Anda di halaman 1dari 3

Bertemakan cinta di masa-masa SMA, Ada Apa dengan Cinta

menampilkan Cinta (Dian Sastrowardoyo) sebagai seorang


pelajar SMA yang langganan juara lomba puisi di sekolahnya.
Cerita berawal dari Alya (Ladya Cherill) yang tubuhnya memar
karena kerap dipukuli sang ayah yang kerap cek-cok dengan
ibunya. Alya adalah sahabat karib Cinta dengan teman-temannya
yang lain. Seperti Carmen (Adinia Wirasti), Maura (Titi Kamal),
dan Milly (Sissy Priscillia).

Di sekolah, juara lomba puisi tahun ini akan diumumkan. Seluruh


siswa yakin Cinta yang akan menjadi juara. Namun yang jadi
pemenangnya tahun ini adalah Rangga (Nicholas Saputra).
Karena Cinta dan teman-temannya adalah pengurus mading
sekolah, ia akan mewawancarai Rangga. Namun Rangga adalah
tipe laki-laki pendiam, penyendiri dan "dingin." Pada awalnya
Cinta begitu membenci Rangga.

Tapi seperti biasanya, bumbu-bumbu cinta muncul di antara


mereka. Hingga suatu saat ketika Rangga dan Cinta kencan di
sebuah kafe, Alya mencoba bunuh diri. Cinta ditekan di antara
pilihan antara sahabatnya atau cintanya dengan Rangga.

Review

Kayaknya udah lama banget semenjak saya nonton Ada Apa


dengan Cinta? terakhir kalinya. Seingat saya, saya nonton ini
kelas 2 SD, dan beberapa tahun kemudian (masih SD) saya beli
VCD film ini di Disctarra. Entah kenapa kemaren bongkar koleksi
DVD dan ketemulah dua keping VCD Ada Apa Dengan Cinta?

Ada Apa Dengan Cinta rilis di Jepang dengan judul Ganbare Ai

It brings up so many memorries... keren banget! Nggak nyangka


film Indonesia bisa sekeren ini. (Menurut saya) film ini benarbenar memvisualisasikan kehidupan remaja dengan sangat jujur.
Biasanya film remaja Indonesia cenderung memiliki pemeran
utama wanita yang sangat kaya (lihat Eiffel... I'm in Love atau
Dealova). Yang saking kayanya dapat dipertanyakan. Tapi film ini
berbeda dan keluar "jalur" dari konteks tersebut. Cinta, seorang
remaja biasa menjalani kehidupan remaja biasa pada umumnya.

Cinta, adalah salah satu karakter yang menyenangkan.


Karakternya supel, unik, dan percaya diri. Dalam sisi character
development, Cinta di sini mengalami beberapa metamorfosa
dalam karakternya. Hingga pada akhir cerita bisa dibilang dia
tidak lagi mendengarkan kata-kata orang lain tetapi lebih pada
isi hatinya.

Akting Dian Sastrowardoyo di film keduanya setelah Bintang


Jatuh bisa dibilang sangat bagus, beda dari akting-akting kelas
average aktor-aktor muda kita. Dia mampu membawa emosi
penonton masuk. Dia sepertinya sangat mengerti siapa Cinta dan
bagaimana dia. Begitu pula dengan Nicholas Saputra, dia mampu
menjadi seorang karakter yang dingin tapi pada akhirnya juga
mau menerima Cinta. Aset paling berharga dari dirinya adalah
kedua matanya yang bisa menatap setajam duri. Titi Kamal,
Ladya Cheryl, Sissy Priscilla, dan Adinia Wirasti yang bisa dibilang
baru dalam dunia perfilman pada masa itu, juga mampu
menyamai kedua pemainnya.

Yang paling saya sukai dari film ini adalah soundtracknya, sayupsayup di otak saya masih terus terdengar suara piano "Suara
Hati Seorang Kekasih" yang menjadi background di beberapa
scene. Melly Goeslow dan Anto Hoed sebagai komposer mampu
menciptakan musik yang sangat indah sekaligus sangat enak
didengar. Memorable, fresh dan sangat cocok untuk film ini.

Dari sisi editing, film ini termasuk biasa-biasa saja. Tidak bagus
tapi tidak jelek. Perpindahan dari satu scene, ke scene lain bisa
dibilang cukup menarik, misal; bola basket yang memantul dan
jatuh menjadi masakan Rangga, atau intercut antara Cinta di
kafe dan Alya di kamar mandi.

Untuk cerita, saya tak mampu berkata apa-apa. Brilian! Kita


disuguhi masalah-masalah remaja pada umumnya, tentang
pilihan antara cinta atau persahabatan, perasaan yang harus
dikorbankan, dan lain-lain yang terjadi pada kehidupan gadis usia
belasan. Dibawa dengan pace dan tempo yang tepat sampai ke
klimaks yang sangat seru dan anti-klimaks yang membuat kita
bernapas lega. Ketika Rangga bilang; "aku harus pergi," saya
bertepuk tangan. Ternyata sineas kita mampu membuat ending
yang lebih baik dari film Hollywood kebanyakan. Biasanya dalam
film-film remaja di sana, remaja-remaja itu mengorbankan
sesuatu yang jauh lebih penting untuk perasaan mereka.

Kondisi politik Indonesia pun disinggung di sini. Seperti kondisi


Ayahnya Rangga yang harus meninggalkan negeri, juga
disinggung pula konflik upper dan middle class di Jakarta yang
disinggung dengan percakapan Cinta dan Rangga di dapur
walaupun memakai lingo remaja. Saya dengan bangga
mengatakan, "This is not just a teen flick!" Jadi overall, rating
yang saya berikan untuk film ini adalah; 9 out of 10. Dikemas
sedemikian rupa film ini menjadi tontonan yang sangat menarik
bagi para remaja. Ceritanya yang bagus dibalut dengan akting
yang luar biasa membuat dua jempol saya naik. Sebuah klasik.

Anda mungkin juga menyukai