Anda di halaman 1dari 34

KELOMPOK 8

BIMBINGAN BAGI MURID TUNA CAKAP BELAJAR


1.) Anisa Djogi Mulyo
2.) Irfan Wahyudi
3.) sheila moonaliza
BIMBINGAN BAGI MURID
TUNA CAKAP BELAJAR
1. Pengertian murid tuna cakap belajar
tuna
cakap
belajar

learning
disabiliteis

berkesulitan
belajar
Istilah yang digunakan untuk menyebut
murid berkesulitan belajar (tuna cakap
belajar) cukup beragam. Keragaman
istilah ini disebabkan oleh sudut pandang
ahli yang berbeda beda, seperti
dikemukakan berikut ini.
A. Kelompok ahli pendidikan menyebutnya dengan istilah
educationally handicapped. Digunakan istilah ini karena
murid murid diinjau mengalami kesulitan dalam mengikuti
proses pendidikan, sehingga mereka memerlukan layanan
pendidikan secara khusus sesuai dengan bentuk dan derajat
kesulitannya. Layanan pendidikan khusus yang dimaksud
tidak hanya berkaitan dengan kesulitan yang dihadapinya
tetapi juga dalam strategi atau pendekatan bantuannya.
(Hallahan dan Kauffman, 1991).
B. Bidang medis menyebutnya brain injured, minimal brain
dyshfunction, alasannya karena dari hasil deteksi secara
medis anak-anak tuna cakap belajar mengalami
penyimpangan dalam perkembangan otaknya, yang
diakibatkan adanya masalah pada saat persalinan atau
memang sejak lahir mengalami penyimpangan.
Penyimpangan perkembangan otak biasanya tidak
menimbulkan kelainan struktural, akan tetapi penyimpangan
tersebut dapat menimbulkan gangguan fungsi pada otak.
C. Kelompok ahli psikolinguistik menggunakan istilah
language disorders, karena anak-anak tuna cakap belajar
cenderung mengalami gangguan dalam berbahasa.
Gangguan bahasa yang dimaksud meliputi berbahasa
ekspresif yaitu kemampuan mengemukakan ide atau
perasaan secara lisan, dan berbahasa reseptif yaitu
kemampuan menangkap ide atau menangkap perasaan
orang lain yang disampaikan secara lisan.
SIAPAKAH MURID
TUNA CAKAP
BELAJAR ?
LEARNING DISABLED
Dibawah ini dikemukakan beberapa definisi tentang learning disabilities
yang dikemukakan oleh para ahli. Samuel Krik (1971), mengemukakan
definisi learning disabilities adalah murid yang tidah digolongkan
kepada kategori dibawah normal (keluarbiasaan), namun mereka
mengalami kelemahan dalam berbicara perseptual-motorik
(berbahasa), persepsi visual dan auditory. Dengan kata lain adalah
mereka yang mengalami kelemahan dalam kemampuan perseptual-
motorik tertentu. Sehingga pada saat mulai mempelajari mata-mata
pelajaran dasar, cenderung mengalami kesulitan dalam membaca,
menulis, mengeja, dan berhitung.
Adapun pengertian tentang murid kerkesulitan belajar (tuna cakap belajar),
dijelaskan oleh Canadian Assosiation for Children and Adults with Learning
Disabilities (1981) adalah mereka yang tidak mampu mengikuti pelajaran
disekolah meskipun kecerdasannya termasuk normal, sedikit di atas normal,
atau sedikit dibawah normal. Keadaan ini terjadi sebagai akibat disfungsi
minimal otak (DMO) yang terjadi karena penyimpangan perkembangan otak
yang dapat berwujud dalam berbagai kombinasi gejala gangguan seperti :
gangguan persepsi, pembentukan konsep, bahasa, ingatan, kontrol,
perhatian atau gangguan motorik keadaan ini tidak disebabkan oleh
gangguan primer pada penglihatan, pendengaran, cacat motorik atau
gangguan emosional, retardasi mental, atau akibat lingkungan (Cartwright,
dkk, 1984).
Definisi-definisi yang dikemukakan para ahli di atas
menunjukan bahwa learnig disabilities tidak digolongkan ke
dalam salah satu keluar biasaan, melainkan merupakan
kelompok tersendiri. Kesulitan belajar lebih didefinisikan
sebagai gangguan perseptual, konseptual, memori, maupun
ekspresif di dalam proses belajar. Kendatipun gangguan ini
bisa terjadi di dalam berbagai tingkatan kecerdasan, namun
“tuna cakap belajar”, lebih terkait dengan tingkat
kecerdasan normal atau bahkan diatas normal.
kesulitan belajar atau learning disabilities
merupakan istilah generik yang merujuk
kepada keragaman kelompok yang
mengalami gangguan dimana gangguan
tersebut diwujudkan dalam kesulitan-kesulitan
yang signifikan yang dapat menimbulkan
gangguan proses belajar.
2. JENIS-JENIS TUNA CAKAP BELAJAR

a. Minimal Brain Dysfunction.


Minimal Brain Dysfunction adalah ketidakberfungsian minimal
otak, digunakan untuk merujuk suatu kondisi gangguan
syaraf minimal pada murid. Ketakberfungsian ini bisa
termanifestasi dalam berbagai kombinasi kesulitan seperti:
persepsi, knseptualisasi, bahasa, memori, pengendalian
perhatian, impulse (dorongan), atau fungsi motorik.
BEBERAPA SYMPTOM SPESIFIK DARI
KETIDAKBERFUNGSIAN OTAK
MINIMAL
1) Kelemahan dalam persepsi dan pembentukan konsep
2) Gangguan bicara dan komunikasi
3) Gangguan fungsi motorik
4) Prestasi dan penyesuaian akademik
5) Karakteristik emosional
6) Gangguan proses berpikir
APHASIA

• Aphasia menunjuk kepada suatu kondisi


dimana anak gagal menguasai ucapan-
ucapan bahasa yang bermakna pada usia
sekitar 3 tahun-an. Ketakcakapan bicara ini
tidak dapat dijelaskan karena faktor ketulian,
keterbelakangan mental, gangguan organ
bicara, atau faktor lingkungan.
SYMPTOM APHASIA DAPAT
DIGOLONGKAN KE DALAM TIGA
KARAKTERISTIK UTAMA :
1. Receptive aphasia
• Tidak dapat mengidentifikasi apa yang didengar
• Tidak dapat melacak arah
• Kemiskinan kosakata
• Tidak dapat memahami apa yang terjadi dalam gambar
• Tidak dapat memahami apa yang dia baca
2. Expressive aphasia
• Jarang bicara di kelas
• Kesulitan dalam melakukan peniruan
• Banyak pembicaraan yang tidak sejalan dengan ide
• Jarang menampilkan gesture (gerak tangan)
• Ketakcakapan menggambar dan menulis
3. Inner Aphasia
• Tidak mampu melakukan asosiasi; oleh karena itu sulit
berpikir abstrak
• Memberikan respon yang tak layak atas panggilan/sahutan
• Lamban merespon
DYLEXIA

Dyslexsia, ketakcakapan membaca adalah jenis lain


gangguan belajar. Semula istilah dyslexia ini
digunakan didalam dunia medis tetapi saat ini
digunakan dalam dunia pendidikan dalam
mengidentifikasi anak-anak bekercerdasan normal
yang mengalami kesulitan berkompetisi dengan
temannya disekolah.
SYMPTOM UMUM YANG SERING
DITAMPILKAN ANAK DYSLEXIA IALAH :
 Kelemahan orientasi kanan-kiri
 Kecenderungan membaca kata bergerak mundur, seperti “dia” dibaca “aid”
 Kelemahan keterampilan jari
 Kesulitan dalam berhitung, kesalahan hitung
 Kelemahan memori
 Kesulitan auditif
 Kelemahan memori visual tidak mampu memvisualikan kembali objek, kata, atau
huruf
 Dalam membaca keras tidak mampu mengkonversikan symbol visual ke dalam
symbol auditif yang sejalan dengan bunyi kata secara benar. Kata yang diucapkan
tidak sesuai dengan apa yang dilihatnya.
KELEMAHAN PERSEPTUAL ATAU
PERSEPTUAL-MOTORIK
Kelemahan perseptual dan perseptual-motorik
sebenarnya merujuk kepada masalah yang sama.
Persepsi dapat diidentifikasi tanpa mengaitkan
dengan aspek motorik. Persepsi itu sendiri
membedakan stimulus sensoris, yang pada gilirannya
harus diorganisasikan ke dalam pola-pola yang
bermakna.
KARAKTERISTIK MURID TUNA
CAKAP BELAJAR
Karakteristik tuna cakap belajar yang ditemukan
pada murid, kecenderungan menunjukkan kesulitan
dalam hal-hal berikut.
• Aspek Kognitif
Yaitu murid yang menunjukkan karakteristik
kesulitan dalam masalah-masalah khusus, seperti :
Kemampuan membaca, menulis, bicara,
mendengarkan, berpikir dan matematis.
• Aspek Bahasa
• Yaitu murid yang menunjukkan karakteristik kesulitan
dalam mengekspresikan diri, baik secara lisan
(verbal) maupun tertulis. Dengan kata lain, murid
yang mengalami tuna cakap belajar dalam aspek
bahasa, cenderung mengalami kesulitan dalam
menerima dan memahami bahasa (bahasa
reseptif) serta dalam mengekspresikan diri secara
verbal (bahasa ekspresif).
• Aspek Motorik
• Masalah motorik merupakan salah satu masalah
yang dikaitkan dengan murid tuna cakap belajar
yang berhubugan dengan kesulitan dalam
keterampilan motorik-perseptual (perceptual-motor
problem), yang diperlukan untuk mengembangkan
keterampilan meniru rancangan atau pola
UNTUK LEBIH JELASNYA, SALAH SATU CONTOH
MURID YANG MENGALAMI TUNA CAKAP
BELAJAR DIKARENAKAN GANGGUAN
PERSEPTUAL-MOTOR
• Aspek Sosial dan Emosi
• Dua karakteristik yang sering diangkat sebagai
karakteristik sosial-emosional murid tuna cakap
belajar ialah kelabilan emosional dan ke-implusif-an.
Kelabilan emosional ditunjukkan oleh sering
berubahnya suasana hati dan tempramen,
sementara ke-implusif-an merujuk kepada lemahnya
pengendalian terhadap dorongan-dorongan
tersebut.
IDENTIFIKASI KETUNA-CAKAPAN
BELAJAR
• Tes atau teknik evaluasi lain harus diberikan dalam
bahasa anak, dapat difahami oleh anak.
• Tidak ada prosedur tunggal yang bisa digunakan
untuk menentukan program pendidikan yang layak
bagi anak berkesulitan belajar.
• Evaluasi harus dilakukan oleh tim dari berbagai
disiplin, setidak-tidaknya terdiri atas seorang guru
atau ahli yang lain yang mengetahui masalah
berkesulitan belajar.
FAKTOR-FAKTOR YANG MENIMBULKAN
KETUNACAKAPAN BELAJAR
mengelompokan penyebab kenunacakapan belajar kedalam kategori
utama yaitu :
• Kerusakan Otak
• Kerusakan otak berarti terjadinya kerusakan syaraf seperti dalam satu kasus
encephalitis, meningitis, dan toksik. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan
gangguan fungsi otakyang diperlukan untuk proses belajar pada anak dan
remaja. Demikian pula pada anak-anak yang mengalami minimal brain
dysfunction pada saat lahir akan menjadi masalah besar pada saat anak
mengalami proses belajar.
• Faktor Gangguan Emosional
• Gangguan emosional terjadi karena adanya
trauma emosional yang berkepanjangan sehingga
mengganggu hubungan fungsional system urat
syaraf. Dalam kondisi seperti ini perilaku-perilaku
yang terjadi seringkali seperti perilaku pada kasus
kerusakan otak. Namun demikian tidak semua
trauma emosional menimbulkan gangguan belajar.
• Faktor “pengalaman”
• Faktor pengalaman mencakup faktor-faktor seperti
kesenjangan perkembangan dengan kemiskinan
pengalaman-lingkungan. Kondisi ini biasanya dialami oleh
anak-anak yang terbatas memperoleh rangsangan
lingkungan yang layak atau tidak pernah memperoleh
kesempatan menangani peralatan atau mainan tertentu
dimana kesempatan semacam itu dapat mempermudah
anak dalam mengembangkan keterampilan manipulatif
dalam penggunaan alat tulis seperti pensil atau ballpoint.
1. PENYEBAB ASAL
Bawaanlahir Diperoleh

2.Kerusakanotak↔Ketidakseimbangankimiawi↔Hambatanemosional↔Kesenjangan
Kematangan↔Kemiskinanpengalaman

3.KetidakBerfungsiandalam
Persepsi PembentukanKonsep Memori Proses Lain

4.KeragamanGayaBelajar
Fisiologis Psikologis

Visual vs.AuditifKinestetikvs.Auditif/Visual Verbal vs.PerformanBahasa vs.Nonbahasa


Aktifvs.LemahKooperatisvs.MenghindarKombinasiberbagaigaya
TEKNIK MEMBANTU ANAKA TUNA CAKAP
BELAJAR DAN PENCEGAHANNYA
CARTWRIGHT (1984)
masalahAudiodanvisual MasalahAudio MasalahVisualdanmotorik

• Guru duduksepertimurid • Menggunakanalatvisual:peta, • Mengunakanbacaanyangsesuaide


slide,gambar-gambar,dangrafik ngantingkatkelasmurid
didepankelas.
• Merangkummateripokokdiakhir • Memberikankesempatanmuridun
• Memberikantugaskelomp prosespembelajaran. tukmerekampenjelasanguru,disku
okuntukmemberikanpenj • Memberikanrancangantertulisb
si,daripadaharusmencatatnya.
elasantentangpetunjukda agisetiappokokbahasanpelajara • Memberikantugassecaratertulisya
ritugasyangdiberikan. ngsederhanadanmemberikantesli
n.
san
• Gurumemberikanpetunju • Membantumuridmengingatpel • Memberikantestulisanyangberag
ksecaratertulisdanlisanun ajarandenganteknikmnemonic. am,sepertimenjodohkan,pilihang
tuktugasyangdiberikan • Menggunakantape anda,salahbenar,danisiansingkat.
recordersaatsedangmengajar • Memberikantugasbervariasi
LAYANAN BIMBINGAN DALAM MEMBANTU
MURID TUNA CAKAP BELAJAR.
JEROME ROSNER (1993)

LayananRemediasi Layanan Kompensasi Prevensi

• Upaya menyembuhkan, • Mengembangkan komisi • Mengidentifikasi murid


mengurangi, atau jika pembelajaran khusus sebelum mengalami
mungkin menghilangkan diluar kondisi normal yang kesulitan belajar
kesulitan disertai dengan memungkinkan murid
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai