Anda di halaman 1dari 14

PERENCANAAN IDENTIFIKASI ANAK LAMBAN BELAJAR

DI SEKOLAH DASAR

Makalah
Disusun dan Diajukan Sebagai Tugas Terstruktur
Mata Kuliah : Pembelajaran Anak Lamban Belajar
Dosen Pengampu : Muhaimi Mughni Prayogo, S. Pd. M. Pd

Nama Kelompok :
1. Galih Refianto (2019015047)
2. Agrahita Dyah Novarel (2019015071)
3. Yani Maghfiroh (2019015072)
4. Hetilia Anista Kata (2019015078)
5. Wahida (2019015383)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA
2021
A. KAJIAN LITERATUR
1. Pengertian Anak Lamban Belajar
Lambat belajar atau slow learner adalah anak yang mempunyai skor IQ yang
lebih rendah dibandikan rata-rata normal dan mempunyai tingkat keberhasilan yang
relatif rendah pada tugas-tugas sekolah dibandingkan dengan anak-anak lain dalam
kelas yang sama. Penyebab dari kesulitan belajar yang dialami oleh anak-anak lambat
belajar terdiri dari lima kategori utama. Kelima kategori itu adalah sebab genetik,
prenatal, perinatal, postnatal dan lingkungan (Dewi,2011).
Ciri-ciri anak lambat belajar antara lain : anak lambat belajar umumnya
mengalami kegagalan dalam memahami pelajaran dan konsep-konsep dasar di bidang
akademik, misalnya membaca, menulis, matematika (berhitung) dan bahasa, selain itu
juga kesulitan dalam menentukan arah, waktu, dan ukuran seperti arah kanan dan kiri,
depan dan belakang, lebar dan sempit. Mempunyai daya ingat yang rendah. Anak
lambat belajar sulit bersosialisasi dengan lingkungan. Anak lambat belajar lebih
sering pasif, minder dan menarik diri dari pergaulan.
Dalam dunia pendidikan masalah-masalah dalam belajar memang perlu
diperhatikan karena akan mengganggu tingkat keberhasilan siswa, sering terdengar
istilah kesulitan belajar pada anak. Menurut Yusuf dkk (1997) kesulitan-kesulitan
belajar bisa terjadi karena adanya cacat pada fisik, mental, dan sosial dan ada
gangguan akademik. Gangguan pada akademik dibagi menjadi dua sebab yaitu
dikarenakan kemampuan intelektual yang rendah serta kesulitan belajar umum. Anak
dengan kemampuan intelektual yang rendah biasanya dikenal dengan Slow Learner
atau lambat belajar, sedangkan kesulitan belajar umum disebut Learning Disability
atau kesulitan belajar.
2. Kemampuan Anak Lamban Belajar dalam Prestasi Belajar
Anak lamban belajar memiliki masalah belajar, seperti memiliki prestasi
rendah, terutama untuk mata pelajaran IPA, Matematika dan Bahasa Indonesia,
mempunyai daya ingat rendah, kurang memperhatikan, mempunyai kecepatan belajar
yang lebih lambat dibandingkan teman sekelasnya, membutuhkan rangsangan yang
lebih banyak untuk mengerjakan tugas sederhana, dan mengalami masalah adaptasi di
kelas. (Resmi Yati Ningsih, 2019 : 30)
Kecerdasan mereka memang di bawah rata-rata, tetapi mereka bukan anak
yang tidak mampu, hanya mereka butuh perjuangan yang keras untuk menguasai apa
yang diminta di kelas regular, artinya anak lamban belajar sebenarnya dapat
mengikuti pembelajaran seperti teman-teman di kelasnya, namun mereka memerlukan
waktu yang lebih panjang dan strategi yang sesuai, seperti menggunakan metode drill
atau latihan untuk meningkatkan daya konsentrasi anak dan mengajarkan dengan
banyak memberikan latihan berupa soal sehingga mereka mempunyai keterampilan.
Selain itu, guru dapat menjadikan pelajaran yang sulit menjadi lebih menyenangkan
dengan menggunakan gambar atau media. Menungakan konsep-konsep dalam praktek
serta aktiviatas sederhana di kehidupan sehari-hari. Selain itu Strategi kolaboratif
dapat menjadi salah satu alternatif bagi guru dalam mengajar anak-anak slow learner,
karena di dalam pembelajaran tersebut, siswa slow learner dapat membangun suasana
belajar dengan mengatasi kesulitan belajar yang mereka hadapi. Menjadi teman
sebaya dan teman kelas, siswa slow learner dapat menggunakan strategi pembelajaran
kolaboratif kelompok sebaya secara signifikan apabila tersedia peluang yang baik.
(Resmi Yati Ningsih, 2019 : 33-34)
Dari pernyataan beberapa ahli diatas, dapat kita simpulkan bahwa Anak slow
learner memiliki masalah belajar, seperti memiliki prestasi rendah, terutama untuk
mata pelajaran IPA, Matematika dan Bahasa Indonesia, mempunyai daya ingat
rendah, kurang memperhatikan, mempunyai kecepatan belajar yang lebih lambat
dibandingkan teman sekelasnya.
3. Karakteristik ALB dari segi Perkembangan Kognitif
Kata kognitif atau “cognition” secara etimologi merupakan bahasa Inggris
yang bersinonim dengan “Knowing” atau mengetahui. Sedangkan pengertian kognisi
lebih luas adalah bagaimana memperoleh, menyusun, dan menggunakan suatu
pengetahuan. Proses perkembangan kognitif erat kaitanya dengan proses
perkembangan otak. Berbagai penelitian dilakukan untuk melihat bagaimana
perubahan otak terjadi mulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa. Masih banyak
yang belum tahu iketahui dari proses perkembangan otak tersebut, seperti yang
dikatakan Blair dalam Aniswita, Neviyarni menyatakan bahwa sampai dewasa ini
penelitian yang dilakukan belum mampu mengungkap perubahan masalah otak begitu
juga dengan hubungan antara perkembangan otak dengan pendidikan anak. Syaraf
otak terus berkembang setidaknya sampai usia remaja, dan perkembangan maksimal
itu terjadi saat masa kanak-kanak. Terkait dengan perkembangan syaraf ini ada
beberapa istilah yaitu myelination Synapse, dan lateralisasi (Santrock, 2004).
Steven R. Shaw (dalam Maylina Purwaningtyas, 2014 : 23-24)
mengungkapkan bahwa anak lamban belajar memiliki kecerdasan dan prestasi
akademik yang rendah, tetapi berbeda dari anak dengan masalah kognisi atau
berkesulitan belajar, anak lamban belajar dapat menunjukkan prestasi yang lebih
tinggi ketika informasi disampaikan dalam bentuk konkret, tetapi akan mengalami
kesulitan mempelajari konsep dan pelajaran yang bersifat abstrak, dan anak
mengalami kesulitan kognitif dalam mengorganisasir materi baru dan mengasimilasi
informasi baru ke dalam informasi sebelumnya.
Anak lamban belajar memiliki kapasitas kognitif yang terbatas, mereka
kesulitan berpikir secara abstrak. Anak lamban belajar umumnya hanya tertarik pada
pelajaran yang menunjukkan suatu hal yang konkret, mengalami keterbatasan
berpikir, sulit melakukan perintah bertahap, tidak memiliki tujuan dalam menjalani
masa esok, lambat merespon rangsangan/adaptasi sosial, kemampuan mengingatnya
rendah karena mereka sulit berkonsentrasi, kesulitan mengungkapkan pemikirannya
melalui bahasa. Mereka juga miskin imajinasi dan tidak punya pemikiran akan masa
depan (kesulitan melihat konsekuensi akan suatu tindakan di masa depan). (Faizah,
dkk, 2017 : 147-148)
Kemampuan kognitif meliputi beberapa hal, yaitu pertama, atensi yang berarti
proses menangkap informasi dengan indera, proses mengingat dan proses interaksi
dengan teman sebaya. Kedua, bahasa yaitu kemampuan berkata-kata, menyuarakan
nada, menangkap, dan memahami apa yang disampaikan. Ketiga, memori yaitu
kemampuan mengumpulkan, menyimpan dan mengeluarkan informasi yang diterima,
kemampuan ini sama halnya dengan kemampuan mengigat. Keempat, problem
solving yaitu kemampuan memecahkan masalah dan mencari soluasi yang bersifat
konkret atau yang bisa dilihat diraba, dan dipegangnya. Kelima, psikomotorik yaitu
kemampuan bertinfak yang dilakukan setelah mempelajari sesuatu. (Hasan Basri,
2018 : 2)
Anak lamban belajar memiliki kelemahan kognitif yang membutuhkan
pengulangan tambahan untuk mempelajari atau memahami konsep-konsep baru.
Kondisi ini membuatnya mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir. Ia
memiliki daya tangkap yang lebih lambat dibandingkan rata-rata orang seusianya
sehingga memerlukan pertolongan ekstra untuk dapat berhasil. (Pichla, Gracey, dan
Currie (dalam Septy Nurfadhillah, 2021 : 182-183))
Dari pendapat beberapa ahli diatas, dapat kita simpulkan bahwa anak lamban
belajar memiliki kecerdasan dan prestasi akademik yang rendah, tetapi berbeda dari
anak dengan masalah kognisi atau berkesulitan belajar, anak lamban belajar dapat
menunjukkan prestasi yang lebih tinggi ketika informasi disampaikan dalam bentuk
konkret, tetapi akan mengalami kesulitan mempelajari konsep dan pelajaran yang
bersifat abstrak, dan anak mengalami kesulitan kognitif dalam mengorganisasir materi
baru dan mengasimilasi informasi baru ke dalam informasi sebelumnya. Dan mereka
kesulitan berpikir secara abstrak. Anak lamban belajar umumnya hanya tertarik pada
pelajaran yang menunjukkan suatu hal yang konkret, mengalami keterbatasan
berpikir, sulit melakukan perintah bertahap, tidak memiliki tujuan dalam menjalani
masa esok, lambat merespon rangsangan/adaptasi sosial, kemampuan mengingatnya
rendah karena mereka sulit berkonsentrasi, kesulitan mengungkapkan pemikirannya
melalui bahasa.
4. Karakteristik ALB dari segi Perkembangan Bahasa
Anak lamban belajar memiliki masalah bahasa atau komunikasi baik dalam
menyampaikan ide atau gagasan (bahasa ekspresif) maupun memahami penjelasan
orang lain (bahasa reseptif). Oleh karena itu, bahasa yang sederhana, singkat, dan
jelas sebaiknya digunakan dalam komunikasi dengan anak lamban belajar. (Nani
Triani dan Amir (dalam Maylina Purwaningtyas, 2014 : 21)
Kemampuan berbahasa perlu dilatih, seperti kemampuan reseptif yaitu
menyerap, menangkap dan memahami apa yang disampaikan dan kemampuan
ekpresif yaitu kemampuan berkata-kata, menyuarakan nada juga mengungkapkan
emosi.
Dari pernyatan diatas, dapat kita simpulkan bahwa anak lamban belajar (slow
learner) memiliki masalah Bahasa/komunikasi dalam menyampaikan ide maupun
penjelasan orang lain. Anak slow learner ini akan mdah memahami penjelasan jika
Bahasa yang disampaikan itu sederhana, singkat, dan jelas.
5. Karakteristik ALB dari segi Perkembangan Motorik
Menurut Rumini (1980) menjelaskan bahwa keadaan fisik anak slow learner
sama seperti anak-anak normal pada umumnya. Secara fisik anak slow learner tidak
menunjukan keanehan. Namun bila dilihat dari perkembangan motoriknya, anak slow
learner terlihat lebih lamban. Perkembangan motorik yang lamban menyebabkan anak
lamban belajar dan memiliki keterampilan yang rendah. Oleh sebab itu, anak slow
learner seringkali mengalami kesulitan dalam koordinasi motorik ketika
menggunakan pensil atau berolahraga.
Anak slow learner sulit diidentifikasi karena penampilan luarnya sama seperti
anak normal dan dapat berfungsi normal. Namun Anak slow learner memiliki
kekhasan yaitu membutuhkan waktu dan intensitas yang lebih lama dan banyak
berulang-ulang untuk menyelesaikan tugas akademik maupun non-akademik. Oleh
sebab itu, dalam proses mendampingi tumbuh kembang anak slow learner, orangtua
perlu memiliki cara yang efektif dan efisien dalam memberikan pendampingan baik
dalam proses belajar akademik maupun proses tumbuh-kembangannya.
Anak lamban belajar memiliki keterbatasan keterampilan, seperti keterampilan
mekanis yang terbatas, konsep diri yang rendah, hubungan interpersonal yang belum
matang, permasalahan komunikasi, pemahaman terhadap peran sosial yang tidak
tepat. Namun untuk motorik/geraknya, anak lamban belajar tidak terlihat berbeda
dengan anak-anak normal. Aspek perkembangan ini sangat mempengaruhi seluruh
aspek perkembangan lainnya karena akan berpengaruh terhadap kepercayaan diri
seseorang. (Umi Latifa, 2017 : 188)
Dari pendapat beberapa ahli, kita dapat menyimpulkan bahwa kemampuan
motorik anak slow learner sama seperti anak-anak normal pada umumnya. Secara
fisik anak slow learner tidak menunjukan keanehan. Namun bila dilihat dari
perkembangan motoriknya, anak slow learner terlihat lebih lamban. Perkembangan
motorik yang lamban menyebabkan anak lamban belajar dan memiliki keterampilan
yang rendah. Oleh sebab itu, anak slow learner seringkali mengalami kesulitan dalam
koordinasi motorik ketika menggunakan pensil atau berolahraga.
6. Karakteristik ALB dari segi Perkembangan Emosi
Steven R. Shaw (dalam Maylina Purwaningtyas, 2014 : 23-24)
mengungkapkan bahwa siswa lamban belajar mempunyai konsep diri yang rendah
dan dapat menyebabkan permasalahan emosi dan tingkah laku, motivasi belajar siswa
hampir selalu berkurang dan siswa beresiko tinggi drop out.
Menurut (Resmi Yati Ningsih,2019:23), Anak lamban belajar memiliki emosi
yang kurang stabil, hal ini ditunjukkan dengan anak lamban belajar yang sensitif,
mudah menyerah ketika mengalami tekanan atau melakukan kesalahan, dan mudah
marah meledak-ledak. Ketika ada orang yang mengejek, slow learner akan
tersinggung. Ketika slow learner melakukan kesalahan, maka slow learner pun akan
mudah patah semangat dan minder, apalagi dengan nilai-nilai buruk yang
didapatkannya, maka hal itu akan menurunkan motivasinya. Motivasi yang rendah
pada anak yang mengalami kesulitan belajar dapat disebabkan karena sering
berhadapan dengan tugas-tugas yang sulit. Selain itu, pada umumnya anak lamban
belajar (slow learner) motivasinya rendah.
Dari beberapa pendapat ahli diatas, dapat kita simpulkan bahwa anak slow
learner itu memiliki konsep diri yang rendah yang mengakibatkan permasalahan
emosi dan tingkah laku, motivasi belajar yang sering berkurang/drop out. Lebih
tepatnya lagi, bahwa anak slow learner memiliki emosi yang kurang stabil sehingga
membuat anak tersebut sedikit sensitive atau mudah tersinggung. Dan anak slow
learner akan mudah patah semangat dan minder, apalagi jika nlai buruk yang
didapatkannya.
7. Karakterstik ALB dari segi Perkembangan Sosial
Menurut (Nani Triani dan Amir (dalam Maylina Purwaningtyas, 2014 : 22),
Anak lamban belajar ditinjau dari aspek sosial, biasanya kurang baik dalam
bersosialisasi. Anak lamban belajar lebih sering menarik diri saat bermain. Selain itu,
anak lamban belajar lebih senang bermain dengan anak-anak yang berusia di
bawahnya. Anak merasa lebih aman karena saat berkomunikasi dapat menggunakan
bahasa yang sederhana.
Menurut (Resmi Yati Ningsih, 2019 : 23-24), Dilihat dari aspek social, slow
learner kurang baik dalam hal sosialnya. Ketika bersama anak seumurannya, slow
learner cenderung pasif bahkan menarik diri. Slow learner lebih senang bermain
dengan anak di bawah usianya, karena slow learner dapat menggunakan bahasa yang
sederhana saat berkomunikasi dan itu membuatnya aman dan gembira. Ketika
berhadapan dengan orang yang lebih dewasa, slow learner memiliki tingkah laku
lekat, bersikap sopan, memiliki prasangka terhadap guru di sekolah, dan kadang
melakukan protes ketika ada yang dinilai kurang mempedulikannya.
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari beberapa ahli diatas yaitu karakteritik
pada sosial yang dimiliki anak slow learner biasanya kurang baik dalam bersosialisasi.
Anak lamban belajar lebih sering menarik diri saat bermain. Selain itu, anak lamban
belajar lebih senang bermain dengan anak-anak yang berusia di bawahnya. Anak
merasa lebih aman karena saat berkomunikasi dapat menggunakan bahasa yang
sederhana.
B. PROSEDUR IDENTIFIKASI
1. Wawancara
Wawancara (interview) adalah salah satu kaedah mengumpulkan data yang
paling biasa digunaakan dalam penilitan sosial. Kaedah in diguakan ketika subjek
kajian fdan penilit berada langsug bertatap muka dalam proses mendapatkan
informasi bagi keperluan data primer. Wawancara digunakan unutk mendapatakan
informasi yang berhubungan dengan fakta, kepercayaan, perasaan keinginan dan
sebagainya ang di perlukan unutk memenuhi tujuan penelitian. Wawancara
mengharuskan kedua belah pihak baik itu penilit maupn subjek kajian bertemu dan
berinteraksi langsung dan katif agar dapat mencapai tujuan dan data yang di dapat
baik dan akurat.
2. Observasi
Observasi adalah proses pengamatan sistematis dari aktivitas manusia dan
pengatura fisik dimana kegiatan tersebut berlangsung secara terus menerus di lokasi
aktiftas bersifat alami untuk menghasilkan fakta. Oleh karna itu observasi merupakan
cakupan penilitian. Observasi juga bisa di artika sebagai proses komplek, tersusun
dari berbagai proses biologis, psikologis da melibatkan pengamatan persepsi dan
ingatan.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi atau yang biasa disebut dengan kajian dokumen merupakan
teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian
dalam rangka memperoleh informasi terkait objek penelitian. Dalam studi
dokumentasi, peneliti biasanya melakukan penelusuran data historis objek penelitian
serta melihat sejauhmana proses yang berjalan telah terdokumentasikan dengan baik.
Berikut adalah penjelasan seputar pengertian Studi Dokumentasi, Kekurangan dan
kelebihannya.

BAGAN PROSEDUR INDENTIFIKASI KARAKTERISTIK ALB

Kajian Membuat kisi- Pengembangan Pelaksanaan


Literatur kisi berdasarkan kisi-kisi menjadi identifikasi bagi
teori dari kajian instrumen anak ALB
literatur

Teori tentang : 1. Kisi-kisi berisi 1. Alat untuk 1. Wawancara


1. Kemampuan aspek apa saja yang mengambil data 2. Observasi
ALB dalam akan digali. Setiap yang di perlukan 3. Studi
presentasi aspek dijabarkan 2. Dikembangkan dari Dokumentasi
2. Kemampuan dalam indicator kisi-kisi yang telah
ALB dalam data. dibuat
aspek,perkemba 2. Berisi indicator dan
ngan butir soal/butir item
( kognitif,bahas dalam instrument
a,motorik 3. Aspek dan indicator
social,emosi) diperoleh dari
3. Kajian literatur kajian teori/kajian
harus dari literatur.
sumber yang
valid, buku dan
C. KISI- KISI INSTRUMEN IDENTIFIKASI ALB

NO ASPEK INDIKATOR TEKNIK NO NO


IDENTIFIKA ITEM ITEM
SI OBV WWN
CR
1 Aspek 1.1 Memiliki prestasi rendah
Observasi & 1 1
Prestasi Wawancara
1.2 Mempunyai daya ingat Observasi & 2 2
rendah Wawancara
1.3 Kurang memperhatikan Observasi dan 3 3
Wawancara
2 Aspek 2.1 Kesulitan mempelajari Observasi & 4 4
Kognitif konsep dan pelajaran yang Wawancara
bersifat abstrak
2.2 Kesulitan dalam Observasi & 5 5
mengorganisasir materi baru Wawancara
2.3 Mengasimilasi Observasi & 6 6
informasi baru ke dalam Wawancara
informasi sebelumnya

2.4 Mengalami keterbatasan Observasi & 7 7


berpikir Wawancara

2.5 Sulit melakukan perintah Observasi & 8 8


bertahap (menjawab) Wawancara,
Dokumentasi
2.6 Tidak memiliki tujuan Observasi & 9 9
dalam menjalani masa esok Wawancara

2.7 Lambat merespon Observasi & 10 10


rangsangan/adaptasi sosial Wawancara
2.8 Kemampuan Observasi & 11 11
mengingatnya rendah Wawancara,
Dokumentasi

2.9 Kesulitan Observasi & 12 12


mengungkapkan Wawancara
pemikirannya melalui bahasa

3 Aspek Bahasa 3.1 Sulit memahami Observasi & 13 13


perkataan orang lain yang Wawancara
panjang
3.2 Sulit mengungkapkan Observasi & 14 14
ide Wawancara
3.3 Sulit merangkai kalimat Observasi & 15 15
Wawancara
3.4 Sulit mengungkapkan Observasi & 16 16
pendapatnya Wawancara

4 Aspek 4.1 Keterampilan mekanis Observasi & 17 17


Motorik yang terbatas Wawancara
4.2 Konsep diri yang Observasi & 18 18
rendah Wawancara
4.3 Sulit dalam menulis Dokumentasi, 19 19
(menggunakan pensil,dll) wawancara, dan
kata-kata yang panjang atau observasi
rumit
5 Aspek Emosi 5.1 Memiliki sifat sensitive
Observasi & 20 20
Wawancara
5.2 Mudah menyerah dan Observasi & 21 21
mudah minder Wawancara
5.3 Memiliki motivasi yang Observasi & 22 22
rendah Wawancara
5.4 Memiliki emosi yang Observasi & 23 23
kurang stabil Wawancara
6 Aspek Sosial 6.1 Kurang baik dalam Observasi & 24 24
bersosialisasi Wawancara
6.2 Lebih sering menarik Observasi & 25 25
diri saat bermain Wawancara
6.3 Lebih senang bermain Observasi & 26 26
dengan anak-anak yang Wawancara
berusia di bawahnya

6.4 Merasa lebih aman Observasi & 27 27


karena saat berkomunikasi Wawancara
dapat menggunakan bahasa
yang sederhana.

D. INSTRUMENT IDENTIFIKASI
Nanti ini diisi dengan table instrument OBSERVASI & WAWANCARA & STUDI
KASUS dengn contoh format ada di grub
Dan untuk isinya itu manut sama KISI-KISI yang ada diatas itu YAA
YANG RAPI YA TABLE NYAA… MAKASIHH

NIH TAK KASIH CONTOH FORM INTRUMENTNYA BIAR GA COPAS LAGI


YA
INGAT!! HARUS IKUTI KISI-KISI YANG UDAH AKU BUAT !
(SATU LAGI YA, TOLONG SETELAH AKU KIRIM INI SILAHKAN
DIKERJAIN YA, GA USAH NUNDA2 KERJAAN, SOAL E KITA JUGA BUTUH
UNTUK WAWANCARA LANGSUNGNYA)
AKU TUNGGU HARI MINGGU/SENIN YA MANTEMAN, MAAF KALO
NGEBURU-BURU KALIAN, SEMUA INI BIAR KITA BISA CEPET SELESAI,
TERUS NNATI KALO DAH DIBUAT SEMUA NIH YG INSTRUMENNYA,
TOLONGG BANGETT LANGSUNG KIRIM KE GRUB YA BIAR LANGSUNG
AKU EDIT2)

KALIAN TINGGAL FOKUS AJA BAGIAN YANG INI AJA, GA USAH GANTI2
POINT2 YANG LAIN, NNATI AKU BINGUNG NGEDITNYA, MAKASIH

INSTRUMEN OBSERVASI

Hari/Tanggal Observasi :

Observer :
Objek Observasi :

NO Indikator Ya Tidak Keterangan


.
1. Sulit mengingat materi pelajaran

A. Panduan Wawancara INSTRUMEN WAWANCARA

Informan:
Pewawancara:
No. Pertanyaan Jawaban

3. Panduan Studi Dokumentasi


Nama Siswa :
Kelas / Sekolah :
No. Nama Dokumen Deskripsi Informasi yang Diperoleh
DAFTAR PUSTAKA

Faizah, U. R. (2017). Psikologi Pendidikan: Aplikasi Teori di Indonesia. Malang: Universitas


Brawijaya Press.

Latifa, U. (2017). Aspek Perkembangan pada Anak Sekolah Dasar. Academia Journal of
Multidisciplinary Studies, 1(2), 188.

Nurfadhillah, S. (2021). Pendidikan Inklusi Pedoman bagi Penyelenggaraan Pendidikan


Anak Berkebutuhan Khusus. Sukabumi: CV Jejak.

Ningsih, R. Y. (2019). Strategi Pembelajaran Bagi Siswa Slow Learners dalam Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Kelas V di SDN 158 Seluma. 23-24 dan 30-34.

Purwatiningtyas, M. (2014). Strategi Pembelajaran Anak Lamban Belajar (Slow Leaners) Di


sekolah Inklusi SD Negeri Giwangan Yogyakarta. 20-24.

Santrock, J. W. (2004). Psikologi Pendidikan; edisi terjemahan. Jakarta : Prenadamedia


Group.

Sri Rumini. (1980). Pengetahuan Subnormalitas Mental. Yogyakarta: UNY

Yusuf, M., Harianti, D., Aminah., & Widyastono, H.1997. Laporan Penelitian Profil
Siswa SD, SLTP yang memerlukan Perhatian/Pelayanan Khusus dan Yang Berkesulitan
Belajar. Jakarta : Pusbang Kurrandik
JOB DISCRIPTION

NO NAMA ANGGOTA KETERANGAN

1 Agrahita Dyah Novarel Kajian Literatur, Menyusun Kisi-kisi


(2019015071) identifikasi, mengedit makalah
2

Anda mungkin juga menyukai