Anda di halaman 1dari 15

ISU Disleksia PADA

PERKEMBANGAN KOGNITIF
ANAK
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK
DOSEN PENGAMPU :
DR. MUH. DAUD, S.PSI., M.SI.
EKA SUFARTIANINSIH JAFAR, S.PSI.,
M.PSI, PSIKOLOG

Kelas A kelompok 3

Afifah Rizky Ananda (230701502002)


Ade Mughni Amalia (230701500079)
Ahmad Fatih Jamaluddin (230701501034)
Ahmad Januardi (230701502073)
Alfa Theodorus Daenlinggi’ (230701502108)
DISLEKSIA
Disleksia adalah gangguan belajar spesifik dalam
kemampuan membaca, ditandai dengan kesulitan untuk
membedakan bunyi dari huruf, kesulitan dalam kelancaran
membaca, dan memahami maksud dari bacaan (Mash &
Wolfe, 2016). Disleksia salah satu gangguan belajar yang
paling sering ditemui. Prevalensi disleksia adalah 5% - 15%
pada anak usia sekolah (APA, 2013). Anak dengan disleksia
memiliki kesulitan untuk memproses kata sehingga
terhambat untuk membaca. Disleksia bisa juga disertai
dengan gangguan belajar lain, seperti diskalkulia dan
disgrafia.

Anak dengan disleksia memiliki tingkat kecerdasan yang


normal dan bisa belajar namun harus melalui proses yang
lebih kompleks dibandingkan dengan anak tanpa disleksia
(Mash & Wolfe, 2016). Gangguan belajar spesifik ini biasanya
terdeteksi pada usia anak sekolah, bisa terlihat dari
pencapaian akademisnya.
Namun keterbatasan informasi untuk guru dan orang tua mengenai disleksia bisa
menyebabkan kurangnya kesadaran atas gangguan belajar ini. Oleh karena itu, anak
yang memiliki kesulitan di bidang akademis bisa dilabeli sebagai anak yang slow
learner, malas, atau bahkan bodoh oleh teman-temannya (Sethi, 2014).

Gangguan belajar seperti disleksia adalah gangguan yang tidak terlihat secara fisik,
maka dari itu anak dengan disleksia merasa frustrasi untuk meyakinkan orang lain
bahwa kesulitan belajar yang dialami benar terjadi. Orang tua yang memiliki anak
dengan disleksia juga mendapatkan kesulitan untuk menjelaskan pada guru dan juga
orang tua lain bahwa kondisi anaknya tidak mengada-ada dan tidak hanya meminta
keistimewaan akademis (Handriana, 2016). Disleksia tidak hanya memengaruhi
pencapaian akademis, namun juga kegiatan dalam kehidupan sehari-hari. Anak bisa
mengalami kesulitan dalam mengisi formulir, mengikuti petunjuk jalan, atau pun
mengikuti instruksi sederhana dari orangtua.
MUNCULNYA disleksia
Disleksia dapat terjadi karena gangguan
neurobiologis yang memengaruhi kemampuan
seseorang untuk membaca, mengeja, dan
menulis. Faktor genetik, struktur otak, dan
perbedaan aktivitas otak dapat berkontribusi
pada perkembangan disleksia. Meskipun
penyebabnya belum sepenuhnya dipahami,
interaksi kompleks antara faktor genetik dan
lingkungan tampaknya memainkan peran dalam
kondisi ini.
Yang MELATAR BELAKANGI MUNCULNYA
DISLEKSIA
Faktor-faktor yang melatarbelakangi munculnya Disleksia ada dua
faktor, yakni faktor genetis dan faktor di luar genetis.
1. Faktor genetis merupakan penyebab utama seorang anak
mengalami disleksia.Disleksia memiliki komponen genetik yang
kuat. Penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik memainkan
peran dalam perkembangan disleksia, dan kecenderungan untuk
memiliki gangguan tersebut dapat diturunkan dalam keluarga.
2. Faktor luar genetik yang dapat menyebabkan disleksia
termasuk faktor lingkungan seperti paparan zat kimia tertentu
selama kehamilan, komplikasi saat kelahiran, atau kurangnya
stimulasi literasi pada masa awal perkembangan anak. Faktor-
faktor ini dapat memengaruhi perkembangan kemampuan
membaca dan menulis.
Yang MELATAR BELAKANGI MUNCULNYA
DISLEKSIA
Ciri-ciri yang terjadi pada anak yang mengalami disleksia tidak
hanya dilihat dari kesulitan membaca, menulis, dan mengeja saja,
melainkan dapat dilihat dari gejala lainnya seperti seorang anak
yang usianya sudah menginjak enam tahun namun masih
meletakkan benda dengan posisi terbalik, sering jatuh, sulit
membedakan kanan dan kiri, sering tersesat bahkan untuk pulang
ke rumah, atau tidak paham tentang konsep waktu. Selain itu, ciri-
ciri lain yang terjadi pada anak dengan disleksia adalah terjadi
masalah pada konsentrasi, daya ingatnya jangka pendek (cepat
lupa dengan instruksi), dan mengalami masalah dalam
pengorganisasian, sehingga cenderung tidak teratur.
APAKAH ISU Disleksia SESUAI ATAU TIDAK
DENGAN USIA ANAK?
Isu mengenai disleksia pada perkembangan anak sesuai dengan usia
anak. Perkembangan bahasa anak sebenarnya mengikuti rangkaian
tahapan yang spesifik meskipun kecepatan tahapan yang dicapai setiap
anak berbeda-beda. Disleksia adalah gangguan pembelajaran yang
dapat memengaruhi kemampuan membaca, mengeja, dan memproses
informasi tertulis. Gejala disleksia seringkali mulai muncul pada usia
anak-anak saat mereka mulai belajar membaca, biasanya pada usia
pra-sekolah hingga usia sekolah dasar (2-12 tahun).

Sejak lahir hingga sekitar usia 3 tahun anak menggunakan bahasa


sebagai media menjalin interaksi dengan orang lain dengan cara
menunjukkan sesuatu disertai dengan suara yang tidak begitu jelas,
dengan demikian orangtua memiliki peranan yang begitu besar dalam
mendorong perkembangan bahasa anak. Apabila seorang anak yang
mengalami gangguan dalam berbahasa belum bisa dikategorikan
sebagai anak dengan hambatan intelektual atau gangguan
perkembangan pervasive, yang salah satu karakteristiknya mengalami
kesulitan dalam wicara dan bahasa. Oleh karena itu, isu ini sangat sesuai
dengan usia anak, karena gejala dan dampak disleksia paling tampak
ketika anak sedang dalam masa pembelajaran membaca dan mengeja.
teori-teori terkait
dengan isu
1. Teori genetik Albert Galaburda
Teori Albert Galaburda
yang menyimpulkan disleksia merupakan kondisi yang
berkaitan erat dengan sistem saraf (Hermijanto,
2016:37). Galaburda mengatakan bahwa belahan otak
kanan penderita disleksia lebih besar dari pada otak
kanan manusia pada umumnya, sementara belahan
kirinya lebih kecil daripada otak kiri manusia pada
umumnya
Adapun tanda-tanda atau yang termasuk
kelompok resiko penyandang disleksia adalah
sebagai berikut (Kristiantini, 2015: 40)

Terlambat bicara atau banyak kosa kata yang


artikulasinya tidak tepat/ tidak jelas
·Nampak sangat kesulitan untuk mengenali huruf-
huruf, bentuknya, dan bunyinya
Berbicara kadang tergagap-gagap, atau panjang
lebar namun tidak runtut/ sistematis
·Sering salah atau ragu dalam melafalkan
terutama kata-kata yang “sulit” seperti:
“proklamasi”, dll
·Mudah lupa, sulit belajar, dan sulit mengenali
ritme / instruksi
·Sering tertukar huruf dan angka yang mirip, misal:
(‘b’, ‘d’), (‘p’, ‘q’), (‘6’, ‘9’), (‘5’, ‘s’, ‘z’).
2. Teori fonemik Marilyn jager Adams
Fonemik adalah cabang studi fonologi yang
mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan
jika bunyi-bunyi tersebut berfungsi sebagai
pembeda makna. Marilyn Jager Adams metode
fonetik adalah suatu metode yang mengandalkan
pada pembelajaran alphabet yang diberikan
terlebih dahulu kepada anak-anak untuk
mempelajari nama-nama huruf dan bunyinya.
Metode ini bertujuan untuk memberikan latihan
pada anak-anak, sehingga semua kata bersifat
regular dan dapat dibunyikan.
3. Teori bottom-up dan top-down by
david Marr
Dalam pemahaman suatu bacaan, ada dua
pendekatan yang bisa dilakukan pembaca yaitu
bottom-up dan top-down. Nunan (1989:33)
menyatakan bahwa bottom-up adalah membaca
dengan menjabarkan huruf, kata, klausa, dan
kalimat secara berurutan sehingga sampai pada
makna yang terdapat dalam bacaan, sedangkan
top-down adalah membaca yang menekankan pada
makna, dalam hal ini pentingnya skemata atau
pengetahuan dasar. Terapis dapat bekerja pada
perbaikan keterampilan bottom-up, seperti
pengenalan huruf dan fonem, sekaligus
mengembangkan strategi top-down, seperti
penggunaan konteks dan pemahaman kata
berdasarkan konteks.
Pendekatan Multisensori : Gunakan
metode pembelajaran yang
Teknologi Dukungan:
melibatkan lebih dari satu indera,
Menggunakan teknologi
seperti pendekatan multisensori. Ini
dapat mencakup penggunaan seperti perangkat lunak
gambar, bunyi, dan sentuhan dalam bantu untuk membantu anak
proses pembelajaran. dengan disleksia dalam
membaca dan menulis.
Intervensi Awal:
Deteksi dini dan intervensi awal
dapat meningkatkan hasil. solusi yang dapat Pelibatan Orang Tua:
Melibatkan orang tua dalam
Program pembelajaran khusus diterapkan untuk proses pembelajaran anak,
untuk membantu anak mengatasi
kesulitan membaca sebaiknya
mengatasi disleksia memberikan dukungan dan
dimulai sesegera mungkin. pada anak strategi di rumah.

Pendekatan Individualisasi: Dukungan Psikologis:


Menganut pendekatan Menyediakan dukungan
pembelajaran yang psikologis kepada anak untuk
memperhatikan gaya belajar membantu mengatasi
dan kebutuhan individual anak frustrasi dan meningkatkan
disleksia. motivasi.
referensi
Arina Isyalhana, Farida Kurniawati. Psyche 165 Journal, Vol. 13, No.2, Juni 2020, Self-Esteem Anak Sekolah Dasar Dengan Disleksia. Universitas
Indonesia, Indonesia

Shaywitz, S. E., Shaywitz, B. A. (2005). Dyslexia (Specific Reading Disability).

Snowling, M. J., & Hulme, C. (2012). Interventions for children's language and literacy difficulties. International Journal of Language &
Communication Disorders, 47(1), 27-34.

H Purwanto · (2016) MEMAHAMI PERKEMBANGAN ANAK SUSPEK DISLEKSIA. Universitas Negeri Yogyakarta

Richela Agustina . PERANCANGAN KAMPANYE DIGITAL MENGENAI DISLEKSIA UNTUK ORANGTUA DAN GURU ANAK USIA AWAL
SEKOLAH DASAR . Universitas Kristen Maranatha

Lyon, G. R., Shaywitz, S. E., & Shaywitz, B. A. (2003). A definition of dyslexia. Annals of Dyslexia, 53(1), 1-14.

letcher, J. M., & Lyon, G. R. (1998). Reading: A research-based approach. In B. K. Shapiro, P. J. Accardo, & A. J. Capute (Eds.), Specific reading
disability: A view of the spectrum (pp. 57-81).

Reid, G., & Kirk, J. (2001). Dyslexia: A Practitioner's Handbook (3rd ed.). John Wiley & Sons

Fatmawati, F. (2017). KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PENDERITA DISLEKSIA USIA 5 TAHUN DI TK HANI LABZ SCHOOL DESA MONTONG
KECAMATAN BATULAYAR: KAJIAN PSIKOLINGUISTIK (Doctoral dissertation, Universitas Mataram).

Arianti, A., Botifar, M., & Iskandar, Z. (2023). Implementasi Metode Fonetik Dalam Pembelajaran Membaca Anak Usia Dini di Ra It Khoiru
Ummah Kecamatan Curup Tengah (Doctoral dissertation, Institut Agama Islam Negeri Curup).

Chairunnisa, C. (2018). Pengaruh Literasi Membaca Dengan Pemahaman Bacaan (Penelitian Survei pada Mahasiswa STKIP Kusumanegara
Jakarta).
Thank you
very much

Anda mungkin juga menyukai