1
diasosiasikan dengan kemampuan untuk mengalami empati, rasa percaya diri yang
tinggi, dan kepercayaan interpersonal.
Interaksi dalam keluarga tidak hanya dipengaruhi oleh faktor genetis dan
karakteristik kepribadian namun juga oleh budaya. Contoh, orang Amerika
Meksiko yang berkulit putih lebih menekankan pentingnya dukungan serta
keanggotaan dalam keluarga dibandingkan dengan Amerika kulit putih. Anak dari
orang Meksiko juga mau untuk membantu orang tua, lebih memilih interaksi
didalam rumah, lebih mampu untuk mandiri dibanding dengan orang Amerika kulit
putih.
b. Hubungan Antara Kakak dan Adik
Hubungan antara kakak beradik berbeda dari hubungan antara orang tua dan
anak-anak mereka, dan sering kali merupakan kombinasi antara perasaan sayang,
benci, dan persaingan. Hubungan yang penuh kasih sayang antara kakak dan adik
mungkin terjadi jika anak memiliki hubungan yang hangat dengan masing-masing
orang tua, dan jika orang tua mempersepsikan pernikahannya secara positif.
Hubungan kakak beradik penting, sebab efek positif atau negatif yang
diasosiasikan dengan kakak atau adik mungkin saja dibangkitkan lagi berulang-
ulang pada interaksi dengan teman-teman sebaya, pasangan romantis, dan
pasangan hidup.
Kakak beradik paling mungkin merasa dekat jika mereka dapat berbagi sikap
kenangan, saling membela, mengalami pertemanan, dan saling menolong untuk
mengatasi kesulitan. Bahkan ketika kakak beradik sangat dekat pada saat anak-
anak, mereka cenderung tumbuh menjauh pada saat remaja dan dewasa muda.
Akan tetapi, pada saat mereka mencapai usia setengah baya, sebagian besar dari
mereka sekali lagi membina hubungan yang positif.
2. Hubungan diluar Keluarga
Pertemanan diluar keluarga dimulai pada masa kanak-kanak dan pada awalnya
hanya didasarkan pada ketertarikan yang mampu membetuk persahabatan yang
meliputi menghabiskan waktu bersama-sama, berinteraksi dengan banyak situasi yang
berbeda, mnyediakan dukungan sosial timbal balik, dan terlibat pada tindakan self-
disclosure.
Secara umum, memiliki teman adalah positif sebab teman dapat mendorong
self-esteem dan menolong dalam mengatasi stres, tetapi teman juga bisa memiliki efek
negatif jika mereka antisosial, menarik diri, tidak suportif, argumentatif, atau tidak
stabil.
a. Persahabatan versus Pertemanan
2
Persahabatan memiliki beberapa karakteristik yang berbeda. Misalnya orang-
orang cenderung menunjukkan perilaku self enhancing seperti menyombongkan
diri dengan bukan sahabat, tetapi mereka lebih mungkin untuk menunjukkan
kerendahhatian mengenai keberhasilan mereka ketika berinteraksi dengan sahabat.
Teman biasa dalah seseorang yang menyenangkan untuk bersama, sementara
sahabat dihargai karena ia murah hati, sensitif, jujur, seseorang yang dapat diajak
bersantai dan menjadi diri sendiri.
Hubungan antarteman yang berlanjut akan meningkat ke tingkat yang makin
dekat, makin akrab, dan makin akrab. Dalam hubungan ini ada dua hal yang
berpengaruh, yaitu kemiripan satu sama lain dan saling memberi penilaian yang
positif.
1) Kemiripan atau kesamaan yang dapat memperata hubungan antarpribadi adalah
dalam hal pandangan atau sikap.
2) Setelah, yang kemudian memperkuat hubungan antarpribadi adalah saling
menilai positif sehingga timbul perasaan atau kesan suka sama suka anatara
kedua pihak.2
Adapun beberapa elemen pokok yang terdapat dalam persahabatan, yaitu:
1) Mereka menghargai satu sama lain lebih pada sebagai orang itu sendiri
daripada keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari persahabatan itu. karena
pada dasarnya timbulnya persahabatan itu bersumber dari saling menyukai dan
saling memelihara hubungan, dan bukan didasarkan kepada keuntungan yang
didapat dari persahabatan tersebut.
2) Persahabatan sebagai suau hubungan antarpribadi lebih menekankan pada
kualitas yang objektif satu sama lain. Menyukai seseorang dilihat dari hal-hal
yang bersifat lahiriah akan mudah berubah, dan lebih baik bila orang menyukai
satu sama lain karena hal-hal yang terdapat pada orang itu sendiri yang sifatnya
stabil.
3) Saling bertukar barang diantara teman tidak didasarkan pada nilai ekonomik
tetapi pada kesukaan, harapan, dan keinginan diantara mereka. Jika seorang
sahabat memberikan hadiah bukanlah dinilai pada harga hadiah itu tetapi
pemberian ini ia akan menyukainya.
4) Akhirnya, mereka saling bersahabat karena keunikannya, dan ini sulit
digantikan oleh orang lain karena uniknya.3
2Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hal. 205
3 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal. 217
3
b. Gender dan Pertemanan
Dua laki-laki cenderung berbicara tentang perempuan dan seks, terjebak
dalam suatu hubungan, olahraga, dan alkohol. Dua perempuan cenderung berbicara
tentang hubungan dengan laki-laki, pakian, masalah dengan teman sekamar, dan
memberi aatau menerima hadiah.
3. Hubungan Dewasa dan Kelekatan
a. Gaya Kelekatan
Pada semua usia, gaya kelekatan memberikan pengaruh utama pada
kemudahan orang-orang berteman, pada cara mereka berinteraksi dengan orang
lain, dan pada keberhasilan mereka dalam membina hubungan. Gaya kelekatan
orang dewasa memiliki karakteristik sebagai kombinasi dari tingkat self-esteem
seseorang dan derajat interpersonal. Dimensi positif dan negatif ini meghasilkan
empat gaya kelekatan: aman, menolak, takut-menghindar, dan terpreokupasi.
Orang-orang dengan gaya kelekatan aman adalah yang paling dapat membetuk
hubungan yang memuaskan, berisi komitmen, dan berlangsung lama. Gaya
kelekatan merupakan derajat keamanan yang dialami dalam hubungan
intrepersonal. Gaya-gaya yang berbeda pada awalnya dibangun pada saat masih
bayi, tetapi perbedaan dalam kelekatan tampak mempengaruhi perilaku
interpersonal sepanjang hidup. Terdapat 4 gaya kelekatan berdasarkan sikap
terhadap diri sendiri dan orang lain:
1) Gaya kelekatan aman
Memiliki self Esteem yang tinggi dan positif terhadap orang lain, sehingga ia
mencari kedekatan interpersonal dan merasa nyaman dalam hubungan.
Biasanya digambarkan sebagai gaya kelekatan yang paling berhasil dan paling
diinginkan.
2) Gaya kelekatan takut-menghindar
Gaya yang memiliki karakteristik self-esteem yang rendah dan kepercayaan
interpersonal yang rendah. Dengan meminimalkan kedekatan interpersonal dan
menghindari hubungan akrab, mereka berharap dapat melindungi diri mereka
dari rasa sakit karena ditolak. Gaya ini merupakan gaya yang paling tidak aman
dan aling kurang adaptif.
3) Gaya kelekatan terokupasi
Gaya yang memiliki karakteristik self esteem yang rendah dan kepercayaan
yang interpersonal yang tinggi. Biasanya dijelaskan sebagai gaya yang
mengandung pertentangan dan tidak aman dimana individu benar-benar
4
mengharap sebuah hubungan dekat tapi merasa bahwa ia tidak layak untuk
pasangannya dan juga rentan akan penolakan.
4) Gaya kelekatan menolak
Gaya yang memiliki karakteristik self esteem yang tinggi dan kepercayaan
interpersonal yang rendah. Gaya ini biasanya digambarkan sebagai gaya yang
berisi konflik dan agak tidak aman dimana individu merasa dia layak
memperoleh hubungan akrab namun tidak mempercayai calon pasangan yang
potensial. Akibatnya adalah kecederungan untuk menolak orang lain pada suatu
titik didalam hubungan guna menghindari supaya tidak menjadi seseorang yang
ditolak.
b. Efek gaya Kelekatan pada Perilaku Lain
Orang-orang dengan gaya kelekatan yang aman telah diketahui
mengekspresikan keuasn dalam hubungan yang leih besar daripada orang-orang
dengan ketiga gaya lain, yang lebih tidak aman. Seorang ilmuwan menguatkan
keterkaitan ini dan mampu menunjukan bahwa salah satu alasan yang
mendasarinya adalah bahwa individu yang aman (dibandingkan dengan menolak,
takut-menghindar, dan terpreokupasi), mengalami rasa empati yang lebih besar dan
dengan demikian dapat mempersepsikan hubungan dari perspektif si pasangan dan
juga dengan perspektif mereka sendiri.
Empati
5
puas dengan diri sendiri. Hal ini diasosiasikan dengan kejadian negative yang
beruntun: negativitas personal mendorong timbulnya kpercayaan bahwa orang lain
mempersepsikan individu tersebut negative, sperti halnya self perception yang ia
miliki, dan interaksi sosial menjadi semakin maladaptif. Selanjtnya, orang lain benar-
benar berespons secar negative, dan hasilnay adalah negativitas personal yang semakin
bertambah.
B. Hubungan romantis, cinta dan keintiman secara fisik
1. Percintaan
Salah satu cara karakteristik yang menandai hubungan romantis adalah beberapa
tingkatan dari keintiman fisik, berkisar dari bergandengan tangan hingga interaksi
seksual. Seperti yang terjadi ketertarikan dan pertemanan, ketertarikan romantis
dipengaruhi oleh faktor-faktor, seperti kedekatan fisik, penampilan, dan kesamaan.
Sebagai tambahan, percintaan, meliputi ketertarikan seksual, keinginan meliputi
ketertarikan seksual, keinginan akan adanya penerimaan total oleh orang lainnya, dan
sejumlah khayalan yang didasarkan pada ilusi yang positif.
Dalam bukunya Mary Jo Meadow menyebutkan beberapa bentuk-bentuk cinta.
Dua bentuk cinta yang paling penting ialah cinta terhadap diri sendiri dan cinta
kepaada sesama. Untuk lebih jelasnya terdapat dalam tabel sebagai berikut:
Orang yang
Cinta Kasih Tujuan Resiko
dikasihi
Ingin mempertahankan rasa
Keluarga, orang-
Mendukung dan aman, menghambat
Afeksi orang yang
memberi kasih sayang perkembaangan diri atau
terdekat
orang lain
Orang-orang Berbagai pandangan Pilih kasih, meganut nilai-
Persahabatan yang sepaham dan mempunyai nilai yang kurang terpuji,
dengan kita kesamaan tujuan merasa superior
Orang yang
Saling mengisi dan
merasa dirinya Mengasingkan diri dari
melengkapi dalam
Percintaan menjadi bagian orang lain, terlalu memuja
mencapai keutuhan
dari orang kekasih.
diri
lain/pasangan
Cinta Tuhan Nilai yang Mengabdi kepada Mempertahankan
termuliaa yang Tuhan berdasarkan pemahaman yang kurang
dapat dipikirkan nilai-nilai yag luhur memadai mengenai Tuhan,
memandang lebih penting
6
untuk mengabdi kepada
Tuhan daripada kepada
sesama
Diri sendiridan Menghargai dan Mementingkan diri sendiri,
Cinta Diri kehidupan memenuhi kebutuhan memperhatikan diri sendiri
pribadi diri sendiri secara berlebihan
Pelayanan tanpa Menanamkan
Umat manusia
pamrih kepada ketergantungan,
Cinta Sesama secara
siapapun dan membiarkan perilaku buruk
keseluruhan
dimanapun demi cinta sesama
a. Afeksi
Afeksi merupakan cinta kepada orang yang paling dekat dengan kita, biasanya
keluarga. Afeksi tumbuh dari hubungan dekat secara fisik dan biasanya orang tidak
dapat mengatakan secara pasti kapan memulainya. Afeksi adalah cinta yang
dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia. Afeksi bersifat
menyenangkan, sopan tanpa basa basi.
b. Persahabatan
Persahabatan sejati menuntut adanya kesamaan pandangan dan upaya bersama
untuk merealisasikan pandangan itu, secara ideal ikatan yang demikian akan
mempersatukan seluruh anggota agama tertentu. Oleh karena itu, antar sahabat
memiliki nilai-nilai dan tujuan yang sama.
c. Percintaan
Bagi sebagian orang bahwa diri mereka tidak lengkap tanpa pasangan seseorang
yang merasa dirinya utuh memiliki lebih banyak hal yang dapat ditawarkan
kepada pasangannya, dan tidak merasa perlu memilikinya.
d. Cinta kepada Tuhan
Cintaa kepada Tuhan sering kali digambarkan sebagai keinginan untuk
kesempurnaan. Ada beberaapa aliran yang demikian kuat keyakinannya pada
Tuhan sebagai kekasihnyaa yang istimewa, sehingga merasa diri mereka lebih
penting bagi Tuhan dibandingkan dengan orang lain.
e. Cinta diri sendiri
Memahmai cinta diri sendiri perlu diktahui untuk dapat mencintai orang lain.
Banyak orang tidak mengetahui dengan benar mengenai cinta akan diri sendiri dan
merugikan diri mereka sendiri dengan cinta diri yang keliru.
f. Mecintai terhadap sesama
7
Mencintai sesama mengacu pada cerita yang umum terhadap sesama manusia,
berebda dari cita kasih saperti afeksi, persahabatan, dan percintaan yang sekarang
lebih dikenal dengan agape.4
2. Macam-macam Cinta
Cinta meliputi bermacam-macam kemungkinan. Diantaranya ialah cinta membara dan
cinta karib
a. Cinta Membara
Orang yang mengalami emosi ini biasanya menginterpretasikannya sebagai
cinta sejati, sementara orang dari luar akan lebih menamainya sebagai kegilaan.
Cinta membara timbul sebagai reaksi positif yang segera, berlebihan, menggelora,
dan menghabiskan energi terhadap orang lain, suatu reaksi yang dirasakan seolah-
olah melebihi kuasa.
Jenis cinta ini dapat ditemui dalam kasus yang menunjukkan bahwa
seseorang sedang dalam keadaan jatuh cinta. Sering kali aktivitas dalam jenis cinta
ini kemudian mengarah pada aktivitas yang bersifat ketubuhan (seksual atau eros)
Selain itu dalam keadaan ini, pelaku cinta bergairah ini merasakan dalam dirinya
psikologis yang disebut eforia atau kondisi kebahagiaan yang berlebihan sehingga
mengurangi control rasionalitas yang normal dalam dirinya. Terjadi proses
terbangkitnya dan teangsangnya funsi-fungsi tubuh dan kejiwaan yang mengarah
pada upaya pemenuhan cinta secara ketubuhan. Keadaan ini kemudian terwujud
dalam gejala ketagihan untuk selu beremu dengan pasanagnnya. Karena kadar
control diri dan rasionalitasnya yang lemah, dalam diri pelaku cinta ini sering
muncul masalah hubungan interpersonal seperti cemburu buta dan posesif.
b. Cinta Karib
Cinta ini memiliki cirri-ciri sebagai berikut: adanya kelekatan afeksi diantara
kedua pelaku cinta, terdapatnya nilai-nilai yang berkesesuaian dianatar kedua
pelaku cina, iklim hubungan yang hangat yang dtunjukan dengan perilkau saling
memahami diantara kedua belah pihak, hubungan cinta meyebabkan suasana hati
yang nyaman diantara kedua belah pihak pelaku cinta. Hubungan interpersonal
dalam jenis cnta ini ditunjukkan melalui hubungan yang bersifat akrab dan
berdasrkan pada rasionalias berpikir. Jenis cint ini termasuk jenis cinta ini terdapa
didalanya kematangan ubungan dan kematangan interpersonal diantara kedua belah
pihak.
8
Cinta karib lebih seperti persahabatan yang meliputi kepedulian, rasa saling
suka, dan penghargaan. Cinta semacam inilah yang dapat mempertahankan
hubungan dari waktu ke waktu.
Terdapat empat jenis cinta sebagai tambahan dari cinta membara dan cinta
karib yang telah diajukan. Keenam jenis tersebut ditunjukkan dengan contoh
pernyataan dari suatu tes yang dirancang untuk mengukur perbedaan individual
dalam jenis-jenis cinta. Jenis-jenis yang berbeda ini merepresentasikan sikap-sikpa
yang cukup berbeda mengenai hubungan interpersonal.
9
cinta ini, seseorang mengalami ketertarikan fisik secara nyata, selalu memikirkan
orang yang dicintainya sepanjang waktu, melakukan kontak mata secara instens
saat bertemu, mengalami perasaan indah sperti melambungkan ke awan,
mengagumi dan terpesona dengan pasangan, detak jantung meningkat, mengalami
perasaan sejahtera, ingin sellau bersama pasangan yang dicintai, memiliki energi
yang besar untuk melakukan sesuatu demi pasangan mereka, merasakan adanya
kesamaan dalam banyak hal, serta tentu saja merasa sangat berbahagia.
c. Keputusan/komitmen
Pada dimensi komitmen/keputusan, seorang berkeputusan untuk tetap bersama
dengan seorang pasangan dalam hidupnya. Komitmen dapat bermakna mencurahan
perhatian, melakukan sesuatu untuk menjaga suatu hubungan tetap langgeng,
melindungi hubungan tersebut dari bahaya, serta memperbaiki bila hubungan
dalam keadaan kritis.5
Pasangan kekasih pada kenyataannnya secara subjektif mengalami 3 komponen
ini secara tumpang tindih dan berkaitan dengan aspek-aspek cinta, tetapi sembarang
hubungan dapat memiliki karakteristik yang terutama didasarkan pada satu atau dua
komponen. Ketika ketiga sudut dari segitiga sama-sama kuat dan seimbang, hasilnya
adalah cinta sempurna. Cinta ini dinyatakan sebgai bentuk cinta yang ideal, namun
sangat sulit untuk dicapai.
11
memberikan pujian karena itulah yang didinginkan, bukan mencari pasangan
yang sesama narsisnya.
2) Tingkah laku interpersonal dan gaya kelekatan
Individu dengan self model yang negaif (gaya terpreokupasi dan gaya takut
menghindar), dibandingkan dengan mereka yang memiliki self model negative
( gaya amandan menolak), mendaati diri mereka dalam hubungan yang kurang
memuaskan karena mereka memandang besarnya cinta yang diberikan
pasangan mereka dengans sebelah mata. Dengan demikian, rasa tidak aman
mengarah apad salah persepsi, dan berdasarkan kesalahan ersepsi tersebut
terdapat evaluasi yang negative terhadap pasanan dan mengenia hubungannya
dan dengan sedikitnya rasa optimis erhada masa depan.
3) Kecemasan, afek negative, dan neurosisme.
Karakteristik semacam ini ditemukan berkaitan dengan negtivitas
interpersonal dalam sebuah hubungan pernikahan dan dengan melanjutnya
ketidakpuasan pasangan di berbagai titik dalam sebuah pernikahan mereka.
Penelitian menyebutkan bahwa afektivitas negative berakibat pada
kekecewaan seiring dengan waktu, dengan melenyapkan cinta, menurunnya
afeksi yang tampak, dan meningkayna ambivalensi.
Awal Pernikahan Selama Pernikahan Akhir Pernikahan
12
pernikahan, tidak ada efek pada kepuasan pernikhan, dan tidak ada efek terhadap
keberhasilan maupun kegagalan pernikahan.
2. Cinta dalam pernikahan, Karier, Menjadi orang Tua, dan Perubahan Komposisi
Keluarga
a. Cinta dan pernikahan
Bagi laki-laki maupun perempuan, kepuasana terkait dengn tingkah laku
yang menunjukkan cinta karib, yaitu berbagi kativitas bersama, bertukar ide,
tertawa bersama, dan bekerja bersama pada proyek-proyek tertetu. Secara
keseluruhan, cinta karib tampaknya menjadi bahan kunci dalam pernikahan yang
bahagia, tetapi perempuan lebih bahagia lagi jika mereka tersu merasakan percikan
cinta membara.
b. Bekerja didalam dan diluar
Konflik antara kerja dan keluarga mempengarui baik laki-laki mauun
perempuan dan dapat mengarah pada ketidakpuasan terhadap pekerjaannya dan
juga kehidupannya.jika kedua pasangan bekerja diluar rumah, potensi terjadinya
konflik menjadi lebih intensif. Tugas yang besar bagi pasangan yang dua-duanya
bekerja adalah menemukan cara yang paling baik untuk menyesuaikan kebutuhan
pada keluarga berkarir ganda.
Dalam hubungan karir istri dan kepribadian suami, ada 5 tema perkawinan
dengan ciri khasnya masing-masing.6
6 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hal 220
13
samapi usia 40 tahun.
Saling menerima Suami istri mempunyai karir yang sedang, istri menegjar
tujun yang sederhana setelah anak sekolah. Istri menikmati
pekerjaannnya, tetapi keluarga lebih penting.
14
yang pasti akan dialami antara keinginan untuk ebbeas dan kebutuhan akan
kedekatan.
Mungkin saja mengkonseptualisasikan berbagai interaksi dalam pernikahan
dalam bentuk keunungan dan kerugian. Clark dan Grote mengidentifikasikan
beberapa tipe keuntungan dan kerugian, beberapa diantaranya positif atau negative
dengan sengaja dan beberapa dianaranya tidak disengaja. Beberapa kerugian
melibatan keputusan yag sukarela untuk terlibat dalam perilaku yag sulit atau tidak
diinginkan agar memenuhi kbutuhan pasanganya, tindakan semacam ini disebut
tingkah laku komunal. Berikut mengenai keuntungan dan kerugian dalam
hubungan pernikahan.
Faktor Positif Faktor Negatif
15
menginvestasikan aktu yng cukup banyak satu sama lain, terlibat dalam banyak
aktivitas yang saling menguntungkan, dan engeskpresikan komitmen yang abadi
pada hubungan tersebut. Namun pernikahan juga data berhasil, meskipun sering
kali penekanan pernikahan lebih dari separuh dari semua pernikahan berakhir
dengan perceraian sama benarnya jika dikatakan bahwa pernikahan dapat berhasil
dan hamper separuh dari seua pernikahan berlangsung seumur hidup. Resep
kuncinya antara lain adalah penekanan pada pertemana, komitmen, kesamaan, dan
ekspresi serta penciptaan afek postiif.
16
bersalah adalah anak-anak. Meskipun ada pengalaman semacam ini, sebgaian besar
orang-orang yang bercerai (terutama laki-laki) memutuskan untuk menikah lagi.
Dalam upaya membangun cinta yang relatif lestari maka diperlukan untuk
mengembangkan beberapa faktor yang dapat membantu tujuan itu:
1) Kelekatan hubungan saling bergantung
Kelekatan ini ditunjukkan dengan adanya pemahaman timbal balik yang
proporsional, adanya kondisi saling memberi dan menerima dukungan
psikologis maupun sosial
2) Keseimbangan keuntungan
Keseimbangan hubungan dalam cinta ditunjukkan dengan sutau keadaan yang
menggambrakan bahwa hasil-hasil balikan yang diperoleh oleh masing-masing
pelaku cinta dari sebuah hubungan oleh masing-masing pelau cinta dari sebuha
hubungan cinta dapat dinilai oleh seseorang proporsional dengan apa yang
telah diberikan kepada pasangannya.
3) Keterbukaan
Keterbukaan diantara kedua belah pihak melalui komunikasi yang intens
tentang masing-masing wilayah pribadi kedua belah pihak yang sedang
menjalin hubungan cinta.7
7Fattah Hanurawan, Psikologi Sosial Suatu Pengantar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 163
17
DAFTAR PUSTAKA
Hanurawan, Fattah. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2010
Sarwono, Sarlito W. dan Eko A. Meinarno. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
2011
18