com/doc/79961400/Konsep-Anak-Usia-
Sekolah
GANGGUAN BELAJAR
Jump to Comments
DEFINISI
PENYEBAB
GEJALA
Anak kecil kemungkinan lambat untuk mempelajari nama-nama warna atau huruf, untuk
menyebutkan kata-kata untuk objek yang dikenal, untuk menghitung, dan untuk
kemajuan pada awal keahlian belajar lain. Belajar untuk membaca dan menulis
kemungkinan tertunda. Gejala-gejala lain dapat berupa perhatian dengan jangka waktu
yang pendek dan kemampuan yang kacau, berhenti bicara, dan ingatan dengan jangka
waktu yang pendek. Anak tersebut bisa mengalami kesulitan dengan aktifitas yang
membutuhkan koordinasi motor yang baik, seperti mencetak dan mengkopi. Anak
dengan gangguan belajar bisa mengalami kesulitan komunikasi. Beberapa anak
mulanya menjadi frustasi dan kemudian mengalami masalah tingkah laku, seperti
menjadi mudah kacau, hiperaktif, menarik diri, malu, atau agresif.
DIAGNOSA
Anak yang tidak membaca atau belajar pada tingkatan yang diharapkan untuk
kemampuan verbal atau kecerdasan harus dievaluasi. Pemeriksaan pendengaran dan
penglihatan harus dijalankan, karena masalah pikiran sehat ini bisa juga berhubungan
dengan keahlian membaca dan menulis. Dokter meneliti anak tersebut untuk berbagai
gangguan fisik. Anak tersebut melakukan rangkaian tes kecerdasan, baik verbal
maupun non verbal, dan tes akademik pada membaca, menulis, dan keahlian aritmatik.
PENGOBATAN
Pengobatan yang paling berguna untuk gangguan belajar adalah pendidikan yang
secara hati-hati disesuaikan dengan individu anak. Cara seperti membatasi makanan
aditif, menggunakan vitamin dalam jumlah besar, dan menganalisa sistem anak untuk
trace mineral seringkali dicoba tetapi tidak terbukti. Tidak ada obat-obatan yang cukup
efektif pada pencapaian akademis, intelegensi, dan kemampuan pembelajaran umum.
Karena beberapa anak dengan gangguan belajar juga mengalami ADHD, obat-obatan
tertentu, seperti methylphenidate, bisa meningkatkan perhatian dan konsentrasi,
meningkatkan kemampuan anak untuk belajar.
http://medicastore.com/penyakit/3187/Gangguan__Belajar.html
Gangguan belajar adalah defisiensi pada kemampuan belajar sepesifik dalam konteks
http://www.masbow.com/2009/11/gangguan-belajar.html
Adalah ketrampilan membaca yang berada di bawah tingkatan usia, pendidikan dan
inteligensi anak.Ciri khasnya: gagal dalam mengenali kata-kata, lambat & tidak teliti bila
membaca, pemahaman yang buruk.∑ 4% dari anak usia sekolah di AS∑ anak
laki-laki 3-4 kali > anak perempuanGangguan. emosi & perilaku yang sering menyertai:
- ADHD, Conduct disorder, & depresi (remaja)
Adalah ketrampilan matematik yang berada di bawah tingkatan usia, pendidikan dan
inteligensi anakCiri khasnya adalah kegagalan dalam ketrampilan :
- linguistik (memahami istilah matematika, mengubah soal tulisan ke simbol
matematika),
Adalah ketrampilan menulis yang berada di bawah tingkatan usia, pendidikan dan
inteligensi anakBanyak, ditemukan kesalahan dalam menulis dan penarnpilan tulisan
yang buruk (cakar ayam). Biasanya sudah tampak sejak kelas 1 5DRasa frustrasi,
marah oleh karena kegagalan dalam prestasi akademik menyebabkan munculnya
gangguan depresi yang kronis. Bagaimana
http://www.kesulitanbelajar.org/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=15
Gangguan belajar pada anak penting untuk dideteksi sejak dini. Hal ini karena
gangguan belajar dapat mempengaruhi perasaan dan perilaku anak. Perilaku anak
dengan gangguan belajar dapat diamati saat di kelas. Anak biasanya tidak dapat duduk
tenang di tempatnya, lambat menyelesaikan tugas atau bahkan tidak mau mengerjakan
tugas yang diberikan. Hal ini sebetulnya merupakan bentuk penghindaran dari
mengerjakan tugas yang dirasanya sulit.
Perkembangan anak sejak kecil juga bisa merupakan pertanda kemungkinan terjadinya
gangguan belajar pada usia sekolah dasar. Anak dengan keterlambatan bicara (belum
bisa mengucapkan kalimat sederhana di usia 2 tahun), bisa merupakan faktor prediksi
terjadinya gangguan belajar. Gangguan koordinasi motorik, terutama pada usia
menjelang taman kanak-kanak, juga bisa menjadi faktor prediksi terjadinya gangguan
belajar.
Jika orang tua atau guru melihat tanda-tanda adanya gangguan belajar pada anak,
perlu segera dikonsultasikan kepada dokter. Pertama kali dilakukan pemeriksaan ada
atau tidaknya gangguan pada penglihatan dan pendengaran. Karena seringkali
gangguan pada penglihatan dan pendengaran juga dapat mengganggu kemampuan
belajar anak. Pemeriksaan psikologis seperti tingkat kecerdasan (tes IQ), juga perlu
dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya tingkat kecerdasan yang kurang,
seperti pada retardasi mental. Selain itu, diperiksa juga kemungkinan adanya gangguan
jiwa lain seperti autisme, gangguan pemusatan perhatian dan perilaku, atau gangguan
kecemasan.
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=3&dn=20070119230849
Cara Membantu Anak Mengatasi Gangguan Belajar, Tips Bagi Orang Tua
Anak yang mengalami gangguan belajar sering kali akan menunjukkan gangguan
perilaku. Hal ini bisa berdampak pada hubungan pasien dengan orang-orang di
sekitarnya (keluarga, guru dan teman-teman sebaya). Untuk itu anak perlu didampingi
untuk menghadapi situasi ini.Orang tua merupakan guru yang pertama dan terdekat
dengan anak. Dengan demikian, peran orang tua sangat penting untuk mengenali
permasalahan apa yang dialami anak. Selain itu, penting juga untuk menemukan
kekuatan atau kemampuan yang dimiliki anak. Hal ini akan membantu orang tua
mendukung anak mengembangkan kemampuan yang dimilikinya sehingga dapat
meningkatkan kepercayaan diri anak. Tugas anak adalah bermain, maka proses belajar
pun sebaiknya menjadi proses yang menyenangkan untuk anak. Apalagi pada anak
dengan gangguan belajar, penting untuk menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan dan tidak membebani anak. Kenali hal apa yang membuat anak merasa
senang. Misalnya, jika anak tersebut menyukai lagu tertentu, ajak anak itu belajar
sambil memutarkan lagu tersebut. Ijinkan anak membawa mainan kesayangannya saat
belajar. Jika anak senang dengan suatu obyek tertentu, misalnya kereta api, sertakan
bentuk kereta api dalam pelajaran. Sebagai contoh, anak dengan gangguan berhitung,
saat belajar berhitung dapat digunakan gambar kereta api yang dia senangi.
Anak dengan gangguan belajar juga bisa mengalami perasaan rendah diri karena
ketidakmampuannya atau karena sering diejek oleh teman-temannya. Untuk itu, penting
bagi orang tua memberikan pujian jika ia berhasil melakukan suatu pencapaian.
Misalnya, bila suatu kali anak berhasil mendapat nilai yang cukup baik atau
mengerjakan tugas dengan benar, maka orang tua hendaknya memberi pujian pada
anak. Hal ini akan memotivasi anak untuk berbuat lebih baik, meningkatkan rasa
percaya diri dan membantu anak merasa nyaman dengan dirinya.
Keterlibatan pihak sekolah juga perlu diperhatikan karena sebagian besar waktu belajar
anak ada di sekolah. Diskusikan dengan guru kelas mengenai kesulitan dan
kemampuan anak dalam belajar. Posisi tempat duduk anak di kelas juga bisa
membantu anak untuk lebih berkonsentrasi dalam belajar. Akan lebih baik jika anak
duduk di depan kelas sehingga perhatiannya tidak teralih ke anak-anak lain atau ke
jendela kelas. Masalah gangguan belajar penting sekali dipahami oleh orang tua dan
guru sehingga dapat mendukung dan membantu anak dalam belajar. Jika ditangani
dengan tidak benar maka hanya akan menambah permasalahan pada anak. Deteksi
dan konsultasi dini pada anak yang diduga mengalami gangguan belajar menjadi faktor
penting sehingga anak dapat segera ditangani dengan tepat. Kerja sama antara orang
tua, guru dan profesional kesehatan jiwa (psikiater dan psikolog) diperlukan untuk
membantu anak menghadapi permasalahan gangguan belajar tersebut.
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=3&dn=20070119230849
I. GANGGUAN FISIK
Gangguan dalam sistim saraf pusat/otak anak atau organ pendengaran atau organ
penglihatan, misalnya oleh karena adanya infeksi baik langsung maupun tidak langsung
pada otak, trauma pada otak, penyakit bawaan, gangguan konduksi listrik ( epilepsi ),
gangguan metabolic sistemik, dll. Semua ini dapat yang menyebabkan timbulnya
disfungsi otak minimal, yang mungkin bermanifestasi dalam berbagai bentuk gangguan
psikiatrik, di antaranya ialah kesulitan belajar.
http://groups.yahoo.com/group/cfbe/message/5531
http://groups.yahoo.com/group/cfbe/message/5531
Banyak orang tua langsung menduga anaknya bodoh atau malas ketika melihatnya
mengalami kesulitan membaca, berhitung atau mengikuti pelajaran di sekolah. Padahal,
bisa jadi si anak mengalami gangguan persarafan.
DISKALKULIA
Menurut Jacinta F. Rini, M.Psi, dari Harmawan Consulting, Jakarta, diskalkulia dikenal
juga dengan istilah “math difficulty” karena menyangkut gangguan pada kemampuan
kalkulasi secara matematis. Kesulitan ini dapat ditinjau secara kuantitatif yang terbagi
menjadi bentuk kesulitan berhitung (counting) dan mengkalkulasi (calculating). Anak
yang bersangkutan akan menunjukkan kesulitan dalam memahami proses-proses
matematis. Hal ini biasanya ditandai dengan munculnya kesulitan belajar dan
mengerjakan tugas yang melibatkan angka ataupun simbol matematis.
CIRI-CIRI
8. Bisa juga mengalami kesulitan dalam aktivitas olahraga karena bingung mengikuti
aturan main yang berhubungan sistem skor.
FAKTOR PENYEBAB
Anak yang memiliki kelemahan ini kemungkinan besar akan mengalami diskalkulia. Ia
juga berpotensi mengalami gangguan dalam mengeja dan menulis dengan tangan.
3. Fobia matematika
Anak yang pernah mengalami trauma dengan pelajaran matematika bisa kehilangan
rasa percaya dirinya. Jika hal ini tidak diatasi segera, ia akan mengalami kesulitan
dengan semua hal yang mengandung unsur hitungan.
CARA PENANGGULANGAN
Bagaimanapun, kesulitan ini besar kemungkinan terkait dengan kesulitan dalam aspek-
aspek lainnya, seperti disleksia. Perbedaan derajat hambatan akan membedakan
tingkat treatment dan strategi yang diterapkan. Selain penanganan yang dilakukan ahli,
orang tua pun disarankan melakukan beberapa latihan yang dapat mengurangi
gangguan belajar, yaitu:
2. Bisa juga dengan menyuarakan konsep matematis yang sulit dimengerti dan minta si
anak mendengarkan secara cermat. Biasanya anak diskalkulia tidak mengalami
kesulitan dalam memahami konsep secara verbal.
3. Tuangkan konsep matematis ataupun angka-angka secara tertulis di atas kertas agar
anak mudah melihatnya dan tidak sekadar abstrak. Atau kalau perlu, tuliskan urutan
angka-angka itu untuk membantu anak memahami konsep setiap angka sesuai dengan
urutannya.
6. Pujilah setiap keberhasilan, kemajuan atau bahkan usaha yang dilakukan oleh anak.
7. Lakukan proses asosiasi antara konsep yang sedang diajarkan dengan kehidupan
nyata sehari-hari, sehingga anak mudah memahaminya.
8. Harus ada kerja sama terpadu antara guru dan orang tua untuk menentukan strategi
belajar di kelas, memonitor perkembangan dan kesulitan anak, serta melakukan
tindakan-tindakan yang perlu untuk memfasilitasi kemajuan anak. Misalnya, guru
memberi saran tertentu pada orang tua dalam menentukan tugas di rumah, buku-buku
bacaan, serta latihan yang disarankan.
DISGRAFIA
Kesulitan dalam menulis biasanya menjadi problem utama dalam rangkaian gangguan
belajar, terutama pada anak yang berada di tingkat SD. Kesulitan dalam menulis
seringkali juga disalahpersepsikan sebagai kebodohan oleh orang tua dan guru.
Akibatnya, anak yang bersangkutan frustrasi karena pada dasarnya ia ingin sekali
mengekspresikan dan mentransfer pikiran dan pengetahuan yang sudah didapat ke
dalam bentuk tulisan. Hanya saja ia memiliki hambatan.
Sebagai langkah awal dalam menghadapinya, orang tua harus paham bahwa disgrafia
bukan disebabkan tingkat intelegensi yang rendah, kemalasan, asal-asalan menulis,
dan tidak mau belajar. Gangguan ini juga bukan akibat kurangnya perhatian orang tua
dan guru terhadap si anak, ataupun keterlambatan proses visual motoriknya.
CIRI-CIRI
Ada beberapa ciri khusus anak dengan gangguan ini. Di antaranya adalah:
2. Saat menulis, penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur.
5. Sulit memegang bolpoin maupun pensil dengan mantap. Caranya memegang alat
tulis seringkali terlalu dekat bahkan hampir menempel dengan kertas.
6. Berbicara pada diri sendiri ketika sedang menulis, atau malah terlalu memperhatikan
tangan yang dipakai untuk menulis.
7. Cara menulis tidak konsisten, tidak mengikuti alur garis yang tepat dan proporsional.
8. Tetap mengalami kesulitan meskipun hanya diminta menyalin contoh tulisan yang
sudah ada.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu anak dengan
gangguan ini. Di antaranya:
Sebaiknya pihak orang tua, guru, atau pendamping memahami kesulitan dan
keterbatasan yang dimiliki anak disgrafia. Berusahalah untuk tidak membandingkan
anak seperti itu dengan anak-anak lainnya. Sikap itu hanya akan membuat kedua belah
pihak, baik orang tua/guru maupun anak merasa frustrasi dan stres. Jika
memungkinkan, berikan tugas-tugas menulis yang singkat saja. Atau bisa juga orang
tua meminta kebijakan dari pihak sekolah untuk memberikan tes kepada anak dengan
gangguan ini secara lisan, bukan tulisan.
Berikan pujian wajar pada setiap usaha yang dilakukan anak. Jangan sekali-kali
menyepelekan atau melecehkan karena hal itu akan membuatnya merasa rendah diri
dan frustrasi. Kesabaran orang tua dan guru akan membuat anak tenang dan sabar
terhadap dirinya dan terhadap usaha yang sedang dilakukannya.
http://www.tabloid-nakita.com/Panduan/panduan05233-02.htm
5. Model lingguistik Berfokus pada defisiensi dasar dalam bahasa anak, seperti
kegagalan untuk mengenali bagaimana suara-suara dan kata-kata saling dikaitkan
untuk menciptakan arti, yang akan menimbulkan masalah dalam membaca, mengeja,
dan menemukan kata-kata untuk mengekspresikan diri mereka.
http://www.masbow.com/2009/11/gangguan-belajar.html
Tugas utama seorang pelajar adalah belajar. Banyak siswa yang sudah belajar, tetapi
kegagalan dalam mengikuti ujian kelihatannya tidak sedikit. Ini mungkin disebabkan
system belajar mereka yang kurang tepat.
Disiplin Belajar
Disiplin belajar, dalam arti menentukan program-program belajar dan melaksanakannya
sesuai dengan program-program/jadwal yang telah ditentukan. Mungkin teman-teman
juga merasakanbahwa ada seribu satu macam gangguan belajar, misalnya melamun,
malas, fasilitas tidak memadai, gangguan situasi keluarga, dan lain-lain. Gangguan
seperti ini sering menimpa teman-teman sehingga belajar pun terganggu dan alibatnya
gagal di dalam ujian. Di sinilah pentingnya disiplin belajar agar dampak-dampak negatif
dari gangguan tersebut dapat ditekan semaksimal mungkin.
Pembagian Waktu BelajarJadwal belajar perlu dibuat. Kapan waktu belajar dan
pelajaran apa saja yang dipelajari tiap hari. Ada sebagian siswa yang kegiatannya
setiap hari ditulis di dalam daftar rencana kerja sampai mendetail dari bangun tidur
sampai tidur lagi. Cara ini memang ada baiknya, tetapi ada waktunya kita menemukan
kelemahannya. Karena dengan menepati ketentuan yang ada di tabel kita akan
menyingkirkan hal-hal lain yang justru merupakan hal-hal yang penting. Lalu
bagaimanakah langkah kita dapat menentukan waktu belajar? Untuk itu tentukan saja
pelajaran apa saja yang harus dipelajari pada tiap-tiap hari, misalnya tiap hari harus
belajar dua atau tiga mata pelajaran. Minimal harus belajar satu kali tiap mata pelajaran
dalam satu minggu.
Konsentrasi Belajar
Belajar tanpa konsentrasi tidak akan membuahkan hasil yang diharapkan. Untuk
membantu konsentrasi belajar, perhatikan hal-hal di bawah ini.
1. Sediakan tempat belajar lengkap dengan meja belajar serta penunjang yang
lainnya.
2. Hilangkan hal-hal/sesuatu yang mengganggu. Usahakan agar di atas meja
hanya tersedia alat-alat yang diperlukan untuk belajar. Alat lain yang belum
dibutuhkan sebaiknya disimpan terlebih dahulu.
3. Tentukan waktu, misalnya dalam waktu satu jam harus sudah dapat membaca
sekian halaman, atau waktu sekian harus sudah dapat memahami satu atau dua
bab.
4. Untuk menambah konsentrasi gunakanlah alat tulis untuk mencatat hal-hal yang
dianggap penting dan menggaris bawahi hal yang penting.
5. Apabila konsentrasi buyar mungkin kejenuhan merupakan salah satu faktor
penyebabnya. Untuk itu gantilah membaca buku lain, tapi jika masih belum juga
berkonsentrasi, sebaiknya tinggalkan saja meja belajar.
6. Pakailah hukum 1 X 5 lebih baik daripada 5 X 1. Membaca sedikit dengan cara
berulang-ulang lebih baik daripada membaca banyak dalam waktu yang singkat/
satu kali baca.
Proses Belajar
Di dalam membaca buku kita dapat memilih atu dari tiga cara proses belajar berikut ini.
http://smpn13-mgl.sch.id/solusi-cerdas-mengatasi-gangguan-belajar.html
Perceptual Dapat didefinisikan bukan hanya sebagai apa yang dilihat tetapi
bagaimana otak kita menginterpretasikan apa yang kita lihat. Kesulitan yang
paling umum ditemukan adalah dalam bidang visual figure tugas yang
mengharuskan anak menemukan bentuk tertentu yang tersembunyi dalam latar
belakang dan dapat diasosiasikan dengan pengamatan melihat tetapi tidak
memperhatikan.
Ingatan visual yang kurang baik (jangka pendek) sering mengindikasikan
kesulitan dalam membaca, terutama di mana metode membaca tertentu
digunakan (slight method of reading). Anak sering gagal mengenali kata baru
padahal dia baru saja membacanya di 2 3 baris sebelumnya. Pada anak yang
lebih kecil, sering juga terjadi keterbalikan membaca yang umum p, b, d; saw
menjadi was, dsb.
Karenanya, dari beberapa faktor di atas ini dapat dilihat bahwa membaca dapat
menjadi masalah dan sering mengakibatkan perilaku menghindar (avoidance
behaviours).
Anak usia 8 tahun keatas seringkali menunjukkan faktor-faktor lain yang pada
dasarnya penting untuk perkembangan berikutnya. Dengan kata lain anak
seumur ini diharapkan dapat melakukan .. Dua bidang yang signifikan adalah
adanya ketetapan bentuk (form constancy) dan daya ingat urutan visual (visual
sequential memory) (jangka panjang). Agar dapat melengkapi tes yang
mencakup dua hal tersebut, diperlukan kemampuan kognitif yang lebih tinggi
karena jawaban tidak tercantum secara jelas pada teks.
Kesulitan dalam bidang-bidang ini sering mempengaruhi bidang lain :
Bahasa (language) pada umumnya anak tidak dapat melengkapi tes
komprehensif di mana jawaban harus diperoleh melalui pengambilan kesimpulan
(inference). Matematika anak mungkin menunjukkan kemampuan dalam hal
tugas penambahan, dsb. Tetapi tidak dapat mengintrepretasikan jika sudah
ditulis dalam bahasa rumus tertentu. Keterampilan sosial secara sosial, anak
mengalami kesulitan memahami peraturan dalam permainan, dan pengertian
dari isyarat non-verbal. Pada prakteknya, Occupational Therapist dan Speech
Pathologist bekerjasama dengan anak memberikan terapi bahasa dan proses
visual. Kesulitan menulis juga dapat dihubungkan dengan bidang ini. Anak-anak
mengalami kesulitan dalam melihat kesamaan antar huruf dan cenderung
melihat setiap huruf sebagai karakter yang berdiri tersendiri. Misal : b d f h l t
semuanya memiliki punggung yang tegak. Selain itu, dalam menulis halus juga
terdapat masalah karena ketidakmampuan anak mendeteksi sambungannya.
Secara luas, kesemua hal di atas ini konsisten dengan yang dianggap sebagai
executive function (E.F) yang disebut-sebut dalam literatur (CHADD Conf.
Oktober 99).
Motor
Dua pola umum seringkali ditemui saat assessment :
Karena kemampuan fungsi kurang bekerja dengan baik, terapi dilihat sebagai
mengajarkan dan memperkuat strategi sebagai kompensasi. Bagi kebanyakan dari kita,
secara otomatis kita menggunakan alat bantu atau strategi yang dapat meningkatkan
atau mengurangi frustasi kita dalam rangka meningkatkan hasil kerja. Kita sekarang
tahu bahwa sangat sering populasi ini mempunyai kesulitan mengevaluasi hasil kerja.
Keadaan ini sering memberi pengaruh yang nyata dalam hal bagaimana tugas-tugas
diajarkan dan strategi diaplikasikan karena anak-anak ini cenderung lebih merupakan
pemikir yang harafiah dan konkret. Karena itu mereka memerlukan :
1. Tingkatan atau derajat reinforcement yang tinggi dan spesifik dengan tugas yang
dilakukan.
2. Instruksi yang spesifik. Saya ingin mata kamu melihat ke mata saya. Bila instruksinya
hanya Lihat Saya, respons yang diberikan anak kemungkinan tidak seperti yang
diharapkan.
3. Reinforcement verbal harus spesifik tugas bagus cara kamu menggerakkan bahu
dan siku dibandingkan dengan komentar seperti anak baik (good boy atau good girl).
4. Langkah-langkah untuk mencapai keterampilan tertentu / penguasaan harus dibagi
menjadi langkah kecil dan bertambah sedikit demi sedikit.
5. Pengulangan
6. Konsekuensi coba lagi dimana anak diperkenalkan dengan konsep kendali mutu
(quality control), misal menggunakan skate board melalui halangan-halangan, kalau
sampai ada yang tertabrak mulai lagi dari awal.
Tujuan penggunaan strategi adalah untuk mencapai sukses dalam mengerjakan tugas
yang akan berdampak pada rasa percaya diri anak. Kesulitan yang dihadapi sifatnya
sering membuat anak merasa kewalahan dan frustasi sehingga menyebabkan anak
menyerah dan atau belajar untuk merasa tak berdaya. Untuk anak-anak dengan
gangguan spektrum autisme, assassment tidak selalu sukses karena tergantung dari
derajat minat anak atau perilaku dan juga hal-hal lain yang mungkin dapat ditentukan
saat sesi observasi dalam terapi. Strategi yang digunakan untuk terapi tetap sangat
cocok, tetapi anak pada awalnya perlu lebih banyak struktur untuk membantu
mengatasi kesulitan dalam bidang bahasa dan pemahaman. Akhirnya, dengan
memahami penyebab dasar masalah, kita memperoleh informasi yang dapat digunakan
untuk meningkatkan efektifitas terapi dan remediasi.
http://bra6.wordpress.com/2010/01/19/mengenali-masalah-gangguan-belajar-anak-dari-
segi-okupasi-dan-sensori-integrasi/
Disleksia berasal dari bahasa Greek, yakni dari kata dys yang berarti kesulitan, dan
kata lexis yang berarti bahasa. Jadi disleksia secara harafiah berarti kesulitan dalam
berbahasa. Anak disleksia tidak hanya mengalami kesulitan dalam membaca, tapi juga
dalam hal mengeja, menulis dan beberapa aspek bahasa yang lain. Kesulitan
membaca pada anak disleksia tidak sebanding dengan tingkat intelegensi ataupun
motivasi yang dimiliki untuk kemampuan membaca dengan lancar dan akurat, karena
anak disleksia biasanya mempunyai lebel intelegensi yang normal bahkan sebagian di
antaranya di atas normal. Disleksia merupakan kelainan dengan dasar kelainan
neurobiologis, yang ditandai dengan kesulitan dalam mengenali kata dengan tepat /
akurat, dalam pengejaan dan dalam kemampuan mengkode simbol.
Ada juga ahli yang mendefinisikan disleksia sebagai suatu kondisi pemprosesan
input/informasi yang berbeda (dari anak normal) yang seringkali ditandai dengan
kesulitan dalam membaca, yang dapat mempengaruhi cara kognisi seperti daya ingat,
kecepatan pemprosesan input, kemampuan pengaturan waktu, aspek koordinasi dan
pengendalain gerak. Dapat terjadi kesulitan visual dan fonologis, dan biasanya terdapat
perbedaan kemampuan di berbagai aspek perkembangan.
Menurut Jovita Maria Ferliana (dalam pengantar Living with Dyslexia, 2007), penderita
disleksia sebenarnya mengalami kesulitan membedakan bunyi fonetik yang menyusun
sebuah kata. Mereka bisa menangkap kata-kata tersebut dengan indera pendengarnya.
Namun, ketika harus menuliskannya dengan huruf-huruf yang mana saja. Dengan
demikian, dia juga kesulitan menuliskan apa yang ia inginkan ke dalam kalimat-kalimat
panjang yang akurat.
Tahun 1891 Dejerine telah melaporkan bahwa proses membaca diatur oleh bagian
khusus dari sistem saraf manusia yaitu di bagian belakang otak. Pada tahun 1896,
British Medical Journal melaporkan artikel dari Dr. Pringle Morgan, mengenai seorang
anak lelaki berusia 14 tahun bernama Percy yang pandai dan mampu menguasai
permainan dengan cepat tanpa kekurangan apapun dibandingkan teman-temannya
yang lain namun Percy tidak mampu mengeja, bahkan mengeja namanya sendiri.
Tidak ada satu jenis tes pun yang khusus atau spesifik untuk menegakkan diagnosis
disleksia. Diagnosis disleksia ditegakkan secara klinis berdasarkan cerita dari orang
tua, observasi dan tes psikometrik yang dilakukan oleh dokter anak atau psikolog.
Selain dokter anak dan psikolog, profesional lain seyogyanya juga terlibat dalam
observasi dan penilaian anak disleksia yaitu dokter saraf anak (mendeteksi dan
menyingkirkan adanya gangguan neurologis), audiologis (mendeteksi dan
menyingkirkan adanya gangguan pendengaran), opthalmologis (mendeteksi dan
menyingkirkan adanya gangguan penglihatan), dan tentunya guru sekolah.
Anak disleksia di usia pra sekolah menunjukkan adanya keterlambatan berbahasa atau
mengalami gangguan dalam mempelajari kata-kata yang bunyinya mirip atau salah
dalam pelafalan kata-kata, dan mengalami kesulitan untuk mengenali huruf-huruf dalam
alphabet, disertai dengan riwayat disleksia dalam keluarga. Keluhan utama pada anak
disleksia di usia sekolah biasanya berhubungan dengan prestasi sekolah, dan biasanya
orang tua tidak terima jika guru melaporkan bahwa penyebab kemunduran prestasinya
adalah kesulitan membaca. Kesulitan yang dikeluhkan meliputi kesulitan dalam
berbicara dan kesulitan dalam membaca.
Kesulitan mengenali huruf atau mengejanya.
Mengabaikan kata awalan pada waktu membaca (menulis dibaca sebagai tulis).
Kesulitan membedakan kanan kiri Pertanda disleksia pada anak usia sekolah dasar.
Kesulitan dalam berbicara :
Kesulitan mengeja
Membaca sangat lambat dan melelahkan
4. Penyembuhan Disleksia
- Adanya komunikasi dan pemahaman yang sama mengenai anak disleksia antara
orang tua dan guru
- Guru senantiasa mengawasi / mendampingi saat anak diberikan tugas, misalnya guru
meminta dibuka halaman 15, pastikan anak tidak tertukar dengan membuka halaman
lain, misalnya halaman 50
- Guru dapat memberikan toleransi pada anak disleksia saat menyalin soal di papan
tulis sehingga mereka mempunyai waktu lebih banyak untuk menyiapkan latihan (guru
dapat memberikan soal dalam bentuk tertulis di kertas)
- Anak disleksia yang sudah menunjukkkan usaha keras untuk berlatih dan belajar
harus diberikan penghargaan yang sesuai dan proses belajarnya perlu diseling dengan
waktu istirahat yang cukup.
- Melatih anak menulis sambung sambil memperhatikan cara anak duduk dan
memegang pensilnya. Tulisan sambung memudahkan murid membedakan antara huruf
yang hampir sama misalnya b dengan d. Murid harus diperlihatkan terlebih dahulu cara
menulis huruf sambung karena kemahiran tersebut tidak dapat diperoleh begitu saja.
Pembentukan huruf yang betul sangatlah penting dan murid harus dilatih menulis huruf-
huruf yang hampir sama berulang kali. Misalnya huruf-huruf dengan bentuk bulat: g, c,
o, d, a, s, q, bentuk zig zag: k, v, x, z, bentuk linear: j, t, l, u, y, bentuk hampir serupa: r,
n, m, h.
- Guru dan orang tua perlu melakukan pendekatan yang berbeda ketika belajar
matematika dengan anak disleksia, kebanyakan mereka lebih senang menggunakan
sistem belajar yang praktikal. Selain itu kita perlu menyadari bahwa anak disleksia
mempunyai cara yang berbeda dalam menyelesaikan suatu soal matematika, oleh
karena itu tidak bijaksana untuk memaksakan cara penyelesaian yang klasik jika cara
terebut sukar diterima oleh sang anak.
- Aspek emosi. Anak disleksia dapat menjadi sangat sensitif, terutama jika mereka
merasa bahwa mereka berbeda dibanding teman-temannya dan mendapat perlakukan
yang berbeda dari gurunya. Lebih buruk lagi jika prestasi akademis mereka menjadi
demikian buruk akibat perbedaan yang dimilikinya tersebut. Kondisi ini akan membawa
anak menjadi individu dengan self-esteem yang rendah dan tidak percaya diri. Dan jika
hal ini tidak segera diatasi akan terus bertambah parah dan menyulitkan proses terapi
selanjutnya. Orang tua dan guru seyogyanya adalah orang-orang terdekat yang dapat
membangkitkan semangatnya, memberikan motivasi dan mendukung setiap langkah
usaha yang diperlihatkan anak disleksia. Jangan sekali-sekali membandingkan anak
disleksia dengan temannya, atau dengan saudaranya yang tidak disleksia.
http://rbcendikia.blogspot.com/2009/05/gangguan-belajar-disleksia.html
Masalah kesulitan belajar ini, tentunya disebabkan oleh berbagai factor. Untuk
memberikan suatu bantuan kepada anak yang mengalami kesulitan belajar, tentunya
kita harus mengetahui terlebih dahulu faktor apa yang menjadi penyebab munculnya
masalah kesulitan belajar.
Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan,
yaitu :
A. Faktor intern (factor dari dalam diri anak itu sendiri ) yang meliputi:
Faktor fisiologi adalah factor fisik dari anak itu sendiri. seorang anak yang sedang sakit,
tentunya akan mengalami kelemahan secara fisik, sehingga proses menerima
pelajaran, memahami pelajaran menjadi tidak sempurna. Selain sakit factor fisiologis
yang perlu kita perhatikan karena dapat menjadi penyebab munculnya masalah
kesulitan belajar adalah cacat tubuh, yang dapat kita bagi lagi menjadi cacat tubuh yang
ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, serta gangguan gerak, serta
cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, dan lain sebagainya.
Yaitu faktor-faktor seperti cara mendidik anak oleh orang tua mereka di rumah. Anak-
anak yang tidak mendapatkan perhatian yang cukup tentunya akan berbeda dengan
anak-anak yang cukup mendapatkan perhatian, atau anak yang terlalu diberikan
perhatian. Selain itu juga bagimana hubungan orang tua dengan anak, apakah
harmonis, atau jarang bertemu, atau bahkan terpisah. Hal ini tentunya juga memberikan
pengaruh pada kebiasaan belajar anak.
http://www.iapw.info/home/index.php?option=com_content&view=article&id=141:menga
tasi-kesulitan-belajar-pada-anak&catid=32:ragam&Itemid=45
SEJARAH
Sejarah kesulitan belajar dibagi menjadi empat fase oleh Wiederholt (1974) dan Lerner
(1988).
2. Fase kedua (transition phase) tahun 1930-1960, penyelidikan klinis pada anak
kesulitan belajar untuk mencari cara dalam mengajar. Fernald (1943) dan
McGinnis (1963) pelopor dalam membuat dasar bagaimana menangani anak-
anak kesulitan belajar, yang dilanjutkan oleh Cruickshank, Barsch, Frostig,
Kephart, Kirik dan Myklebust.
http://www.kesimpulan.com/2009/04/kesulitan-belajar.html
Jangan membandingkan anak tersebut dengan anak-anak lain. Sikap seperti itu akan
membuat anak menjadi stres dan frustasi. Sebenarnya anak sudah menyadari
kekurangannya dan juga merasa sedih. Jadi sebaiknya orangtua menjadi motivator bagi
si anak,ujar Evita, psikolog dan dosen pendidikan.
Beri kesempatan anak menulis dengan menggunakan media selain buku seperti
komputer atau mesin ketik. Dengan menggunakan komputer anak bisa mengetahui
kesalahannya dalam mengeja dengan menggunakan fasilitas korektor ejaan. Orangtua
juga dituntut untuk lebih kreatif lagi daam mengajari anak membaca, menulis dan
berhitung,ujar Evita.
Berikan pujian yang wajar bagi anak atas usahanya. Hindari untuk menyepelekan atau
melecehkannya karena hal itu akan membuatnya rendah diri dan frustrasi. Sebaiknya
orangtua tidak mengatakan ‘payah kamu’ atau ‘oh kamu tidak bisa’ karena akan
membuat anak malas mencoba belajar,ujar Lody Paat, psikolog pendidikan luar biasa.
Pilih metode yang sesuai dengan tingkat kemampuannya ketika menulis. Berikan tugas
yang menarik dan memang diminatinya. Bisa juga memintanya untuk membuat gambar
di tiap paragraf.
Sesungguhya sampai sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab Disleksia. Namun,
sejumlah neurolog di AS berpendapat ini merupakan gangguan pada saraf atau otak, sama sekali
bukan karena anak itu bodoh, idiot atau bahkan cacat jiwa seperti mayoritas pendapat orang.
Walau tidak menjalani pengobatan khusus, penderita disleksia tidak akan selamanya menderita
gangguan membaca dan menulis. Ketika pertumbuhan otak dan sel otaknya sudah sempurna, ia
akan dapat mengatasinya. Tentu didukung dengan metode pelatihan yang tepat.
Sumber: Majalah Inspire Kids
http://cyberwoman.cbn.net.id/cbprtl/common/ptofriend.aspx?x=Hot+Topic&y=cyberwom
an|0|0|5|20
DISLEKSIA
PENYEBAB:
1. Neurologis
Gangguan ini bukanlah suatu ketidakmampuan fisik, semisal kesulitan visual. Namun
murni karena kelainan neurologis, yakni bagaimana otak mengolah dan memproses
informasi yang sedang dibaca oleh anak secara tidak tepat, terutama otak bagian kiri
depan yang berhubungan dengan kemampuan membaca dan menulis. Selain itu, ada
perkembangan yang tidak proporsional pada sistem magno-cellular, yang berhubungan
dengan kemampuan melihat benda bergerak (moving images) yang menyebabkan
ukurannya menjadi lebih kecil. Kondisi ini menyebabkan proses membaca jadi lebih
sulit karena otak harus membaca dan memahami secara cepat huruf-huruf dan
sejumlah kata yang berbeda yang terlihat secara bersamaan oleh mata ketika mata
men-scanning kata dan kalimat.
2. Keturunan
Jika kesulitan pendengaran terjadi sejak dini dan tak terdeteksi, maka otak yang sedang
berkembang akan sulit menghubungkan bunyi atau suara yang didengarnya dengan
huruf atau kata yang dilihatnya.
4. Kombinasi
Kombinasi dari berbagai faktor di atas menjadikan kondisi anak dengan gangguan
disleksia kian serius atau parah, hingga perlu penanganan menyeluruh dan kontinu.
DISGRAFIA
PENYEBAB:
Seperti halnya disleksia, disgrafia juga disebabkan faktor neurologis, yakni adanya
gangguan pada otak bagian kiri depan yang berhubungan dengan kemampuan
membaca dan menulis. Anak mengalami kesulitan dalam harmonisasi secara otomatis
antara kemampuan mengingat dan menguasai gerakan otot menulis huruf dan angka.
Kesulitan ini tak berkaitan dengan masalah kemampuan intelektual.
DISKALKULIA
Yaitu, ketidakmampuan kalkulasi secara matematis atau istilah lainnya, math difficulty.
Bentuk kesulitan yang dialami anak adalah dalam berhitung (counting) dan
mengalkulasi (calculating). Anak juga kesulitan mengonseptualkan atau memahami
proses-proses matematis.
PENYEBAB:
3. Fobia matematika
http://www.tabloid-nakita.com/Khasanah/khasanah09457-03.htm
http://yudhie.blogdetik.com/2010/05/26/gangguan-belajar/