Anda di halaman 1dari 18

RESUME KESULITAN BELAJAR SPESIFIK ASD

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah :

Asesmen dan Intervensi Pendidikan

Dosen Pengampu

Imam Setyawan., S.Psi., M.A.

Disusun Oleh :

Hilwa Aulia Rahmah 15000117120010

Lilyana Budi Anggraini 15000117120026

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2019
1
DAFTAR ISI
Daftar Isi …………………………..…………………..........................….………….....2
BAB I
LatarBelakang …………………………………………………………………………3
RumusanMasalah …………………………………….……………………….……….4
Tujuan ………………………………………….......…………………………………..4
BAB II
1. Kesulitan Belajar Spesifik………………………………………….......…………....5
A.Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Spesifik.................................................5
B.Karakteristik Kesulitan Belajar Spesifik.......................................................6
C. Kesulitan Belajar Akademik.........................................................................7
D. Assesment Formal dan Identifikasi Kesulitan Belajar.................................8
2. Autism Spectrum Disorder.........................................................................................10
A. Pengertian Autism Spectrum Disorder........................................................10
B. Prevalensi Autism Spectrum Disorder di Indonesia...................................11
C. Karakteristik Autism Spectrum Disorder....................................................12
D. DSM-5 kriteria untuk gangguan spektrum autism......................................14
BAB III
Kesimpulan ……………...…………………………………………………………….16
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………...……………………….17

2
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kesulitan belajar umum dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Belum banyak yang
memahami secara tepat apa yang disebut dengan kesulitan belajar spesifik dan kesulitan
belajar secara umum. Minimnya pengetahuan perbedaan mengenai kesulitan belajar tersebut
menyebabkan kerugian pada anak yang mempunyai kesulitan belajar spesifik, karena mereka
tidak mendapatkan hak untuk belajar dengan cara yang sesuai dengan kebutuhannya.

Kesulitan belajar sendiri adalah kesulitan yang ditemui pada individu yang memang
mengalami gangguan neurologis,misalnya tuna grahita, Autism Spectrum Disorder, Down
Syndrome, Rett Syndrome, Childhood Disintegrative Disorder dan lain-lain. Kesulitan belajar
dapat ditemukan pada anak dengan IQ dibawah rata-rata (Skor IQ<90). Karena IQ nya yang
rendah maka akan berdampak kepada kesulitan untuk menerima dan menguasai materi
pelajaran dan materi keterampilan kehidupan dasar pun mungkin juga mengalami kesulitan.
Kesulitan Kesulitan belajar dapat terjadi karena beberapa faktor. Dapat disebabkan karena
faktor perilaku, atau karena faktor akademisnya, dapat juga karena faktor kesehatan, dan juga
dapat terjadi karena gabungan faktor perilaku, akademis dan kesehatan dalam waktu yang
bersamaan.

Kesulitan belajar spesifik menunjukkan kondisi dimana anak mempunyai tingkat


kecerdasan normal, bahkan tidak sedikit pula yang mempunyai kecerdasan diatas rata-rata.
Perkembangan yang mengalami kesulitan dalam hal ini adalah spesifik meliputi bidang-
bidang akademis seperti kemampuan membaca, tulis, berhitung. Kesulitan belajar spesifik ini
yang disebut dengan disleksia, diskalkulia, grafia. Selain mengalami kesulitan belajar spesifik
juga menunjukkan kesulitan dalam hal mengingat sesuatu, fokus, sulit dalam menjalankan
instruksi yang panjang, sulit dalam pengorganisasian, sulit dalam pengelolaan waktu dan
lain-lain. Tidak jarang kesulitan belajar spesifik ditemukan engan gangguan perilaku ADHD,
ODD dan CD. Harus dicermati juga gangguan belajar spesifik ini disertai dengan gangguan
perilaku lain atau tidak, sehingga penangan anak dapat di kelola dengan efektif dan
komprehensif.

3
2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari kesulitan belajar secara spesifik ?


2. Apa saja faktor penyebab kesulitan belajar spesifik ?
3. Apa pengertian dari Autism Spectrum Disorder ?
4. Bagaimana intervensi kesulitan belajar spesifik ?

3. Tujuan

1. Mampu menjelaskan dan memahami pengertian dari kesulitan belajar spesifik


2. Mampu menjelaskan dan memahami macam-macam faktor penyebab dari kesulitan
belajar spesifik
3. Mampu menjelaskan dan memahami pengertian Autism Spectrum Disorder
4. Mampu menjelaskan dan mengetahui bagaimana cara mengintervensi kesulitan
belajar spesifik

4. Manfaat

Memberikan wawasan dan pengetahuan terkait Kesulitan Belajar Spesifik dan


Autism Spectrum Disorder kepada penulis dan teman-teman semua.

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Kesulitan Belajar Spesifik

A. Pengertian Kesulitan Belajar Spesifik

Menurut Suharmini, Tin (2009), kesulitan belajar spesifik merupakan suatu keadaan pada
seorang anak yang mengalami ketidakmampuan dalam belajar, keadaan ini disebabkan oleh
proses belajar dalam otak, yang dapat berupa gangguan persepsi (visual atau auditoris),
gangguan dalam proses integratif atau gangguan ekspresif.

ACCALD (Association Committee for Children and Adult Learning Disabilities) dalam
Lovitt (1989), mengatakan bahwa kesulitan belajar spesifik adalah suatu kondisi kronis yang
kemungkinan bersumber dari masalah neurologis yang mengganggu perkembangan
kemampuan mengintegrasikan dan kemampuan bahasa verbal ataupun nonverbal. Individu
yang memiliki kesulitan belajar spesifik mempunyai intelegensi yang tergolong rata-rata atau
bahkan diatas rata-rata serta memiliki kesempatan untuk belajar.

Kesulitan belajar merupakan istilah umum untuk berbagai jenis kesulitan dalam
menyimak, berbicara, membaca, menulis dan berhitung. Kondisi tersebut bukan disebabkan
oleh faktor fisik atau mental, bukan juga karena pengaruh faktor lingkungan, tetapi karena
faktor kesulitan dari dalam individu sendiri saat mempersepsi dan melakukan pemrosesan
informasi terhadap suatu objek yang diidentifikasikan olehnya (NJCLD dalam Lemer, 2000).

Kesulitan belajar adalah kondisi dimana seorang anak dengan kemampuan inteligensi
rata-rata atau diatas rata-rata namun memiliki ketidakmampuan atau kegagalan dalam belajar
yang berkaitan dengan hambatan dalam proses persepsi, konseptualisme, berbahasa, memori,
serta pemusatan perhatian, penguasaan diri dan fungsi integrasi sensori motorik. Berdasarkan
pandangan tersebut maka pengertian kesulitan belajar adalah kondisi sindrom
multidimensional yang bermanifestasikan sebagai kesulitan belajar (Clement, dalam Weiner,
2003).

Kesulitan belajar spesifik sering disamakan artinya dengan anak dengan kesulitan belajar,
yaitu sama-sama mengalami kesulitan dalam menerima materi pembelajaran (menurut Solek,
5
2013 :18). Padahal anak dengan kesulitan belajar memiliki tingkat intelegensi dibawah rata-
rata dibanding orang normal. Sedangkan kesulitan belajar spesifik ditemukan pada anak yang
memiliki tingkat intelegensi norma atau rata-rata, bahkan pula memiliki tingkat intelegensi
diatas rata-rata (Kilrk dan James, 1979 :281). Terkadang kesulitan atau hambatan ini tidak
disadari oleh orang tua atau guru, akibatnya anak yang mengalami kesulitan belajar sering
diidentifikasikan sebagai anak yang pemalas atau aneh. Anak-anak dengan kesulitan belajar
kemungkinan juga dapat mengalami perasaan frustasi, marah, depresi, cemas dan merasa
tidak diperlakukan (Harwell, 2001).

Dapat disimpulkan dari pengertian-pengertian diatas mengenai kesulitan belajar, yaitu


suatu kondisi dimana anak yang memiliki tingkat IQ yang normal atau bahkan diatas rata-rata
tetapi memiliki hambatan dalam proses belajar spesifik seperti dalam hal membaca, menulis
dan berhitung, yang bukan disebabkan oleh faktor lingkungan, fisik atau mental tetapi
dikarenakan oleh faktor internal.

B. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Spesifik

Terdapat beberapa penyebab kesulitan belajar yang terdapat dalam literatur dan hasil riset
(Harwell, 2001), yaitu :

1. Faktor keturunan/bawaan

2. Gangguan semasa kehamilan, saat melahirkan atau prematur

3. Kondisi janin yang tidak menerima cukup oksigen atau nutrisi atau ibu yang
merokok, menggunakanobat-obatan, atau meminum alkohol selama kehamilan

4. Trauma paska kelahiran, seperti demam yang sangat tinggi, trauma kepala. Atau
pernah tenggelam

5. Infeksi telinga yang berulang pada masa bayi dan masa balita. Anak denga kesulitan
belajar biasanya mempunyai sistem imun yang lemah

6. Awal masa anak-anak yang sering berhubungan dengan alumunium, arsenik,


merkuri/raksa dan neutoksin lainnya.

Faktor penyebab kesulitan belajar menurut Krik & Ghallager (1986) adalah sebagai berikut :

1. Faktor Disfungsi Otak


6
Menurut Wittrock dan Gordon, hemisfer kiri otak berhubungan dengan kemampuan verbal
dan hemisfer kanan otak berhubungan dengan tugas-tugas yang berhubungan dengan
audiotori termasuk melodi, suara yang tidak berarti, tugas visual-spasial dan aktivitas non
verbal. Anak dengan kesulitan belajar mempunyai kinerja yang lebih baik yang berhubungan
dengan otak kanan dan buruk ketika melakukan kegiatan yang berhubungan dengan otak
kirinya.

2. Faktor Genetik

Peneliti bernama Hallgren yang melakukan penelitian di Swedia menemukan bahwa faktor
herediter atau genetik menentukan ketidakmampuan dalam membaca menulis dan mengeja
diantara orang-orang yang didiagnosa disleksia. Penelitian disleksia pada kembar identik dan
kembar tidak identik, menunjukkan bahwa pada kembar identik frekuensi disleksia lebih
banyak dibandingkan kembar tidak identik, sehingga disimpulkan ketidakmampuan
membaca, mengeja dan menulis adalah sesuatu yang diturunkan (herman, dalam Krik &
Ghallager, 1986).

3. Faktor Lingkungan dan Malnutrisi

Kurangnya stimulasi dari lingkungan dan malnutrisi yang terjadi di usia awal kehidupan
merupakan hal yang berkaitan satu sama lain yang dapat menyebabkan timbulnya kesulitan
belajar. Meskipun tidak ada hubungan yang jelas antara malnutrisi dan kesulitan belajar,
malnutrisi yang berat pada usia awal akan memengaruhi sistem syaraf pusat dan kemampuan
belajar serta perkembangan anak ( Cruickshank dan Hallahan dalam Krik & Ghallager,
1989).

4. Faktor Biokimia

Penemuan oleh feingold menyebutkan bahwa alergi, perasa da pewarna buatan hiperkinesis
pada anak yang kemudian akan menyebabkan kesulitan belajar. Kemudian ia
merekomendasikan diet salsilat dan bahan makanan buatan kepada anak yang mengalami
kesulitan belajar. Pada sebagian anak diet tersebut berhasil namun ada juga yang tidak cukup
berhasil.

C. Karakteristik Kesulitan Belajar

1. Gangguan Internal

7
Anak mengalami gangguan pemusatan perhatian, sehingga kemampuan perseptual
anak terhambat. Kemampuan perseptuan yang terhambat tersebut antara lain persepsi visual
(proses pemahaman terhadap objek yang dilihat), persepsi auditoris (proses pemahaman
terhadap apa yang didengar) maupun persepsi taktil kinestetis (proses pemahaman terhadap
objek yang diraba dan digerakkan).

2. Kesenjangan Antara Potensi dan Prestasi

Anak dengan kesulitan belajar spesifik memiliki potensi kecerdasan rata-rata atau
bahkan diatas rata-rata, namun mereka memiliki prestasi akademik rendah dikarenakan
kesulitan belajar yang mereka alami. kesenjangan yang dialami biasanya pada kemampuan
membaca, menulis dan berhitung. Dengan demikian, mereka memiliki kesenjangan yang
nyata antara potensi dan prestasi yang ditampilkannya.

D. Kesulitan Belajar Akademik

1. Disleksia atau kesulitan membaca

Merupakan kesulitan untuk memaknai simbol, huruf dan angka melalui persepsi
visual dan audiotorisnya. Hal tersebut berdampak pada kemampuan membaca pemahaman.

2. Disgrafis atau kesulitan menulis

Merupakan kesulitan yang melibatkan proses menggambar simbol-simbol bunyi


menjadi simbol huruf atau angka. Kesulitan menulis tersebut terjadi pada beberapa tahap
aktivitas yaitu :

3. Diskalkulia atau kesulitan berhitung

Adalah kesulitan dalam hal menggunakan bahasa simbol untuk berpikir, mencatat,
dan mengkomunikasikan ide-ide yang berkaitan dengan kuantitas jumlah. Kemampuan
berhitung dapat dikelompokan menurut tingkatan, yaitu kemampuan dalam menentukan dasar
berhitung, kemampuan melakukan operasi penjumlahan dengan atau tanpa teknik menyimpan
dan pengurangan dengan atau tanpa teknik meminjam, kemampuan untuk memahami konsep
perkalian dan pembagian.

E. Assesment Formal dan Identifikasi Kesulitan Belajar

8
Dalam hal ini identifikasi merupakan proses untuk menemukan dan mengenali
individu untuk memperoleh informasi mengenai jenis-jenis kesulitan belajar yang dialami,
yang bertujuan untuk dapat diberikannya layanan pendidikan pada anak tersebut.

Harwell (2001) mengungkapkan sebaiknya assesmen dan identifikasi siswa yang


kesulitan belajar dilakukan oleh tim yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu :

1. Psikolog sekolah, memperoleh informasi mengenai kondisi keluarga, sosial


dan budaya serta mengukur intelegensi dan perilaku melalui alat ukur.

2. Guru kelas dan orang tua, memberikan informasi mengenai perkembangan


anak, keterampilan yang diperoleh, motivasinya, rentang perhatiannya,
penerimaan sosial dan penyesuaian emosional anak.

3. Ahli pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus, melakukan penilaian


akademik dengan menggunakan berbagai tes individual dan mengobservasi
siswa dalam situasi belajar.

4. Perawat sekolah, memperoleh data perkembangan kesehatan siswa, yang


dapat berupa meminta siswa untuk menunjukkan aktivitas motorik sederhana,
melakukan tes pendengaran.

Terdapat beberapa aspek penilaian yang harus dilakukan pada saat asesmen :

1. Intelectual assesment, mengukur IQ dengan alat tes intelegensi terstandar,


penilaian terhadap persepsi visual untuk melihat interpretasi otak terhadap apa
yang dilihat, penilaian terhadap persepsi audiotori untuk melihat kemampuan
proses menerima informasi melalui stimulus audiotori dan penilaian terhadap
ingatan untuk melihat kemampuan anak dalam mengingat informasi.

2. Academic assesment, penilaian untuk menilai kemampuan


membaca/mengeja, menulis dan berhitung

3. Language assesment, untuk mengetahui kemapuan bahasa anak yang


meliputi pengetahuan terhadap arti kata.

4. Health assesment, penilaian untuk mengetahui riwayat kesehatan siswa


9
5. Behavior assesment, penilaian perilaku dilakukan untuk melihat dampak
perilaku anak terhadap keberhasilan disekolah.

2. Autism Spectrum Disorder (ASD)

A. Pengertian Autism Spectrum Disorder

Gangguan spektrum autism atau yang biasa disebut dengan autisme adalah
gangguan perkembangan saraf yang melibatkan luasnya berbagai perilaku
bermasalah termasuk defisit dalam bahasa dan perkembangan perseptual dan
motor, cacat pengujian realitas dan gangguan dalam komunikasi sosial. Menurut
Scheribman (2006), Autism Spectrum Disorder merupakan gangguan
neurodevelopmental yang memiliki karakteristik gangguan utama pada
kemampuan interaksi dan komunikasi sosial dan menunjukkan perilaku repetitive
(berulang-ulang) dan restricted (gangguan minat).

Breeton (2002) mengatakan bahwa Autism Spectrum Disorder adalah suatu


kondisi abnormalitas nyata, yaitu gangguan perkembangan pada interaksi sosial
dan komunikasi serta terbatasnya aktifitas dan minat.

Umumnya anak dengan ASD menunjukkan karakteristiknya yaitu kesulitan


bersosialisasi dengan teman sebayanya atau dengan orang lain, tidak mampu
merespon suatu aktivitas yang sedang berlangsung disekitarnya. ASD terbagi
menjadi tiga klasifikasi yaitu autistik disorder, sindrom asperger dan PDD-NOS
(pervasive development disorder) (kaufman :2013). Anak dengan ASD dapat
terdeteksi sejak usia 3 tahun, karena pada usia tersebut anak dengan ASD tidak
menunjukkan perkembangan kemampuan komunikasi dan interaksi sosial.
Autisme merupakan gangguan perkembangan yang kompleks, yang
mempengaruhi perilaku, dengan akibat kekurangan kemampuan komunikasi,
hubungan sosial dengan orang lain sehingga sulit untuk mempunyai keterampilan
dan pengetahuan yang diperlukan sebagai masyarakat (Greenspan, 2006).
Keterlambatan perkembangan pada autisme biasanya ditemukan pada anak-anak
dan mempunyai dampak yang berlanjut hingga dewasa. salah satu gangguan
perkembangan yang dialami adalah kesehatan dalam memahami apa yang
dilihatnya, didengar dan apa yang dirasakan. gangguan tersebut dapat

10
menyebabkan keterlambatan perkembangan antara lain kemampuan komunikasi,
berbicara, bersosialisasi, perilaku dan keterampilan motoriknya.

Berdasarkan pengertian-pengertian mengenai ASD (Autism Spectrum


Disorder) tersebut dapat disimpulkan bahwa Autism Spectrum Disorder
merupakan gangguan perkembangan yang mempengaruhi interaksi sosial,
keterbatasan bersosialisasi dengan orang lain dan juga komunikasi yang
terhambat.

B. Prevalensi Autism Spectrum Disorder di Indonesia

Autisme pertama kali dideskripsikan pada tahun 1943 (Kanner). Autisme


menimpa puluhan ribu anak di Amerika dari semua tingkat sosio ekonomi dan
diperkirakan kenaikannya berkisar antara 30 dan 60 anak pada 10.000 anak
(Fambonne, 2005). Tahun 2011 UNESCO menyebutkan penyandang autisme
mencapai 35 juta jiwa di dunia yaitu 6 diantara 1000 orang (Sumaja, 2014).
Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan
bahwa terjadi peningkatan penderita autisme di Indonesia, yaitu 1:1000 penduduk
menjadi 8:1000 penduduk dan telah melampaui rata-rata dunia yaitu 6 per 1000
penduduk. Pada tahun 2013, diperkirakan penyandang autisme di Indonesia
mencapai 112 ribu pada anak usia 5-19 tahun (Hazliansyah, 2013). Saat ini belum
ada data khusus terkait angka autisme, namun kementrian kesehatan menyebutkan
anak autisme cukup tinggi di Indonesia (Syarifah, 2014). Diperkirakan menurut
Kogja Autism Care bahwa di provinsi Daerah Istimewa Jogjakarta jumlah
penderita autisme meningkat 4-6 orang setiap tahunnya, dari mulai tahun 2001
sampai 2010.

Autisme biasanya diidentifikasikan sebelum anak berumur 30 bulan, saat usia


dan stabilitas diagnostik masa kanak-kanak cukup tinggi. anak-anak yang
didiagnosis autisme pada usia 2 tahun cenderung didiagnosis sama pada usia 9
tahun (Lord dan rekan, 2006). penelitian terbaru menyebutkan bahwa tanda awal
masalah komunikasi sosial dapat dideteksi pada usia 6 bulan (Jones dan Klin,
2014). Bayi mulai melihat dunia sekitarnya, biasanya berkembang dari usia 2
sampai 6 bulan. Mereka semakin dapat fokus pada wajah terutama mata orang

11
lain. fokus tersebut memungkinkan bayi untuk lebih memahami orang yang
merawatnya dan membantu memfasilitasi interaksi sosial selanjutnya. anak
dengan autisme menunjukkan penurunan yang signifikan pada fokusnya terhadap
mata orang lain pada usia 2 sampai 6 bulan ( Jones dan Klin, 2014).

C. Karakteristik Autism Spectrum Disorder

Terdapat beberapa kemungkinan indikasi karakteristik anak dengan ASD menurut


National Institute of Mental Health(2007), yaitu :

a. Tidak adanya babbling (mengoceh) sebagai bentuk awal dari


kemampuan berbicara pada usia 1 tahun.

b. Belum mampu berbicara satu kata pun pada usia 16 bulan

c. Tidak mampu mengkombinasikan 2 kata pada usia 2 tahun

d. Tidak merespon apabila dipanggil

e. Tidak memiliki kemampuan berbahasa verbal dan non verbal

f. Tidak terdapat kontak mata saat berinteraksi dengan orang lain

g. Tampak berbeda ketika menggunakan permainan (menggunakannya


tidak sesuai fungsi)

h. Terlihat selalu fokus pada satu objek tertentu pada bidang benda

i. Tidak bisa dalam mengkondisikan emosi

j. Terlihat seperti memiliki gangguan pendengaran

C. Penyebab Autism Spectrum Disorder

Menurut Sari (2009) autisme merupakan penyakit yang bersifat multifaktor.


Terdapat beberapa teori yang mendukung timbulnya gangguan autisme, diantaranya yaitu :

12
1. Faktor Genetika

Dalam gen neuroxin yang ditemukan pada kromosom manusia nomor 11


merupakan salah satu gen yang berperan penting dalam terjadinya autisme. Menurut
laporan Journal Nature Genetics, neutoxin merupakan protein yang berperan dalam
membantu komunikasi sel saraf. Pada saat dalam kandungan, ketika sempel darah
janin diambil dan dianalisis, anak autisme mengalami peningkatan protein dalam
darah, yaitu berkisar tiga kali lebih tinggi dibanding dengan anak normal (Winarno,
2013).

2. Kelainan anatomis otak

Kelainan anatomis otak yang ditemukan pada anak autisme adalah kelainan
stimulus otak, yang ditemukan di lobus parietalis dan serebelum dan pada sistem
limbiknya. Terdapat sebanyak 43% autisme mempunyai kelainan pada lobus perietalis
otaknya, yang menyebabkan anak menjadi acuh terhadap lingkungan sekitarnya.
Kelainan lainnya ditemukan juga pada otak kecil. Otak kecil bertanggung jawab atas
proses sensoris, daya ingat, berfikir, belajar, berbahasa dan proses atensi (perhatian).
Kelainan khas juga ditemukan di sistem limbik yang dusebut juga hipokampus dan
amigala. Kelainan tersebut menyababkan gangguan pada fungsi kontrol terhadap
agresi dan emosi.

3. Disfungsi metabolik

Amino phenolik dapat ditemukan diberbagai makanan, contohnya adalah


terigu, jagung, gula, coklat, pisang dan apel. Komponen utama dari amino phenolik
dapat menyebabkan terjadinya gangguan tingkah laku pada pasien autis. Sebuah
publikasi dari lembaga psikiatri biologi menemukan bahwa anak autis mempunyai
kapasitas yang rendah untuk mneggunakan berbagai komponen sulfat sehingga anak-
anak tersebut tidak mampu memetabolismekan komponen phenolik, jika komponen
tresebut tidak dimetabolismekan dengan baik maka akan terjadi akumulasi
katekolamin yang menjadi toksik bagi syaraf (Mujiati, 2011).

4. Infeksi Kandidiasis

Beberapa riset mengidentifikasikan bahwa beberapa spesies Candida dan


jamur lainnya dapat menjadi penyebab utama dari banyak tingkah laku yang tidak
13
pantas dan menjadi masalah kesehatan yang terlihat pada pasiem autisme
(McCandless, 2003). Infeksi Candida Albicams berat dapat dijumpai pada anak yang
banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung yeast dan karbohidrat, karena
dengan mengkonsumsi tersebut Candida dapat tumbuh dengan subur. Penelitian
sebelumbya menemukan adanya hubungan antara beratnya infeksi Candida Albicans
dengan gejala-gejala menyerupai autis seperti gangguan berbahasa, gangguan tingkah
laku dan penurunan kontak mata (Mujiyanti,2011).

D. DSM-5 kriteria untuk gangguan spektrum autisme

A. Defisit yang berkelanjutan dalam komunikasi sosial dan interaksi sosial di


berbagai konteks, sebagaimana ditunjukkan berikut ini, saat ini atau
berdasarkan pada sejarah (contohnya, ilustratif;tidak lengkap; lihat teks).
1. Defisit dalam hubungan timbal balik sosial-emosional, mulai,
misalnya, dari pendekatan sosial yang abnormal dan kegagalan normal
percakapan bolak-balik; mengurangi berbagai minat, emosi, atau
pengaruh; kegagalan untuk memulai atau merespons interaksi sosial.
2. Defisit dalam perilaku komunikatif nonverbal yang digunakan untuk
interaksi sosial, misalnya mulai dari komunikasi verbal dan nonverbal
terpadu yang buruk; kelainan pada konteks mata dan bahasa tubuh atau
defisit dalam memahami dan menggunakan gerak tubuh; serta
kurangnya total ekspresi wajah dan komunkasi nonverbal.
3. Defisit dalam pengembangan, pemeloiharaan dan pemahaman
hubungan, mulai, misalnya, dari kesulitan menyesuaikan perilaku agar
sesuai dengan berbagai konteks sosial; kesulitan dalam berbagai
permainan imajinatif atau berteman; dan tidak adanya minat pada
teman sebaya.
B. Pola, perilaku, minat atau kegiatan yang dibatasi, berulang, yang ditunjukkab
paling sedikit dua hal berikut, saat ini atau menurut sejarah (contohnya
ilustrasi, tidak lengkap; lihat teks)
1. Gerakan motor stereotip atau berulang, penggunaan benda atau ucapan
(misalnya, stereotip motorik sederhana, mengantre mainan atau
membalik benda, echolalia, dan idiosyncratic phrases)
2. Ketegasan pada kesamaan, kepatuhan yang tidak fleksibel terhadap
rutinitas, atau pola ritual perilaku verbal dan nonverbal (misalnya,
14
ketgangan ekstrem pada perubahan kecil, kesuloitan dengan transisi,
pola berpikir yang kaku dan ritual salam perlu dilakukan rute yang
sama atau makan makanan yang sama setiap hari)
3. Sangat terbatas, minat yang tetap, dengan intensitas atau fokus tidak
normal (misalnya, keterikatan atau keasyikan yang kuat dengan objek
yang tidak biasa, terlalu terbata, atau minat teguh).
4. Hiperaktif atau hiporeaktivitas terhadap masukan sensorik atau minat
yang tidak biasa dalam aspek sensorik lingkungann (misalnya,
ketidakpedulian terhadap rasa sakit/suhu, respons negatif terhadap rasa
suara atau tekstur tertentu, membaui secara berlebihan atau menyentuk
benda, atau tertarik secara visual terhadap lampu atau gerakan).
5. Simptom harus ada pada periode perkembangan awal (tetapi mungkin
tidak sepenuhnya terwujud sampai tuntutan sosial melebihi kapatisas
yang terbatas atau ditutupi oleh strategi belajar pada kemudian hari).
6. Simtom menyebabkan kerusakan kklinis yang signifikan secara sosial,
pekerjaan, atau bidang penting lainnya dan fungsi saat ini.
7. Gangguan ini tidak lebih baik dijelaskan oleh kecacatan, intelektuan
(intellectual devepmental disorder) atau keterlambatan perkembangan
global. Kecacatan intelektual dan gangguan spektrum autisme sering
terjadi bersamaan; untuk membuat diagnosis komorbid dari gangguan
spektrum autisme dan kecacatan intelektual, sehingga komunikasi
sosial harus dibawah tingkat perkembangan yang diharapkan untuk
umum.

Catatan : Individu dengan diagnosis DSM-IV yang mapan untuk gangguan


autistik, gangguan Asperger, atau gangguan perkembangan pervasif (meluas);
dan gangguan yang tidak ditentukan lainnya harus diberikan diagnosis
gangguan spektrum autisme. Individu yang memiliki defisit yang ditandai
dalam komunikasi sosial tapi simtomnya tidak memenuhi kriteria untuk
gangguan spektrum autisme harus dievaluasi untuk gangguan komunikasi
sosial (pragmatik).

15
BAB III
KESIMPULAN

Kesulitan belajar spesifik merupakan suatu kondisi dimana anak yang memiliki
tingkat IQ yang normal atau bahkan diatas rata-rata tetapi memiliki hambatan dalam proses
belajar spesifik seperti dalam hal membaca, menulis dan berhitung, yang bukan disebabkan
oleh faktor lingkungan, fisik atau mental tetapi dikarenakan oleh faktor internal. Kesulitan
belajar spesifik memiliki beberapa faktor penyebab yaitu, Faktor Genetik, Faktor Disfungsi
Otak, Faktor Lingkungan, Faktor Biokimia. Kemudian dapat dlakukan beberapa intervensi
dalam Kesulitan Belajar Spesifik yaitu melalui Psikolog sekolah, Guru dan Orang tua murid,
Ahli pendidik anak berkebutuhan khusus, dan Perawat Sekolah.
Autism Spectrum Disorder merupakan gangguan perkembangan yang mempengaruhi
interaksi sosial, keterbatasan bersosialisasi dengan orang lain dan juga komunikasi yang
terhambat. Kemudian ada beberapa faktor penyebab Autism Spectrum Disorder yaitu, Faktor
Genetika, Kelainan Anatomis Otak, Disfungsi Metbaolik, Infeksi Kandidiasis. Kriteria
gangguan ASD dalam DSM V yaitu defisit yang berkelanjutan dalam komunikasi sosial dan
interaksi sosial di berbagai konteks, sebagaimana ditunjukkan berikut ini, saat ini atau
berdasarkan pada sejarah. Dan pola, perilaku, minat atau kegiatan yang dibatasi, berulang,
yang ditunjukan paling sedikit dua hal berikut, saat ini atau menurut sejarah

16
DAFTAR PUSTAKA

Purboyo solek. Tanpa Tahun. Mengenali Kesulitan Belajar Dan Kesulitan Belajar Spesifik
dalam Proseding seminar Nasional PGSD UPY dengan Tema Strategi Mengatasi Kesulitan
Belajar ketika Murid Anda seorang Disleksia

Nurul Hidayati. Tanpa Tahun. Metode Pembelajaran Untuk Anak Berkesulitan Belajar
Spesifik Tipe Disleksia Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca. Program Studi PGSD
FKIP UAD.

Yulinda Erma Suryani. 2010. Kesulitan Belajar. Magistra No. 73 Th. XXII September.

Muchamad Irvan. 2017. Gangguan Sensory Integrasi Pada Anak Dengam Autism Spectrum
Disorder. Program studi PG-PAUD. Unversitas PGRI Adi Buana Surabaya.

17
Kontribusi:

1. Kesulitan Belajar Spesifik : Liliyana Budi Anggraini (1500011720026)

2. Autism Spectrum Disorder : Hilwa Aulia Rahmah (15000117120010)

18

Anda mungkin juga menyukai