Anda di halaman 1dari 60

PROPOSAL

PENERAPAN METODE FERNALD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN


MEMBACA PADA ANAK KESULITAN MEMBACA DI SEKOLAH NEGERI 1
SUMURBANDUNG

Mata Kuliah ‘’Seminar Proposal Penelitian’’


Dosen Pengampu “Drs.H.Aang Ambari B.M.Pd.

DI SUSUN OLEH:
ROSMIATI (218610105)
SEMESTER : 7 (Tujuh) Lanjutan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

STKIP ARRAHMANIYAH

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Membaca merupakan salah satu perkembangan berbahasa, yang

memiliki peran sangat penting dalam konteks kehidupan, terlebih pada era

informasi dan komunikasi saat ini. Mengingat pentingnya membaca dalam

kehidupan, maka kegiatan membaca ini diajarkan di sekolah, dimaksudkan

agar siswa lebih terampil dalam berbahasa baik secara lisan maupun tertulis

(Samniah, 2016). Keterampilan membaca bagi anak Sekolah Dasar merupakan

kompetensi yang sangat diperlukan, karena melalui keterampilan membaca

akan membuka jendela bagi anak untuk mempelajari berbagai pengetahuan.

Anak kesulitan membaca ditandai dengan kesulitan dalam pengenalan

kata, ejaan yang kurang lancar, dan juga kurangnya pengalaman dalam

membaca yang dapat menghambat pertumbuhan kosa kata (Gonzales, dan

Brown, 2019).

Menurut Widyorini dan Tiel (2017), berdasarkan dari DSMV, anak

kesulitan membaca adalah masalah yang amat sulit dalam membaca dan

mengeja, yang pada akhirnya berpengaruh pada prestasi belajar. Kesulitan

yang dialami oleh anak yaitu ragu-ragu dalam membaca kata, sering menebak-

nebak kata yang dibaca, menghilangkan atau mengganti kata, membaca kata

perkata tanpa melihat kata secara menyeluruh, dan terganggu dalam pengejaan.

1
2

Kesulitan tersebut menyebabkan anak tidak memahami maksud bacaan,

sehingga berdampak pada prestasi belajar anak di sekolah.

Permasalahan yang dihadapi anak kesulitan membaca memberikan

beban bagi individu yang bersangkutan dan juga guru yang memberikan

pembelajaran dikelas. Secara umum anak kesulitan membaca mengalami

kesulitan membedakan bunyi fonetik yang Menyusun sebuah kata. Mereka

dapat menangkap kata dengan indera pendengaran dan penglihatan tapi karena

kelainan syaraf pada otak sehingga kesulitan menuliskan huruf. Gangguan ini

terjadi pada 5%-10% seluruh anak di dunia.

Faktor anak kesulitan membaca diantaranya yaitu faktor fsikologis

yang mempengaruhi proses berfikir anak misalnya, apabila bayi ditinggalkan

ibu, ayah, atau kedua orangtuanya. anak secara psikologis terganggu

pertumbuhannya misalnya, terjadi pada anak -anak yang dititipkan dalam suatu

intuisi. Sebab, anak-anak yang dititipkan dalam satu intuisi, seperti rumah

sakit, rumah yatim, atau Yayasan perawatan bayi kurang mendapatkan

kebutuhan jasmaniah dan cinta kasih.anak mengalami innatie physic

(kemampuan psikis, kering, dan perasaan) yang mengakibatkan kelambatan

proses berpikir dan pertumbuhan. Juga ada hambatan fungsi ruhaniah, terutama

pada perkembangan intelegensi dan emosi.

Faktor ketika lahir yang mempengaruhi pertumbuhan anak ketika lahir

adalah kerusakan pada susunan syaraf pusat misalnya saja, kelahiran bayi yang

dilakukan dengan bantuan tangan. Faktor sesudah bayi lahir yang


3

mempengaruhi pertumbuhan anak sesudah kelahirannya adalah kekurangan

nutrusi atau zat makanan dan gizi serta kurang sempurnanya kesehatan.

Derek Wood, dkk (2012) menjelaskan bahwa kesulitan membaca

mempengaruhi segala asfek kehidupan penderitanya sejak awal masuk sekolah,

yakni ketika ia mulai belajar membaca, hingga bertahun-tahun kemudian ketika

anak diharuskan membaca guna mempelajari sesuatu yang lebih spesifik.

Dampak dari dislesksia tersebut tentu dapat dihindari ketika guru paham akan

anak kesulitan membaca, baik secara teori maupun metode pembelajarannya.

Selama ini orang tua ataupun guru SD sering memiliki anak atau

peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar membaca. Namun tidak

banyak dari mereka yang mengetahui secara spesifik masalah yang dialami

oleh anaknya sehingga banyak orang tua ataupun guru tidak dapat memberikan

penanganan secara tepat ( Permanasari, 2010). Ketika anak memasuki sekolah

dasar, saat itu merupakan periode perkembangan middle and late childhood

(usia 6-11 tahun) dimana anak mulai menguasai keahlian membaca, menulis

dan berhitung (Santrock, 2009). Kasus kesulitan belajar yang paling sering

ditemukan dalam penelitian adalah anak kesulitan membaca (Wenar dan

Kerig, 2006). Menurut Aphrodita (2012) anak kesulitan membaca merupakan

gangguan kognitif yang berupa ketidakmampuan membaca pada anak, anak

kesulitan untuk mengenal huruf-huruf yang hampir sama, di mata anak tulisan

merupakan coretan yang sulit untuk dibaca. Anak dengan gangguan ini

kemungkinan mempunyai IQ yang normal, dan kemampuan lain juga baik

namun dalam hal membaca akan mengalami kesulitan. Masalah yang muncul
4

adalah anak mengalami kesulitan dalam membaca,mengeja,menulis, berbicara,

dan mendengar. Anak kesulitan membaca adalah salah satu kelompok

kesulitan belajar spesifik. Anak kesulitan membaca bukanlah penyakit.

Anak yang mengalami kesulitan belajar adalah individu yang

mengalami gangguan pada suatu atau lebih kemampuan mendasar psikologis

yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara, menulis yang

dapat mempengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung, dan berbicara

yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal

otak, kesulitan membaca, dan afasia perkembangan (Aphrodita, 2012). Secara

lebih khusus untuk mengetahui apa yang dialami oleh anak juga merupakan

kewajiban guru dan orang tua untuk memperhatikan karakteristik kesulitan

belajarnya yang kemudian bisa diambil langkah metodologis.

Untuk mengenali kesulitan belajar khusunya kesulitan membaca bagi

para orang tua dan para guru tidaklah mudah karena membutuhkan pengamatan

secara detil tentang perilaku anak yang meliputi beberapa asfek. Kesulitan

membaca tidak bisa digeneralisasi menjadi sebuah kategori ketentuan dan

mendapatkan penanganan yang sama, tetapi memiliki beberapa kategori dan

akan mendapatkan penanganan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan. Salah

satu kategori dalam kesulitan belajar pada anak yang memiliki karakteristik

sama dengan yang dialami anak selama ini adalah kesulitan membaca.

Dalam dunia Pendidikan umunya guru hanya memperhatikan siswa

yang memiliki kecerdasan rata-rata atau anak normal. Bagi siswa memiliki

kecerdasan rendah atau siswa yang memiliki kecerdasan diatas rata-rata


5

keberadaanya kurang diperhatikan. Hal inilah yang menimbulkan sebuah

kesulitan belajar yang dikarenakan mungkin mereka memiliki perbedaan gaya

belajar Maupun secara belajar yang berbeda dari siswa lainnya.

Sutjihati Soemantri mengungkapkan anak-anak yang berkesulitan

belajar memiliki ketidakteraturan dalam proses fungsi mental dan fisik yang

bisa menghambat alur belajar yang normal, menyebabkan keterlambatan dalam

kemampuan perseptual-motorik tertentu atau kemampuan berbahasa.

Ketidakteraturan dalam proses fungsi mental dan fisik bisa dikarenakan adanya

perkembangan pada anak yang tidak sama dengan anak normal lainnya.

Adanya perkembangan yang berbeda mengakibatkan terhambatnya alur belajar

yang normal.

Nini Subini mengungkapkan bahwa banyak sekali ragam kesulitan

belajar yang ada disekitar kita, namun secara umum dibagi dalam tiga

kelompok yaitu kesulitan belajar dalam membaca, dalam menulis, dan

kesulitan dalam menghitung. Ketiga macam kesulitan belajar tersebut terjadi

karena beberapa faktor baik dari internal maupun eksternal siswa yang dapat

menghambat tercapainya kinerja akademik yang sesuai dengan harapan.

Kesulitan membaca bisa menjadi salah satu penyebab dari kesulitan menulis

dan menghitung karena kemampuan menulis membutuhkan perkembangan

kemampuan lebih lanjut dari membaca.

Membaca merupakan dasar utama untuk memperoleh kemampuan

belajar di berbagai bidang. Memlaui membaca seseorang dapat membuka

cakrawala, mengetahui apa yang sebelumnya tidak diketahui. Dari pernyataan


6

diatas membaca merupakan hal yang sangat penting karena salah satu cara

untuk mendapatkan pengetahuan adalah dengan membaca, semakin kita

banyak membaca semakin banyak pengetahuan yang kita dapatkan.

Dalam kurikulum sekolah dasar, anak diharuskan belajar membaca dan

berhitung. Belajar membaca dan berhitung diperlukan oleh semua anak tidak

terkecuali Anak Berkebutuhan Khusus. Menurut Haris dalam buku ‘’Anak

Berkesulitan Belajar mengungkapkan bahwa ada lima tahap perkembangan

membaca yaitu kesiapan membaca, membaca permulaan, keterampilan

membaca cepat, membaca luas dan membaca yang sesungguhnya.

Kemampuan membaca permulaan merupakan salah satu kemampuan

membaca yang harus diberikan pada tingkat dasar. Karena dengan kemampuan

membaca permulaan siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan

tulisan dengan intonasi yang wajar, dan hal ini merupakan bekal untuk dapat

membaca lanjutan bagi siswa.

Namun dalam kenyataannya masih banyak siswa di sekolah dasar yang

tidak bisa membaca apalagi memahami sebuah bacaan. Hal ini bisa disebabkan

karena kemampuan membaca seorang anak satu dengan anak lainnya berbeda.

Perkembangan kognitif yang dilalui tiap anak pun berbeda, sehingga

menmbulkan perbedaan yang menimbulkan adanya anak yang mengalami

kesulitan belajar. Kesulitan belajar siswa dalam hal membaca akan berdampak

kemampuan siswa lainnya seperti menulis dan berhitung. Kondisi seperti ini

disebut dengan anak kesulitan membaca.


7

Beberapa ahli mendefinisikan apa itu kesulitan membaca. Bryan dalam

buku Anak Berkesulitan Belajar mendefinisikan kesulitan membaca sebagai

suatu kesulitan dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat, dan

dalam belajar segala sesuatu yang berkenan dengan waktu, arah dan masa.

Snowling mendefinisikan anak kesulitan membaca adalah gangguan

kemampuan dan kesulitan yang memberikan efek terhadap proses belajar,

diantaranya adalah gangguan dalam proses membaca, mengungkapkan,

menulis dan terkadang sulit untuk memberikan kode (pengkodean) angka

maupun huruf. Berdasarkan hal tersebut timbullah suatu pertanyaan bagaimana

kehidupan anak yang mengalami kesulitan membaca sedangkan kemampuan

membaca dapat membantu seseorang mempelajari sesuatu yang lebih

kompleks.

Penggunaan métode yang sesuai pada anak kesulitan membaca akan

meningkatkan kemampuan membacanya. Sebaliknya bila guru menggunakan

metode pembelajaran membaca yang tidak sesuai dengan kebutuhan anak

maka berdampak terhadap menurunnya minat anak dalam pembelajaran

membaca. Tentunya guru harus memperhatikan kebutuhan anak kesulitan

membaca dalam proses pembelajaran membaca saat menggunakan métode

untuk pembelajaran membaca pada siswa kesulitan membaca.

Setelah mengetahui karakteristik anak, salah satu intervensi yang

diberikan pada anak kesulitan membaca guna meningkatkan kemampuan

membaca adalah metode fernald. peneliti menggunakan métode fernald karena

métode ini efektif dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan dan


8

pada anak kesulitan membaca yang mampu didik namun mengalami hambatan

belajar dikarenakan rendahnya intelegensi sangat membutuhkan metode-

metode pembelajaran yang efektif agar tujuan dari pendidikan anak kesulitan

membaca mampu tercapai.

Métode fernald menekankan pengajaran membaca melalui prinsip

visual atau kemampuan penglihatan siswa, auditory atau kemampuan

pendengaran, kinestetic atau kesadaran pada gerak dan tactile atau perabaan

pada siswa (VAKT). Dengan melibatkan beberapa modalitas alat indra.

Modalitas indra yang sering dilibatkan dalam métode fernald adalah

penglihatan, pendengaran, gerakan dan perabaan. Karena métode ini

melibatkan beberapa modalitas indra, diharapkan mampu merangsang

kemampuan anak dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan yang

memiliki tipe pembelajaran dan intelegensi yang berbeda-beda. Métode

fernald yang berbasis multisensoris akan membantu anak dalam meningkatkan

kemampuan membaca

Untuk peraktiknya, siswa diminta menuliskan huruf-huruf di udara dan

di lantai, membentuk huruf dengan lilin (plastisin), atau dengan menuliskannya

besar-besar di lembaran kertas. Cara ini dilakukan untuk memungkinkan

terjadinya asosiasi anatar pendengaran, penglihatan dan sentuhan. Dengan

demikian, akan memudahkan otak bekerja mengingat kembali huruf-huruf.

Pendekatan yang sesuai dengan tipe pembelajaran anak akan lebih

banyak memberi kesempatan bagi anak untuk menggali kemampuan dan

potensinya. Hal ini didukung oleh pendapat Supartino yang mengemukakan


9

bahwa semakin banyak alat yang dilihat, didengar, diraba, dimanupulis, dirasa

dan dicium maka akan semakin pesat berlangsungnya persepsi dan semakin

banyak tanggapan yang diperoleh. Prinsip VAKT ini praktiknya diterapkan

dengan menggunakan alat bantu yang masing-masing mewakili fungsi dari

masing-masing alat indra yang ada (dalam Sessiani, 2007).

Berpijak dari masalah tersebut maka peneneliti memiliki keinginan

dalam melakukan sebuah penelitian mengenai metode bagi anak kesulitan

belajar yakni anak kesulitan membaca di kelas 04 SDN 01 Sumurbandung.

Saya mengambil penelitan anak kesulitan membaca karena pada saat penelitan

terdahulu dari pengalaman PPLK saya menemukan anak kesulitan membaca di

SDN 02 Muaraciujung Barat.

Melalui penelitian ini diharapkan peneliti memperoleh informasi

mengenai metode pembelajaran yang digunakan bagi siswa kesulitan

membaca. Sehingga peneliti menarik sebuah penelitian dengan judul

“Penerapan Metode Fernald Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca

Pada Anak Kesulitan Membaca di Sekolah Dasar Negeri 02 Muaraciujung

Barat”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan dapat diidentifikasi

beberapa masalah sebagai berikut:

1. Métode fernald dapat di terapkan dalam pengajaran membaca pada anak

kesulitan membaca dengan baik


10

2. Métode fernald ini dapat meningkatkan proses belajar membaca pada anak

kesulitan membaca

3. Hasil belajar siswa dalam proses membaca pada anak kesulitan membaca

belum mampu memenuhi hasil belajar siswa dengan baik

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah adalah usaha untuk menetapkan batasan-batasan

dari masalah penelitian yang akan diteliti oleh peneliti. Adapun masalah yang

dimaksud dalam peneliti ini adalah membahas tentang ” Penerapan Metode

Fernald Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pada Anak Kesulitan

Membaca di Sekolah Dasar Negeri 02 Muaraciujung Barat”

D. Rumusan Masalah

Atas dasar pembatasan masalah tersebut di atas, rumusan masalah

dalam proposal ini adalah:

1. Apakah métode fernald mampu meningkatkan proses belajar membaca pada

anak kesulitan membaca?

2. Bagaimana métode fernald dapat diterapkan dalam pengajaran membaca

pada anak kesulitan membaca?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui:

1. Untuk mendeskripsikan proses belajar membaca anak kesulitan membaca

di sekolah
11

2. Untuk mendeskripsikan metode fernald dapat diterapkan dalam

pengajaran membaca pada anak kesulitan membaca.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat dari

berbagai pihak. Manfaat secara teoretis dan praktis dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Secara Teoretis

Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi kepentingan

peningkatan kualitas pengajaran di lembaga pendidikan, khususnya yang

berkaitan dengan upaya memajukan peningkatan kemampuan membaca

pada anak kesulitan membaca.

2. Secara Praktis

Penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi pengembangan dan

peningkatan pembelajaran membaca pada anak kesulitan membaca di

lembaga pendidikan. Dengan dilakukannya penelitian ini, seorang guru

Sekolah Dasar di sekolah yang akan mengetahui potensi siswanya dalam

kesulitan membaca akan semakin mudah untuk mencapai presatasi

membaca yang baik untuk memajukan pembelajaran membacapada anak

kesulitan membaca.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Konseptual

1. Pengertian Métode Fernald

Metode fernald menggunakan pendekatan multisensori. Multisensori

terdiri dari dua kata yaitu multi dan sensori. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2008), kata ‘‘multi’’ artinya banyak atau lebih dari satu atau

dua, sedangkan ‘‘sensori’’ artinya panca indera. Maka gabungan kedua kata

ini berarti lebih dari satu panca indera.

Metode fernald menurut Yusuf, (2009) adalah cara yang digunakan

dalam belajar dengan materi pengajaran membaca multisensori yang

disajikan dalam berbagai modalitas alat indera.

Metode fernald menurut Mulyono Abdurrahman, (2012) adalah suatu

metode pengajaran membaca multisensori yang sering dikenal sebagai

metode VAKT (visual, auditory, kinesthetic, and tactile).

Metode ini menggunakan materi bacaan yang dipilih dari kata-kata

yang diucapkan oleh anak, dan tiap kata diajarkan secara utuh. Metode

fernald memanfaatkan sebagian besar potensi indrawi anak kesulitan

membaca untuk membantunya memahami kata-kata yang día tidak ketahui

kemudian mampu untuk membacanya. Metode ini memiliki empat tahapan

proses pembelajaran yang dimulai dari melihat tulisan kata-kata yang dibuat

sedemikian rupa sesuai dengan keaktivitas guru atau orang tua, dalam tahap

pertama ini berhubungan dengan asfek visual. Kemudian pada tahap kedua

12
13

dan ketiga si anak menelusuri tulisan-tulisan (tacticle) tersebut dengan

jarinya, dengan catatan tulisan yang dibuat adalah tulisan yang timbul.

Sedangkan pada tahapan terakhir anak menuliskan kembali (kinesthetic)

kemudian mengucapkan apa yang telah día tuliskan sendiri. Metode fernald

merupakan metode untuk membantu meningkatkan kemampuan membaca

dengan menggunakan media yang sederhana dan aflikatif.

2. Tahapan Belajar Membaca Menggunakan Métode Fernald

Sedangkan menurut yusuf (2003) empat tahapan metode fernald

sebagai berikut :

a. Tahap pertama, anak memilih kata yang akan dipelajarinya, guru

menuliskannya besar-besar, anak kemudian menelusuri kata dengan

jarinya. Sambil menelusuri, dan mendengarkan suaranya sendiri saat

membaca. Jika anak membuat kesalahan, ia harus mengulanginya dari

depan lagi. Jika sudah benar, kata itu akan disimpan dalam ingatan kata

anak. Anak dapat membuat cerita dari kata yang sudah dikuasainya.

b. Tahap kedua, anak tidak lagi menelusuri kata. Ia belajar dengan melihat

kata yang ditulis guru, mengucapkannya, dan menyalinnya. Anak harus

didorong menyusun cerita dan mempertahankan ingatan kata.

c. Tahap ketiga, guru tidak lagi harus menulis kata. Anak belajar

membaca dari kata-kata atau kalimat yang sudah dicetak. Ia melihat

kata, mengucapkannya, dan menyalinnya. Guru harus memantau

apakah semua kata masih diingatnya.


14

d. Tahap keempat, anak sudah mampu mengenal kata-kata baru dengan

membandingkannya dengan kata-kata sudah dipelajarinya. Anak dapat

dimotivasi untuk memperluas materi bacaan.

Langkah -langkah pelaksanaan métode ini adalah sebagai berikut

(Yusuf, 2003):

1) Kartu ditunjukan pada anak, guru mrngucapkan huruf dalam kartu,

anak mengulang berkali-kali, jika anak dirasa sudah mampu

mengingat, guru menyebutkan huruf dan anak mengulangnya.

2) Guru mengucapkan bunyi sambil bertanya huruf apa yang

dibunyikan. Tahapan ini tanpa menunjukkan kartu huruf.

3) Secara pelahan guru menulis dan menjelaskan bentuk huruf, anak

menelusuri dengan jari dan menyalinnya.

4) Guru meminta anak menuliskan huruf yang sudah dipelajari.

Fernald membagi 4 tingkatan dalam jangka waktu Panjang, degan

evaluasi yang terus- menerus dengan tujuan untuk meningkatkan

kemampuan membaca anak sampai suatu tingkat yang staraf dengan

tingkat intelektual dan tingkat pendidikan yang diinginkan. Adapun

gambaran singkat pelaksanaan program remedial multisensori adalah

sebagai berikut.

a. Tigkat satu

Anak diperbolehkan memilih satu kata yang ingin ia pelajari,

panjangnnya kata tidak diperhatikan. Guru menuliskan kata di atas

kertas dengan kerayon, kemudian anak menelusurinya dengan jari


15

tangan (taktil – kinestetik). Saat menelusuri, anak melihat dan

mengucapkan kata dengan keras (visual – auditoris). Proses ini diulang

samapai anak mampu menulis kata tanpa melihat salinannya, waktu

tidak dibatasi. Kata-kata yang telah dipelajari kemudian disatukan

dalam sebuah cerita yang dikarang sendiri oleh anak dan dibacakan di

depan guru.

b. Tingkat dua

Penelusuran dengan jari tidak diperlukan jika anak sudah mampu

mempelajari kata baru hanya dengan mengamati kata tersebut. Tidak

ada batas waktu kapan penelusuran dihentikan, namun periode

penelusuran rata-rata berlangsung selama 2 hingga 8 bulan. Meskipun

anak tidak lagi menelusuri, ia tetap harus menulis kata Sambil

menyuarakannya.

c. Tingkat tiga

Anak belajar langsung dari kata- kata yang ditulisnya. Anak melihat

kata, dan mampu menulisnya tanpa mengeja atau melihat salinannya.

Ditingkat ini anak diberikan buku, yang isinya baca dan guru bertugas

menjelaskan jika ada kata yang tidak diketahui anak. Saat membaca,

guru membahas kata-kata baru dan diadakan evaluasi (recall) untuk

mengetahui apakah kata-kata baru sudah disimpan dalam ingatan.

d. Tingkat empat

Tingkat empat dimulai saat siswa mampu menggeneralisasikan dan

menemukan kata-kata baru berdasarkan kemiripan dengan kata-kata


16

yang sudah dikenal. Di tingkat ini minat membaca anak sudah

meningkat seiring dengan keterampilan membacanya. Evaluasi terus

menerus dilakukan dari tingkat ke tingkat. Jika hasil evaluasi

menunjukan bahwa jumlah kata yang dikuasai berkurang, anak akan

dikembalikan ke tingkat yang sebelumnya.

3. Pengaruh Menggunakan Metode Fernald

Metode Fernald memanfaatkan Sebagian besar potensi inderawi

anak disleksia untuk membantunya memahami kata-kata yang dia tidak

ketahui kemudian mampu untuk membacanya Mulyono Abdurrahman

(2012).

Indera yang kita miliki dapat disamakan sebagai jendela terhadap

dunia luar. Indera pulalah yang menangkap informasi melalui proses yang

disebut dengan pengindraan (sensasi). Masuakan yang diterima oleh

indera secara luar biasa akan diteruskan dan diubah sehingga kita dapat

menghayati Dunia luar. Proses mengorganisir dan menggabugkan data-

data indera (hasil pengindraan) untuk dikembangkan sedemikian rupa

sehingga kita dapat menyadari dan mengerti sekeliling termasuk diri kita

sendiri inilah yang disebut dengan persepsi.

Persepsi merupakan respon yang terintegrasi (integrated) dalam

diri individu yang dapat dikemukakan karena adanya perasaan,

kemampuan berfikir, dan pengalaman individu yang berbeda-beda. Maka

dalam mempersepsi suatu stimulus, hasil persepsi yang akan berbeda pula
17

antara individu satu dan lainnya karena persepsi bersifat individual

(Walgito, 2002).

Membaca terkait erat dengan persepsi. Karenanya, variasi dalam

kemampuan membaca pun dipengaruhi antara lain oleh faktor-faktor

persepsi yaitu objek yang dipersepsi, alat indera, dan perhatian. Proses

membaca mewajibakan pembaca menggunakan keterampilan

diskriminasi visual dan suara, proses perhatian, dan memori (G Rainger,

2003). Maka dalam membaca yang kerja kognitif, persepsi pun bertujuan

mengenali dan lalu membentuk interprestasi awal huruf, suku kata, atau

kata yang akan dibaca. Bagaian kata yang akan dikenali dalam membaca

(stimulus), setelah dipersepsi akan masuk dalam proses pengkodean

(coding). Dalam métode pembelajaran yang melibatkan stimulus visual

dan auditoris, anak pun akan melakukan dua proses pengkodean yang

berlainan sesuai tipe stimulusnya sebelum akhirnya informasi yang

didapat masuk kedalam ingatan.

Belajar membaca memerlukan keterampilan visual dan auditoris,

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) digital, “kemampuan”

berarti kesanggupan; kecakapan; kekuatan. Sedangkan “membaca” berarti

melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis. Maka “kemampuan

membaca” dapat diartikan kesanggupan atau kecakapan seseorang yang

dalam konteks penelitian ini adalah anak-anak untuk melihat serta

memahami isi dari apa yang tertulis.


18

Sedangkan menurut Pertiwi dan Sugiyanto (2015) kemampuan

membaca didefinisikan sebagai suatu kesanggupan untuk

menerjemahkan simbol-simbol visual ke dalam suara serta

menggubahnya menjadi suatu yang memiliki makna melalui proses

kognitif berdasarkan pengalaman yang didapat sebelumnya.

Abdurrahaman, M. (2003) bahwa kemampuan membaca

merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi yang dipelajari

di sekolah. Adanya kesulitan memba ca akan mengakibatkan

ketidakmampuan menangkap pesan-pesan tulisan, padahal hampir semua

mata pelajaran pesannya disampaikan melalui (huruf, angka-angka, dan

simbol-simbol lain) (Somad, P., 2007).

Griya Jawi, (2009) keterampilan membaca merupakan

keterampilan dasar bagi siswa yang harus mereka kuasai agar dapat

mengikuti seluruh kegiatan dalam proses pendidikan dan pembelajaran.

Kesulitan belajar membaca memerlukan perhatian yang serius,

sehingga anak yang mengalami kesulitan belajar membaca dapat

memahami mata pelajaran lainnya secara lancar.

Demikian pula dengan keterampilan mendengar (auditory skill) ada

tiga komponen dalam keterampilan mendengar yang diperlukan saat

membaca, yaitu persepsi auditoris (auditory perseticion), memori

auditoris (auditory memory), dan diskriminasi auditoris (auditory

discrimination). Ketiganya punberperan penting dalam membaca,

persepsi auditoris mentukan kemampuan mengenal bunyi-bunyi huruf;


19

memori auditoris diperlukan untuk mengingat bunyi huruf; dan

diskrimination auditoris diperlukan dalam membedakan bunyi huruf satu

dan yang lainnya.

Dalam métode fernald, perangsangan visual dan auditoris

diberikan berurutan. Perangasangan visual memalui tulisan di papan

tulis, diikuti pengucapan Oleh guru dan anak diminta mengikuti.

Penyajian rangasang visual akan diperkuat dengan perangsangan

auditoris sehingga anak lebih cepat dalam mengidentifikasi,

membedakan, dan menyimpan kata-kata yang dipelajari.

Selain ketrampilan visual dan auditoris, kepekaan taktil peraba

juga dapat mempercepat proses membaca. Perabaan memberi informasi

tentang bentuk, ukuran, dan berat sebuah benda. Perabaan juga

memperjelas tekstur permukaan dan konsistensi mekanis dari suatu

benda yang tidak jelas jika diamati secara visual. Dalam membaca

menggunakan multisensori, hal ini berguna untuk mengenal bentuk-

bentuk huruf melalui perangsangan rabaan pada permukaan alat peraga

huruf bertekstur kasar.

Perangsangan taktil dalam métode multisensori juga mampu

mengalihkan hal-hal yang memicu tingkah laku implusif pada anak

hiperaktif karena saat menelusuri kata, istem protektif terhalangi, anak

melibatkan dirinya dengan tugas perabaan di tangannya sehingga tidak

lagi sensitif dengan pengaruh taktil di sekelilingnya. Pendapat ini pun


20

dibuktikan dengan keberhasilan métode fernald dalam mengenai anak

hiperaktif.

Berdasarkan beberapa pernyataan di atas maka dapat disimpulkan

bahwa membaca berkaitan dengan aspek dalam persepsi termasuk di

antaranya perhatian. Dalam métode fernald, guru menulis setiap kata

yang dipelajari, anak kemudian menelusuri dan melafalkan kata dengan

keras.

Menutrut Jamaris (2006), fernald telah mengembangkan suatu

metode pengajaran membaca multisensoris yangsering dikenal VAKT

( visual, auditory, kinesthetic, tactile ). Metode ini menggunakan materi

bacaan yang dipilih dari kata-kata yang diucapkan oleh anak, dan tiap

kata diajarkan secara utuh. Secara praktis metode ini memiliki empat

tahpan dimana setiap tahapannya orang yang mengaplikasikan metode

ini mengoptimalisasi hampir seluruh fungsi indera anak kesulitan

membaca tersebut.

Sesuai prinsif fernald, anak-anak di sekolah formal dapat

memperoleh pengajaran membaca tidak hanya dari buku penunjang,

namun langsung diarahkan pada penguasaan berbagai keterampilan

visual, auditoris, kinestetik, dan taktil secara intensif dalam kelompok -

kelompok kecil untuk mempermudah pengawasan guru dalam hal

kemajuan belajar. Kesemuanya ini akan diharapkan akan mampu

memaksimalkan fungsi -fungsi kognitif yang dapat mempercepat proses

membaca pada anak.


21

B. Anak Kesulitan Membaca

1. Pengertian Anak Kesulitan Membaca

Anak kesulitan membaca adalah salah satu jenis kesulitan belajar

pada anak berupa ketidakmampuan membaca. Gangguan ini bukan

disebabkan ketidakmampuan penglihatan, pendengaran, intelegensia, atau

keterampilannya dalam berbahasa, tetapi lebih disebabkan oleh gangguan

dalam proses otak ketika mengolah informasi yang diterimanya. Anak

kesulitan membaca tidak hanya terbatas pada ketidakmampuan seseorang

untuk menyusun atau membaca kalimat dalam urutan terbalik tetapi juga

dalam berbagai macam urutan, termasuk dari atas ke bawah, kiri dan

kanan, dan sering menyebabkan kesulitan membaca dianggap tidak

konsentrasi.

Jika anak kesulitan membaca dikenali lebih dini dan diberikan

intervensi sedini mungkin, akan memberikan hasil yang luar biasa

baiknya, atau sebaliknya jika terlambat dikenali maka akan berakibat pada

gangguan social dan emocional. Pada usía sekolah dasar, gangguan emosi

nampak sebagai individu yang kurang percaya diri, mudah tersinggung,

merasa dirinya benar-benar bodoh dan tidak berdaya, bahkan menjadi

korban bullying dari teman-temannya. Terlamabat mengenali tanda-tanda

kesulitan membaca pada anak berakibat pada pelabelan yang melekat pada

si anak. Bagi guru atau orang yang tidak mengetahui mengenai anak

kesulitan membaca, mereka akan membei label/cap kepada anak tersebut

sebagai anak yang bodoh. Padahal, anak kesulitan membaca intelegensinya


22

dalam tingkat yang normal atau bahkan diatas normal. Mekreka hanya

mengalami kesulitan berbahasa, baik itu menulis, mengeja, membaca,

maupun menghitung. Oleh karena itu diperlukan métode yang tepat untuk

pembelajaran anak kesulitan membaca.

Menurut Solek (2013) anak dengan kesulitan belajar dan kesulitan

belajar spesifik sering kali disamakan artinya yaitu anak yang mengalami

kesulitan dalam menerima materi pelajaran di sekolah. Anak kesulitan

spesifik memiliki kesulitan di beberapa área yang spesifik seperti dalam

hal membaca, menulis, dan berhitung. Kesulitan ini bukan disebabkan

karena kecerdasan yang rendah. Kesulitan ini mungkin terjadi akibat

gangguan dalam memperoleh pengetahuan fonologi, memori,

mengorganisasi dan mengurutkan, pergerakan dan koordinasi, masalah

bahasa, dan persepsi visual/auditoris.

Wikipedia, (2007) menambahkan, anak kesulitan membaca

memiliki kesulitan dalam mengasosiasikan antara bentuk huruf dengan

bunyinya dan mereka juga sering terbalik atau kebingungan terhadaf

huruf-huruf tertentu.

Anak kesulitan membaca adalah salah satu jenis kesulitan belajar

pada anak berupa ketidakmampuan membaca. Gangguan ini bukan

disebabkan ketidakmampuan penglihatan, pendengaran, intelegensia, atau

keterampialnnya dalam berbahasa, tetapi lebih disebabkan oleh gangguan

dalam proses otak ketika mengolah informasi yang diterimanya.


23

Anak berkesulitan belajar keberadaannya sering dianggap sebagai

siswa yang berprestasi rendah (underacivers) umunya kita temui di

sekolah reguler (Delphie, B, 2006. Sebagian guru beranggapan, bahwa

anak kesulitan membaca ini sebagai anak yang bodoh, berpresatasi rendah,

pemalas, kurang konsentrasi, atau anak nakal. Anggapan itu muncul

karena guru tidak paham tentang anak ini, sehingga upaya yang dilakukan

oleh guru pun kurang optimal atau tidak sesuai dengan kebutuhan serta

kemampuan anak.

2. Tanda-Tanda Anak Kesulitan Membaca

Tanda-tanda yang termasuk kelompok resiko anak kesulitan

membaca antara lain sulit mengeja, sulit membedakan huruf b dan d,

kekurangan atau kelebihan huruf dalam menulis, sulit mengingat arah kiri

dan kanan, sulit membedakan waktu (hari ini, kemaren dan besok), sulit

mengingat urutan, sulit mengikuti urutan verbal, sulit berkonsentrasi,

perhatiannya mudah beralih, sulit berkomunikasi baiksecara lisan maupun

tulisan (bahasanya kaku dan idak berurutan), untuk berhitung seringkali

juga mengalami kesulitan, terutama dalam soal cerita, tulisan sulit dibaca,

kurang percaya diri.

Kesulitan membaca adalah salah satu karakteristik kesulitan belajar

pada anak yang memiliki masalah dalam bahasa tertulis, oral ekspesif atau

reseptif (Lerner, 2000). Kesulitan membaca merupakan kesulitan yang

paling sering ditemukan dalam penelitian (Wener dan Kering, 2006).


24

Beberapa ahli lain mendefinisikan anak kesulitan membaca sebagai

suatu kondisi pemprosesan input/informasi yang berbeda dari anak

normal) yang seringkali ditandai dengan kesulitan dalam membaca, yang

dapat mempengaruhi área kognisi seperti daya ingat, kecepatan

memproses input, kemampuan pengaturan waktu, aspek koordinasi dan

pengendalian gerak. Dapat terjadi kesulitan visual dan fonologis, dan

biasanya terdapat perbedaan kemampuan di berbagai aspek perkembangan.

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

anak kesulitan membaca dalah anak yang mengalami kesulitan belajar

membaca yang disebabkan oleh faktor genetik, dan psikologis dasar, serta

sering menunjukan kesulitan dalam mengasosiasikan antara bentuk huruf

dan bunyinya dan mereka juga sering terbalik atau kebingungan terhadap

huruf-huruf tertentu, tapi merka memiliki kecerdasan di atas rata-rata

bahkan ada di atas rata-rata.

Secara lebih khusus, anak kesulitan membaca biasanya mengalami

masalah-masalah berikut:

1. Masalah fonologi

Masalah fonologi adalah hububgan sistematik anatara huruf dan

bunyi. Misalnya mereka mengalami kesulitan membedakan “paku”

dengan ”palu”, atau mereka keliru memahami kata -kata mempunyai

bunyi hampir sama, misalnya “lima puluh” dengan “lima belas”.


25

Kesulitan ini tidak disebabkan masalah pendengaran namun berkaitan

dengan proses pengolahan input di dalam otak.

2. Masalah mengingat perkataan

Kebanyakan anak kesulitan membaca mempunyai level

intelegensi normal atau di atas normal namun mereka mempunyai

kesulitan mengingat perkataan. Mereka mungkin sulit menyebutkan

nama teman-temannya dan memilih untuk memanggilnya dengan istilah

“temanku di sekolah” atau “temanku yang laki-laki itu”. Mereka

mungkin dapat menjelaskan suatu cerita namun tidak dapat mengingat

jawaban untuk pertanyaan yang sederhana.

3. Masalah penyususnan yang sistematis

Anak kesulitan membaca mengalami kesulitan menyusun

sesuatu secara berurutan misalnya susunan bukan dalam setahun, hari

dalam seminggu atau susunan huruf dan angka. Mereka sering “lupa“

susunan aktivitas yang sudah direncanakan sebelumnya, misalnya lupa

apakah setelah pulang sekolah langsung pulang kerumah atau langsung

pergi ke tempat latihan sepak bola. Padahal orang tua sudah

mengingatkannya. Kadang kala mereka pun “bingung” dengan

perhitungan uang yang sederhana, misalnya mereka tidak yakin apakah

uangnya cukup unguk memebeli sepotong kue atau tidak.

4. Masalah ingat jangka pendek

Anak kesulitan membaca mengalami kesulitan memahami

instuksi yang panjang dalam satu waktu yang pendek. Misalnya ibu
26

menyuruh anak untuk “simpan tas di kamarmu di lantai atas, ganti

pakaian, cuci kakai dan tanagan, lalu turun kebawah lagi untuk makan

sigan bersama ibu, tapi jangan lupa bawa serta buku PR matematikanya

ya”, maka kemungkinan besar anak kesulitan membaca tidak

melakukan seluruh instruksi tersebut dengan sempurna karena tidak

mampu mengingat seluruh perkataan ibunya.

5. Masalah pemahaman sintaks

Anak kesulitan membaca sering mengalami kebingungan dalam

memahami tata bahasa, terutama jika dalam waktu yang bersamaan

mereka menggunakan dua atau lebih bahasa yang mempunyai tata

bahasa yang berbeda. Anak kesulitan membaca mengalami masalah

dengan bahasa keduanya apabila pengaturan tata bahasanya berbeda

dari pada bahasa pertama. Misalnya dalam bahasa Indonesia dikenal

susunan Diterangkan-Menerangkan (contoh: tas merah), namun dalam

bahasa Inggris dikenal susunan Menerangkan – Diterangkan (red bag).

Keluhan pertama pada anak kesulitan membaca di usía sekolah

biasanya berhubungan dengan prestasi sekolah, dan biasanya orang tua

“tidak terima” jika guru melaporkan bahwa penyebab kemunduran

prestasinya adalah kesulitan membaca. Kesulitan yang dikeluhkan

meliputi kesulitan dalam berbicara dan kesulitan dalam membaca.

Berikut ini tanda-tanda anak kesulitan membaca yang mungkin

dapat dikenali oleh guru:

1. Kesulitan mengenali huruf atau mengejanya


27

2. Kesulitan membuat pekerjaan tertulis secara terstruktur misalnya

essay

3. Huruf tertukar tukar, misalnya ‘b’ tertukar ‘d’

4. Membaca lamabat dan terputus putus dan tidak tepat misalnya.

5. Daya ingat jangak pendek yang buruk

6. Kesulitan memahami kalimat yang dibaca ataupun yang didengar

7. Tulisan tangan yang buruk

8. Mengalami kesulitan mempelajari tulisan sambung

9. Ketika mendengarkan seuatu, rentang perhatiannya pendek,

10. Kesulitan dalam mengingat kata-kata

11. Kesulitan dalam diskriminasi visual

12. Kesulitan mengingat nama-nama

13. Kesulitan lambat mengerjakan PR

14. Kesulitan memahami konsep waktu

15. Kesulitan membedajan huruf vokal dengan konsonan

16. Kebingungan atas konsep alfabet dan simbol

17. Kesulitan mengingat rutinitas aktivitas sehari-hari

18. Kesulitan membedakan kanan dan kiri

3. Kemampuan Anak Kesulitan Membaca

Membaca merupakan kegiatan yang melibatakan kemampuan

visual-auditoris secara bersamaan, seperti kemapuan memberikan makna

simbol-simbol yang ada, yaitu huruf dan kata. Anak kesulitan membaca

memiliki IQ antar 90 dan 110 dan kecerdasan di ats rata-rata anak-anak


28

normal, memiliki kesulitan belajar seperti membaca, mengeja, menulis,

dan menghitung. Métode pembelajaran yang menyenangkan bisa

diterapkan oleh guru-guru pengajar anak-anak kesulitan membaca. Salah

satu métode yang mudah diterapkan adalah métode fernald anak akan

diajarkan mengeja tidak hanya berdasarkan apa yang didengarnya lalu

diucapkan kemabali, tapi juga memanfaatkan kemampuan memori visual

(penglihata) serta taktil (sentuhan). Dalam prakteknya mereka diminta

menuliskan huruf-huruf di udara dan di lantai, penglihatan dan sentuhan

sehingga mempermudah otak bekerja mengingat kembali huruf-huruf.

Kesulitan membaca menyerang kemampuan otak untuk menterjemahkan

tulisan yang diterima oleh mata menjadi bahasa yang bermakna, sehingga

juga disebut ketidakmampuan membaca. Kesulitan membaca dapat

dialami oleh semua jenis umur, namun sering terjadi pada anak-anak

karena faktor keturunan.

Métode fernald yaitu memaksimalkan kemampuan visual

(kemampuan penglihatan), audotori (kemapuan pendegaran), kinestik

(kesadaran pada gerak), serta taktil (perabaan) pada anak.

C. Kerangka Berfikir

Métode fernald adalah pembelajaran dengan memilih métode yang

sesuai dengan manfaat modalitas indera. Modalitas yang sering dilibatkan

adalah visual, auditory, kinesthetic, dan tactile.


29

Aulia (2011) menjelaskan bahwa membaca permulaan adalah

tahap awal dalam belajar membaca yang difokuskan kepada mengenal

simbol-simbol atau tanda-tanda yang berkaitan dengan huruf-huruf

sehingga menjadi pondasi agar anak dapat melanjutkan ketahap membaca

selanjutnya.

Kesulitan membaca adalah salah satu jenis kesulitan belajar pada

anak berupa ketidakmampuan membaca. Gangguan ini bukan disebabkan

ketidakmampuan penglihatan, pendengaran, intelegensia, atau

keterampilannya dalam berbahasa, tetapi lebih disebabkan oleh gangguan

dalam proses otak ketika mengolah informasi yang diterimanya. Anak

kesulitan membaca tidak hanya terbatas pada ketidakmampuan seseorang

untuk menyusun atau membaca kalimat dalam urutan terbalik tetapi juga

dalam berbagai macam urutan, termasuk dari atas ke bawah, kiri dan

kanan, dan sering menyebabkan penderita disleksia dianggap tidak

konsentrasi.

Dalam suatu proses mengajar ada unsur yang sangat penting yaitu

metode pengajar yang sangat mempengaruhi hasil belajar siswa untuk

mencapai hasil pembelajaran mebaca tersebut, salah satu dengan

menggunakan métode fernald. Dengan métode fernald proses mebaca

pada anak kesulitan membaca akan lebih berkesan sehingga siswa

memahami suatu bacaan dengan baik. Gambar kerangka pemikiran

berjudul meningkatkan hasil belajar siswa terhadap penerapan métode


30

fernald dalam meningkatkan kemampuan membaca pada anak kesulitan

membaca kelas 04 sekolah dasar.

Gambar 2.1
Kerangka Berfikir

Keadaan Sekarang
Ketidakmampuan membaca yang
Kondisi Awal disebabkan oleh gangguan proses
otak ketika mengolah informasi
yang di terimnya

Penerapan Metode Fernald


1. Kegiatan menelusuri
(perabaan)
Tindakan
2. Mendengarkan (auditoris)
3. Menulis (Gerakan)
4. Melihat (visual)

Hasil yang Dicapai

Hasil 1. Peningkatan proses


belajar siswa
2. Peningkatan hasil belajar
membaca siswa pada
aspek kognitif

D. Hipótesis Tindakan

Dilihat dari tinjauan teoretis dan kerangka berfikir Penelitian ini

dengan menggunakan métode fernald dapat memberikan pengetahuan


31

bagi kepentingan peningkatan kualitas pengajaran di lembaga pendidikan,

khususnya yang berkaitan dengan upaya memajukan peningkatan

kemampuan membaca anak disleksia yang mengalami keterlambatan

kognitif karena gangguan proses otak ketika mengolah informasi yang

diterimanya.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan prosedur bagaimana penelitian

dilakukan. Metode yang akan digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas (PTK) yang dilakukan dalam Kawasan kelas. Menurut Report

(Lina, 2012) dijelaskan bahwa penelitian Tindakan kelas adalah penelitian

untuk membantu seseorang dalam mengatasi secara praktis persoalan yang

dihadapi dalam situasdi darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu sosial

dengan kerjasama dalam kerangka etika yang disepakati bersama.

Penelitian adalah aktifitas mencermati suatu objek tertentu melalui

metodologi ilmiyah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis untuk

menyelesaikan suatu masalah. Tindakan adalah yang sengaja dilakukan

dengan tujuan untuk memperbaik atau yang berbentuk siklus kegiatan dengan

tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu dan kualitas proses

belajar.

Kelas adalah sekelompok siswa dalam waktu yang sama menerima

mata pelajaran yang sama dari seorang guru. Dengan menggabungkan tiga

kata tersebut yakni penelitian, tindakan dan kelas maka dapat disimpulkan

bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang

bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat

memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran yang

dilakukan secara bersama di kelas secara profesional.

32
33

Menurut para ahli PTK adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki

Pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk

memikirkan perqaktik pengajarannya sendiri, agar kritis terhadap praktik

tersebut dan agar mau untuk merubahnya. PTK mendorong guru untuk berani

bertindak dan berfikir kritis dalam mengembangkan teori dan rasional bagi

mereka sendiri, dan bertanggung jawab mengenai pelaksanaan tugasnya

secara professional (Hardjodipuro, 2014).

Menurut Arikunto, dkk (2015) PTK adalah penelitian Tindakan yang

dilakukan oleh guru dengan tujuan memperbaiki mutu praktik praktik

pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus pada proses belajar mengajar yang

terjadi di kelas, dilakukan pada situasi alami. Menurut Arikunto “Tindakan”

adalah suatu kegiatan yang diberikan olehb guru kepada siswa agar mereka

melakukan sesuatu yang berbeda dari biasanya.

Menurut Sugiyono, (2016) PTK adalah pencermatan dalam bentuk

Tindakan tahap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam

sebuah keas secara bersamaan.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dengan

penelitian kelas dapat membantu menyelesaikan masalah-masalah yang

dihadapi oleh seorang guru di dalam kelas, dengan cara mencari jalan

keluarnya dengan mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran yang

lebih baik.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses pelaksanaan

penelitian Tindakan merupakan suatu rangkaian siklus yang berkelanjutan.


34

Proses tersebut merupakan suatu proses dinamis yang meliputi empat siklus,

yaitu : perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Adapun model siklus rancangan penelitian tindakan kelas, dapat

diuraikan sebagai berikut:

Gambar 3.1
Skema Siklus PTK Sumber : arikunto dkk (2008)

1. Perencanaan

Perencanaan selalu mengacu kepada tindakan apa yang

dilakukan, dengan mempertimbangkan keadaan dan suasana obyektif

dan subyektif. Rencana tindakan ini mencakup semua langkah


35

tindakan secara inci. Segala pelaksanaan PTK mulai dari materi,

pelajaran yang mencakup metode.

2. Pelaksanaan

Tahap ini merupakan implementasi (pelaksanaan) dari semua

rencana yang telah dibuat. Tahapan ini, yang berlangsung di dalam kelas

adalah realisasi dari segala teori pendidikan dan teknik mengajar yang sudah

dipersiapkan sebelumnya.

3. Pengamatan

Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan

tindakan. Data yang dikumpulkan pada tahap ini berisi tentang pelaksanaan

tindakan dan rencana yang sudah dibuat, serta dampaknya terhadap proses

dan hasil instruksional yang dikumpulkan dengan alat bantu instrumen

pengamatan yang dikembangkan oleh peneliti. Dalam melaksanakan

observasi dan evaluasi, guru tidak harus bekerja sendiri. Dalam tahap

observasi ini guru bisa dibantu oleh pengamat dari luar (sejawat atau pakar).

4. Refleksi

Refleksi adalah suatu upaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi,

yang telah dihasilkan atau apa yang belum dihasilkan atau apa yang belum

tuntas dari langkah atau upaya yang telah dilakukan. Dengan kata lain,

refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan

pencapaian tujuan.

Tindakan penelitian ini dilakukan dengan II siklus yaitu:


36

Perencanaan pada siklus 1

1. Perencanaan

Mengidentifikasi masalah

Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan memperhatikan

indikator-indikatornya

Membuat lembar kerja siswa Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus

PTK

2. Tindakan

a) Pada awal kegiatan pembelajaran adalah apersepsi guru dengan

menggali pengetahuan siswa dengan pertanyaan yang sifatnya

memotivasi siswa dalam belajar.

b) Melaksanakan langkah-langkah kegiatan pembelajaran

c) Menerapkan metode pembelajaran Pemberian Tugas

d) Membantu kesulitan siswa dalam belajar apabila menemui kendala

saat melakukan tahapan tindakan

e) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

menyimpulkan materi

3. Pengamatan

a) Melakukan pengamatan terhadap penerapan metode

b) Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi dalam penerapan

metode.

c) Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelemahan-

kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang dilakukan guru serta


37

memberikan saran perbaikan pembelajaran berikutnya

d) Melihat kemampuan siswa dalam latihan soal yang diberikan

4. Refleksi

a) Menganalisis temuan saat melakukan observasi

b) Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat melakukan metode

pemberian tugas serta mempertimbangkan langkah selanjutnya

c) Melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran siswa

Perencanaan pada siklus II

1. Perencanaan

Refleksi yang dilakukan pada akhir siklus I bertujuan untuk

mengidentifikasi kemajuan maupun kekurangan yang masih dihadapi. Hasil

refleksi ini digunakan untuk memperbaiki rencana tindakan siklus II.

2. Tindakan

Tindakan II berupa implementasi serangkaian kegiatan pembelajaran

yang telah diperbaiki untuk mengatasi masalah pada siklus I yang belum

tuntas

3. Pengamatan

Observasi pada tindakan siklus II menyangkut aktivitas siswa dan

guru dalam mengikuti kegiatan belajar pembelajaran.

4. Refleksi

Refleksi yang dilakukan pada akhir siklus II bertujuan untuk

mengidentifikasi kemajuan maupun kekurangan yang masih dihadapi.


38

Berdasarkan hasil refleksi tersebut dapat disimpulkan berhasil atau tidaknya

keseluruhan tindakan implementasi pembelajaran di dalam kelas terhadap

peningkatan pemahaman hasil belajar siswa. Dari tahap kegiatan pada siklus I

dan II hasil yang diharapkan adalah:

a) Siswa memiliki kemampuan dan kreatifitas serta selalu aktif

terlibat dalam proses pembelajaran.

b) Guru memiliki kemampuan merancang dan menerapkan metode

pemberian tugas individu

c) Terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia pokok bahasan penulisan huruf capital

2. Kriteria keberhasilan

Suatu program atau tindakan dikatakan berhasil apabila mampu

mencapai kriteria yang telah ditentukan. Kriteria keberhasilan tindakan pada

penelitian ini mengacu pada pendapat Zainal Aqib (2011: 41) dan diterapkan

pada hasil observ asi aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa. Kriteria

keberhasilan tindakan tersebut yaitu:

1. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila rata-rata persentase tiap indikator

mencapai 75%

2. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila peningkatan hasil belajar siswa

hingga 75% siswa dikelas memenuhi ketuntasan minimal yakni 75%.


39

B. Setting Penelitian

Lokasi penelitian adalah di SDN 01 Sumurbandung. Subjek dalam

penelitian ini adalah siswa kelas 04 SDN 01 Sumurbandung dengan jumlah

41 orang. Terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan.

Tabel 3.1
Daftar Jadwal Penelitian
Rencana Juni Juli Agustus
No
Kegiatan 2 3 4 4

1 Permintaan izin
kepala sekolah

2 Permintaan kerja
sama dengan guru
Kelas
3 Persiapan

Menyusun perangkat
pembelajaran
(RPP)
Menyiapkan

alat dan bahan


Menyusun
instrument penelitian
4 Pelaksanaan

Melakukan
tindakan siklus I

Perencanaan dan
pelaksanaan

Observasi
40

Refleksi

Melakukan tindakan
siklus
II

Perencanaan dan
Pelaksanaan
Observasi

Refleksi

5
Pengolahan
data hasil PTK

6
Persiapan

sidang skripsi

C. Instrumen Penelitian

Penelitian merupakan alat yang digunkan untuk mengumpulkan data dan

informasi dalam suatu penelitian. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam

pengumpulan data dan analisis data. Dalam penelitian ini menggunakan

instrument berupa lembar observasi dan soal tes, maka dapat diuraikan sebagai

berikut:

1. Lembar Observasi

Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan

aktivitas guru dan siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan metode eksperimen yang terdiri dari beberapa aspek. Pengisian


41

lembar pengamatan dilakukan dengan membubuhkan tanda chek-list sesuai

dengan gambaran yang diamati.

Tabel 3.2
Lembar Observasi Aktivitas Belajar Guru

Penilaian
NO Aspek yang di amati
BS B C K Jumlah

1 Guru mengajak semua

Siswa berdoa sebelum

Pembelajaran

2 Guru melakukan

komunikasi tentang kehadiran

siswa

3 Guru memberikan

apresiasi kepada siswa

4 Guru menyampaikan

tujuan pembelajaran pada

siswa

Guru menyampaikan
5
materi dengan

menggunakan metode

fernald

pemberian tugas
6
Guru dan siswa melakukan
42

kegiatan tanya jawab

7
Guru membimbing saat

pembelajaran penulisan

8
Siswa tertib dalam

Pembelajaran

9
Guru melakukan variasi

dalam proses pembelajaran

10
Guru membimbing tugas

yang diberikan

11
Guru menyimpulkan hasil
pembelajaran

12
Guru menutup pelajaran
dan memberikan soal evaluasi

Keterangan :

Skor 4 = baik sekali, Skor 3 = baik, Skor 2 = cukup baik, Skor 1 = Kurang

Tingkat Keberhasilan = jumlah skor x 100%

Skor maksimal
43

Pedoman penilaian :

Tabel 3.3
Kriteria penilaian aktivitas guru dan siswa

Tingkat keberhasilan Predikat

90% - 100% Sangat Baik

75% - 90% Baik

55% - 75% Cukup baik

55% Kurang

Tabel 3.4
Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Penilaian
NO Aspek yang di amati
BS B C K Jumlah

1 Siswa berdoa sebelum


Pembelajaran

2
Siswa melakukan komunikasi
tentang teman Sejawat

3 Siswa menyimak apresiasi yang


diberikan guru kepada siswa

4 pembelajaran di sampaikan guru


padasiswa

5
Siswa memperhatikan gambar
huruf yang guru
tempel di papan tulis
44

Guru dan siswa melakukan


kegiatan bertanya jawab
6

Siswa tertib saat pembelajaran


7 berlangsung

8 Siswa berani dan aktif Dalam


mengemukakan pendapatnya

9 Siswa Memperhatikan dengan


sungguh-sungguh, mencatatnya

10 Siswa aktif bertanya kepada guru

Guru dan siswa menyimpulkan


11 hasil pembelajaran

12 siswa mengerjakan soal evaluasi

Keterangan :

Skor 4 = baik sekali, Skor 3 = baik, Skor 2 = cukup baik, Skor 1 = Kurang

Tingkat Keberhasilan = jumlah skor x 100%

Skor maksimal

Pedoman Penilaian:

Tabel 3.5
Penilaian Hasil belajar Siswa
45

Tingkat keberhasilan Predikat

90% - 100% Sangat Baik

75% - 90% Baik

60% - 75% Cukup

55% - 60% Kurang

0% - 55% Gagal

2. Soal Tes

Soal yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal dari

pencapaian indikator hasil belajar siswa pada pada pembelajaran

membaca anak kesulitan membaca. Adapun soal yang diberikan yaitu

soal cerita lalu jumlah soal 10 pilihan ganda dan 5 soal essay, terdiri

dari soal uintuk siklus 1 dan siklus 2 sesuai dengan indikator yang

diterapkan dalam RPP. Pengisian soal tes dilakukan dengan

membubuhkan tanda silang (X) pada jawaban yang tepat.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan untuk memperkuat data observasi,

dokumentasi meliputi daftar hadir siswa dan foto saat pembelajaran

berlangsung.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupkan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan


46

data. Teknik pengumpulam data dapat dilakukan dengan obsevasi

(pengamatan), interview (wawancara), kuisioner (angket), dokumentasi dan

gabungan keempatnya. Tanpa mengetahui data yang memenuhi standar data

yang diterapkan.

Maka untuk memperoleh data dalam penelitian ini penulis melakukan

teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data)

yang dilakukan dengan menggandakan pengamatan dan pencatatan secara

sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran

pengamatan. Observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses

belajar. Yang akan diobservasi dimulai dari kegiatan pendahuluan samapai

penutup, yang dilakukan pada dua orang pengamat yaitu, guru kelas dan

teman sejawat dalam waktu yang bersamaan. Gutu kelas mengamati

peneliti yang sedang melakukan proses belajar-mengajar dan teman

sejawat mengamati siswa.

Pengamatan menuliskan hasil pengamatannya dengan cara

membubuhkan tanda check-list pada kolom yang tersedia sesuai aktivitas

yang sedang diamati.

2. Tes

Tes yaitu penggunaan butir soal atau instrumen soal untuk

mengukur hasil belajar siswa. Tes yaitu sejumlah soal yang mencakup

materi pokok bahasan yang disjarkan atau yang telah dipelajari. Tujuan tes
47

yaitu untuk mengetahui, mengukur, dan mendapatkan data tertulis tentang

kemampuan siswa dalam memahami dan menguasai materi setelah

pembelajaran berlangsung. Jenis tes yang digunakan meliputi tes tertulis

berupa tes akhir (post-tes) dilakukan setelah belajar-mengajar berlangsung.

3. Teknik Análisis Data

Análisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang di peroleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,

dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori,

menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam

pola, memilih yang mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan

membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun

orang lain. Tujuan análisis data ini adalah untuk menjawab permasalahan

penelitian yang telah dirumuskan.

Adapun teknik análisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik análisis statistik yaitu mendeskripsikan kegiatan guru dan

siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan

metode eksperimen melalui hasil belajar yang dicapai oleh siswa selama

belangsungnya kegiatan belajar-mengajar dilakukan pengamatan tentang

pengolahan pembelajaran dan respon siswa.

Tabel 3.6
Kategori Penilaian Ahli

Tidak Kategori Skor


1 Sangat setuju 4
2 Setuju 3
48

3 Tidak setuju 2
4 Sangat tidak setuju 1
Daftar Pustaka
Arikunto, S. (2013). Prosedur penelitian : suatu pendekatan praktik.
Rineka CIpta.
Arikunto, Suharsimi dan Cepi Safruddin Abdul Jabar . 2009. Evaluasi
Program Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Abdurrahman, M. (2012). Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Belajar.
Jakarta: rineka cipta
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan
Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Abdurrahman, Mulyono. 2012. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan
Belajar:Teori Diagnosis, dan Remediasinya. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Abidin, Yusuf. (2009). Guru dan Pembelajaran Bermutu. Bandung: Rizqi
Press.
Aphroditta, M. (2012). Panduan Lengkap Orangtua & Guru Untuk Anak
Dengan Disleksia (Kesulitan Membaca). Joghjakarta: java litera.
Adi Bdul Somad, dkk. (2007). Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia
untuk Kelas X SMA/MA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
Bimo, Walgito. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi
Offset.
Derek Wood, dkk. 2012. Kiat Mengatasi Gangguan Belajar. Yogyakarta.
Katahati
Departeman Pendidikan Indonesia (2008). Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Delphie, Bandi. 2006. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (dalam
setting Pendidikan Inklusi). Bandung: PT Refika Aditama. Hal
114.
Grainger, J. 2003. Problema Perilaku, Perhatian, dan Membaca pada
Anak: Strategi Investasi Berbasis Sekolah (Alih Bahasa: Enny
Irawati). Jakarta: Grasindo.
Gonzales, M., & Brown, T.B.H. (2019). Early Childhood Educators’
Perceptions Of Dyslexia And Ability To Identify Student At-Risk.
Journal Of Education And Learning, 8(3), 1
https://doi.org/10.5539/jel.v8n3p1
Hidayati, Ratna. 2010. Dasar-Dasar Membaca. Menulis dan Berhitung.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

49
50

Jamaris, Martini, Perkembangan Dan Pengembangan Aanak, jakarta : PT


grasindo, 2006.
Lerner, J. W. (2006). Learning disabilities and related disorders. Boston:
Houghton Mifflin Company.
Nurhadi, 2004. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca Suatu
Teknik Memahami Literatur yang Efisien. Bandung : Sinar Baru
Algensindo
Pratiwi, R., & Wulandari, Y. (2018). BAHASA INDONSESIA KELAS IV
SEKOLAH DASAR This research aims to find out the influence of
the Fernald method on the ability.
Permanasari, Wien Ika. 2010. “Pengaruh Kepemilikan Manajemen,
Kepemilikan Institusional, Dan Coporate Social Reszponsibility
Terhadap Nilai Perusahaan”. Skripsi S-1 ; Universitas
Diponegoro Semarang. http://www.enprints.undip.ac.id.
Samniah, Naswiani. (2016). Kemampuan Memahami Isi Bacaan Siswa
Kelas VII Mts Labibia. Jurnal Humanika. 1 (16). ISSN 1979-8296.
Santrock, Jhon W. (2009). Perkembangan Aanak Edisi 11. Jakarta
Erlangga.
Sessiani, Al. (2007). Pengasruh Metode Multisensori dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak
Taman Kanak-Kanak (Studi Eksperimental di Tk ABA 52
Semarang). SKRIPSI.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian dan Peengembangan. Bandung:
alfabeta.
Suharyati. (2005). Multisensori dalam Pembelajaran Bahasa Ujaran
pada Peserta didik Tunarungu. Skripsi Sarjana PLB FIP UPI
Bandung : Tidak Diterbitkan
Solek, Purbaya. (2013). Dyslexia Today Genius Tomorrow), Bandung:
disexia Association of Indonesia Production
Thomson, Jennny. (2014). Memahami Anak Berkebytuhan Khusus
terjemahan Eka Widiyati. Jakarta: Erlangga.
UNRDIP. Tidak diterbitkan.
http://eprints.undip.ac.id/10438/1/Lucky_Ade_S._M2A_003_037.
Diakses Oktober 2011
Widyorini, Endang & Tiel, Julia maría. (2017). Disleksia : Deteksi,
Diagnosis, Penanganan di Sekolah dan di Rumah (Edisi Pert).
Preñada.
51

Widyorini, Endang & Tiel, Julia María.(2017). Disleksia: Deteksi,


Diagnosis, Penanganan Di Sekolah Dan Di Rumah (Edisi Pert).
Preñada.
Walgito, B. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi.
Wita Astuti. (2006). Efektifitas Penggunaan Metode VAKT untuk
Meningkatkan Kemampuan Berbicara Peserta didik Tunagrahita.
Skripsi Sarjana Pendidikan Luar Biasa FIP UPI Bandung. Tidak
diterbitkan.
Yusuf, M. 2003. Pendidikan bagi Anak dengan Problema Belajar. Solo:
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
LAMPIRAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Sekolah : SD NEGRI 1 SSUMURBANDUNG

Kelas / Semester : 4/1

Muatan Terpadu : B.Indonesia

Pembelajaran ke : 3

Alokasi waktu : 3 x 35 Menit

A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangga.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat,
membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah,
sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan
sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia.

B. KOMPETENSI DASAR

Bahasa Indonesia

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi


3.2 Mengemukakan kegiatan
persiapaan menulis (cara duduk,
3.2.1 menunjukan gambar cara-cara
cara menggerakan pensil, cara
meletakan buku yang tepat saat
meletakan buku, jarak antara mata
menulis dengan disiplin
dan buku, pemilihan tempat
dengan cahaya yang terang) yang 3.2.3 menunjukan gambar jarak yang
benar secara lisan baik antara mata dan media menulis
dengan tepat.

4.2 Memperaktikan kegiatan persiapan 4.2.1 mendemonstrasikan cara


menulis (cara duduk, cara meletakan buku yang tepat saat

52
memegang pensil, cara meletakan menulis dengan disiplin
buku, gerakan tangan atas bawah,
4.2.2 mendemonstrasikan jarak yang
kiri-kanan, latihan pelenturan
baik antara mata dan media
gerakan tangan dengan gerakan
menulis,dengan benar.
menulis
diudara/pasir/meja,melemaskan
jari dengan
merwarnai,menjiplak,menggambar,
membuat garis tegak, miring, lurus,
dan lenggkung menjiplak berbagai
bentuk gambar, lingkara, dan
bentuk, huruf ditempat bercahaya
terang) dengan benar.

53
53

C. TUJUAN
1 Dengan melihat gambar dan teks, siswa dapat mengidentifikasi mampu
menunjukan gambar cara-cara meletakan buku yang tepat saat menulis dengan
disiplin.
2 Melaluoi kegiatan tanya jawab , siswa mampu menunjukan gambar jarak yang
baik antara mata dan media menulis dengan tepat.
3 Dengan kegiatan membaca, siswa mampu mendemonstrasikan cara meletakan
buku yang tepat saat menulis demgam disiplin
4 Dengan mengamati contoh yang diberikan guru, siswa mampu mengelompokan
benda, dengan cara mendemonstrasikan jarak yang baik antara mata dan media
menulis, benar.
5 Dengan kegiatan mengamati, siswa mampu melakukan kegiatan menebalkan
garis dan mengidentifikasi benda-benda yang berbentuk bola, tabung, balok,
atau kubus dengan benar.
6 Dengan kegiatan yang diberikan gutru, siswa mampu menceritakan
pengalamnnya menggambar bersama anggota keluarga dengan percaya diri.

5. MATERI
1. Letakan buku yang tepat saat menulis (Bahasa Indonesia)
2. Jarak mata dan media menulis (Bahasa Indonesia)
3. Bangun ruang (Matematika)
4. Kesukaan anggota keluarga (Pkn)

6. PENDEKATAN & METODE


Pendekatan : Scientific

Strategi : Cooperative Learning

Teknik : Example Non Example

Metode : Penugasan, Tanya Jawab

7. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu

Kegiatan 1. Melakukan Pembukaan dengan Salam dan Dilanjutkan 10


Dengan Membaca Doa (Orientasi)
Pendahuluan menit
2. Mengaitkan Materi Sebelumnya dengan Materi yang
akan dipelajari dan diharapkan dikaitkan dengan
pengalaman peserta didik (Apersepsi)
3. Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari
pelajaran yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-
hari. (Motivasi)
63Kegiatan Ayo Mengamati 65

53
54

 Guru memperlihatkan gamabar tentang cerita menit


kegemaran keluarga serta catra meletakan buku dan
Inti mengatur jarak antara mata dengan buku (creative
and inovative)
 Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai yang
telah di amati. (Collaboration)
 Guru menanyakan tentang alat-alat menggamba,
siswa mampu mengelompokan bentuk benda .
(Collaboration)
 Guru memberikan contoh penulisan, siswa mampu
melakukan kegitan menebalkan garis dan mewarnai
gambar (creative)
 siswa mengidentifikasi benda-benda yang berbentuk
bola, tabung, kubus, balok. (mandiri)
 siswa mengelompokan benda-benda yang berbentuk
bola, tabung, kubus, balok. (mandiri)
 guru memberikan gamabar cerita tentang kegemaran
keluarga (creative)
 guru memberikan pertanyaan kepada siswa seputar
gambar cerita tersebut (comunication)
 siswa amampu mengemukakan hasil belajar hari ini
( mandiri)
 guru memberikan penguatan dan kesimpulan
(comunication)
 siswa diberikan kesempatan bertanya dan
menambahkan informasi dari siswa lainnya.
(collaboration)
 guru menutup pembelajaran dengan salam dan doa.

Kegiatan 1. Siswa mapu mengemukan hasil belajar hari ini 15


2. Guru memberikan penguatan dan kesimpulan
Penutup Menit
3. Siswa diberikan kesempatan berbicara /bertanya dan
menambahkan informasi dari siswa lainnya.
4. Menyanyikan salah satu lagu daerah untuk
menumbuhkan nasionalisme, persatuan, dan
toleransi.
Salam dan do’a penutup di pimpin oleh salah satu
siswa.

Soal Tes
Soal Pre Test Menulis Kalimat Sederhana Siswa

Kelas04 SDNegeri 02 Muaraciujung Barat.

54
55

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar!

Susunlah kata-kata berikut menjadi kalimat yang

benar?

sampah – pada – buanglah – tempatnya

kepasar – ibu – pergi – hari - setiap

Buatlah kalimat dengan kata-kata di bawah ini

Pasar

Menyapu

Soal Pilihan Ganda

1. Penggunaan tanda baca yang tepat adalah pada kalimat…..

a. “Nanda berkata” hari ini kita ulangan Bahasa Indoneia.

b. “Hari ini kita ulangan Bahasa Indonesia” kata Nanda.

c. “Hari ini kita ulangan Bashasa Indonesia, kata Nanda.

d. Hari ini kita ulangan Bahasa Indonesia,”kata Nanda”.

2. Paragraf

Siswa kelas empat sedang melaksanakan kerja bakti. Mereka dibagi menjadi
tiga kelompok. Kelompok pertama membersihkan kelas, kelompok kedua
membersihkn halaman, kelompok ketiga membersihkan kamar mandi. Ibu
guru merasa senang melihat pekerjaan muridnya cepat selesai dan
lingkungan sekolah menjadi bersih dan indah.

Pikiran pokok pada paragraf di atas terletak pada…..

a. awal paragraf

b. akhir paragraf

c. tengah paragraf

d. awal dan akhir paragraf

55
56

3. Ide utama dari sebuah paragraf disebut…

a. Kalimat

b. Kata

c. Pikiran pokok

d. Tamda baca

4. Julukan orang yang gemar membaca adalah…..

a. Kutu busuk

b. Kutu buku

c. Ahli baca

d. Ahli buku

5. Petunjuk membuat sesuatu biasanya dilakukan oleh orang yang lebih…

a. Tua

b. Dewasa

c. Berpengaslaman

d. Muda

6. Kalimat yang berhubungan dengan suatu peristiwa adalah….

a. Siapa yang memasak makanan selezat ini?

b. Sebelum tidur sebaiknya kita menggosok gigi terlebih dahulu!

c. Badai tsunami melanda Aceh desember tahun lalu

d. Pencuri itu sedang diintrogasi

7. Mereka berunjuk rasa karena tempat tinggalnya digusur.

Kalimat tanya yang tepat untuk jawaban diatas adalah…..

a. Dimana mereka berunjuk rasa?

b. Mengapa mereka berunjuk rasa?

c. Kapan mereka berunjuk rasa?

d. Apa yang dilakukan mereka?

56
57

8. Tempat yang disediakan untuk pejalan kaki disebut…

a. Trotoar

b. Zebracross

c. Halte

d. Terminal

9. Tempat pemberhentian bus adalah….

a. Bandara

b. Stasiun

c. Halte

d. Pinggir jalan

10. Tadi malam tanteku melahirkan di rumah sakit. Aku menjenguk kesana.
Aku dan ibuku menunggu di ruang bersalin. Tibna-tiba terdengar suara
tangisan bayi. Setelah beberapa saat kami masuk ruangan. Tanteku telah
melahirkan dengan selamat. Bayinya sangat lucu. Kami merasa bahagia.

Gagasan pokok paragraf tersebut adalah…..

a. Aku menjenguk tante di rumash sakit

b. Terdengar sduara tangisan bayi

c. Tanteku telah melahirkan dengan selamat

d. Tanteku melahirkan di rumah sakit.

Soal essay

1. Di dalam sebuah denah pasti terdapat gambar…

2. Tanda arah kebawah pada denah menunjukkan kearah…

3. Ide utama dalam sebuah paragraf disebut…

4. Menunggu bus sebaiknya di…

5. Pak didik adalah seorang kusir, berarti ia mengemudikan …

57
58

Kunci jawaban

Soal Pilihan Ganda

1.b 2.a 3.c 4.b 5.c 6.c 7.b 8.a 9.c 10.c

Soal ess ay

1. Mata angin

2. Selatan

3. Gagasan pokok

4. Halte

5. delman

58

Anda mungkin juga menyukai