2. Anggaran
banyak terjadi masalah dimana keuangan daerah tidak mencukupi yang
pada akhirnya pembangunan menjadi terhambat. Kemudian kurangnya
transparansi dalam penyusunan APBD serta banyaknya keinginan yang
bertabrakan antara masyarakat dan kepentingan elit.
3. Pelayanan Publik
Banyak daerah otonom kelebihan PNS dengan kompetensi yang tidak
memadai dan kekurangan PNS dengan kualitas yang baik serta prosedur
pelayanan yang berbelit – belit dan rumit.
4. Orientasi kekuasaan
kepentingan elit lokal menjadi lebih jelas dalam memanfaatkan otoda
sebagai momentum untuk mensukseskan kepentingan politiknya dan
mengembangkan sentimen (putra daaerah) dalam pilkada.
1.2 Konsep Kebijakan Publik
A. Konsp kebijakan publik
Konsep kebijakan publik (publik policy) menurut sulaiman
(1998 : 24) adalah : sebagai suatu proses yang mengandung berbagai pola
aktivitas tertentu dan merupakan seperangkat keputusan yang
bersangkutan dengan tindakan untuk mencapai tujuan dalam beberapa
cara yang khusus. dengan demikian, maka konsep kebijakan publik
berhubungan dengan tujuan dengan pola aktivitas pemerintahan mengenai
sejumlah masalah serta mengandung tujuan.
Untuk memahami kebijakan publik banyak para ahli yang
memberikan pengertian kebijakan tersebut, antara lain dye (1978 : 3) : “is
whatever governments choose to do or not to do”. (kebijakan public adalah
apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak
dilakukan). apabila pemerintah memilih untuk melakukan sesuatu maka
harus ada tujuannya (obyektifnya) dan kebijakan negara itu harus meliputi
semua “tindakan” pemerintah jadi bukan semata-mata merupakan
pernyataan pemerintah atau pejabat pemerintah saja.
Upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan publik yang optimal
menjadi sangat penting untuk dilakukan. Pelayanan publik harus
memperoleh perhatian dan penanganan yang sungguh-sungguh, karena
merupakan tugas dan fungsi yang melekat pada setiap aparatur
pemerintahan. Tingkat kualitas kinerja pelayanan publik memiliki implikasi
yang luas dalam berbagai aspek kehidupan, terutama untuk mencapai
tingkat kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu upaya penyempurnaan
pelayanan publik harus dilakukan secara terus menerus, berkelanjutan dan
dilaksanakan oleh jajaran aparatur pemerintah daerah.
B. Kualitas Pelayanan Publik
Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan (Goetsch & Davis dalam S.Tangkilisan, 2005:209).
Dari pengertian ini, kualitas mengandung unsur-unsur yang meliputi usaha
memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Konsep kualitas pelayanan
pemerintah kepada masyarakat dalam prakteknya menunjukkan perkembangan.
Pada awalnya, kualitas pelayanan lebih banyak ditentukan oleh pemerintah. Hal
itu disadari oleh pandangan bahwa masyarakat pada dasarnya tidak mampu
mengatur kehidupannya secara mandiri, mereka memerlukan campur tangan
pemerintah (Rasyid, 1997 : 8)
Namun seiring dengan perubahan sosial masyarakat, konsep kualitas
pelayanan mengalami perubahan atau pergeseran makna.Tuntutan perubahan
dan kebutuhan masyarakat yang makin berkembang telah mengubah defenisi dan
orientasi kualitas. Kualitas pelayanan bukan lagi ditentukan oleh pemerintah
tetapi oleh masyarakat, yang dalam terminologi ekonomi/bisnis disebut sebagai
pelanggan. Dengan demikian, penilaian tentang kualitas pelayanan bukan
berdasarkan pengakuan dari yang memberi pelayanan, tetapi diberikan oleh
langganan atau pihak yang menerima pelayanan (Saefullah, 1999:9). Dalam
hubungan ini, untuk dapat memberikan pelayanan yang berkualitas, maka
organisasi publik atau pemerintah