiksasi terhadap ibu, nemun merupakan hasil”.

Orang-orang yang hidup dalam hubungan simbiosis inses merasa sangat


cemas dan takut apabila hubungan tersebut terancam. Mereka yakin tak dapat hidup
tanpa pengganti ibu. (Sang inang tidak harus berupa manusia, bisa berupa keluarga,
usaha, gereja, atau bangsa). Orientasi inses merubah kekuatan bernalar,
menghancurkan kapasitas untuk cinta itentik, serta manusia mencapai kemandirian
dan integritas.

17
B. KONSEP KEPRIBADIAN HARRY STACK SULLIVAN

Harry Stack Sullivan, orang Amerika pertama yang membangun teori


kepribadian. Menurutnya kepribadian adalah pola yang relatif menetap dari situasi-
situasi antar pribadi yang berulang yang menjadi ciri kehidupan manusia(Sullivan,
1953, hal 111).

Pendekatan Sullivan kadang kala dikenal sebagai teori interpersonal dari


psikiatri (interpersonal theory of psychiatry). Kepribadian itu konstruk hipotesis yang
hanya dapat diamati dalam konteks tingkah laku interpersonal. Sepanjang hayat setiap
orang bergerak dalam lingkungan sosial, sejak bayi sudah terlibat dalam interaksi
dengan orang lain. Bahkan ketika orang sendiripun, orang lain muncul dalam fikiran,
perasaan dan fantasinya.

Struktur Kepribadian

A. Struktur Kepribadian
Hall dan Lindzey (1993) menyatakan Sullivan berkali-kali menegaskan bahwa
kepribadian merupakan suatu entitas atau kesatuan hipotesis belaka yang tidak dapat
diobservasi atau diteliti terlepas dari situasi-situasi antarpribadi. Meskipun Sullivan
mengakui bahwa kepribadian hanya berstatus hipotesis, namun ia menegaskan bahwa
kepribadian merupakan pusat dinamik dari berbagai proses yang terjadi dalam
serangkaian medan antar pribadi. Adapun ia memberikan status penting bagi
beberapa proses dengan menyebut mereka dengan konseptualisasikan beberapa sifat
mereka. Proses-proses yang terpenting adalah Dinamisme, Personifikasi, dan Proses
kognitif.
a. Dinamisme
Dinamisme merupakan unit terkecil yang dapat dipakai dalam meneliti
individu. Dinamisme yang khas manusiawi adalah dinamisme yang member ciri

18
kepada hubungan antarpribadi seseorang. Contohnya, orang yang mungkin terbiasa
bertingkah laku bermusushan dengan seseorang atau sekelompok merupakan suatu
ungkapan dinamisme kedengkian. Semuaorang memeilki dinamisme dasar yang
sama, tetapi cara mengungkapkannya berbeda-beda sesuai denagna situasi dari
pengalaman hidup inidividu.
Hall dan Lindzey (1993) Suatu dinamisme baisanya memakai daerah atau
bagian tertentu dalam badan seperti, mulut, tangan, bagian vital untuk berinteraksi
dengan lingkungan. Daerah itu terdiri dari alat reseptor untuk menerima stimulus, alat
efektor untuk melakukan tindakan dan alat penghubung eduktor menghubungkan
mekanisme reseptor dan efektor, sehingga apabila putting susu diletakkan dalam
mulut bayi, maka ia akan merangsang jaringan sensitifpada bibir. Adapun suatu
dinamisme penting yang berkembang akibat dari kecemasan yaitu, sistem diri.

b. Personifikasi
Hall dan Lindzey (1993) menyatakan personifikasi merupakan suatu
gambaran yang dimilki dirinya sendiri atau orang lain. Personifikasi adalah perasaan,
sikap, dan konsepsi yang timbul karena mengalami kepuasaan kebutuhan dan
kecemasan. Seperti, bayi mengembangkan personifikasinya tentang ibu yang baik,
karean ia menyusui dan memeliharanya. Setiap hubungan yang memberikan
kepuasaan akan membangun suatu gambaran yang baik tentang orang yang
memberinya kepuasaan. Sedangkan jika personifikasi bayi tentang bayi yang buruk
hasilnya pengalaman-pengalaman dengan ibunya yang menyebabkan kecemasan.

Ketika bayi mulai membedakan diri dengan lingkungannya, mulai terbentuk


personifikasi diri dan orang lain. Gambaran tentang diri sendiri yang berkembang
adalah saya baik (good-me) yang dikembangkan dari pengalaman dihadiahi, dimulai
dengan hadiah kepuasan makan. Personifikasi saya buruk (bad-me) dikembangkan
dari pengalaman kecemasan akibat perlakuan ibu atau pengalaman ditolak atau
dihukum. Baik good-me maupun bad-me bergabung ke dalam gambaran diri.

19
Personifikasi diri yang ketiga, bukan saya (not me) dikembangkan dari
pengalaman kecemasan yang sangat, seperti kekerasan fisik atau mental. Not me
menggambarkan aspek yang dipisahkan dari self dan disertai dengan emosi unkani
(uncanny) atau emosi yang mengerikan dan berbahaya. Not me tidak pernah
diintegrasikan ke dalam kepribadian, dan tetap dipertahankan sebagai sistem terpisah,
yang bagi orang normal kadang muncul dan dianggap “mimpi buruk.” Sedang orang
yang menderita gangguan mental yang serius, mungkin berhadapan dengan bukan
saya sebagai sesuatu yang sangat nyata.

c. Sistem Diri

Sistem self adalah pola tingkahlaku yang konsisten yang mempertahankan


keamanan interpersonal dengan menghindari atau mengecilkan kecemasan. System
ini mulai berkembang pada usia 12-18 bulan, usia ketika anaka mulai belajar tingkah
laku mana yang berhubungan, meningkatkan atau menurunkan kecemasan. Ketika
sistem self mulai berkembang, orang mulai membentuk gambaran diri atau
personifikasi diri yang konsisten. Setiap pengalaman interpersonal yang dipandang
bertentangan dengan sistem dirinya berarti mengancam keamanan diri. Dampaknya,
orang berusaha mempertahankan diri melawan tegangan interpersonal itu memakai
operasi keamanan (security operation); suatu proses yang bertujuan untuk mereduksi
perasaan tidak aman atau perasaan akibat dari ancaman terhadap sistem self.
Beberapa macam sistem keamanan yang dipakai sejak usia bayi antara lain:

1.disosiasi, adalah mekanisme menolak impuls, keinginan dan kebutuhan


muncul ke kesadaran. Disosiasi tidak hilang, tapi ditekan ke ketidaksadaran dan
mempengaruhi tingkahlaku serta kepribadian dari sana.

2.inatensi, yaitu memilih mana pengalaman yang akan diperhatikan dan yang
tidak perlu diperhatikan. Terhadap pengalaman yang mengancam personifikasi diri,
orang dapat berpura-pura tidak merasakannya.

20
3.apati dan pertahanan dengan tidur (somnolent detachment), mirip dengan
inatensi. Pada apatis, bayi tidak memilih objek mana yang harus diperhatikan,
semuanya diserahkan pada pihak luar. Pada pertahanan tidur, bayi tidak perlu
memperhatikan stimulasi manapun.

d. Prose Kognitif
Hall dan Lindzey (1993) menyatakan sumbangan yang unik dari sullivan
tentang peranan kognisi dalam hubungannya kepribadian ialah klasifikasinya tentang
pengalaman ke dalam tiga golongan, yaitu prototaksik, parataksik, dan sintaksik.

1.prototaxis (prototaksis), adalah rangkaian pengalaman yang terpisah-pisah


yang dialami pada bayi, dimana arus kesadaran (penginderaan, bayangan, dan
perasaan) mengalir ke dalam jiwa tanpa pengertian “sebelum” dan “sesudah.” Semua
pengetahuan bayi adalah pengetahuan saat itu, di sini dan sekarang.

2.parataxis (parataksis). Sekitar awal tahun kedua, bayi mulai mengenali


persamaan-persamaan dan perbedaan peristiwa, disebut pengalaman parataksis atau
asosiasi.

3.syntaxis (sintaksis), adalah berpikir logis dan realistis, menggunakan


lambang-lambang yang diterima bersama-sama, khususnya bahasa-kata-bilangan.

Dinamika Kperibadian

 Tension adalah potensi untuk bertingkahlaku yang disadari atau tidak disadari.
Sumber tegangan tersebut ada dua;

1. Kebutuhan (needs)

Kebutuhan yang pertama muncul adalah tegangan yang timbul akibat ketidak
seimbangan biologis dalam diri individu. Kebutuhan ini dipuaskan dengan

21
mengembalikan keseimbangan. Kepuasannya bersifat episodik, sesudah memperoleh
kepuasan tegangan akan menurun/hilang, namun setelah lewat beberapa waktu akan
muncul kembali. Kebutuhan yang muncul kemudian berhubungan dari hubungan
interpersonal. Kebutuhan interpersonal yang terpenting adalah Kelembutan kasih
sayang (tenderness). Kelembutan kasih sayang adalah kebutuhan yang umum bagi
setiap orang seperti halnya kebutuhan oksigen, makan, dan air. Kebalikannya adalah
kebutuhan khusus yang muncul dari bagian tubuh tertentu (oleh Freud disebut
“erogenic zone”. Kebutuhan biologis juga dapat dipuaskan melalui transformasi
energi yakni; kegiatan fisik-tingkahlaku, atau kegiatan mental mengamati, mengingat
dan berpikir. Memuaskan kebutuhan dapat menghilangkan tension, sedangkan
kegagalan memuaskan need yang berkepanjangan bisa menimbulkan keadaan apathy
(kelesuan), yaitu bentuk penundaan kebutuhan untuk meredakan ketegangan secara
umum.

2. Kecemasan (anxiety)

Menurut Sullivan, kecemasan merupakan pengaruh pendidikan terbesar


sepanjang hayat, disalurkan mula-mula oleh pelaku keibuan kepada bayinya. Jika ibu
mengalami kecemasan, akan dinyatakan pada wajah, irama kata, dan tingkahlakunya.
Proses ini oleh Sullivan dinamakan empati. Biasanya bayi menangani kecemasannya
dengan operasi keamanan, bisa pertahanan tidur atau somnolent detachment (bayi
menolak berhubungan dengan pemicu kecemasan dengan cara tidur), menyesuaikan
tingkahlakunya dengan kemauan dan tuntutan orang tua, dan atau dengan memilih
mana yang harus tidak diperhatikan (selective inattention)─menolak menyadari
stimulus yang mengganggu. Tension karena kecemasan ini unik, berbeda dengan
tension lain dalam hal kecenderungannya untuk bertahan tetap dalam kecemasan
dengan segala kerusakan yang diakibatkannya. Kalau tegangan lain menghasilkan
tingkahlaku untuk mengatasinya, kecemasan justru menghasilkan tingkahlaku yang
menghambat agar orang tidak belajar dari kesalahannya, terus-menerus menginginkan

22
rasa aman yang kekanak-kanakan, dan membuat orang tidak belajar dari
pengalamannya sendiri.

 Transformasi Energi (Energy Transformation)

Tegangan yang di transformasikan tingkah laku, baik tingkah laku yang


terbuka maupun tertutup, disebut transformasi energi. Tingkah laku yang di
transformasi itu meliputi gerakan yang kasatmata, dan kegiatan mental seperti
perasaan, pikiran, persepsi, dan ingatan. Bentuk-bentuk kegiatan yang dapat
mengurangi tegangan me-nurut Sullivan dipelajari dan ditentukan oleh masyarakat
tempat orang itu dibesarkan.

Perkembangan Kepribadian

Sullivan membagi usia manusia menjadi tujuh tahap perkembangan, masing-masing


mempunyai sumbangan penting dalam membentuk kepribadian. Di setiap tahap
perkembangan orang menghadapi masalah hubungan interpersonal yang berbeda-
beda, sehingga bentuk bahaya yang berasal dari hubungan interpersonal itu juga
berbeda-beda.

Tahap Pertama:. Bayi (Infancy); Lahir-Bisa Berbicara (0-18 Bulan)

Perhatian utama bayi adalah makan, sehingga obyek pertama yang menjadi
pusat perhatiannya adalah puting susu ibu (atau puting botol) yang kemudian
menimbulkan paling tidak tiga image, sesuai pengalaman bayi dengan puting itu;

23
1.puting bagus (good nipple), puting yang lembut penuh kasih sayang dan
menjanjikan kepuasan fisik

2.bukan puting (not-nipple), puting yang salah karena tidak mengeluarkan air
susu

3.puting buruk (bad nipple), puting dari ibu yang cemas, tidak memberi kasih
sayang dan kepuasan fisik.

Pengalaman makan itu akan membentuk personifikasi ibu, puting bagus menjadi ibu
baik (Good mother) dan puting buruk menjadi ibu buruk (Bad mother).

Ciri-ciri penting perkembangan menurut Sullivan

1. Timbulnya dinamisme apati, pertahanan tidur, disosiasi, dan inatensi


2. Peralihan dari prototaxis ke parataxis
3. Organisasi personifikasi-personifikasi, baik personifikasi ibu maupun diri
sendiri
4. Organisasi pengalaman melalui belajar dan munculnya dasar-dasar sistem diri
5. Diferensiasi tubuh bayi sendiri, mengenal dan memanipulasi tubuh
6. Belajar bahasa, dimulai dengan bahasa autisme
7. Belajar melakukan gerakan terkoordinasi, melibatkan mata, tangan, mulut, dll.

Tahap Kedua: Anak (Childhood); Bisa Mengucap Kata - Butuh Kawan


Bermain (1,5-4 Tahun)

Tahap anak dimulai dengan perkembangan bicara dan belajar berpikir


sintaksis, serta perluasan kebutuhan untuk bergaul dengan kelompok sebaya. Anak
mulai belajar menyembunyikan tingkahlaku yang diyakininya bisa menimbulkan
kecemasan atau hukuman seperti dengan rasionalisasi (memberi alasan palsu)

24
mengenai segala hal yang telah mereka kerjakan atau sedang mereka rencanakan.
Mereka memiliki tampilan seolah-olah (as if performance), yakni:

1. Dramatisasi (dramatization): permainan peran seolah-olah dewasa, belajar


mengidentifikasikan diri dengan orang tuanya.

2. Bergaya sibuk (preoccupation): anak belajar konsentrasi pada satu kegiatan


yang membuat mereka bisa menghindari sesuatu yang menekan dirinya.

3. Transformasi jahat (malevolent transformation): perasaan bahwa dirinya


hidup di tengah-tengah musuh, sehingga hidupnya penuh rasa kecurigaan dan ketidak
percayaan bahkan sampai tingkahlaku yang paranoid.

4. Sublimasi taksadar (unwitting sublimation): mengganti sesuatu atau


aktifitas (taksadar atau unwitting) yang dapat menimbulkan kecemasan dengan
aktifitas yang lebih dapat diterima secara sosial.

Masa anak ditandai dengan emosi yang mulai timbal balik, anak disamping
menerima juga bisa memberi kasih sayang. Masa anak juga ditandai dengan
akulturasi yang cepat. Disamping menguasai bahasa, anak belajar pola kultural dalam
kebersihan, latihan toilet, kebiasaan makan, dan harapan peran seksual.

Tahap Ketiga: Remaja Awal (Juvenile); Usia Sekolah - Berkeinginan Bergaul


Intim (4-8/10 Tahun)

Perkembangan penting dalam tahap ini adalah loncatan sosial ke depan, anak
belajar kompetisi, kompromi, kerjasama, dan memahami makna perasaan kelompok.
Tahap ini juga ditandai dengan munculnya konsepsi tentang orientasi hidup, suatu
rumusan atau wawasan tentang:

25
1. Kecenderungan atau kebutuhan untuk berintegrasi yang biasanya memberi ciri
pada hubungan antar pribadinya,
2. Keadaan-keadaan yang cocok untuk pemuasan kebutuhan dan relatif bebas
dari kecemasan,
3. Tujuan-tujuan jangka panjang yang untuk mencapainya orang perlu
menangguhkan kesempatan-kesempatan menikmati kepuasan jangka pendek.

Perkembangan negatif yang penting dalam tahap ini adalah:

1. Prasangka (stereotype), yaitu meniru atau memakai personifikasi mengenai


orang atau kelompok orang yang diturunkan antar generasi,
2. Pengasingan (ostracism), adalah pengalaman anak diisolasi secara paksa,
dikeluarkan/diasingkan dari kelompok sebaya karena perbedaan sifat
individual dengan kelompok,
3. Penghinaan (disparagement), berarti meremehkan atau menjatuhkan orang
lain, yang akan berpengaruh merusak hubungan interpersonal pada usia
dewasa.

Tahap Keempat: Pre-adolesen (Preadolescence); Mulai Bergaul Akrab-


Pubertas (8/10-12 Tahun).

Pre-adolesen ditandai oleh awal kemampuan bergaul akrab dengan orang lain
bercirikan persamaan yang nyata dan saling memperhatikan. Mereka membutuhkan
chum: teman akrab dari jenis kelamin yang sama, teman yang dapat menjadi tempat
mencurahkan hati, dan bersama-sama mencoba memahami dan memecahkan masalah
hidup. Tahap pre-adolesen ditandai oleh beberapa fenomena berikut:

1. Orang tua masih penting, tapi mereka dinilai secara lebih realistic
2. Mengalami cinta yang tidak mementingkan diri sendiri, dan belum dirumitkan
oleh nafsu seks

26
3. Terlibat kerjasama untuk kebahagiaan bersama, tidak mementingkan diri
sendiri
4. Kolaborasi chum, kalau tidak dipelajari pada tahap ini, akan membuat
perkembangan kepribadian berikutnya akan terhambat
5. Hubungan chum dapat mengatasi/menghilangkan pengaruh buruk simptom
salah suai yang diperoleh dari perkembangan tahap sebelumnya.

Tahap Kelima: Adolesen Awal (Early Adolescence); Pubertas-Pola Aktifitas


Seksual yang Mantap (12-16 Tahun)

Perubahan fisik usia pubertas mengembangkan hasrat seksual (lust) pada


periode awal adolesen. Banyak problem yang muncul pada periode ini merefleksikan
konflik antar tiga kebutuhan dasar: keamanan (bebas dari kecemasan), keintiman
(pergaulan akrab dengan seks lain) dan kepuasan seks. Kepuasan seksual
bertentangan dengan operasi keamanan, karena aktifitas genital pada usia ini terlarang
pada banyak budaya sehingga menimbulkan perasaan berdosa, malu, dan cemas.
Keintiman bertentangan dengan keamanan, karena mengubah keintiman dari sesama
jenis menjadi keintiman dengan jenis kelamin pasangan akan menimbulkan perasaan
takut, ragu-ragu, dan kehilangan harga diri yang semuanya akan meningkatkan
kecemasan. Keintiman bertentangan dengan kepuasan seksual, mereka kesulitan
mengombinasikan Intimasi dengan kepuasan seksual untuk diarahkan pada satu orang
paling tidak karena empat alasan:

1. Banyak adolesen yang melakukan sublimasi terhadap dorongan genitalnya,


untuk mencegah penggabungan dorongan seks dengan intimasi,
2. Dorongan genital yang sangat kuat dapat dipuaskan melalui masturbasi atau
hubungan seks tanpa intimasi,
3. Masyarakat membagi objek seksual menjadi dua, “baik” dan “buruk,” sedang
remaja selalu memandang “baik,”

27
4. Alasan kultural, orang tua, guru, dan otoritas lainnya melarang keintiman
dengan seks yang sama karena takut terjadi homoseksualitas, namun mereka
juga melarang intimasi dengan lawan jenis karena takut dengan penyakit
menular seksual, kehamilan, atau kawin dini.

Tahap Keenam: Adolesen Akhir (Late Adolescence); Kemantapan Seks -


Tanggung Jawab Sosial (16-Awal 20an)

Tahap ini ditandai dengan pemantapan hubungan cinta dengan satu pasangan.
Tapi menurut Sullivan, perkembangan luar biasa tinggi dalam hubungan cinta dengan
orang lain bukan tujuan utama kehidupan, namun sekedar sumber utama kepuasan
hidup. Jika orang masuk pada tahap ini dengan inflasi sistem-self, menghadapi
kecemasan di banyak aspek kehidupan, mereka bisa mengalami beberapa masalah
seperti personifikasi yang tak tepat (inaccurate personification) dan berbagai jenis
keterbatasan hidup (restrictions of living) yang meliputi pandangan tidak realistic
mengenai diri sendiri, pandangan mengenai orang lain yang stereotip, serta
tingkahlaku menolak kecemasan yang merusak kebebasan seseorang. Pencapaian
akhir tahap ini adalah self-respect, yang menjadi syarat untuk menghargai orang lain.

Tahap Ketujuh: Kemasakan (Maturity)

Orang dewasa yang masak hendaknya sudah belajar memuaskan kebutuhan-


kebutuhan yang penting; bekerjasama dan berkompetisi dengan orang lain,
mempertahankan hubungan dengan orang lain yang memberi kepuasan intimasi dan
seksual; dan berfungsi secara efektif di masyarakat tempat dia berada.

28
C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN KONSEP KEPRIBADIAN
ERICH FROMM DAN HARRY STACK SULLIVAN

Kelebihan dan Kekurangan Teori Kepribadian Erich Fromm

Kelebihan

1. Sebagaimana teoritikus teori psikodinamika lainnya, Fromm cenderung


menggunakan pendekatan global untuk konstruksi teori, menegakkan bentuk
abstrak yang tinggi dan megah yang lebih bersifat filosofis ketimbang ilmiah
2. Pendekatannya mempunyai perspektif dan proposisi yang luas

Kekurangan

1. Istilah-istilah Fromm yang tidak jelas dan samar menjadikan gagasan-


gagasannya tidak dapat dijadikan generator penelitian empiris.
2. Teori Fromm terlalu filosofis untuk dapatdibenarkan atau diverifikasi.
Hampir semua penemuan empiris yang dihasilakan Fromm dapat dijelaskan
dengan teori lain.
3. Tidak ada data pendukung ketika teori itu di publikasikan.

Kelebihan dan Kekurangan Teori Kepribadian Harry Stack Sullivan

Kelebihan

1. Teori mudah dicerna oleh pemerhati dan mudah dipraktekkan tanpa resiko
kesalahan yang tak terduga.

29
2. Bangunan teori sangat logis dan cukup komprehensif.

Kekurangan

1. Konsep keunikan dan individualitas hanya mendapat sedikit perhatian dalam


teori Interpersonal Sullivan.
2. Teori Sullivan tidak dikembangkan berdasarkan data kertas dan organisasi
penulisan yang kurang baik.
3. Hanya sedikit penelitian yang secara khusus ditarik oleh teori Sullivan.

30
BAB III
PENUTUP

I. KESIMPULAN

Konsep kepribadian Erich Fromm lebih menekankan pengaruh faktor


sosiobiologis, sejarah, ekonomi, dan struktur kelas. Psikoanalisis humanistis
berasumsi bahwa terpisahnya manusia dengan dunia alam menghasilkan perasaan
kesendirian dan isolasi, kondisi yang disebut sebagai kecemasan dasar (basic
anxiety). Dan Teori interpersonal Sullivan menekankan pentingnya ragam tahapan
perkembangan—masa bayi, kanak-kanak, juvenil, praremaja, remaja awal, remaja
akhir, dan dewasa. Struktur kepribadian Sullivan adalah dinamisme, personifikasi,
self system, proses kognitif. Dinamika kepribadian Fromm diantaranya adalah
manusia sebagai binatang dan sebagai manusia, hidup dan mati, ketidak sempurnaan
dan kesempurnaan, kesendirian dan kebersamaan. Dinamika kepribadian Sullivan
diantaranya ada 2, yaitu Tegangan (kebutuhan dan kecemasan) dan Transfromasi
Enerji. Gangguan kepribadian menurut Fromm adalah nekrofilia, narsisme berat,
simbiosis inses.

II. SARAN

Dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan seperti gangguan


kepribadian berdasarkan konsep Sullivan, dan juga contoh dari masing-masing
konsep belum lengkap, sehingga kami berharap penulis lain yang akan membahas
mengenai konsep teori Erich Fromm dan Harry Stack Sullivan akan lebih melengkapi
bagian-bagian yang belum ada dalam makalah ini.

31
DAFTAR PUSTAKA

Hall, C.S & Lindzey G. Editor Supratiknya.A. 1993. Teori-Teori Psikodinamik


(Klinis). Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Friedman.H.S & Schustack.M.W. 2006. Kepribadian teori Klasik dan Riset Modern.
Edisi 3 jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga,.

Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian (edisi revisi). Malang:UMM Press


Feist, Jess. Gregory J. Feist. 2010. Teori Kepribadian Theories of Personality. Jakarta
Selatan : Salemba Humanika
Feist, Jess. Gregory J. 2008. Theories of Personality Terjemahan oleh Yudi Santoso,
S.Fil. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

32

Anda mungkin juga menyukai