1. Kajian Literatur
Lakukan pencarian literatur terkait masalah yang diidentifikasi.
Baca artikel, jurnal, buku, atau sumber informasi lain yang relevan dengan
topik masalah.
Identifikasi faktor-faktor yang dikaitkan dengan masalah tersebut berdasarkan
temuan dalam literatur.
2. Wawancara dengan Guru/Kepala Sekolah/Pengawas Sekolah/Rekan Sejawat di
Sekolah:
Ajukan pertanyaan kepada guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, atau rekan
sejawat yang memiliki pengalaman terkait masalah yang diidentifikasi.
Tanyakan pengalaman, pandangan, dan pemikiran mereka mengenai penyebab
masalah tersebut.
Catat informasi yang diperoleh dari wawancara sebagai referensi untuk
menganalisis penyebab masalah.
3. Wawancara dengan Pakar dan Pihak Terkait Lainnya:
Carilah pakar atau pihak terkait lainnya yang memiliki keahlian atau
pengalaman dalam masalah yang diidentifikasi.
Lakukan wawancara dengan pakar tersebut untuk mendapatkan wawasan dan
pemahaman lebih mendalam tentang penyebab masalah.
Tanyakan saran atau rekomendasi mereka mengenai langkah-langkah yang
dapat diambil untuk mengatasi masalah tersebut.
Mintalah masukan, arahan, dan saran dari mereka untuk membantu Anda
menganalisis penyebab masalah secara lebih mendalam.
https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/
pensa/article/download/1541/1090/.
https://ejournal.umbandung.ac.id/
index.php/rasi/article/view/116/122
https://repo-dosen.ulm.ac.id/bitstream/
handle/123456789/25360/pdf%20Buku
%20Ajar%20Anak%20dengan
%20Hambatan%20Intelektual.pdf?
sequence=1&isAllowed=y
3 Hambatan emosi 1. Menurut Kepala Sekolah SMP Muh 1 Hambatan emosi dan
dan perilaku Sleman (Bp. Amin Darojat, S. Pd.I) perilaku adalah anak yang
mengalami gangguan atau
Hambatan emosi membutuhkan hambatan emosi dan
perhatian khusus dari guru. Seorang
guru harus mampu mengenali karakter berkelainan tingkah laku,
masing-masing siswa sehingga dalam sehingga kurang dapat
perlakuannya terkait dengan menyesuaikan diri dengan
pembelajaran juga harus baik terhadap lingkungan
terdeferensiasi. Hambatan emosi setiap keluarga, sekolah dan
anak pasti tidak sama, perkembangan masyarakat. Gangguan yang
pola pikir akibat pola asuh dan ditandai dengan pola
pergaulan sosial masing- tingkah laku dissosial,
masing. Perilaku yang cenderung tidak agresif atau menentang,
baik juga diakibatkan besarnya
yang berulang dan menetap
hambatan emosi akibat dari kurangnya
si anak untuk bisa menyesuaikan diri
terhadap lingkungan yang
baru. Pembelajaran berdeferensiasi saat
ini menjadi solusi yg paling tepat dalam
meghadapi permasalahan hambatan
emosi siswa dan perilaku siswa yg
cenderung lambat dalam proses
penyesuain diri dalam kelas