Anda di halaman 1dari 10

Kelompok : 4 (Empat)

Nama Anggota : Gini Nurwidiyanti (C2186201064)

Rifki Fauzal Gojali (C2186201034)

Kelas : BK-4C

Mata Kuliah : Teori Bimbingan dan Konseling Kelompok

Dosen Pengampu : Agung Nugraha, M.Pd

Konsep Dasar Bimbingan Kelompok; Group Activities Jigsaw, Experiental Learning &
Focus Group Discussion

NO ANALISIS DESKRIPSI
1 WHAT a. Apa itu Group Activities Jigsaw (Kegiatan Kelompok
Apa itu Jigsaw)?
Group Menurut Kindsvatter (1995:24), jigsaw merupakan model
Activities belajar kooperatif dimana materi pembelajaran menjadi
Jigsaw, komponen yang terpisah. Setiap kelompok diberikan tanggung
Experiental jawab untuk masing-masing tugas yang telah diberikan dan
learning, mahasiswa bekerja sama untuk menyelesaikan masalah tersebut.
dan Focus Lalu mahasiswa menentukan cara untuk mengajarkan materi
Group pada anggota lain atas apa yang dipelajari.
Discussion? Jadi kegiatan keompok jigsaw adalah suatu kegiatan
kelompok dalam memecahkan masalah untuk mengambil
kesimpulan.
b. Apa yang dimaksud dengan Experiential Learning
(Pembelajaran eksperiensial)?
Menurut Widodo dkk, 2014, Pembelajaran berbasis
pengalaman (Experiential Learning) adalah pembelajaran yang
mengaktifkan siswa dalam proses belajar dari pengalaman yang
menekankan pada hubungan yang harmonis antara belajar,
bekerja dan aktivitas belajar lainnya dalam menciptakan atau
menemukan pengetahuan yang dicari
Jadi, experiental learning ini, siswa diajak untuk
memandang secara kritis kejadian dalam kehidupan sehari-hari,
kemudian melakukan penelitian (experiment) sederhana untuk
mengetahui kejadian yang sebenarnya. Pada tahap akhir siswa
menarik kesimpulan bersama.
c. Apa yang dimaksud dengan Focus Group Discussion
(Diskusi Kelompok Terfokus)?
Irwanto (2006: 1-2) mendefinisikan FGD adalah suatu
proses pengumpulan data dan informasi yang sistematis
mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik
melalui diskusi kelompok.
Jadi, Focus Group Discussion adalah diskusi yang
dilakukan secara sistematis dan terarah mengenai suatu isu atau
masalah tertentu.
2. WHY a. Mengapa Kegiatan Kelompok Jigsaw Penting untuk
Kenapa dilakukan?
Group Donald dan Eggen (1940, p. 394) Setiap siswa dalam
Activities kelompok ditugaskan mempelajari salah satu dari komponen
Jigsaw, yang luas. Setiap siswa bertanggung jawab untuk mengajarkan
Experiental materi yang dipelajarinya kepada anggota lain. Metode jigsaw
Learning & adalah cara efektif untuk menciptakan kesetaraan di antara
Focus siswa. Prasangka dapat dikurangi dengan kontak status yang
Group sama antara mayoritas dan minoritas dalam mengejar tujuan
Discussion bersama.
penting Jadi kegiatan kelompok jigsaw bertujuan untuk
untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
dilakukan? pembelajaran sendiri dan pembelajaran orang lain. Siswa tidak
hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga
harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada
anggota yang lain. Selain itu metode jigsaw juga bertujuan
untuk membuat siswa aktif di dalam kelas dan tidak mudah
jenuh dalam menerima materi pelajaran.
b. Mengapa Pembelajaran eksperiental penting untuk
diterapkan?
Sesuai dengan pendapat Haynes (2007) bahwa
Experiential Learning melibatkan sejumlah langkah yang
memberi siswa pengalaman pembelajaran langsung, kolaboratif
dan reflektif yang membantu mereka untuk sepenuhnya
mempelajari keterampilan dan pengetahuan baru. Dengan kata
lain, seseorang harus mengalami atau melakukan sendiri untuk
memperoleh pengetahuan.
Jadi dari model pembelajaran eksperiental ini begitu
penting karena bisa mengasah materi yang siswa dapat dengan
cara melakukan eksperimen terhadap materi yang sudah
dipelajari atau bisa juga dengan memberikan contoh di
kehidupan sehari-hari, karena seluruh pengetahuan bersumber
dari pengalaman.
c. Mengapa Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok
Terfokus) penting untuk dilakukan?
Carey (1994) menjelaskan bahwa informasi atau data yang
diperoleh melalui FGD lebih kaya atau lebih informatif
dibanding dengan data yang diperoleh dengan metode-metode
pengumpulan data lainnya. Hal ini dimungkinkan karena
partisipasi individu dalam memberikan data dapat meningkat
jika mereka berada dalam suatu kelompok diskusi. Metode FGD
berdasarkan segi kepraktisan dan biaya merupakan metode
pengumpulan data yang hemat biaya/tidak mahal, fleksibel,
praktis, elaborasif serta dapat mengumpulkan data yang lebih
banyak dari responden dalam waktu yang singkat (Streubert &
Carpenter, 2003). Selain itu, metode FGD memfasilitasi
kebebasan berpendapat para individu yang terlibat dan
memungkinkan para peneliti meningkatkan jumlah sampel
penelitian mereka. (Afiyanti Y 2008).
Jadi dari FGD maka kelompok tersebut akan lebih banyak
memperoleh berbagai informasi atau pendapat. Selain itu FGD
juga sangat memberikan kebebasan berpendapat bagi setiap
individu atau anggota kelompok
3 WHO a. Siapa saja yang dapat terlibat dalam bimbingan kelompok
Siapa saja jigsaw?
yang Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat
terlibat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal, yaitu
dalam kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan
Group kemampuan, jenis kelamin dan latar belakang keluarga yang
Activities beragam. Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari
Jigsaw, anggota kelompok asal yang berbeda ditugaskan untuk
Experiental mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan
Learning & tugastugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian
Focus dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Kelompok ahli
Group merupakan gabungan dari beberapa ahli yang berasal dari
Discussion? kelompok asal. Kunci keberhasilan jigsaw adalah saling
ketergantungan, yaitu setiap siswa bergantung kepada anggota
timnya untuk dapat memberikan informasi yang diperlukan
supaya dapat berkinerja baik pada saat penilaian (Slavin,
2008:237).
b. Siapa saja yang terlibat dalam Experiential Learning?
Pada umumnya pembelajaran dibagi menjadi dua, yaitu
pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered) dan
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered).
Pembelajaran berpusat pada siswa, memberi ruang pada siswa
untuk belajar menurut keterkaitannya, kemampuan pribadinya,
dan gaya belajarnya. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan
motivator yang harus bisa membangkitkan ketertarikan siswa
terhadap suatu materi ajar dan menyediakan beraneka
pendekatan cara belajar sehingga siswa yang berbeda-beda
tersebut memperoleh metode belajar yang sesuai baginya.
Sedanglan pembelajaran ekperiensial termasuk student centre.
Jadi yang terlibat dalam pembelajaran eksperiensial
adalah motivator atau fasilitator yang harus bisa membuat
antusias siswa menjadi tinggi terhadap suatu materi ajar.
c. Siapa saja yang terlibat dalam Focus Group Discussion?
Karakteristik pelaksanaan kegiatan FGD dilakukan secara
obyektif dan bersifat eksternal. FGD membutuhkan
fasilitator/moderator terlatih dan terandalkan untuk
memfasilitasi diskusi agar interaksi yang terjadi diantara
partisipan terfokus pada penyelesaian masalah. Carey (1994)
menjelaskan karakteristik pelaksanaan metode FGD yaitu
menggunakan wawancara semi struktur kepada suatu kelompok
individu dengan seorang moderator yang memimpin diskusi
dengan tatanan informal dan bertujuan mengumpulkan data atau
informasi tentang topik isu tertentu. Metode FGD memiliki
karakteristik jumlah individu yang cukup bervariasi untuk satu
kelompok diskusi. Satu kelompok diskusi dapat terdiri dari 4
sampai 8 individu (Kitzinger, 1996; Twin, 1998) atau 6 sampai
10 individu (Howard, Hubelbank,& Moore,1999).
4 WHEN a. Kapan pembelajaran Jigsaw dikembangkan?
Pembelajaran teknik jigsaw pertama sekali dikembangkan
dan diuji cobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di
Universitas Texas, kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-
teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2011: 78). Teknik
jigsaw dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis,
mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam teknik ini, guru
memperhatikan schemata atau latar belakang pengalaman siswa
dan membantu siswa mengaktifkan schemata agar bahan
pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerjasama
dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan
mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan
meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
b. Kapan Experiential Learning dikembangkan?
Experiential Learning dikembangkan oleh David Kolb
sekitar awal tahun 1980-an, yang menekankan pada sebuah
model pembelajaran yang holistik dalam proses belajar. Dalam
experiential learning, pengalaman mempunyai peran sentral
dalam proses belajar. Dalam teori experiential learning, belajar
merupakan proses dimana pengetahuan diciptakan melalui
transformasi pengalaman (experience). Experiential learning
secara harfiah berarti belajar dari aktifitas mengalami dan
merefleksikan apa yang telah dipelajari. Eksperiential bukan
sekedar mendengarkan tetapi lebih pada mensimulasikan situasi
kehidupan nyata, misalnya field trip, bermain peran, dan
berpartisipasi dalam permainan. Dalam experiential learning
melibatkan tubuh, pikiran, perasaan, dan tindakan. Oleh karena
itu merupakan pengalaman belajar pribadi yang utuh (Kolb,
2014)
c. Kapan focus discussion digunakan?
Sebagai contoh, penggunaan metode FGD pada area
keperawatan komunitas telah digunakan oleh Oluwatosin (2005)
dalam mengembangkan alat pengkajian untuk mempelajari
kesehatan suatu komunitas dan Carey (1994) menggunakan
metode FGD untuk mengeksplorasi kepercayaan dan perilaku
masyarakat terhadap AIDS. Powell et al. (1996) juga
menggunakan metode FGD untuk meningkatkan validitas dari
suatu alat ukur kesehatan mental.
5 WHERE a. Dimana pembelajaran Jigsaw digunakan?
Model pembelajaran jigsaw dikembangkan sebagai metode
pembelajaran kooperatif yang bisa digunakan dalam beberapa
mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu
pengetahuan sosial, matematika, agama, bahasa dan lain-lain.
Model pembelajaran ini pun cocok untuk semua kelas.
Model pembelajaran jigsaw pertama kali dikembangkan dan
diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di
Universitas Texas, kemudian diadaptasi oleh Slavin di
Universitas John Hopkins. Berikut penjelasan selengkapnya
tentang model pembelajaran jigsaw.
b. Dimana pelaksanaan Pembelajaran Eksperiensial
berlangsung?
Pembelajaran eksperiensial menghadirkan persoalan
kehidupan sehari‐hari siswa dalam bentuk aktivitas (biasanya
berbentuk permainan) untuk dilakukan, dirasakan, diamati dan
dibahas bersama sehingga timbul perumusan konsep, prinsip‐
prinsip umum, penemuan nilai‐nilai dan ketrampilan yang
akurat untuk memecahkan persoalan tersebut. Murid‐murid
datang ke sekolah tidak hanya membawa aspek kognitif saja,
namun mereka datang ke sekolah dengan membawa emosi dan
beberapa hal yang telah dipelajarinya sewaktu balita, masa
Taman Kanak-Kanak dan sekarang masa Sekolah Dasar.
Mereka datang ke sekolah dengan membawa konflik emosi,
kebimbangan iman, keragu‐raguan untuk bertindak,
kebingungan dalam mengambil sikap, ketidakjelasan dalam
mengaplikasikan pengajaran guru Sekolah Minggu dalam hidup
setiap hari, ada prasangka dan kebiasaan‐kebiasaan hidup yang
belum sesuai dengan nilai-nilai moral. Hal‐hal itu dapat
dihadirkan kembali untuk dialami sekarang dan di sini, yaitu di
kelas pembelajaran eksperiensial.
c. Dimana Diskusi Kelompok Terfokus dilaksanakan?
Dari pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan metode
FGD yang dilaksanakan selama tiga kali pertemuan pada
kelompok eksperimen dan kelompok control. Masing-masing
kelompok dilakukan tes awal untuk melihat motivasi awal siswa
sebelum diberikan perlakuan pada kelompok eksperimen dan
pada kelompok control tidak diberikan perlakuan atau proses
pembelajaran menggunakan metode ceramah. Setelah
diterapkan metode pembelajaran FGD pada kelompok
eksperimen maka dilakukan lagi tes akhir untuk melihat
perubahan motivasi belajar siswa, begitupun pada kelompok
control, sehingga dapat dilihat perbedaan motivasi siswa yang
diberikan perlakuan dan yang tidak.
6 HOW a. Bagaimana cara kerja bimbingan kelompok jigsaw?
Silberman (2001:160), membagi prosedur/tahap jigsaw
sebagai berikut: (1) Memilih materi belajar yang dapat dipisah
menjadi bagian-bagian. Sebuah bagian dapat disingkat seperti
sebuah kalimat atau beberapa halaman; (2) Menghitung jumlah
bagian belajar dan jumlah peserta didik dengan satu cara yang
pantas, membagi tugas yang berbeda pada kelompok yang
berbeda, kemudian diminta untuk membaca, mendiskusi, dan
mempelajari materi yang ditugaskan kepada mereka; (3) Setelah
selesai kemudian dibentuk kelompok jigsaw. Setiap kelompok
ada seorang wakil dari masing-masing kelopmpok dalam kelas,
sehingga akan mengelompok siswa dengan permasalahan yang
sama; (4) Anggota kelompok ahli kemudian mengajarkan materi
yang telah dipelajari dalam kelompok Jigsaw, kepada teman lain
di kelompoknya; dan (5) Siswa dikumpulkan kembali menjadi
kelas besar untuk membuat ulasan dan disisakan pertanyaan
guna memastikan pemahaman yang tepat bagi siswa.
Jadi cara kerja bimbingan kelompok jigsaw ini mendorong
agar siswa bisa lebih aktif lagi berinteraksi satu sama lain, siswa
belajar berani maju kedepan untuk memaparkan hasil diskusinya
dengan anggota kelompok. Siswa akan jadi lebih antusias dan
aktif dalam kerja kelompoknya.

b. Bagaimana tahapan dalam Experiential Learning?


Ada empat aspek dalam pembelajaran experiential
learning menurut Kolb (1984: 30) yakni (1) concrete experience,
merupakan tahap belajar melalui intuisi dengan menekankan
pengalaman personal, mengalami dan merasakan. (2) Reflective
observation, mengamati lingkungan dari berbagai perspektif
yang berbeda untuk memperoleh suatu makna sebelum
membuat suatu keputusan. (3) Abstract conceptualization,
merupakan tahap belajar membuat konsep dengan
mengintegrasikan pengamatan dan teori yang ada untuk
menstruktur dan menyusun kerangka fenomena. (4) Active
experimentation, tahap belajar menggunakan teori – teori yang
ada untuk membuat keputusan dan memecahkan masalah.
Jadi dalam metode pembelajaran eksperiental ini
mengajarkan langsung kepada individu menggunakan
eksperimen, peserta didik terlibat secara langsung dalam
pembelajaran. Peserta didik tidak hanya memahami dan
mengerti mengenai materi yang disampaikan tetapi juga belajar
untuk mendapatkan makna dari setiap materi yang dipelajari
melalui eksperimen tersebut.
c. Bagaiamana cara kerja Focus Group Discusion?
Karakteristik pelaksanaan kegiatan FGD dilakukan secara
obyektif dan bersifat eksternal. FGD membutuhkan
fasilitator/moderator terlatih dan terandalkan untuk
memfasilitasi diskusi agar interaksi yang terjadi diantara
partisipan terfokus pada penyelesaian masalah. Menurut Carey
(1994) dalam Yati (2008) menjelaskan karakteristik
pelaksanaan metode FGD yaitu menggunakan wawancara semi
struktur kepada suatu kelompok individu dengan seorang
moderator yang memimpin diskusi dengan tatanan informal dan
bertujuan mengumpulkan data atau informasi tentang topik isu
tertentu. Metode FGD memiliki karakteristik jumlah individu
yang cukup bervariasi untuk satu kelompok diskusi. Satu
kelompok diskusi dapat terdiri dari 4 sampai 8 individu.
Jadi metode FGD ini pada dasarnya adalah wawancara
yang dilakukan secara berkelompok, dimana sekelompok
individu bertemu dan dipandu melalui sebuah wawancara atau
diskusi mengenai topic khusus untuk tujuan mendapatkan
gambaran mengenai interaksi dan komunikasi diantara anggota
kelompok sebagai data atau informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Silberman, M. 2014. Handbook Experiential Learning. Bandung: Nusa Media.

Afiyanti Y (2008). Focus group discussion (diskusi kelompok terfokus) sebagai metode
pengumpulan data penelitian kualitatif. Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol.12 No.1 Hlm. 58-
62.

Arends, R. (2011). Learning to teach. USA: McGraw-Hill Humanities/Social


Sciences/Languages.

Purnama, S. G. (2015). Panduan Focus Group Discussion (FGD) dan Penerapannya. Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana, 1-15.

Silberman, M.L, 1996. Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif, terjemahan oleh
Sarjuli, Ammar, A., Sutrisno, Arifin, Z.A. & Muqowin, 2002. Yogyakarta: Yappendis.

Kolb, D.A. 1984. Experiential Learning Experience As a Source of Learning and Development.
New Jersey: Prentice Hall.

Carey, M.A. (1994). The group effect in focus groups: planning, implementing, and
interpreting focus group research. In Critical Issues in Qualitative Research Methods (Morse
J.M., ed.). Sage: Thousand Oaks, 225-241.

Haynes, C. (2007). Experiential learning: Learning by doing.

Kolb, David A. 2014. Experiential Learning: Experience As The Source of Learning and
Development 2 nd . New Jersey: Pearson FT Press.

Powell, R.A., Single, H.M. & Lloyd, K. (1996). Focus groups in mental health research:
Enhancing the validity of user and provider questionnaires. International Journal of Social
Psychiatry, 42, 3, 193-206.

Slavin, R. (2008). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media.

Anda mungkin juga menyukai