Anda di halaman 1dari 11

ANGGIA KARGENTI E.

M
 Banyak orang menganggap bahwa penyakit mental
merupakan suatu aib dan nista.
 Jijik/takut merupakan reaksi awal yang diperlihatkan
pada orang dengan gangguan mental (kekalutan
mental).
 Sakit mental di anggap sebagai kutukan dan pengaruh
roh jahat.
1) Penyakit mental disebabkan faktor hereditas.
2) Penyakit mental tidak dapat disembuhkan.
3) Penyakit mental dapat menyerang individu secara
tiba-tiba.
4) Penyakit mental adalah aib
5) Penyakit mental disebabkan oleh peristiwa tunggal
6) Seks merupakan penyebab timbulnya penyakit
mental.
a) Keyakinan bahwa perilaku abnormal selalu kacau →
Perilaku abnormal sering diasosiasikan dalam bentuk
pembunuhan kejam, pelecehan seksual, bunuh diri yang
dramatis dan tindakan2 lain yang menyimpang dari norma
sosial.
 Pada kenyataannya, gangguan perilaku menyangkut suatu
pola perilaku yang sangat lebar, artinya ada tipe perilaku
abnormal yang jelas2 patologis, tetapi ada pula yang
berupa ketidakmampuan dalam mengatasi konflik-konflik
secara efektif.
b) Gagasan bahwa antara “normal” dan “abnormal” berbeda
tajam.
 Pada kenyataannya, masyarakat susah untuk membedakan
antara normal dan abnormal, kecuali pada kasus2 ekstrim.
 Pada umumnya, setiap manusia berada pada “moderately well
adjusted”.
 Pola perilaku normal dan abnormal merupakan upaya individu
untuk menanggulangi situasi hidup seperti apa yang dilihatnya.
 Setiap individu memiliki kapasitas dan karakteristik yang berbeda,
menggunakan metode yang berbeda dan mencapai taraf
keberhasilan yang berbeda pula.
c) Pandangan bahwa gangguan mental merupakan stigma
turunan.
 Gangguan kejiwaan tidak selalu berkaitan dengan garis keturunan.
 Faktor-faktor genetis dapat memainkan peran sebagai pembuat
kecenderungan “predisposing” bagi perkembangan gangguannya.
 Individu memiliki kemungkinan menderita gangguan secara
genetik tetapi tidak selalu menjadi “sakit”.
 Sebaliknya, individu yang tidak memiliki predisposing tetapi selalu
mengalami pengalaman-pengalaman dalam siatusi tertekan, bisa
jadi mengalami gangguan jiwa.
d) Pandangan bahwa Genius sabagai saudara kegilaan.
 Banyak yang beranggapan bahwa orang-orang genius
memiliki kecenderungan untuk menderita sakit mental.
 Studi eksperimental sama sekali tidak menemukan bukti
terhadap statemen itu.
 Juda (1949) “Tidak ada bukti yang menunjang asumsi
bahwa orang yang memiliki intelektualitas tinggi
berkorelasi positif dengan abnormalitas psikis”
e) Pandangan bahwa penderita gangguan mental
berbahaya dan tidak dapat disembuhkan.
 Seperti penderita gangguan fisik, penderita gangguan
psikis pun dapat disembuhkan. Tingkat kesembuhannya
tergantung pada benarnya tindakan penyembuhan dan
tingkat keparahan gangguannya.
f) Keyakinan bahwa penderita gangguan mental tidak
terhormat.
 Masyarakat beranggapan melakukan konsultasi dengan
psikolog maupun psikiater merupakan AIB BESAR.
 Anggapan yang menyatakan bahwa gangguan
mental/jiwa merupaka sebuah kutukan, akibat dari
dosa dan amoralitas yang telah dilakukan.
 Yang sebenarnya, gangguan kejiwaan/mental tidak
berhubungan dengan perilaku amoralitas.
g) Ketakutan yang berlebihan untuk mengalami gangguan
jiwa.
 Ketidakbahagiaan akan muncul ketika individu merasa
ketakutan untuk menderita gangguan jiwa tertentu.
 Masyarakat beranggapan bahwa akan “breakdown” jika
mengalami kejadian gangguan jiwa.
 Salah pengertian mengenai pengertian normal dan
abnormal yang ada pada masyarakat menjadi penghalang
besar bagi usaha penyembuhan maupun pencegahan
gangguan mental dan perilakunya.
 Masih banyak yang beranggapan bahwa setiap gangguan
jiwa itu dipersepsikan sebagai gejala yang memalukan,
sehingga ketika ada gejala gangguan jiwa yang muncul,
individu akan enggan mengunjungi ahlinya, sehingga
penanganan menjadi terlambat.

Anda mungkin juga menyukai