Disusun oleh:
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Landasan Teori
Minuman keras adalah semua jenis minuman beralkohol. Minuman beralkohol merupakan
minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya
menyebabkan penurunan kesadaran (Darmawan, 2010). Menurut (Permendag, 2009), minuman
keras terdiri dari 3 golongan yaitu :
Penggunaan minuman keras secara berkepanjangan dapat menimbulkan berbagai masalah yang
terkait dengan kesehatan, sebagai contoh penyakit yang diakibatkan oleh konsumsi minuman
keras secara berlebihan adalah kerusakan jaringan otak, penyakit hati, gangguan sistem
pencernaan, gangguan kelenjar pankreas, gangguan sistem otot, gangguan seksual dan
perkembangan janin, gangguan sistem endokrin, gangguan sistem metabolisme nutrisi, resiko
kanker, dan gangguan metabolisme tubuh (Hawari, 2003). Terdapat 4 kelompok determinan
dari penyalahgunaan alkohol yang mana peranannya sangat kompleks dan saling terkait satu
sama lainnya (WHO, 2003).
1. Sosial
Penggunaan alkohol sering kali didasari oleh motif-motif sosial seperti meningkatkan prestige
ataupun adanya pengaruh pergaulan dan perubahan gaya hidup. Selain itu faktor sosial lain
seperti sistem norma dan nilai (keluarga dan masyarakat) juga menjadi kunci dalam
permasalahan penyalahgunaan alkohol (Sarwono, 2011).
2. Ekonomi
Masalah penyalahgunaan alkohol bisa ditinjau dari sudut ekonomi. Tentu saja
meningkatnya jumlah pengguna alkohol di Indonesia juga dapat diasosiasikan dengan
faktor keterjangkauan harga minuman keras (import atau lokal) dengan daya beli atau
kekuatan ekonomi masyarakat. Secara makro, industri minuman keras baik itu
ditingkat mampu menyumbang porsi yang cukup besar bagi pendapatan negara (tax,
revenue dan excise).
3. Budaya
Melalui sudut pandang budaya dan kepercayaan masalah alkohol juga menjadi sangat kompleks.
Di Indonesia banyak dijumpai produk lokal minuman keras yang merupakan warisan tradisional
(arak, tuak, badeg, dll) dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat dengan alasan tradisi. Sementara
apabila tradisi budaya tersebut dikaitkan dengan sisi agama dimana mayoritas masyarakat
Indonesia adalah kaum muslim yang melarang untuk mengkonsumsi alkohol. Hal ini tentu saja
menjadi sangat bertolak belakang.
4. Lingkungan
Peranan negara dalam menciptakan lingkungan yang bersih dari penyalahgunaan alkohol
menjadi sangat vital. Bentuk peraturan dan regulasi tentang minuman keras, serta pelaksanaan
yang tegas menjadi kunci utama penanganan masalah alkohol ini. Selain itu, peranan provider
kesehatan dalam mempromosikan kesehatan terkait masalah alkohol baik itu sosialisasi di
tingkat masyarakat maupun advokasi pada tingkatan decision maker (Sarwono, 2011).
Penyalahgunaan alkohol dapat diklasifikasikan menjadi 5 kategori utama menurut respon serta
motif individu terhadap pemakaian alkohol itu sendiri (Sundeen, 2007).
1. Penggunaan alcohol yang bersifat eksperimental. Kondisi penggunaan alcohol pada tahap awal
yang disebabkan rasa ingin tahu dari seseorang (remaja). Sesuai dengan kebutuhan tumbuh
kembangnya, remaja selalu ingin mencari pengalaman baru atau sering juga dikatakan taraf
coba-coba, termasuk juga mencoba menggunakan alcohol.
2. Penggunaan alcohol yang bersifat rekreasional. Penggunaan alcohol pada waktu berkumpul
bersama-sama teman sebaya, misalnya pada waktu pertemuan malam minggu, ulang tahun atau
acara pesta lainnya. Penggunaan ini mempunyai tujuan untuk rekreasi bersama teman sebaya
(Ra’uf, M. 2002).
3. Penggunaan alcohol yang bersifat situasional. Seseorang mengkonsumsi alcohol dengan tujuan
tertentu secara individual, hal itu sebagai pemenuhan kebutuhan seseorang yang harus dipenuhi.
Seringkali penggunaan ini merupakan cara untuk melarikan diri dari masalah, konflik, stress, dan
frustasi.
4. Penggunaan alcohol yang bersifat penyalahgunaan. Penggunaan alcohol yang sudah bersifat
patologis, sudah mulai digunakan secara rutin, paling tidak sudah berlangsung selama 1 bulan.
Sudah terjadi penyimpangan perilaku, mengganggu fungsi dalam peran lingkungan 4alcoho,
seperti di lingkungan pendidikan atau pekerjaan.
5. Penggunaan alcohol yang bersifat ketergantungan. Penggunaan alcohol yang sudah cukup berat,
telah terjadi ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai dengan adanya
toleransi dan sindroma putus zat (alcohol). Suatu kondisi dimana indidvidu yang biasa
menggunakan zat adiktif (4lcohol) secara rutin pada dosis tertentu akan menurunkan jumlah zat
yang digunakan atau berhenti memakai sehingga akan menimbulkan gejala sesuai dengan macam
zat yang digunakan.
B. Identitas Subjek
Usia: 21 tahun
Pekerjaan: Mahasiswa
C. Deskripsi Masalah
Subjek merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara. Subjek beralamat dijalan Gajah Raya,
Semarang. Sehari-hari subjek berkuliah sambil bekerja. Pada pagi hingga sore subjek bekerja
sebagai driver ojek online, malamnya subjek kuliah disalah satu Universitas swasta di Semarang.
Subjek tinggal bersama satu orang kakak, ibu subjek, dan nenek subjek. Kakak pertamanya sudah
memiliki keluarga dan tinggal diluar kota, ayahnya sudah memiliki keluarga baru dan tinggal diluar
kota. Kakak kedua subjek bekerja disebuah toko dan ibu subjek hanya sebagai ibu rumah tangga.
Subjek memilih bekerja karena ia ingin membiayai kuliahnya sendiri, subjek ingin meringankan
beban kakaknya.
Kehidupan subjek kurang akur dengan kakak dan ibunya. Subjek memilih untuk
menghabiskan waktunya bekerja dan berkumpul bersama teman-temannya. Bahkan subjek sering
jarang untuk pulang kerumah. Subjek mengatakan bahwa dirumah terkesan seperti hutan karena
sangat sepi, ibu, kakak, dan nenek subjek sangat cuek dan kurang memberikan perhatiannya kepada
subjek sehingga subjek lebih memilih untuk pergi berkumpul bersama teman-temannya. Namun
dibalik itu subjek tetap giat bekerja mengumpulkan uang untuk biaya kuliahnya karena tidak ingin
merepotkan kakaknya.
Saat subjek duduk dibangku SMA, subjek memiliki seorang pacar. Pacar subjek berada
disatu sekolah yang sama dengan subjek sehingga subjek sering mengantar jemput pacarnya.
Subjek menjalin hubungan dengan pacarnya kurang lebih sudah berjalan selama 3 tahun. Saat
memasuki tahun ke tiga dan sudah lulus SMA, pacar subjek memutuskan hubungannya dengan
subjek. Disaat itu subjek merasa hancur dan sedih. Kemudian subjek mencari pelampiasan dengan
teman-teman tongkrongan subjek. Subjek mulai mengenal minuman keras berawal dari teman-
temannya. Saat itu ketika subjek sedih dan menceritakan bahwa hubungan dengan pacarnya sudah
berakhir teman-teman subjek menawarkan minuman keras kepada subjek dengan mengatakan
bahwa minuman keras tersebut dapat menghilangkan rasa sakit setelah ditinggal pacarnya. Awalnya
subjek ragu, namun setelah dibujuk oleh teman-temannya subjek pun tergerak untuk meminumnya.
Darisitu lah awal subjek mengenal minuman keras, dan mulai saat itu ketika subjek
mempunyai masalah keluarga, akademik, maupun pekerjaan subjek melampiaskan nya dengan
membeli beberapa botol minuman keras, bahkan subjek kerap membawa minuman kras ke dalam
kamarnya. Ibu dan kakak subjek pun memarahi subjek ketika ibunya menemui banyak botol
minuman keras dikamarnya. Ibu subjek sempat mengancam akan mengusir subjek apabila subjek
tidak berhenti minum minuman keras, namun subjek tidak menghiraukan omongan ibunya tersebut.
Seiring berjalannya waktu subjek merasa kecanduan dengan minuman keras, bahkan ketika
tidak ada masalah pun subjek tetap meminum minuman keras. Setiap subjek pergi nongkrong
bersama teman-temannya minuman keras selalu ada dihadapan mereka. Subjek pun meminta uang
jajan tambahan kepada ibunya dengan alasan untuk membayar. Hampir setiap hari subjek membeli
minuman keras meskipun tidak selalu dalam jumlah banyak, namun hal tersebut dapat berimbas
kepada kesehatan subjek
Subjek menjadi seorang pecandu minuman keras sudah berjalan sekitar 2 tahun. Saat ini
subjek merasa ingin mengurangi perilaku minumnya itu karena subjek merasa kesehatan nya yang
tidak fit seperti dulu. Subjek sering muntah muntah dan merasa pusing. Hal tersebut membuat
subjek merasa sulit beraktivitas dan mengganggu subjek untuk bekerja dan kuliah.
Teman subjek yang berinisial A mengaku sudah berteman selama 5 tahun sejak pertama kali
masuk SMA. A mengatakan bahwa subjek anak yang memiliki komitmen yang kuat. A mengatakan
jika subjek mengalami masalah subjek selalu bercerita kepada A, mulai dari hubungan keluarganya,
hubungan dengan pacar, dan pekerjaannya.
A mengatakan bahwa subjek ingin menggantikan peran sang ayah untuk menafkahi ibu,
nenek, dan kakak perempuannya. Namun kehidupan keluarganya dirumah mulai berubah setelah
kepergian ayah. A mengatakan dirumah subjek sangat sepi, ibu, nenek, dan kakak subjek jarang
sekali berinteraksi, mereka sibuk dengan kegiatan mereka sendiri. Ibu subjek sebagai ibu rumah
tangga lebih cenderung bermain handphone, kakak subjek menghabiskan waktunya hanya didalam
kamar, dan nenek subjek hanya menonton televisi.
Saat subjek putus dengan pacarnya, A mengatakan subjek sangat sedih dan galau, karena
subjek sudah pacaran cukup lama. Subjek belum siap dan tidak ingin melepaskan pacarnya.
Menurut A subjek orang yang tulus dan setia. Ketika hubungan subjek dengan pacarnya berakhir, A
mencoba untuk memberikan semangat kepada subjek. Namun, A juga yang menawarkan subjek
untuk mencoba minuman keras. Tetapi A tidak berpikiran akan sampai kecanduan minuman keras
seperti ini, karena pada saat itu A hanya ingin memberikan minuman keras saat ia sedang putus
dengan pacarnya.
Semenjak itu subjek sering mengajak A untuk nongkrong keluar dengan membeli minuman keras.
Beberapa kali A menolak, namun subjek tetap pergi dengan teman-teman yang lain. A mengaku
juga sering untuk meminum minuman keras tetapi hanya untuk melampiaskan masalah yang sedang
dialami atau hanya sekedar mencari kesenangan ketika bosan.
BAB II
ISI
A. Pelaksanaan Asesmen
B. Hasil Asesmen
Subjek mengenal minuman keras pertama kali yaitu melalu teman-temannya. Suatu
saat ketika subjek mengalami putus cinta kemudian subjek berkumpul atau nongkrong
bersama teman-temannya. Kemudian subjek bercerita atau curhat kepada teman-temannya
bahwa ia diputuskan oleh pacarnya. Subjek sangat sedih ketika itu hingga tidak nafsu makan
dan malas untu melakukan kegiatan apapun. Teman subjek yang seorang peminum minuman
keras menyarankan subjek untuk mencoba meminum minuman keras, karena teman subjek
mengatakan jika ia meminum minuman keras ia akan merasa lebih tenang dan dapat
melupakan sejenak masalah yang ia hadapi. Awalnya subjek menolak saran tersebut, namun
karena dorongan dari teman-teman yang lain akhirnya subjek tergerak untuk membeli
minuman keras tersebut. Subjek diantar temannya untuk membeli minuman keras diwarung.
Untuk pertama kalinya subjek mencoba minuman keras tersebut, rasanya pahit. Sedikit demi
sedikit subjek mulai terbiasa dengan rasanya. Kemudian subjek mulai sedikit nge-fly dan
berbicara ngawur-ngawuran dengan lepas subjek tertawa terbahak bahak. Subjek merasa
dirinya tenang dan bahagia dikala itu, masalah yang sedang ia hadapi rasanya hilang begitu
saja. Dari kejadian tersebut subjek mulai akrab dengan minuman keras bahkan setiap
nongkrong bersama teman-temannya ia selalu membeli minuman keras kemudian di minum
bersama dengan teman-temannya. Setiap ada masalah subjek selalu melampiaskan nya
dengan minum minuman keras tersebut. Subjek juga sering membawa minuman keras
kedalam kamarnya. Untuk mendapatkan minuman keras tersebut subjek menghabiskan jatah
uangnya bahkan meminta uang jajan tambahan kepada kedua orangtua nya. Bahkan tidak
jarang subjek pulang kerumah dengan keadaan mabuk. Orangtua subjek juga selalu memarahi
subjek ketika subjek pulang dengan keadaan mabuk bahkan orangtua subjek pernah
mengancam untuk mengusir subjek dari rumah apabila masih sering meminum minuman
keras tersebut.
Subjek sudah menjadi pecandu minuman keras kurang lebi 2 tahun. Subjek
mengatakan ingin berhenti minum karena tidak baik bagi kesehatannya. Subjek berusaha
untuk mengurangi kebiasaan buruknya tersebut. Dimulai dari mengurangi tongkrongan
bersama teman-temannya dan lebih menghabiskan waktu dikamar dan bermain game. Namun
menurut subjek hal tersebut sulit untuk dilakukan karena mood subjek suka berubah ubah.
Tetapi subjek tetap akan mencoba mengurangi perilaku buruk tersebut.
C. Prognosa
Prognosa yang didapatkan dari hasil asesmen tersebut adalah BAIK. Karena subjek
mengatakan ingin mngurangi perilaku buruknya tersebut dan berusaha mengurangi interaksi
dengan lingkungan yang negatif.
BAB III
B. Strategi Intervensi
Strategi intervensi yang akan dilakukan adalah dengan memberikan konseling mengenai
copping stress dimana di dalamnya terdapat psikoedukasi mengenai bahaya dan dampak
mengkonsumsi minuman keras disertai sesi tanya jawab langsung dari materi yang telah
diberikan. Psikoedukasi ini hanya bertujuan untuk memberikan awareness kepada mahasiwa.
Tujuan adanya konseling ini adalah mahasiswa mampu menemukan solusi terkait
permasalahan yang sama sehingga tidak lagi mengkonsumsi minuman keras.
Strategi lain yang digunakan adalah menggunakan poster yang berisikan bahaya
mengkonsumsi minuman keras bagi kesehatan. Tujuan adanya poster ini adalah untuk
mengedukasi pembaca tentang bahaya minuman keras dan menghimbau serta mengajak
pembaca untuk menghindari minuman keras. Kami menggunakan poster sebagai media
pendukung untuk meningkatkan awareness kepada mahasiswa.
negatif
MATRIKS SASARAN PERUBAHAN PERILAKU
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil wawancara kepada subjek mengenai pecandu minuman keras, dapat disimpulkan
bahwa pengaruh lingkungan dan beban hidup sesorang dapat membawa pengaruh buruk dalam
hidup. Lingkungan yang positif akan membantu dan menyelesaikan masalah yang ada, namun
apabila lingkungan negatif maka itu dapat memicu permasalahan baru. Dukungan keluarga sangat
perlu untuk dapat menyelesaikan keluarga. Apabila keluarga tidak kurang memiliki rasa perhatian
kepada anggota keluara lainnya maka dapat menimbulkan anggota keluarga tersebut salah dalam
memilih pergaulan.
Minuman keras adalah semua jenis minuman beralkohol. Minuman beralkohol merupakan
minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya
menyebabkan penurunan kesadaran. Menurunnya kesadaran tersebut dapat menyebabkan efek
penggunanya merasa nge-fly atau tenang. Maka dari itu minuman keras menjadi pilihan orang-
orang untuk menanggulangi coping stress nya, padahal dalam menanggapi coping stress dapat
dilakukan oleh berbagai hal positif.
Minuman keras juga dapat berdampak bagi kesehatan peminumnya, karena didalam nya
mengandung berbagai macam bahan seperti alkohol, etanol, dan lain sebagainya yang tidak baik
untuk tubuh. Apabila dikonsumsi dalam jumlah berlebih minuman keras dapat menimbulkan
kematian karena zat zat yang terkandung dalam minuman keras tidak dapat diterima oleh tubuh
dan zat tersebut membahayakan organ tubuh yang ada didalam nya.
B. Saran
Untuk mahasiswa maupun orang-orang yang sedang memiliki masalah atau beban hidup
sebaiknya tetap melakukan hal positif untuk melampiaskan masalah tersebut. Banyak hal yang
dapat dilakukan dalam melakukan coping stress misalnya seperti pergi berlibur, mendengarkan
musik, berkumpul dengan lingkungan yang postif, dan lain sebaginya.
Ketika kalian melihat teman atau kerabat sedang memiliki masalah sebaiknya anda harus
merangkul nya dan membantu nya mnyelesaikan masalahnya. Bukan untuk membawa dia kejalan
yang salah dan menyebabkan masalahnya bertambah. Kita harus bisa peka terhadap orang-orang
sekitar kita agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Konseling dapat ditujukan kepada mahasiswa yang mengkonsumsi minuman keras yang
dilatarbelakangi karena adanya permasalahan baik akademik maupun non akademik dan pengaruh
peer group yang mengkonsumsi minuman keras saat berkumpul. Oleh karena itu, setelah
mengetahui cara coping stress yang tepat dan dapat selektif dalam memilih peer group diharapkan
mahasiswa tidak lagi mengkonsumsi minuman keras.
Daftar Pustaka
Carver, C.S., Scheier, M.F., dan Weintraub,J. K. (1989). Assessing coping strategies: A
theoretically based approach. Journal of Personality and Social Psychology, 56, 267-
283.
Darmawan, Steven. (2010). Pengertian Minuman Keras dan Dampaknya. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Dayakisni, Tri & Salis Yuniardi. (2004). Psikologi Lintas Budaya. Malang: UMM Press.
Folkman,S & Lazarus. (1984). Personal control and stress and coping processes: a theoritical
analysis. Journal of Personality and Psychology, 46 (40), 839-858
Furnham, Bochner. (1986). Culture Shock, 1st Ed . London & New York: Methuen. Goliszek,
Andrew. (2005). 60 Second Manajemen Stres. Jakarta: PT Buana Ilmu Populer. Hawari. (2003).
Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: Gaya Baru.
Looker, Terry & Gregson, Olga. (2005). Managing Stress, Mengatasi Stress secara mandiri.
Yogyakarta: Baca.
Parrillo, V. N. (2008). Strangers to these shores : Race and ethnic relations in the united status
(9th ed). New Jearsy: Prentice Hall.
Santrock, John W.(2003). Life-Span Development Edisi 5 Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Stuart & Sundeen. (2007). Keperawatan jiwa edisi 3. Jakarta: EGC.
Syamsu Yusuf. (2004). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
LAMPIRAN