Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 3
BAB II PEMBAHASAN 5
KESULITAN BELAJAR SPESIFK 5
A. Pengertian Kesulitan Belajar Spesifik 5
B. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Spesifik 6
C. Karakteristik Kesulitan Belajar 8
D. Kesulitan Belajar Akademik 9
E. Assesment Formal dan Identifikasi Kesulitan Belajar 10
KESIMPULAN 22
DAFTAR PUSTAKA 23
KONTRIBUSI 24
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kesulitan belajar sendiri adalah kesulitan yang ditemui pada individu yang
memang mengalami gangguan neurologis,misalnya tuna grahita, Autism Spectrum
Disorder, Down Syndrome, Rett Syndrome, Childhood Disintegrative Disorder dan
lain-lain. Kesulitan belajar dapat ditemukan pada anak dengan IQ dibawah rata-rata
(Skor IQ<90). Karena IQ nya yang rendah maka akan berdampak kepada kesulitan
untuk menerima dan menguasai materi pelajaran dan materi keterampilan
kehidupan dasar pun mungkin juga mengalami kesulitan. Kesulitan Kesulitan
belajar dapat terjadi karena beberapa faktor. Dapat disebabkan karena faktor
perilaku, atau karena faktor akademisnya, dapat juga karena faktor kesehatan, dan
juga dapat terjadi karena gabungan faktor perilaku, akademis dan kesehatan dalam
waktu yang bersamaan.
3
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
4.Manfaat
4
8. Memahami dan mampu menjelaskan pedoman Autism Spectrum Disorder
menurut DSM.
BAB 2
PEMBAHASAN
5
multidimensional yang bermanifestasikan sebagai kesulitan belajar (Clement,
dalam Weiner, 2003).
Terdapat beberapa penyebab kesulitan belajar yang terdapat dalam literatur dan
hasil riset (Harwell, 2001), yaitu :
1. Faktor keturunan/bawaan
3. Kondisi janin yang tidak menerima cukup oksigen atau nutrisi atau ibu
yang merokok, menggunakanobat-obatan, atau meminum alkohol selama
kehamilan
5. Infeksi telinga yang berulang pada masa bayi dan masa balita. Anak
denga kesulitan belajar biasanya mempunyai sistem imun yang lemah
6
6. Awal masa anak-anak yang sering berhubungan dengan alumunium,
arsenik, merkuri/raksa dan neutoksin lainnya.
Faktor penyebab kesulitan belajar menurut Krik & Ghallager (1986) adalah sebagai
berikut :
2. Faktor Genetik
Kurangnya stimulasi dari lingkungan dan malnutrisi yang terjadi di usia awal
kehidupan merupakan hal yang berkaitan satu sama lain yang dapat menyebabkan
timbulnya kesulitan belajar. Meskipun tidak ada hubungan yang jelas antara
malnutrisi dan kesulitan belajar, malnutrisi yang berat pada usia awal akan
memengaruhi sistem syaraf pusat dan kemampuan belajar serta perkembangan
anak ( Cruickshank dan Hallahan dalam Krik & Ghallager, 1989).
4. Faktor Biokimia
7
anak yang mengalami kesulitan belajar. Pada sebagian anak diet tersebut berhasil
namun ada juga yang tidak cukup berhasil.
1. Gangguan Internal
8
Merupakan kesulitan yang melibatkan proses menggambar simbol-
simbol bunyi menjadi simbol huruf atau angka. Kesulitan menulis
tersebut terjadi pada beberapa tahap aktivitas yaitu :
9
4. Perawat sekolah, memperoleh data perkembangan kesehatan
siswa, yang dapat berupa meminta siswa untuk menunjukkan
aktivitas motorik sederhana, melakukan tes pendengaran.
10
yang memiliki karakteristik gangguan utama pada kemampuan
interaksi dan komunikasi sosial dan menunjukkan perilaku repetitive
(berulang-ulang) dan restricted (gangguan minat).
11
B. Prevalensi Autism Spectrum Disorder
12
C. Karakteristik Autism Spectrum Disorder
1. Komunikasi
Anak dengan autism mempunyai komunikasi yang tidak
normal disbanding anak lainnya, hal tersebut ditunjukkan
dengan kemampuan wicara yang tidak berkembang
13
ataumengalami keterlambatan, pada anak autism tidak
terlihat usaha untuk berkomunikasi dengan lingkungan
sekitarnya, tidak mampu untuk memulai pembicaraan dan
bahasa yang tidak biasa digunakam yang selalu diulang-
ulang atau stereotipik.
2. Interaksi Sosial
Gangguan interaksi social pada anak autism yaitu anak
mengalami kegagalan untuk bertatap mata, menunjukkan
wajah yang tidak berekspresi, ketidakmampuannya untuk
secar spontan mencari teman untuk berbagi kesenangan
dan melakukan sesuatu bersama-sama, ketidakmampuan
anak autism untuk dapat berempati dan mencoba
memahami emosi yang ditampilkan oleh orang lain.
3. Perilaku
Anak autisme mempunyai perilaku, aktivitas dan
ketertarikan yang terbatas. Banyak melakukan
pengulangan seperti adanya suatu kelekatan pada rutinitas
atauu ritual yang tidak berguna, misalnya adalah rutinitas
mencuci kaki, menyikat gigi dan menggunakan piyama
sebelum tidur. Apabila terdapat aktivitas tersebut yang
terlewat atau terbalik urutannya, maka anak dengan autism
akan sangat terganggu dan menangis bahkan berteriak-
teriak.
4. Gangguan Sensori
Anak autisme sangat sensitive dengan sentuhan, misalnya
pelukan. Apabila mendengar suara keras akan menutup
telinganya, senang mencium-cium, mnejilat mainan atau
benda dan tidak sensitive terhadap rasa sakit dan rasa
takut.
14
1. Faktor Genetika
3. Disfungsi metabolik
4. Infeksi Kandidiasis
15
Beberapa riset mengidentifikasikan bahwa beberapa spesies
Candida dan jamur lainnya dapat menjadi penyebab utama dari banyak
tingkah laku yang tidak pantas dan menjadi masalah kesehatan yang
terlihat pada pasiem autisme (McCandless, 2003). Infeksi Candida
Albicams berat dapat dijumpai pada anak yang banyak mengkonsumsi
makanan yang mengandung yeast dan karbohidrat, karena dengan
mengkonsumsi tersebut Candida dapat tumbuh dengan subur. Penelitian
sebelumbya menemukan adanya hubungan antara beratnya infeksi
Candida Albicans dengan gejala-gejala menyerupai autis seperti gangguan
berbahasa, gangguan tingkah laku dan penurunan kontak mata
(Mujiyanti,2011).
1) Faktor Genetik
Penelitian yang dilakukan di Inggris tahun 2009 menyebutkan
bahwa genetic merupakan factor terbesar penyebab dari autisme.
2) Faktor lingkungan adalah factor yang menentukan tingkat
keparahan gangguan autisme, yang merupakan factor lingkungan
tresebut adalah :
Zat toksin ( zat yang mengandung toksin banyak
ditemukan di pestisida, plastic dan lain-lain)
Obat-obatan (seperti Terbutaline/obat asma, asam
valproate/obat epilepsy, antioksidan dan mood stabilizer/
obat gangguan jiwa)
Nutrisi ibu pada saat hamil
Usia ibu dan bapak pada saat kehamilan
Infeksi selama kehamilan (toksoplasma, infeksi virus dsb)
16
Berdasarkan gejalanya autism dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa bagian. Klasifikasi dapat diberikan melalui Chilhood Autism
Rating Scale (CARS).
1) Autis Ringan
Dalam kondisi ini anak autis masih menunjukkan adanya kontak
mata dengan orang lain walaupun tidak berlangsung lama. Anak
autis dapat memberikan sedikit respon apabila dipanggil namanya,
menunjukkan ekspresi muka dan dapat berkomunikasi dua arah
meskipun hanya terjadi sesekali.
2) Autis Sedang
Kondisi ini anak masih dapat melakukan kontak mata walaupun
tidak merespon apabila namanya dipanggil. Tindakan agresif atau
hiperaktif, menyakiti diri sendiri, acuh dan gangguanm motorik
yang streopik cenderung agak sulit untuk dikendalikan.
3) Autis Berat
Anak autis yang berada pada kondisi berat menunjukkan tindakan-
tindakan yang tidak trekendali. Biasanya anak autis dapat
memukul kepalanya sendiri ke tembok secara berulang-ulang
secara terus menerus. Apabila dicegah, anak akan tetap melakukan
hal tersebut dan tidak meresponnya. Anak akan berhenti setelah
merasa kelelahan (Mujiyanti, 2011).
17
komunikasi verbal dan nonverbal terpadu yang buruk;
kelainan pada konteks mata dan bahasa tubuh atau defisit
dalam memahami dan menggunakan gerak tubuh; serta
kurangnya total ekspresi wajah dan komunkasi nonverbal.
3. Defisit dalam pengembangan, pemeloiharaan dan
pemahaman hubungan, mulai, misalnya, dari kesulitan
menyesuaikan perilaku agar sesuai dengan berbagai
konteks sosial; kesulitan dalam berbagai permainan
imajinatif atau berteman; dan tidak adanya minat pada
teman sebaya.
B. Pola, perilaku, minat atau kegiatan yang dibatasi, berulang, yang
ditunjukkab paling sedikit dua hal berikut, saat ini atau menurut
sejarah (contohnya ilustrasi, tidak lengkap; lihat teks)
1. Gerakan motor stereotip atau berulang, penggunaan benda
atau ucapan (misalnya, stereotip motorik sederhana,
mengantre mainan atau membalik benda, echolalia, dan
idiosyncratic phrases)
2. Ketegasan pada kesamaan, kepatuhan yang tidak fleksibel
terhadap rutinitas, atau pola ritual perilaku verbal dan
nonverbal (misalnya, ketgangan ekstrem pada perubahan
kecil, kesuloitan dengan transisi, pola berpikir yang kaku
dan ritual salam perlu dilakukan rute yang sama atau
makan makanan yang sama setiap hari)
3. Sangat terbatas, minat yang tetap, dengan intensitas atau
fokus tidak normal (misalnya, keterikatan atau keasyikan
yang kuat dengan objek yang tidak biasa, terlalu terbata,
atau minat teguh).
4. Hiperaktif atau hiporeaktivitas terhadap masukan sensorik
atau minat yang tidak biasa dalam aspek sensorik
lingkungann (misalnya, ketidakpedulian terhadap rasa
sakit/suhu, respons negatif terhadap rasa suara atau tekstur
tertentu, membaui secara berlebihan atau menyentuk
benda, atau tertarik secara visual terhadap lampu atau
gerakan).
18
C. Simtom harus ada pada periode perkembangan awal (tetapi
mungkin tidak sepenuhnya terwujud sampai tuntutan sosial
melebihi kapatisas yang terbatas atau ditutupi oleh strategi belajar
pada kemudian hari).
D. Simtom menyebabkan kerusakan kklinis yang signifikan secara
sosial, pekerjaan, atau bidang penting lainnya dan fungsi saat ini.
E. Gangguan ini tidak lebih baik dijelaskan oleh kecacatan,
intelektuan (intellectual devepmental disorder) atau keterlambatan
perkembangan global. Kecacatan intelektual dan gangguan
spektrum autisme sering terjadi bersamaan; untuk membuat
diagnosis komorbid dari gangguan spektrum autisme dan
kecacatan intelektual, sehingga komunikasi sosial harus dibawah
tingkat perkembangan yang diharapkan untuk umum.
19
dalam interaksi social dan memfokuskan perhatian kepada objek
belajar mengakibatkan anak tidak dapat menyerap dan merespon
scara tepat dan benar terhadap bebagai stimulus atau perintah
dalam mengikuti kegiatan belajar.
b) Dimensi produk, yaitu kegagalan untuk mencapai prestasi sesuai
harapan atau tujuan. Proses belajar sangat dipengaruhi oleh
kemampuan menrima dan menyerap informasi. Selain itu,
diperlukan adanya keterampilan untuk merespon, anak yang tidak
dapat melakukan proses tersebut akan mengalami kesulitan untuk
mencapai prestasi belajar yang diharapkan. Perlu diperhatikan
kesesuaian antara tujuan belajar dengan kebutuhan dan hambatan
yang dialami anak autis, akrena anak sering gagal untuk mencapai
prestasi belajar seperti anak normal lainnya
c) Dimensi akademik, menunjuk kesulitan dalam mengikuti
pelajaran. Hambatan pada bidang akademik ini merupakan dampak
dari hambatan yang menyertai anak autis.
Terdapat empat hal yang menjadi kaitan dengan hambatan belajar anak
autis, yaitu :
20
anak autis sering dianggap tidak mempunyai kemampuan.
Akibatnya kebutuhan belajar anak tidak treakomodasi dan
terhambat belajarnya.
d. Penyesuaian, penyesuaian diri pada anak autis menjadi salah
satu masalah yang menonjol. Interaksi social, komunikasi dan
perilaku yang ditampilkan seringkali mengakibatkan anak sulit
untuk menyesuaikan dri dengan lingkungannya. Sehingga
berbagai kegiata pembelajaran seringkali sulit diikuti oleh
anak autis.
21
Kesimpulan
22
DAFTAR PUSTAKA
Purboyo solek. Tanpa Tahun. Mengenali Kesulitan Belajar Dan Kesulitan Belajar
Spesifik dalam Proseding seminar Nasional PGSD UPY dengan Tema Strategi
Mengatasi Kesulitan Belajar ketika Murid Anda seorang Disleksia
Yulinda Erma Suryani. 2010. Kesulitan Belajar. Magistra No. 73 Th. XXII
September.
Muchamad Irvan. 2017. Gangguan Sensory Integrasi Pada Anak Dengam Autism
Spectrum Disorder. Program studi PG-PAUD. Unversitas PGRI Adi Buana
Surabaya.
23
Kontribusi
Hilwa aulia R : Meresume mengenai kesulitan belajar spesifik, Bab 1
Lilyana Budi : Meresume mengenai Autism Spectrum Disorder, Bab 1
24