Anda di halaman 1dari 5

Disleksia

Definisi
Disleksia berasal dari kata Yunani yaitu “dys” yang berarti kesulitan dan “leksia”
yang berarti kata-kata. Dengan kata lain, disleksia berarti kesulitan dalam mengolah
kata-kata. Ketua Pelaksana Harian Asosiasi Disleksia Indonesia dr Kristiantini Dewi, Sp
A, menjelaskan, disleksia merupakan kelainan dengan dasar kelainan neurobiologis dan
ditandai dengan kesulitan dalam mengenali kata dengan tepat atau akurat dalam
pengejaan dan dalam kemampuan mengode simbol. Terdapat dua macam disleksia,
yaitu developmental dyslexia dan acquired dyslexia.
Developmental Dyslexia merupakan bawaan sejak lahir dan karena faktor
genetis atau keturunan. Penyandang disleksia akan membawa kelainan ini seumur
hidupnya atau tidak dapat disembuhkan. Tidak hanya mengalami kesulitan membaca,
mereka juga mengalami hambatan mengeja, menulis, dan beberapa aspek bahasa yang
lain. Meski demikian, anak-anak penyandang disleksia memiliki tingkat kecerdasan
normal atau bahkan di atas rata-rata. Dengan penanganan khusus, hambatan yang
mereka alami bisa diminimalkan. Dan acquired dyslexia didapat karena gangguan atau
perubahan cara otak kiri membaca.

Gejala Disleksia

Gejala disleksia mungkin sulit disadari sebelum anak masuk sekolah, tetapi
beberapa gejala awal dapat mengidentifikasi masalah tersebut. Ketika anak mencapai
usia sekolah, guru dari anak mungkin menjadi yang pertama menyadari masalah
tersebut.

2.2.1 Sebelum sekolah

Tanda dan gejala anak yang mungkin berisiko disleksia antara lain:

 Terlambat berbicara
 Menambah kosa kata dengan lambat

 Kesulitan “rhyming” (rima kata).

2.2.2 Usia sekolah

Makalah Kesulitan Belajar Membaca (Disleksia) 1


Ketika anak di sekolah, gejala disleksia mungkin menjadi lebih terlihat, termasuk di
antaranya:

 Membaca pada tingkat (level) di bawah apa yang diharapan untuk usia anak
 Bermasalah dalam memproses dan memahami sesuatu yang anak dengar

 Kesulitan dalam memahami secara utuh instruksi yang cepat

 Bermasalah dalam mengikuti instruksi lebih dari satu dalam waktu yang
bersamaan

 Ketidakmampuan untuk mengucapkan pelafalan dari kata-kata yang tidak


familiar

 Kesulitan melihat (dan pada saat tertentu mendengar) persamaan dan perbedaan
di dalam surat atau kata-kata.

 Melihat surat/ kata-kata secara terbalik (b untuk d atau “saw” untuk “was”)–
walaupun melihat kata-kata atau surat secara terbalik itu biasa untuk anak kecil,
yang tidak mengalami disleksia, di bawah umur 8 tahun. Anak yang mengalami
disleksia akan terus melihat secar terbalik setelah melewati umur tersebut.

 Kesulitan mengeja

 Sulit mempelajari bahasa asing

Penyebab dan Faktor Risiko

Ketidakmampuan dalam belajar adalah kondisi yang memunculkan perbedaan


antara kemampuan seseorang dan performanya. Kebanyakan orang dengan disleksia
memiliki tingkat kecerdasan rata-rata atau di bawah rata-rata. Tetapi, tingkat (level)
membaca yang signifikan rendah dari yang diharapkan. Tipe lain lain ketidakmampuan
belajar termasuk sulitan berkonsentrasi, ketidakmampuan untuk tampil dengan baik
dalam menulis dan mengerjakan soal matematika.

2.4 Masalah penyandang disleksia

Secara lebih detail, penyandang disleksia biasanya mengalami masalah-masalah,seperti:

Makalah Kesulitan Belajar Membaca (Disleksia) 2


1. Masalah fonologi: Yang dimaksud masalah fonologi adalah hubungan sistematik
antara huruf dan bunyi. Misalnya mereka mengalami kesulitan membedakan ”paku”
dengan ”palu”; atau mereka keliru memahami kata-kata yang mempunyai bunyi hampir
sama, misalnya ”lima puluh” dengan ”lima belas”. Kesulitan ini tidak disebabkan
masalah pendengaran, tetapi berkaitan dengan proses pengolahan input di dalam otak.

2. Masalah mengingat perkataan: Kebanyakan anak disleksia mempunyai level


kecerdasan normal atau di atas normal. Namun, mereka mempunyai kesulitan
mengingat perkataan. Mereka mungkin sulit menyebutkan nama teman-temannya dan
memilih untuk memanggilnya dengan istilah “temanku di sekolah” atau “temanku yang
laki-laki itu”. Mereka mungkin dapat menjelaskan suatu cerita, tetapi tidak dapat
mengingat jawaban untuk pertanyaan yang sederhana.

3. Masalah penyusunan yang sistematis atau berurut: Anak disleksia mengalami


kesulitan menyusun sesuatu secara berurutan misalnya susunan bulan dalam setahun,
hari dalam seminggu, atau susunan huruf dan angka. Mereka sering ”lupa” susunan
aktivitas yang sudah direncanakan sebelumnya, misalnya lupa apakah setelah pulang
sekolah langsung pulang ke rumah atau langsung pergi ke tempat latihan sepak bola.
Padahal, orangtua sudah mengingatkannya bahkan mungkin hal itu sudah pula ditulis
dalam agenda kegiatannya. Mereka juga mengalami kesulitan yang berhubungan
dengan perkiraan terhadap waktu. Misalnya mereka mengalami kesulitan memahami
instruksi seperti ini: ”Waktu yang disediakan untuk ulangan adalah 45 menit. Sekarang
pukul 08.00. Maka 15 menit sebelum waktu berakhir, Ibu Guru akan mengetuk meja
satu kali”. Kadang kala mereka pun ”bingung” dengan perhitungan uang yang
sederhana, misalnya mereka tidak yakin apakah uangnya cukup untuk membeli
sepotong kue atau tidak.

4. Masalah ingatan jangka pendek: Anak disleksia mengalami kesulitan memahami


instruksi yang panjang dalam satu waktu yang pendek. Misalnya ibu menyuruh anak
untuk “Simpan tas di kamarmu di lantai atas, ganti pakaian, cuci kaki dan tangan, lalu
turun ke bawah lagi untuk makan siang bersama ibu, tapi jangan lupa bawa serta buku
PR Matematikanya, ya”, maka kemungkinan besar anak disleksia tidak melakukan
seluruh instruksi tersebut dengan sempurna karena tidak mampu mengingat seluruh
perkataan ibunya.

Makalah Kesulitan Belajar Membaca (Disleksia) 3


5. Masalah pemahaman sintaks: Anak disleksia sering mengalami kebingungan dalam
memahami tata bahasa, terutama jika dalam waktu yang bersamaan mereka
menggunakan dua atau lebih bahasa yang mempunyai tata bahasa yang berbeda. Anak
disleksia mengalami masalah dengan bahasa keduanya apabila pengaturan tata
bahasanya berbeda daripada bahasa pertama. Misalnya dalam bahasa Indonesia dikenal
susunan diterangkan–menerangkan (contoh: tas merah). Namun, dalam bahasa Inggris
dikenal susunan menerangkan-diterangkan (contoh: red bag).

Penanganan

Anak dengan disleksia membutuhkan pengajaran secara individu dan


pengobatan untuk disleksia sering melibatkan program pendidikan multisensor.
Dukungan moril dari orang tua juga menjadi bagian yang penting.

Pengobatan yang terbaik adalah instruksi langsung, yang menggabungkan


pendekatan multisensorik. Jenis pengobatan ini terdiri dari pengajaran suara dengan
berbagai isyarat, biasanya terpisah dan (jika memungkinkan) merupakan bagian dari
program membaca.
Instruksi tidak langsung juga bisa diterapkan. Biasanya terdiri dari pelatihan
untuk mengucapkan kata atau pemahaman membaca. Anak diajari bagaimana caranya
untuk mengolah bunyi dengan mencampur bunyi untuk membentuk kata, dengan
memisahkan kata ke dalam huruf dan dengan mengenali posisi bunyi dalam kata.
(misalnya dalam mengenali bagian-bagian atau pola dan membedakan berbagai jenis
suara) atau masalah dengan ingatan, percakapan, pemikiran serta pendengaran.

Makalah Kesulitan Belajar Membaca (Disleksia) 4


Makalah Kesulitan Belajar Membaca (Disleksia) 5

Anda mungkin juga menyukai