Gangguan belajar atau learning disabilities ini pada awalnya digagas oleh Samuel Kirk pada
tahun 1963 yang mana mengusulkan istilah learning disabilities atau disabilitas gangguan
belajar sebagai hasil kompromi karena keberagaman label yang membingungkan untuk
digunakan sebagai penggambaran anak dengan kecerdasan yang relatif normal hanya saja
mengalami masalah dalam belajar. Ada banyak penamaan yang memungkinkan untuk
digunakan sebagai penyebutan bagi mereka yang mengalami gangguan belajar ini seperti
minimally brain injured, slow learner, dyslexic, atau gangguan persepsi. Dari banyaknya
penyebutan ini, maka disepakatilah istilah ketidak mampuan belajar yang orientasinya pada
pendidikan.
Gangguan Membaca
Bagi anak yang mengalami gangguan pembelajaran spesifik yang meliputi kesulitan
membaca memiliki masalah persisten dengan keterampilan dasar membaca. Meskipun DSM-
5 tidak menggunakan istilah disleksia, namun istilah ini kerap kali masih digunakan di
kalangan guru, klinis, dan peneliti untuk menggambarkan anak yang memiliki gangguan
dalam keterampilan membaca.
Anak yang mengalami disleksia ini akan kesulitan dalam memahami atau mengenali kata
dasar ataupun memahami apa yang mereka baca, membaca secara perlahan, atau bahkan
terbata-bata. Mereka mengalami kesulitan dalam menguraikan huruf-huruf dan kombinasi
huruf serta kesulitan dalam menerjemahkannya menjadi suara yang tepat. Anak dengan
disleksia ini juga mungkin akan salah dalam mengartikan huruf yang mereka lihat seperti
halnya melihat huruf jungkir balik. Seperti melihat huruf b menjadi d, atau melihat huruf W
menjadi M.
Disleksia ini biasanya akan tampak pada anak saat menginjak usia 7 tahun saat mereka
bertepatan masuk SD, meskipun terkadang sudah disadari pada usia yang lebih muda. Anak-
anak dan remaja yang mengamali disleksia ini cenderung lebih rentan terhadap depresi, self
esteem yang rendah, dan ADHD. Banyak penderita disleksia ini bervariasi sesuai dengan
bahasa asli atau bahasa ibunya. Jumlah yang lebih tinggi terdapat apda negara yang berbahasa
inggris dan Prancis, dimana bahasa yang digunakan tersebut memiliki berbagai cara untuk
mengejanya dan berbunyi hampir mirip. Jumlah yang lebih rendah terdapat di Italia, dimana
bahasanya memiliki rasio yang lebih kecil antara jenis suara dan kombinasi huruf.
Gangguan Menulis
Defisiensi ini ditandai dengan kesalahan dalam mengeja, tata bahasa atau tanda baca,
gangguan dalam kelancaran menulis, atau bahkan kesulitan dalam menyusun kalimat atau
paragraf yang jelas dan teratur. Kesulitan menulis yang parah ini biasanya sudah mulai
terlihat pada usia 7 tahun, meskipun kasus yang lebih ringan mungkin tidak disadari sampai
usia 10 tahun atau setelahnya.