LANDASAN TEORI
Lamban belajar adalah siswa yang memiliki potensi intelektual sedikit dibawah
normal namun tidak termasuk sebagai tunagrahita (retardasi mental). Siswa lamban
rangsangan, dan adaptasi sosial, namun siswa tersebut masih lebih baik dibandingkan
dengan tunagrahita, hanya saja mereka lebih lambat dibandingkan dengan siswa yang
memiliki potensi intelektual yang normal. Siswa tersebut berjuang untuk mengikuti
tuntutan akademik dalam ruang kelas regular. Amelia (2016:57) menyatakan bahwa:
Siswa dengan lamban belajar sebenarnya adalah siswa normal namun mereka
tidak tertarik untuk belajar dibawah sistem pendidikan yang diterima secara
tradisional. Siswa tersebut mungkin memiliki masalah tidak hanya dengan satu
mata pelajaran tetapi juga dengan kemampuan koordinasi seperti membaca,
menulis, olahraga, atau berpakaian”. Siswa dengan lambat belajar memiliki
perilaku pendiam, pemalu, kurang percaya diri, dan kesulitan dalam berteman.
Mereka cenderung bermasalah dengan pemikiran yang bersifat abstrak seperti
dalam pelajaran sosial atau dalam mengerjakan masalah tematik.
Triani dan Amir (2017:3) mengatakan bahwa “Anak lamban belajar adalah
mereka yang memiliki perstasi belajar rendah atau sedikit di bawah rata-rata dari anak
pada umumnya, pada salah satu atau seluruh area akademik”. Dari pernyataan tersebut
diketahui bahwa anak lamban belajar bisa saja lemah dalam satu aspek akademik,
beberapa aspek akademik, atau bahkan seluruh aspek akademik. Pernyataan Triani dan
Amir diperkuat oleh pernyataan dari Sugihartono (2013:151) yang menyatakan bahwa
“lamban belajar adalah kesulitan belajar yang disebabkan anak sangat lamban dalam
proses belajarnya, sehingga memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan
anak lain dalam melakukan kegiatan belajar”. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
9
10
Borah (2016: 139) bahwa “seorang siswa bisa saja gagal dalam suatu mata pelajaran,
menambahkan bahwa “pada kebanyakan kasus, lamban belajar terjadi karena siswa
gagal belajar pada tingkat yang sama dibandingkan dengan mayoritas siswa lainnya”.
Pendapat tersebut secara tersirat menyatakan bahwa lamban belajar terjadi pada
sebagian kecil siswa pada suatu kelas, dan tidak setiap kelas terdapat anak lamban
belajar. Kecerdasan anak lamban belajar di bawah rata-rata teman sebayanya, namun
tidak memenuhi kualifikasi untuk masuk sekolah luar biasa. Pernyataan tersebut
sejalan dengan pernyataan Borah (2016: 139) yang menyatakan bahwa “anak lamban
belajar adalah siswa dengan kemampuan kognitif di bawah rata-rata, namun tidak bisa
lamban belajar memiliki IQ antara 76 dan 89, dan berjumlah sekitar 8% dari total
populasi sekolah”.
lamban belajar merupakan anak yang mengalami lamban belajar, lamban terampil, dan
juga lamban dalam memahami suatu informasi yang diperoleh. Anak lamban beajar
dampak tertentu. Oleh sebab itu, orang tua perlu memiliki kesadaran dan pengetahuan
atas kondisi anaknya yang lamban belajar, dengan demikian orangtua diharapkan
mampu memiliki pola pengasuhan dan pendampingan yang baik dan tepat untuk
anaknya. Pola asuh dan bimbingan yang sesuai dengan kondisi masing-masing anak
menjadi modal utama bagi anak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Pendampingan yang baik akan membantu anak dalam memahami materi yang
11
pertolongan ekstra untuk dapat berhasil. Menurut Triani & Amir (2017:4-5),
karakteristik yang dimiliki oleh siswa lamban belajar dapat dilihat dari beberapa
aspek, yaitu:
siswa normal pada umumnya yaitu berkisar antara 70-90 berdasarkan skala
siswa lamban belajar diajak berbicara oleh orang lain ia sulit memahami
menggunakan Bahasa yang sederhana, jelas dan mudah dipahami oleh siswa
lamban belajar.
3. Aspek emosi, siswa lamban belajar cenderung memiliki emosi yang kurang
stabil, sangat sensitive, dan juga mudah marah. Ketika siswa lamban belajar
dengan mudah patah semangat dan minder, apalagi dengan nilai-nilai buruk
yang ia dapat membuat turunnya motivasi belajar dari siswa lamban belajar
itu sendiri.
dalam belajar selama ±20 menit, setelah itu siswa tersebut akan gelisah
2) Mudah beralih perhatian dan mudah lupa, siswa lamban belajar memiliki
dayaa ingat yang cukup rendah, ia tidak mampu mengingat suatu hal
untuk di ulang.
3) Eksplosif, siswa lamban belajar bisa dengan mudah berreaksi atau mudah
dahulu.
4. Aspek sosial, Ketika bersama dengan teman sebayanya, siswa lamban belajar
cenderung pasif dan mengurung diri, ia lebih menyukai bermain dengan siswa
5. Aspek moral, siswa lamban belajar mengetahui sebuah aturan yang berlaku,
namun siswa tersebut tidak faham untuk apa aturan itu dibuat. Siswa lamban
belajar pun terkadang tidak patuh terhadap aturan yang ada karena
13
memorynya yang kurang baik, sehingga siswa lamban belajar mudah lupa dan
sebagai berikut: 1) kondisi fisik seperti siswa normal; 2) tingkat intelegensi rendah; 3)
lamban dalam proses berfikir; 4) mengalami masalah hampir pada semua bidang; 5)
sulit mengerti hal-hal abstrak; 6) sulit mengungkapkan ide; 7) emosi kurang stabil; 8)
daya konsentrasi rendah; 9) minat dan motivasi belajar rendah; 10) mudah lupa dan
beralih perhatian; 11) lebih suka bermain dengan anak dibawah usianya; 12) tidak
memahami aturan dan kegunaannya, dan 13) bergantung kepada guru dan orang tua”.
mereka lamban didalam mengamati dan mereaksi peristiwa yang terjadi pada
seringkali tidak memperhatikan apa dan bagaimana suatu pekerjaan itu dikerjakan; 4)
pengetahuan satu dengan pengetahuan yang lainnya; 5) mereka sangat lamban dalam
memahami konsep abstrak, dan 6) mereka memiliki kesulitan pada saat mengerjakan
siswa lamban belajar meliputi beberapa aspek, yaitu: aspek intelegensi, aspek Bahasa,
aspek emosi, aspek sosial dan aspek moral, dimana dalam setiap aspek disebutkan
yang bersifat abstrak, sehingga untuk memahami sesuatu hal siswa lamban
3. Mereka kesulitan menerapkan konsep yang lama kedalam konsep yang baru.
Selain itu, dalam hal tertentu siswa lamban belajar dikarenakan adanya factor
suatu bagian dari pengetahuan satu dengan pengetahuan yang lainnya, dan
mereka memiliki kesulitan pada saat mengerjakan soal ataupun tugas sekolah
4. Aspek Bahasa, ketika siswa lamban belajar diajak berbicara dengan orang
lain ia sulit untuk memahami perkataan orang tersebut sehingga orang yang
mudah difahami.
5. Aspek emosi, siswa lamban belajar cenderung memiliki emosi yang kurang
stabil, sangat sensitive, dan juga mudah marah, adapula ciri-ciri emosi siswa
lamban belajar adalah sebagai berikut: daya konsentrasi rendah mudah beralih
apa dan bagaimana suatu pekerjaan itu dikerjakan, mudah lupa, dan eksplosif.
6. Aspek sosial, ketika bersama dengan teman sebayanya, siswa lamban belajar
dengan siswa yang usianya berbeda di bawahnya atau yang sama sama
7. Aspek moral, siswa lamban belajar mengetahui sebuah aturan yang berlaku,
namun siswa tersebut tidak faham untuk apa aturan itu dibuat sehingga siswa
Menurut Misky, dkk (2021:59) Strategi yang dapat dilakukan guru terhadap
Berdasarkan kutipan diatas maka yang menjadi acuan untuk strategi yang
digunakan guru dalam membangun karakter kedisiplinan siswa yang lamban belajar