Anda di halaman 1dari 14

Observasi Film

Judul film : Taare Zaamen Par


(every child is special)

Penjelasan observee :

Ishaan adalah seorang anak berusia 8


tahun dan tidak menyukai sekolah. Hal ini
dikarenakan nilai-nilai Ishaan selalu buruk
dan selalu gagal dalam setiap ujian.
sehingga Ishaan sering sekali mendapat
hukuman dari guru-gurunya disekolah dan
menjadi korban bullying teman-teman
sekolahnya. Baik di sekolah maupun dirumah
Ishaan selalu mendapatkan label negatif oleh guru dan lingkungannya seperti, nakal, bodoh,
idiot, tidak tahu malu akan tetapi persepsi orang-orang di sekitarnya salah karna ishaan hanya
mengalami kesulitan dalam belajar menulis dan membaca yang disebut dengan dyslexia.

Landasan teori :

Anak Berkesulitan Belajar


Pengertian Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar merupakan terjemah dari istilah bahasa Inggris Learning Disability.
Meskipun sesungguhnya kurang tepat karena learning artinya belajar dan disability artinya
ketidakmampuan sehingga terjemah yang benar seharusnya adalah ketidakmampuan belajar.
Tetapi di Indonesia lebih dikenal dengan berkesulitan belajar. Selain itu kata berkesulitan
juga lebih dipandang lebih baik dan mempunyai harapan dari pada ketidakmampuan.
Aktivitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara
wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak lancar, kadang-kadang dapat cepat
menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat
terkadang semangatnya tinggi, tetapi terkadang juga sulit untuk mengadakan konsentrasi.
Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individual ini pulalah yang
menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar di kalangan anak didik. Dengan demikian
kesulitan belajar dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana anak didik tidak dapat
belajar sebagaimana mestinya (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 2004: 77).
Menurut pendapat The United States Office of Education (USOE) dalam (Mulyono
Abdurrahman:6-7:2003) menyebutkan bahwa :
Kesulitan Belajar Khusus adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses
psikologi dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran yang mencakup
1

pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin
menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengar, berpikir, berbicara, membaca,
menulis, mengeja, atau berhitung. Batasan tersebut mencakup kondisi-kondisi seperti
gangguan perceptual, luka pada otak, disleksia, dan afasia perkembangan. Bahkan batasan
tersebut tidak mencakup anak-anak yang memiliki problema belajar yang penyebab utamanya
berasal dari adanya hambatan dalam penglihatan, pendengaran, atau motorik, hambatan
karena tunagrahita, karena gangguan emosional, atau karena kemiskinan lingkungan, budaya,
atau ekonomi.
Dari pernyataan tersebut dijelaskan bahwa kesulitan belajar mencakup permasalahan
pemahaman anak dalam memahami materi yang diterima serta dalam permasalahan
penggunaan bahasa ujaran atau penggunaan tulisan.
Gangguan mendengar muncul dalam bentuk anak tidak mendengar atau anak-anak
mengalami kekurangan pendengaran. Gangguan berpikir muncul dalam bentuk kurangnya
kemampuan anak dalam hal kognitif. Sedangkan gangguan berbicara terlihat dari sulitnya
anak memanfaatkan organ bicaranya untuk berkomunikasi atau kurangnya perbendaharaan
suku kata yang dipunyai anak. Lalu kesulitan terlihat dari kemampuan anak membaca yang
masih sangat lambat sekali atau bahkan mungkin anak masih belum terlalu faham dengan
huruf-huruf tersebut. Kesulitan menulis terlihat dari tulisan anak yang tidak teratur dan jelek.
Selain itu kesulitan menulis juga bisa disebabkan karena koordinasi tangan yang kurang baik.
Sedangkan untuk kesulitan mengeja muncul karena sedikitnya kosa kata ank atau masih
sulitnya anak membedakan huruf. Kemudian untuk kesulitan berhitung terjadi karena anak
yang yang masih lemah tentang konsep berhitung atau juga karena anak yang rendah
kognitifnya.
Learning Disabilities Association of America yang dikutip oleh Sylvia Untario
(www.kesulitanbelajar.org.2011) menyebutkan bahwa :
Kesulitan belajar atau Learing Disabilities, LD, adalah habatan / gangguan belajar
pada anak dan remaja yang ditandai oleh adanya kesenjangan yang signifikan antara taraf
intelegensi dan kemampuan akademik yang seharusnya dicapai. Hal ini disebabkan oleh
gangguan di dalam sistem saraf pusat otak (gangguan neurobiologis) yang dapat
menimbulkan gangguan perkembangan seperti gangguan perkembangan bicara, membaca,
menulis, pemahaman dan berhitung.
Kesulitan belajar menunjukan pada sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam
bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan,
bercakap cakap, membaca menulis, menalar, atau kemampuan dalam bidang studi
matemaika.
Pengertian anak berkesulitan belajar juga dikemukakan oleh Krochack, A. Linda and Thomas
G Ryan dalam jurnal Special of Education Vol 22 No 3 2007 yang dikutip dari
(http : //www. google. co.id. International Journal of Special Education Children With
Learning Disability. International Journal of Special Education Vol 22 No 3 2007).
2

Kesulitan belajar mengacu pada sejumlah


gangguan yang dapat mempengaruhi perolehan,
organisasi, retensi, pemahaman atau penggunaan
informasi verbal atau nonverbal. Gangguan ini
mempengaruhi belajar pada individu yang
dinyatakan dalam mendemonstrasikan kemampuan
rata-rata minimal penting untuk berpikir dan / atau
penalaran. Dengan demikian, ketidakmampuan
belajar yang berbeda dari defisiensi intelektual
global. Kesulitan belajar merupakan hasil dari
gangguan dari satu atau lebih proses yang terkait
dengan mengamati, berpikir, mengingat atau
belajar. Gangguan ini bukan karena terutama untuk mendengar dan perbedaan / atau visi
masalah, faktor-faktor sosial-ekonomi, budaya atau bahasa, kurangnya motivasi atau
mengajar tidak efektif.
Kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan satu atau lebih dari proses psikologis
dasar yang terlibat dalam pemahaman atau dalam menggunakan bahasa, lisan atau tertulis,
yang dapat memanifestasikan dirinya dalam kemampuan sempurna untuk mendengarkan,
berpikir, berbicara, membaca, menulis, speel, atau melakukan perhitungan dalam aritmatika.
Istilah ini mencakup kondisi seperti cacat persepsi, cedera otak, kerusakan otak minimal,
disleksia, dan afasia perkembangan. Istilah ini tidak mencakup anak-anak yang memiliki
masalah belajar yang terutama hasil visual, pendengaran, atau cacat motor, keterbelakangan
mental, atau merugikan lingkungan, budaya, atau ekonomi.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
kesulitan belajar adalah salah suatu gangguan yang terjadi pada peserta didik yang
menyebabkan peserta didik memperoleh hasil prestasi belajar yang rendah.
klasifikasi anak berkesulitan belajar
membuat klasifikasi anak berkesulitan belajar tidaklah mudah karena pada dasarnya
kelompok anak berkesulitan belajar merupakan kelompok yang heterogen. Mulyono
Abdurrahman (2003:11) menyebutkan bahwa :
Secara garis besar anak berkesulitan belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua
kelompok, (1) kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (developmental
learning disabilities) dan (2) kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities).
Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan mencakup gangguan motorik dan
motorik, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyesuaian
perilaku social. Sedangkan kesulitan belajr akademik menunjuk pada adanya kegagalankegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang
diharapkan.kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan ketrampilan dalam
membaca, menulis, dan atau matematika.
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004: 78), kesulitan belajar dapat
dikelompokkan menjadi empat macam, antara lain :
1) Dilihat dari jenis kesulitan belajar, yaitu ada yang berat dan ada yang sedang.
3

2) Dilihat dari bidang studi yang dipelajari, yaitu ada yang sebagian bidang studi dan
ada yang keseluruhan bidang studi.
3) Dilihat dari sifat kesulitannya, yaitu ada yang sifatnya permanen/ menetap, dan ada
yang sifatnya hanya sementara.
4) Dilihat dari segi faktor penyebabnya, yaitu faktor inteligensi dan faktor noninteligensi.
Penyebab Kesulitan Belajar
Faktor penyebab kesulitan belajar belum diketahui secara pasti, Menurut Sunardi
(2000 : 13) faktor penyebab kesulitan belajar dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu :
faktor organik dan biologis, faktor genetik, dan faktor lingkungan.
1) Faktor Organik dan Biologis
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa kesulitan belajar disebabkan oleh
adanya disfungsi minimal otak (DMO) meskipun pada beberapa anak, gejala
tersebut tidak ditemui. Selain adanya disfungsi minimal otak, kesulitan belajar ada
bukti tentang adanya faktor biologis yang menjadi penyebab kesulitan belajar
2) Faktor Genetik
Semakin disadari sekarang bahwa anak berkesulitan belajar cenderung terjadi
dalam satu keluarga. Apakah ini merupakan faktor keturunan atau lingkungan, masih
memerlukan penelitian yang lebih lanjut.
3) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang kurang mendukung menjadi salah satu penyebab anak
berkesulitan belajar.
Selain itu faktor kesulitan belajar juga muncul akibat faktor yang terdapat di dalam diri siswa,
dan faktor yang ada di luar diri siswa, baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat.
Adapun faktor penyebab hambatan dan masalah belajar yang terdapat di dalam diri siswa,
antara lain :
1) Kelembahan secara fisik, seperti suatu susunan pusat syaraf yang tidak berkembang
secara sempurna, luka, cacat, atau sakit, sehingga membawa gangguan emosional,
penyakit menahun, asma yang menghambat usaha-usaha belajar secara optimal.
2) Kelemahan-kelemahan secara mental, baik yang dibawa sejak lahir maupun karena
pengalaman yang sukar diatasi oleh individu yang bersangkutan dan kurang, seperti
kelemahan mental.
3) Kelemahan-kelemahan emosional, antara lain : rasa tidak aman
4) Kelemahan yang disebabkan karena kebiasaan dan sikap-sikap yang salah, antara
lain : banyak melakukan aktivitas yang bertentangan dan tidak menunjang pekerjaan
sekolah, menolak atau malas belajar, kurang berani dan gagal untuk berusaha
memusatkan perhatian, kurang kooperatif dan menghindari tanggung jawab, sering
membolos atau tidak mengikuti pelajaran, dan gugup.
4

Sedangkan faktor-faktor kesulitan belajar yang terletak di luar diri siswa, antara lain :
1) Kurikulum yang seragam, bahan dan buku sumber yang tidak sesuai dengan tingkat
kematangan dan perbedaan individu atau tidak tersedia.
2) Ketidaksesuaian standart administratif sistem pengajaran, penilaian, pengelolaan
kegiatan dan pengalaman belajar.
3) Terlalu berat beban belajar siswa dan mengajar guru, terlampau besar populasi siswa
di dalam kelas, terlalu banyak menuntut kegiatan di luar.
4) Terlalu sering pindah sekolah, atau program, tinggal kelas.
5) Kelemahan sistem belajar mengajar pada tingkat pendidikan asal sebelumnya.
6) Kelemahan yang terdapat dalam kondisi rumah tangga, pendidikan, sosial ekonomi,
keutuhan keluarga, ketentraman dan keamanan sosial psikologis.
7) Terlalu banyak kegiatan di luar jam pelajaran sekolah atau terlalu banyak terlibat
dalam kegiatan ekstra kurikuler.
8) Kekurangan makan atau gizi, nutrisi yang jelek
9) Pandangan masyarakat yang salah terhadap pendidikan
10)Tradisi hidup sosial ekonomi yang terbelakang
Gejala gejala Kesulitan Belajar.
Menurut pendapat Titik Sumiyati (2009:6) gejala gejala kesulitan belajar antara lain :
1) Menunjukkan hasil belajar rendah.
2) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan
3) Lambat dalam melakukan tugas tugas kegiatan belajar.
4) Menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti acuh atau menentang dan
sebagainya.
5) Menunjukkan tingkah laku yang berlainan, seperti membolos, datang terlambat, dan
sebagainya.
6) Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar seperti pemurung, pemarah, dan
sebagainya.

Penanganan Kesulitan Belajar

Banyak alternatif yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar anak
didiknya. Akan tetapi, sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan untuk
terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting yang meliputi :
1) Menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan
antar bagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan
belajar yang dihadapi anak didik.
5

2) Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan


perbaikan.
3) Menyusun program perbaikan, khususnya program pengajaran perbaikan (Muhibbin
Syah, 2003: 187).
Membaca
Pengertian Membaca
Berdasakan pendapat Faridha Rahim (2008 : 3) bahwa membaca sebagai proses visual
merupakan proses menerjemahkan simbol tulis ke dalam bunyi. Sebagai suatu proses
berpikir, membaca mencakup pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca
kritis (critical reading), dan membaca kreatif (creative reading).
Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis, yang reseptif.
Disebut reseptif karena dengan membaca seorang akan mendapat memperoleh informasi,
memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman-pengalaman baru ( darmiyati zuhdi dan
budiasih : 2001 : 56-57 )
Soedarso dalam Abdurrohman Mulyono (1999 : 200-201) mengemukakan bahwa
membaca merupakan aktivitas kompleks yang memerlukan sejumlah besar tindakan terpisahpisah, mencakup penggunaan pengertian, khayalan, pengamatan, dan ingatan.
Sedangkan Abdurrohman Mulyono (1999 : 200) menyebutkan bahwa membaca
merupakan aktivitas kompleks yang mencakup fisik dan mental. Aktivitas fisik yang terkait
dengan membaca adalah gerak mata dan ketajaman penglihatan. Aktivitas mental mencakup
ingatan dan pemahaman. Orang dapat melihat dengan baik jika mampu melihat huruf-huruf
dengan jelas, mampu menggerakkan mata secara lincah, mengingat symbol-simbol bahasa
dengan tepat, dan memiliki penalaran yang cukup untuk memahami bacaan.
Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis.
Membaca melibatkan pengenalan simbol yang menyusun sebuah bahasa.
Menurut peneliti pengertian membaca adalah proses pengubahan simbol-simbol huruf
menjadi bunyi untuk mendapatkan informasi dari bacaan tersebut.
Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca.
Kemampuan membaca seseorang tidak dapat diperoleh secara langsung. Menurut
sabarsih akhadiah (1991:26) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan
membaca seseorang yaitu :
1) Motivasi
Motivasi adalah faktor yang cukup besar pengaruhnya terhadap kemampuan
membaca. Sering kegagalan membaca terjadi karena rendahnya motivasi. Motivasi
meliputi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik
2) Lingkungan Keluarga
Orang tua memiliki kesadaran akan pentingnya kemampuan membaca akan
berusaha agar anak anaknya memiliki kesempatan untuk belajar membaca. Untuk

itu orang tua memegang peranan penting untuk mengembangkan kemampuan


membaca anak.

3) Bahan Bacaan
Bahan bacaan akan mempengaruhi seseorang dalam minat maupun
kemampuan memahaminya. Bahan bacaan harus disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan anak, jangan terlalu sulit dan terlalu mudah. Faktor yang diperhatikan
dalam penentuan bahan adalah topik dan taraf kesulitan bahasa.

Kesulitan Belajar Membaca Aksara Jawa

Rustinah (2009) Dyslexia adalah suatu masalah kesulitan belajar khusus. Dyslexia
mempengaruhi kemampuan seseorang untuk belajar, mengolah, dan mengerti suatu informasi
dengan baik. Secara khusus, hal ini menyebabkan masalah dalam membaca dan menulis
karena seseorang dengan problem dyslexia mempunyai kesulitan mengenali dan mengartikan
suatu kata, mengerti isi suatu bacaan, dan mengenali bunyi. Tentunya ini menghambat
kemampuan seorang anak untuk belajar membaca
Disleksia sebagai syndroma kesulitan dalam mempelajari komponen-komponen kata
dan kalimat, mengintegrasikan komponen-komponen kata dan kalimat, dalam belajar segala
sesuatu yang berkenaan dengan waktu, arah, dan masa (Mercer dalam Mulyono
Abdurrohman, 2003 : 204)
Sedangkan menurut lerner dalam (mulyono abdurrahaman 2003 : 204) kesulitan
belajar membaca atau disleksia sangat bervariasi, tetapi semuanya menunjuk pada adanya
gangguan pada fungsi otak.
Sedangkan menurut Cece Wijaya, (1996: 65), timbulnya kesulitan belajar membaca,
dikarenakan :
1) Siswa lamban belajar memiliki rentang perhatian yang rendah, bertingkah laku dan
kacau.
2) Derajat aktivitas siswa lamban belajar rendah
3) Siswa lamban belajar kurang mampu menyiapkan huruf dan kata pada ingatannya
dalam waktu lama.
4) Siswa lamban belajar kurang mampu menyimpan pengetahuan hasil pendengaran.
5) Siswa lamban belajar kurang mampu membedakan huruf, angka dan suara.
6) Siswa lamban belajar tidak suka menulis dan membaca
7) Siswa lamban belajar tidak sanggup mengikuti penjelasan yang bersifat ganda.
8) Tingkah laku siswa lamban belajar berubah-ubah dari hari ke hari.
9) Siswa suka terdorong oleh perasaan emosional dalam pergaulan, mudah tersinggung
dan sering marah.
10) Siswa kurang mampu melakukan koordinasi dengan lingkungannya.
7

11) Penampilannya kasar


12) Siswa lambat dalam perkembangan berbicara
13) Anak susah dalam memahami kata dan konsep
14) Anak sulit akrab dengan orang dan benda
15) Kemampuan berbicaranya terbatas pada satu pokok pesoalan
16) Mereaksi tidak cermat terhadap aksi yang datang dari luar
17) Sulit menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam
lingkungan
Dari beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa disleksia adalah adanya
gangguan pada disfungsi otak atau adanya suatu gangguan lainnya yang menyebabkan
seseorang mengalami kesulitan dalam membaca.
Dari pernyataan tersebut berarti yang dimaksud kesulitan belajar membaca aksara jawa
adalah adanya gangguan disfungsi otak atau gangguan yang lainnya yang menyebabkan
seseorang mengalami kesulitan dalam membaca atau mengenali simbol aksara jawa.

Dyslexia ( disleksia) :

Kata dyslexia berasal dari bahasa yunani yaitu Dys yang berarti sulit, dan lex yang
berasal dari kata legein yang artinya berbicara.
Secara umum dyslexia adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang
yang disebabkan oleh kesulitan dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis.
Jadi anak yang menderita dyslexia biasanya kurang kemampuan untuk
menghubungkan kata atau simbol-simbol tulisan. Beberapa ahli melihat disleksia sebagai
sebuah perbedaan akan kesulitan membaca akibat penyebab lain, seperti kekurangan nonneurologis dalam penglihatan atau pendengaran atau lemah dalam memahami instruksi
bacaan. Ada 3 aspek kognitif penderita disleksia yaitu Pendengaran, Penglihatan, dan
Perhatian. Disleksia mempengaruhi perkembangan bahasa seseorang.
Disleksia juga dapat ditemukan bersamaan dengan gangguan lainnya, yaitu gangguan
pemusatan perhatian / hiperaktif (GPPH) atau dikenal juga dengan attention-deficit /
hyperactivity disorder (ADHD), gangguan berbahasa, gangguan mengucapkan kata dengar
benar dan alergi terhadap makanan atau minuman tertentu.
Tiga tanda pokok yang perlu diamati untuk dijadikan acuan apakah anak itu
mengalami dyslexia atau tidak, diantaranya:
1. tidak bisa membedakan huruf yang mirip contohnya : b, d, q, p, v, u, n
2. tidak bisa mengeja biasanya mereka membaca secara terbalik contohnya :
ubi dibaca ibu,
8

3. tidak paham tentang bacaan, mereka tidak mampu menjelasakan yang mereka baca
akibatnya mereka susah konsentrasi maka mereka lebih suka bermain dan sering
mengganggu temannya.
Jenis jenis dyslexia :

Dyspraxia :

Dyspraxia merupakan masalah yang berhubungan erat dengan aspek perkembangan


sensorik motorik yang melibatkan kecacatan atau ketidak matangan dalam pengelolaan
pengerakan. Juga bermasalah dengan bahasa, persepsi, dan pemikiran.

Dysgraphia :

Dysgraphia atau juga disebut agraphia adalah ketidak mampuan untuk menulis
terlepas dari kemampuan untuk membaca, buakan dari penurunan intelektual.

Alexia tanpa agraphia :

Alexia tanpa agraphia adalah ketika pasien bisa menulis tetapi bisa membaca, bahkan
membaca tulisan yang mereka tulis sendiri.
Penyebab terjadinya dyslexia
Para peneliti sudah berusaha untuk menemukan dasar biologis disleksia sejak pertama
kali teridentifikasi oleh Oswald Berkhan pada tahun 1881 sedang istilah disleksia muncul
pada tahun 1887 oleh Rudolf Berlin. Teori-teori dari etiologi disleksia telah berkembang
sedemikian rupa. Diantara penyebab disleksia yaitu:
1. kerangka/anatomi saraf
2. faktor keturunan/genetik
3. pengaruh interaksi lingkungan

Metodelogi Observasi
Rating Scales

Kebiasaan Dalam Kehidupan Sehari-hari

No

Prilaku Ishaan

1.

Bermain

2.

Menghayal

3.

Menggambar

4.

Melamun

5.

Di Bully

6.

Di Marahi

7.

Di Hukum

8.

Berkelahi

9.

Bandel

10
.

Bolos

11.

Membuat Masalah

12
.

Menangis

Sering Sekali

Sering

10

Kadangkadang

Tidak Pernah

13
.

Masalah Belajar

14
.

Berbohong

15
.

Berontak

Jadwal pelaksanaan :
Tgl 03 April 2015
Pukul : 07.15
Alasan menggunakan medologi rating scale
Menggunakan metode observasi rating scales menjadi lebih cepat dan mudah dalam
mengobservasi observee, serta dapat mengukur ciri sifat dan prilaku yang tidak dapat diukur
dengan strategi lain karna penilaian rating scale bersifat kuantitatif.
Hasil observasi
Dalam film india yang berjudul every child is special menceritakan kisah seorang
anak yang bernama Ishaan awatshi anak yang periang, suka bermain dengan binatang dan
memiliki bakat melukis. Akan tetapi dia memilki masalah dalam proses belajar yaitu
kesulitan membaca dan menulis. Hal ini membuat ishaan sering dibully oleh rekan sekolah
serta mendapatkan hukuman dari guru. Ishaan menyembunyikan ketidak mampuannya
dengan menjadi anak yang tidak menurut, sering membuat masalah disekililingnya agar
mendapatkan perhatian dari lingkungannya. Akan tetapi hal tersebut membuat sang ayah
ishaan mengirimnya ke sekolah asrama dengan alasan untuk kebaikan ishaan dalam belajar.
Ishaan yang tidak suka sekolah karna kesulitan membedakan huruf sangat sedih karna sang
ayah mengirimnya ke sekolah asrama yang dianggapnya sekolah anak-anak yang nakal dan
pendidikan yang keras, bahkan dia menagis memohon kepada sang ayah untuk tidak
mengirimnya ke sekolah asrama. Keputusan ayah ishaan tidak berubah untuk mengirim
ishaan kesekolah asrama.
Pasca berada di asrama ishaan sering menangis dan melamun, bahkan di dalam kelas
ishaan semakin kesulitan membaca dan menulis sehingga sering mendapatkan hukuman dari
guru. Kejadian tersebut membuat ishaan menjadi anak yang diam dan akan kehilangan bakat
melukis karna tertekan oleh keadaan sekitarnya. Ishaanpun tidak perduli disekitarnya
meskipun ada seorang guru seni baru yang bernama Ram Shankar Nikumbh yang diperankan
11

(Aamir Khan) sedang menjadi badut yang sedang bernyanyi. Ketika Nikumbh mengadakan
kelas menggambar dia merasakan keanehan ishaan yang tidak mau menggambar dan hanya
diam dengan pandangan kosong serta pembicaraan guru pengajar di dalam kantor bahwa
ishaan anak yang tidak normal. Semenjak itu nikumbh mencari tau apa penyebab ishaan
berprilaku aneh dan di beri lebel abnormal, dengan memeriksa hasil buku pelajaran ishaan
disitulah nikumbh menemukan bahwa ishaan mengalamin kesulitan belajar dalam
membedakan huruf atau disebut dengan dsylexia. Ishaan kesulitan membedakan antara huruf
b dan d, S dan R, h dan t bahkan ishaan membalik kata Top menjadi Pot. Nikumbh
mengetahui bahwa penderita dyslexia membutuhkan perhatian khusus dan penganan yang
telaten untuk bisa menimalisir gangguan ini bahkan bisa tersembuhkan.
Oleh sebab itu, nikumbh membuat orang tua dan guru lainnya menyadari bahwa
Ishaan bukan anak yang abnormal, tetapi anak yang sangat khusus dengan bakat sendiri.
Dengan waktu, kesabaran dan perawatan, Nikumbh berhasil dalam mendorong tingkat
kepercayaan Ishaan. Dia membantu Ishaan dalam mengatasi masalah pelajarannya dan
kembali menemukan kepercayaan yang hilang, serta mau kembali aktif dalam menuangkan
imajinasinya dalam lukisan-lukisan yang selama ini menjadi dunianya. Hingga akhirnya
Ishaan dapat membaca, menulis dan berhitung, bahkan Ishaan akhirnya memenangkan lomba
melukis yang diadakan di sekolahnya dan mendapatkan standing applause atas bakatnya.
Lukisan Ishaan ini akhirnya dicetak dalam buku tahunan sekolah dan dibagikan oleh seluruh
siswa dan orang murid yang hadir.

Pembahasan

Film Taare Zaamen Par dapat menjadi gambaran dari dinamika keluarga Asia
secara umum. Dimana masing-masing subsistem berperan sebagaimana mestinya, dan secara
tradisional masih disandarkan pada jenis kelamin. Ayah sebagai kepala keluarga bekerja di
luar rumah guna menghidupi keluarga. Ibu berperan sebagai isteri yang siap melayani dan
memenuhi seluruh kebutuhan keluarga, termasuk membimbing dan mengajari, serta berperan
sebagai pihak yang mengontrol semua urusan anak.
Kurangnya peran keterlibatan ayah dalam membimbing anak-anaknya. Sosok ayah
dalam film itu digambarkan sebagai pihak yang sibuk dengan urusan pekerjaan dan memiliki
harapan yang tinggi untuk kedua anaknya. Sosok ayah juga digambarkan sebagai sosok
pribadi yang otoriter dalam mendidik kedua anaknya. Sehingga ketika berhadapan dengan
masalah-masalah yang dihadapi oleh anaknya cenderung mengedepankan komunikasi satu
arah, kurang mendengarkan pendapat orang lain dan ringan tangan. Sikap semacam inilah
yang menyebabkan anggota keluarganya yang lain seperti kurang dapat mengkomunikasikan
apa yang mereka rasakan dan apa yang mereka inginkan.
Sedangkan pola didik ibu Ishaan sendiri sebenarnya memakai gaya Otorisasi dan
Demokratis. Ibunya berusaha mendorong Ishaan untuk mandiri dengan cara memberikan
12

dukungan secara verbal. Hanya saja ketika berhadapan dengan suaminya, ia cenderung diam
karena sikap suaminya yang tidak mentolerir adanya pelanggaran.
Ketidaktahuan mereka akan masalah Dyslexia yang dihadapi Ishaan juga karena tidak
adanya komunikasi dan tidak mencari tau informasi tentang masalah yang dihadapi oleh
anaknya. Ayah menginginkan anak-anak yang cerdas, pintar, dan sukses secara akademik
sehingga mereka dapat menjawab tantangan zaman yang terus menuntut persaingan.
Keinginan ayah nampaknya tidak begitu sulit bagi Yohaan (kakak ishaan ) karena dia
memang anak yang cerdas. Sedangkan bagi Ishaan, harapan itu adalah hal yang sangat sulit
untuk dilakukan. Bukan karena dia malas ataupun nakal seperti yang dipahami oleh orangorang yang ada disekitarnya. Semua itu disebabkan oleh gangguan kesulitan belajar yaitu
Dyslexia yang cukup terlambat diketahui baik oleh orang tua maupun sekolah. Akibatnya,
anaklah yang menjadi korban, dan masalah-masalah perilaku yang ditunjukkan olehnya
adalah bentuk pelarian dari ketidakmampuannya, bukan karena dia ingin melakukannya.
Peranan sekolah yang tidak mengetahui gangguan yang dialami Ishaan juga
memperparah keadaan. Labeling yang diberikan guru terhadap Ishaan membuatnya tertekan
dan akhirnya berperilaku seperti yang dilabelkan, membuat gurunya semakin yakin bahwa
Ishaan memang nakal, tidak disiplin, dan bodoh. Meskipun ada undang-undang negara yang
menyatakan bahwa tiap sekolah tidak boleh menolak murid yang special needs, tapi
pengetahuan guru soal anak special needs juga harus ditingkatkan. Karena apabila pengajar
tidak mengetahui gangguan belajar apa yang terjadi terhadap anak muridnya, akibatnya
adalah si anak yang menjadi korban. Anak dapat berubah dari yang bersemangat menjadi
pemurung, tidak bersemangat, frustasi dan menarik diri dari orang lain. Pada kasus Ishaan,
dia bahkan tidak mau lagi menggambar dan tidak mau lagi berimajinasi, bahkan bermimpi
pun dia tidak berani.
Selain Dyslexia, Ishaan juga mengalami apa yang disebut Dyskalkulia dan
Dysgraphia, yaitu ketidakmampuan untuk menulis, berhitung dan mengukur. Hal ini tampak
dari banyaknya tulisan huruf yang terbalik dan ketika Ishaan tidak dapat menangkap dan
melempar bola kepada temannya. Proses belajar dan mengajar Ishaan menjadi lebih mudah
apabila orang tua dan guru mengetahui gangguan belajar yang dialami Ishaan. Nikumbh
melatih Ishaan menulis secara perlahan muali dari huruf besar lalu pelan-pelan tulisannya
diperkecil sehingga akhirnya Ishaan dapat menulis, membaca dan berhitung.
Walaupun menggambarkan adanya tidak tahuan pihak sekolah dalam memahami
gangguan belajar yang dialami Ishaan, film ini juga menggambarkan tentang proses dan
upaya dari orang tua untuk mencoba mengerti dan memahami kebutuhan dan keadaan anak.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak sepenuhnya apa yang terjadi dalam keluarga itu adalah
salah, karena semuanya berangkat dari ketidaktahuan mereka. Orang tua mau merubah dan
menghagai impian dan keinginan anak dengan bantuan dari guru di sekolah. Jadi, interaksi
yang baik antara orang tua dan guru tentang perkembangan ataupun problem yang dialami
oleh anak, akan menjadi cara yang bijak dalam memahami permasalahan anak.

13

Setiap anak adalah spesial dengan berbagai keunikan harapan dan impian yang
berbeda-beda. Oleh sebab itu tidak tepat kiranya jika kita (para orang tua dan guru)
memasung impian dan harapan mereka. Ijinkan mereka hidup dengan potensi dan keunikan,
hargailah apa yang mereka lakukan, maka mereka pun akan tumbuh dan berkembang menjadi
pribadi yang sehat dan cerdas serta mengesankan semua orang.

14

Anda mungkin juga menyukai