Anda di halaman 1dari 5

JENIS-JENIS LEARNING DISABILITIES

PENGERTIAN KESULITAN BELAJAR (LEARNING DISABILITIES)


Ketidakmampuan belajar , gangguan belajar atau kesulitan belajar (British English) adalah
suatu kondisi di otak yang menyebabkan kesulitan memahami atau memproses informasi dan
dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang berbeda. Mengingat "kesulitan belajar dengan cara
yang khas", ini tidak mengecualikan kemampuan untuk belajar dengan cara yang berbeda. Oleh
karena itu, beberapa orang dapat lebih akurat dideskripsikan sebagai memiliki "perbedaan
belajar", sehingga menghindari kesalahpahaman tentang disabilitas dengan kurangnya
kemampuan untuk belajar dan kemungkinan stereotip negatif. Di Inggris, istilah
"ketidakmampuan belajar" umumnya mengacu pada cacat intelektual , sementara kesulitan
seperti disleksia dan dyspraxia biasanya disebut sebagai "kesulitan belajar".
Sementara ketidakmampuan belajar , gangguan belajar dan kesulitan belajar sering digunakan
secara bergantian, mereka berbeda dalam banyak hal. Gangguan mengacu pada masalah belajar
yang signifikan di bidang akademik. Masalah-masalah ini, bagaimanapun, tidak cukup untuk
menjamin diagnosis resmi. Disabilitas belajar, di sisi lain, adalah diagnosis klinis resmi, di mana
individu memenuhi kriteria tertentu, sebagaimana ditentukan oleh seorang profesional (psikolog,
ahli patologi bahasa bicara, dokter anak, psikiater, dll.). Perbedaannya adalah dalam derajat,
frekuensi, dan intensitas gejala dan masalah yang dilaporkan, dan dengan demikian keduanya
tidak perlu bingung. Ketika istilah "gangguan belajar" digunakan, itu menggambarkan
sekelompok gangguan yang ditandai dengan pengembangan keterampilan akademik, bahasa, dan
bicara yang tidak memadai. Jenis gangguan belajar termasuk membaca ( disleksia ), berhitung (
dyscalculia ) dan menulis ( dysgraphia ).

The Nasional Joint Committee Learning Disabilities (NJCLD), mendefinisikan kesulitan belajar
sebagai sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan nyata; dalam
kemahiran dan penggunaan kemampuan, untuk mendengarkan, bercakap-cakap, membaca,
menulis, berhitung, berbahasa, sampai kepada kemampuan persepsi motorik.
Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris “learning disability” yang memiliki
arti ketidakmampuan belajar. Kata disability diterjemahkan ”kesulitan” untuk memberikan kesan
optimis bahwa anak sebenarnya masih mampu untuk belajar. Kesulitan belajar merupakan
beragam gangguan dalam menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung karena faktor
internal individu itu sendiri, yaitu disfungsi minimal otak atau DMO (Prasetya, 2011).

Dari pengertian-pengertian tersebut diatas, dapat kita simpulkan bahwa kesulitan belajar
(Learning Disabilities) adalah suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai dengan
hambatan-hambatan tertentu, dalam mencapai tujuan belajar. Kondisi ini ditandai kesulitan
dalam tugas-tugas akademik, baik disebabkan oleh problem-problem neurologis, maupun sebab-
sebab psikologis lain, sehingga prestasi belajarnya tidak sesuai dengan potensi dan usaha yang
dilakukan.

Kondisi kesulitan belajar memiliki beberapa karakteristik utama, yaitu (Abdurrahman, 2003):

1. Gangguan internal

Penyebab kesulitan belajar berasal dari faktor internal, yaitu yang berasal dari dalam anak itu
sendiri.

2. Kesenjangan antara potensi dan prestasi

Anak berkesulitan belajar memiliki potensi kecerdasan/inteligensi normal, bahkan beberapa di


antaranya di atas rata-rata. Namun demikian, pada kenyataannya mereka memiliki prestasi
akademik yang rendah. Dengan demikian, mereka memiliki kesenjangan yang nyata antara
potensi dan prestasi yang ditampilkannya.

3. Tidak adanya gangguan fisik dan/atau mental

Anak berkesulitan belajar merupakan anak yang tidak memiliki gangguan fisik dan/atau mental.

Secara garis besar, kesulitan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok yaitu:

(1) Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (developmental learning


disabilities), dan
(2) Kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities).

1. Kesulitan Belajar Berhubungan Dengan Perkembangan

Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan mencakup gangguan motorik dan
persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyesuaian
perilaku sosial.

a.       Kesulitan Berbahasa (Disphasia)


Kesulitan dalam berbicara atau berbahasa ini, sering menjadi indikasi awal bagi kesulitan
belajar yang dialami anak.Tanda kesulitan ini, lebih banyak dipengaruhi oleh
ketidakseimbangan kognitif. Membedakan bunyi wicara, pembentukan konsep, memahami
dan transformasi semantik, mengklarifikasi kata, kemampuan menilai, produksi bahasa,
sampai pada proses pragmatik dan memori.
b.      Gangguan Motorik (dispraksia)
Gangguan motorik adalah gangguan pada integrasi auditori-motor (clumsy) yang ditandai
dengan gangguan motorik kasar; aktivitas berjalan, balok keseimbangan, motorik kasar,
loncat, lari cepat, stand up dan lain sebagainya. Gangguan motorik halus; melempar,
menangkap, melipat, menempel. Serta gangguan penghayatan dan kesadaran tubuh,
laiknya ekspresi wajah, permainan pantomim, menunjuk bagian tubuh dan lain-lain.
c.       Gangguan Persepsi (dispersepsi)
Persepsi adalah pekerjaan otak. Bila sensasi (masuknya impuls atau informasi melalui
panca indra), terjadi pada ujung-ujung saraf, maka persepsi terjadi pada pusatnya, di otak.
Mungkin ini pekerjaan paling berat dari otak, karena persepsi membentuk pikiran dan cara
berpikir. Komponen paling penting dari berpikir adalah mempersepsi. Otak tidak saja
mempersepsi informasi yang masuk via panca indra (artinya, objek itu betul-betul ada),
tetapi juga untuk objek yang tidak ada, di sini dan pada saat ini. Otak, melalui sel kerja
saraf, sirkuit saraf dan neurontransmiter “menangkapnya” untuk dipahami (dipersepsi).
Ketika individu mendengar suara maka yang terlibat adalah mulai dari saraf pendengaran
(saraf VIII, saraf auditoris), area pendengaran di kulit otak dua sisi kepala, daerah-daerah
pemahaman bahasa, daerah asosiasi, daerah motoris dan persarafan di permukaan tubuh.
Inilah cara kerja otak manusia sampai kepada persepsi yang dibakukan.
Dapat diasumsikan, jika mekanisme otak diatasada salah satu yang terlewati dari kerja otak
individu, maka hampir dipastikan dia sedang mengalami gangguan dalam mempersepsi,
baik persepsi visual dan auditori.
d.      Attention Deficit Hiperaktivity Disorder (ADHD)
Attention Deficit Hiperaktivity Disorder (ADHD), didefinisikan sebagai anak yang
mengalami defisiensi dalam perhatian, tidak dapat menerima implus-implus dengan baik,
suka melakukan gerakan-gerakan yang tidak terkontrol, dan menjadi lebih hiperaktif.
e.       Gangguan Memori (dismemory)
Orang dengan kesulitan belajar juga mengalami kesulitan dalam mengingat. Mereka
memiliki kesulitan dalam mengolah informasi sehingga dapat disimpam dalam memori
jangka panjang. Sebagai contoh, siswa yang mengalami keterlambatan belajar akan
“belajar” dengan menatap buku catatan atau membaca daftar kata-kata sukar terus-
menerus, di mana hal ini merupakan strategi belajar yang kurang efektif. Akibatnya,
kesulitan dalam mengingat juga akan berpengaruh pada memori jangka panjang seseorang
ketika ia harus menemukan serta mengingat hal dalam waktu singkat.
f.       Gangguan Metakognis (dismetakognition)
Individu yang kesulitan belajar, juga memiliki peluang untuk mengalami kelemahan dalam
bidang metakognisi, yakni kesadaran tentang bagaimana individu berpikir serta memantau
apa yang dipikirkannya. Hasil riset menyatakan bahwa orang dengan kesulitan belajar yang
tidak mengetahui strategi kognitif efektif agar sanggup menerima, mengolah, menyimpan,
serta memperlihatkan bahwa ia mengalami suatu informasi. Kelemahan dalam bidang ini
pada akhirnya, akan memengaruhi kemampuan mereka untuk menerapkan suatu strategi
dalam tempat serta waktu yang tepat. Demikian halnya dengan keahlian mereka dalam
memilih serta memantau penerapan strategi itu.

2. Kesulitan Belajar Akademik

Kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi


akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan.

a.       Kesulitan Membaca (Disleksia)


Bryan & Bryan (dalam Abdurrahman, 1999: 204), menyebut disleksia sebagai suatu
sindroma kesulitan dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat,
mengintegrasikan komponen-komponen kata dan kalimat dan dalam belajar segala
sesuatau yang berkenaan dengan waktu, arah dan masa.Sedangkan, menurut Lerner seperti
di kutip oleh Mercer (1979: 200), mendefinisikan kesulitan belajar membaca sangat
bervariasi, tetapi semuanya menunjuk pada adanya gangguan fungsi otak.
b.      Kesulitan Menulis (Disgrafia)
Menulis juga memerlukan koordinasi berbagai bagian dan fungsi otak.Bagian-bagian otak
yang mengatur perbendaharaan kata, tata bahasa, gerakan tangan, dan ingatan harus berada
dalam kondisi serta koordinasi yang baik.Permasalahan dalam hal ini, dapat
mengakibatkan gangguan dalam kemampuan menulis siswa. Jenis kesulitan ini ditandai
dengan anak kerepotan menulis dengan tangan, tulisan sangat jelek, terbalik-balik, dan
sering menghilangkan atau malah menambah huruf.
c.       Kesulitan Berhitung (Diskalkulia)
Dalam hal ini, anak sulit dalam memahami simbol matematika dan dialog operasional
hitung.Misalnya, tanda tambah (+), dilihat sebagai tanda kali (×). Atau ketika ditanya
berapa hasil lima dengan lima, meskipun mereka menjawab dengan benar,yakni 25 tetapi
dalam menuliskannya salah. Bukan angka 25 yang ditulis, tetapi 52; begitu seterusnya.

Demikian pengertian dan jenis-jenis Learning Disabilities atau Kesulitan Belajar.

Anda mungkin juga menyukai