Anda di halaman 1dari 13

LK 1.

2 HASIL EKSPOLASI PENYEBAB MASALAH


NAMA : Elly Sofa
NARA SUMBER :
1. Kepala Sekolah : Dra. Ari Indra Prihatiningsih
2. Teman Sejawat : Siti Nurul Mukminatin, S.Pd

Masalah yang
Hasil eksplorasi penyebab Analisis eksplorasi penyebab
No telah
masalah masalah
diidentifikasi
1 a. Pedagogik : Kajian Literatur :
Kurangnya Setelah melakukan analisis pada
minat belajar Minat belajar adalah kajian pustaka dan hasil wawancara
siswa kecenderungan individu untuk maka ditemukan dua faktor yang
memiliki rasa senang tanpa ada mempengaruhi kurangnya minat
paksaan sehingga dapat belajar siswa, yaitu:
menyebabkan perubahan 1. eksternal
pengetahuan, ketrampilan dan 2. internal.
tingkah laku (dalam Susanto, Masalah motivasi siswa yang kurang
2013: 62) dalam belajar sangat erat
hubungannya dengan beberapa
Menurut syah (2003: 132) masalah yaitu:
Faktor yang mempengaruhi minat 1. Kurangnya perhatian guru
belajar ada tiga macam, yaitu : kepada siswa yang motivasi
1) Faktor internal Adalah faktor belajarnya masih rendah.
dari dalam diri siswa yang 2. Masalah motivasi sebenarnya
meliputi dua aspek, yakni: berasal dari diri siswa itu sendiri,
a) aspek fisiologis namun ini bisa ditangani dengan
b) aspek psikologis penguatan oleh lingkungan sekitar
dalam hal ini guru dan keluarga.
2) Faktor Eksternal Siswa Faktor 3. Guru perlu mengadakan
eksternal terdiri dari dua macam pendekatan khusus emosional
a) Lingkungan Sosial kepada siswa
b) Lingkungan Nonsosial 4. Guru diharapkan bisa memahami
apa yang menjadi kebutuhan
3) Faktor Pendekatan Belajar. siswa yang sebenarnya, agar
proses pembelajaran menjadi
menyenangkan dan siswa bisa
menerima pelajaran dengan baik,
sehingga berdampak positif
dengan hasil belajar.
5. Siswa tidak semuanya memiliki
bakat dibidang sains, ada siswa
yang berbakat dibidang kesenian,
olahraga dan lain-lain. Hal ini
juga harusnya menjadi
pertimbangan guru, jika siswa
yang tidak berbakat dalam sains,
mereka tetap harus belajar sains
karna mengikuti kurikulum, maka
minat siswa tergantung bagai
mana guru memotivasinya,
berikan penguatan-penguatan
verbal pada siswa, jelaskan
manfaat pembelajaran materi
tersebut apa, kaitkan dengan cita-
cita siswa.
6. Sebagai guru kita harus punya
kemampuan untuk menarik
Wawancara: perhatian siswa, dalam hal ini guru
dituntut untuk menjadi pribadi
1. Motivasi siswa kurang. yang menarik dan disenangi, agar
2. Terjadi pembiaran siswa tidak takut dengan guru dan
kepada siswa yang mata pelajaran yang diajarkan oleh
kurang termotivasi. guru tersebut.
3. Minat dan bakat siswa
berbeda.
4. Rasa percaya diri siswa.
5. Guru yang kurang dalam
hal pendekatan dengan
siswa.
6. Pelajaran yang dirasa
siswa membosankan.
7. Guru tidak menggunakan
media yang interaktif.

b. Literasi:
Rendahnya kesadaran Kajian Pustaka : Setelah dianalisis dari kajian
Literasi siswa Menurut Jessica (2017) Ada pustaka dan hasil wawancara,
beberapa faktor maka dapat disimpulkan
yang menyebabkan rendahnya kesadaran literasi
rendahnya budaya literasi siswa bisa disebabkan oleh
tersebut, antara lain: beberapa faktor. Antara lain :
1. Kebiasaan membaca 1. Siswa tidak minat membaca
belum dimulai dari dan cepat bosan dengan buku-
rumah. buku karna dianggap tidak
2. Perkembangan menarik dan mainset siswa
teknologi yang makin yang menganggap bahwa
canggih membaca itu tidak terlalu
3. Sarana membaca yang penting untuk mereka. Tanpa
minim mereka sadari bahwa dengan
4. Kurang motivasi untuk membaca mampu
5. Sikap malas untuk meingkatkan kemampuan
mengembangkan berfikir kritis siswa.
gagasan 2. Tidak ada kontrol keluarga
terhadap siswa yang
kemampuan literasi nya
rendah, kontrol orang tua
dalam penggunaan gawai oleh
siswa pun tidak ada.
3. Karna siswa kebanyakan sibuk
dengan gawai sehingga minat
baca mereka kurang, dari
lingkungan keluargapun tidak
membiasakan anak untuk
membaca dirumah, tidak
tersedianya buku-buku bacaan
dirumah, tidak adanya kontrol
orang tua, membuat siswa
semakin malas membaca.
4. Koleksi buku perpustakaan
yang tidak diperbaharui,
hanya memiliki koleksi lama
yang
Wawancara: terkesan tidak up to date
membuat siswa semakin
1. Siswa tidak minat enggan mengunjungi
membaca. perpustakaan.
2. Siswa cepat bosan dengan 5. Kondisi buku yang rusak juga
buku. membuat siswa enggan
3. Bagi siswa buku membaca buku. LKPD dan
membosankan. Penuntun praktikum yang
4. LKPD dan buku sama disediakan gurupun dianggap
membosankannya bagi sama membosankan dengan
siswa, tidak menarik dan buku.
tidak menantang. 6. Dalam hal ini, guru harus
5. Tidak ada kontrol dari memotivasi siswa untuk
keluarga. membaca, berikan tugas
6. Siswa kecanduan gawai. membaca kepada siswa yang
7. Kebiasaan membaca tidak belum pandai membaca, buat
dari rumah. buku kontrol tugas yang bisa
8. Koleksi buku berinteraksi dengan orang tua
perpustakaan yang tidak secara tidak langsung,
diperbaharui. gunakan “JAM NOL” untuk
9. Kondisi buku yang sudah melakukan kegiatan literasi
tidak baik. disekolah.
10. Guru kurang memotivasi 7. Guru membuat penuntun
siswa untuk membaca. praktikum atau LKPD yang
menarik, bergambar dan
sistematis agar siswa tidak
miskonsepsi dan tertarik
dengan membaca dan
menyelesaikan tugas dalam
LKPD.

c. Numerasi : Kajian Pustaka:


Menurut Affandi (2021: Setelah dianalisis dari kajian
Siswa tidak menguasai pustaka dan hasil wawancara,
matematika sederhana 424) numerasi adalah
kemampuan berhitung maka dapat disimpulkan bahwa:
secara matematis guna 1. Kemampuan numerasi adalah
memberikan solusi terhadap salahsatu kemampuan yang
masalah manusia dalam wajib dikuasai oleh siswa,
kehidupan karna selain untuk menunjang
proses pembelajaran, juga
berguna untuk kehidupan siswa
sehari-hari.
sehari-hari. Kemampuan 2. Kemampuan numerasi erat
numerasi juga merupakan hubungannya dengan
sebagai salah satu senjata kemampuan literasi, hal ini juga
untuk meningkatkan taraf disebabkan oleh kurangnya
kualitas manusia dari kontrol orang tua dan terjadi
berbagai segi kehidupan. pembiaran oleh guru.
Pembelajaran Matematika 3. Untuk mengatasi hal ini, guru
(numerasi) sampai dan orang tua harus
sekarang masih menjadi bekerjasama, mengawasi anak
salah satu mata pelajaran dalam belajar mengoperasikan
yang ditakuti oleh matematika sederhana, dengan
kebanyakan siswa karena memberikan latihan-latihan
cakupan materi yang yang sesuai dengan kebutuhan
berupa operasi hitung yang dan kemampuan siswa.
sering membuat siswa 4. Guru meminta siswa untuk
bingung sehingga tidak mengurangi penggunaan mesin
hitung/ kalkulator dalam
memperhatikan menyelesaikan soal operasi
pembelajaran dan matematika sederhana. Dengan
berdampak pada hasil membiasakan diri dengan
belajar yang menurun. angka, maka siswa akan
menguasai matematika.
Wawancara: 5. Guru harus melakukan
1. Kemampuan dasar pendekatan pada siswa,
siswa dari lulus SD memotivasi dan peduli pada
dirasa kurang. siswa yang belum mampu juga
2. Kurangnya perhatian penting untuk memotivasi anak.
keluarga. 6. Guru harus membiasakan siswa
3. Terbiasa menggunakan rumus-rumus
menggunakan fisika, mengenalkan satuan-
kalkulator. satuan kepada siswa dengan
4. Siswa ingin berfikir pendekatan yang mudah
praktis. dimengerti, sesuai dengan
5. Kurangnya kemampuan dan daya tangkap
dukungan dan siswa.
pengawasan 7. Membuat segitiga serbaguna
keluarga. pada rumus-rumus fisika yang
6. Terkadang terjadi akan digunakan dalam materi
pembiaran oleh tertentu.
guru.
7. Pendekatan guru
kurang, dan guru
kurang memotivasi
siswa untuk
memahami numerasi.
8. Kurangnya kerjasama
guru dan orang tua
dalam mengontrol
anak.
2 a. Pembelajaran yang Kajian pustaka : Setelah dianalisis dari kajian
cenderung terpusat kepada pustaka dan hasil wawancara, maka
guru, membuat siswa Menurut Faturrohman dapat disimpulkan bahwa:
menjadi tidak aktif dalam (2006 : 2) penting dalam 1. Guru tidak boleh mendominasi
proses pembelajaran. proses belajar mengajar, jalannya proses pembelajaran,
guru sebagai pengajar karna pembelajaran harus
tidak mendominasi bersifat student center, bukan
kegiatan, tetapi terfokus pada guru.
menciptakan atmosfer 2. Sebelum mengajar guru harus
belajar siswa serta membangun atmosfer belajar
memberikan motivasi dan yang bagus, melakukan
bimbingan agar siswa pendekatan yang benar dengan
mengembangkan potensi siswa, agar pembelajaran
dan kreatifitasnya masing- menjadi menyenangkan.
masing. Perilaku guru 3. Guru kurang menguasai kelas
akan berkorelasi positif juga bisa dikarnakan kurangnya
dengan prestasi siswa jika penguasaan pedagogik guru,
mampu mengalokasikan sehingga antara guru dan siswa
dan menggunakan waktu tidak ada koneksi dalam proses
dalam belajar. pembelajaran. Guru sibuk
menjelaskan dan siswa hanya
Wawancara: diam mendengarkan.
4. Guru kurang bisa menguasai
1. Guru kurang bisa kelas bisa jadi karna guru itu
menguasai kelas. sendiri tidak percaya diri
2. Guru lebih suka dengan apa yang dia
menggunakan metode sampaikan, guru lebih nyaman
konvensional (ceramah) menggunakan metode
3. Siswa malu untuk konvensional (ceramah) karna
bertanya dan berdiskusi. metode ini dianggap praktis
4. Guru kurang memotivasi dan mudah digunakan, juga
siswa. guru beranggapan bahwa
dengan metode ini hasil belajar
siswa akan baik, padahal jelas
metode ini sudah tidak sesuai
dengan tuntutan zaman.
5. Kebanyakan guru masih
mempertahankan “cara lama”
karna efisiensi waktu dan tidak
adanya pelatihan khusus untuk
memperkenalkan metode dan
model model pembelajaran.
Kebanyakan guru juga
kesulitan dalam mengusai IT
sebagai salah satu media
pembelajaran, terkadang bukan
karna tidak mau dan tidak
mampu, tapi tidak punya
sarana dan prasarana dalam
menunjang proses
pembelajaran, padahal pada
kenyataannya untuk
meggunakan metode
pembelelajaran yang beragam,
tidak harus menggunakan IT.
6. Siswa yang malu bertanya bisa
disebabkan oleh beberapa
faktor, bisa karna ketidak
tahuan, bisa juga karna tidak
percaya diri, hal ini bisa
disiasati dengan memotivasi
siswa agar mau berinteraksi
selama proses pembelajaran,
dan bisa juga dengan
melakukan pembimbingan
terarah pada siswa agar
pembelajaran berjalan dengan
baik.
b. Siswa berkebutuhan Kajian Pustaka :
khusus tidak dapat bergaul Pengertian anak berkebutuhan Dari hasil kajian pustaka da
dengan teman sebayanya, khusus mencakup anak-anak yang dilaksanakan, maka diperoleh ke
siswa cenderung memiliki kelebihan atau boleh dijadikan masalah dalam pr
memisahkan diri dan tidak keunggulan dari anak-anak normal masih bisa ditangani, tidak bole
peduli dengan lingkungan (jenius, gifted and telended) dan sekolah. Jika ABK masih bis
sekitar anak-anak yang memiliki pendekatan seperti biasa, namun ji
kekurangan dari anak-anak oleh guru dan sekolah non INKLU
normal. (mega Iswari, 2007, dengan orang tua untuk meminda
hal.44). dengan kebutuhan ABK tersebut.
Guru mata pelajaran harus
mendapatkan bimbingan dari guru
pembimbing khusus agar mereka
dapat memberikan pelayanan
pendidikan anak-anak
berkebutuhan khusus (Prita
Indriawati,2013,hal.52).

Wawancara:

1. Tidak boleh menolak ABK


2. ABK yang tidak menganggu
jangan menjadikan halangan
dalam mengajar.

3 Guru kesulitan dalam Kajian Pustaka :


membangun relasi dengan Menurut Rusyanto (2019) Dari kajian pustaka dan hasil waw
orang tua siswa Ketika orangtua memilih sekolah sebelumnya, dapat di analisis bahw
untuk anaknya, berarti harus Membangun relasi dengan orang tu
menerima segala aturan di sekolah demi kelancaran proses pemb
pilihan itu. Orangtua juga harus komunikasi yang baik dengan o
memahami bahwa, sekolah dan mendapatkan informasi perkemban
guru merupakan kesatuan yang tak tua pun bisa mendapatkan inform
terpisahkan. anak disekolah.
Menurut Harisusilo (2017) Banyak sekali dampak positif kerja
“Banyak penelitian dan studi tua siswa. Orang tua dan gur
tentang dampak positif dari berkolaborasi dalam membimbing a
kemitraan orang tua dengan Solusi untuk orang tua yang jauh
sekolah dalam mendukung untuk berkomunikasi dengan orang
keberhasilan siswa. Untuk itu, Sedangkan untuk orang tua yang
sekolah perlu untuk melibatkan melakukan kunjungan kerumah sisw
orangtua dalam proses pendidikan. Guru juga bisa membuat LKPD y
Hubungan orang tua dan guru tua, sediakan ruangan kecil untuk
harus terjalin baik demi kelancaran LKPD tersebut agar perkembangan
proses pembelajaran.

Wawancara:
1. Jika orang tua sibuk bekerja,
bisa melakukan kunjungan ke
rumah siswa di sore hari.
2. Bisa melakukan kontrol siswa
via WA atau HP.
3. Orang tua kurang dilibatkan
dalam tugas siswa.
4. Komunikasi Bisa lewat catatan
kecil di LKPD atau tugas siswa.
4 1. Kesulitan guru dalam Kajian Pustaka : Dari kajian pustaka dan hasil waw
menerapkan Problem Taufik (2012) mengungkapkan sebelumnya, dapat di analisis bahw
Based Learning (PBL) bahwa kunci utama PBL terletak Penting dalam sebuah pembelajara
maupun Project Based pada penerapan masalah untuk tepat, agar minat siswa terhadap m
Learning (PJBL) mendorong dan mengarahkan terpacu. Salah satu model pembel
proses belajar. Landasan PBL keaktifan siswa adalah model PBL
adalah teori konstruktivisme yaitu model tersebut, mampu menghilan
belajar adalah sebuah proses terpusat pada guru.
membentuk pengetahuan atau Guru nyaman dengan metode kon
pengalaman baru berdasarkan tidak bisa menggunakan metode lai
pengetahuan awal siswa. guru berfikir bahwa dengan ceram
Menurut Tyas (2017) Fakta di dengan apa yang diajarkan guru, pa
lapangan, hasil wawancara dengan ceramah tidak sesuai lagi dengan
guru mengungkap bahwa PBL kurikulum.
bukanlah model pembelajaran Guru harus banyak mengikuti MG
yang mudah untuk dalam menggunakan model dan me
diimplementasikan sehingga guru baik PBL, PJBL atau yang lain
merasa enggan untuk tahapan atau syntax dari metode
menggunakannya. Hal ini akan mudah dan percaya diri dal
disebabkan oleh beberapa faktor tersebut dikelas.
dan salah satunya adalah faktor Jika guru kesulitan dalam memaha
belum terbiasa sehingga kebiasaan beragam, maka sebanarnya guru
guru yang masih melaksanakan mengaplikasikan semuanya, cukup
pembelajaran konvensional. yang dipahami terutama PBL dan P
satu cara mengajak anak untuk be
Wawancara: benar-benar paham alur nya agar
karna penyampaian materi yang ku
1. Guru nyaman mengajar dengan
ceramah.
2. Guru mempertahankan metode
konvensional padahal sudah
tidak relevan dengan zaman.
3. Guru merasa materi akan tuntas
jika menggunakan metode
ceramah.
4. Tidak ada pelatihan dan
pengenalan metode baru bagi
guru
5. Guru kurang menguasai
tahapan/Syntax dari model
Pembelajaran.

2. Ketakutan siswa dalam Kajian Pustaka: Dari kajian pustaka dan hasil waw
penerapan PBL maupun Problem Based Learning (PBL) sebelumnya, dapat di analisis bahw
PJBL merupakan suatu model
pembelajaran yang juga memiliki Siswa tidak terbiasa menggunakan
beberapa kelemahan. Menurut merasa tidak mampu dalam meme
Sanjaya (2007:219), kelemahan hingga akhirnya takut mencoba.
Problem Based Learning (PBL) Guru harus bisa memberikan mo
adalah sebagai berikut: pada siswa, bahwa siswa mampu
a) Jika siswa mempunyai menjelaskan bahwa guru tetap a
kepercayaan bahwa masalah yang siswa selama proses pembelajaran b
dipelajari sulit untuk Guru harus sudah paham dengan
dipecahkan,maka siswa akan akan digunakan (PBL/PJBL), jika g
merasa enggan untuk mencoba guru akan mudah menguasai kela
b) perlu ditunjang oleh buku yang mengeksplorasi pengetahuan siswa
dapat dijadikan pemahaman dalam diri dan aktif dalam berdiskusi.
kegiatan pembelajaran Guru tetap menjadi jembatan dalam
c) pembelajaran model Problem tidak boleh mendominasi kelas,
Based Learning (PBL) berpusat pada siswa.
membutuhkan waktu yang lama
d) tidak semua mata pelajaran
dapat diterapkan model ini.

Wawancara:
1. Siswa tidak percaya diri
melakukan presentasi.
2. Siswa takut mengemukakan
pendapat.
3. Siswa takut salah dalam
menyelesaikan masalah.
4. Kurangnya bimbingan guru
ketka menggunakan model
PBL/PJBL.
5. Siswa kurang termotivasi untuk
aktif dalam proses pembelajaran.

5 Siswa belum mampu berfikir Kajian Pustaka: Dari kajian pustaka dan hasil waw
secara kritis pada proses Menurut Sanjaya (2006: 3) sebelumnya, dapat di analisis bahw
pembelajaran. mengatakan bahwa “Guru
memiliki pengaruh dalam proses Guru harus memiliki keahlian dala
pendidikan”. Bertalian dengan hal HOTS. Guru harus banyak mela
tersebut bahwa guru merupakan HOTS, agar nantinya bisa menjad
kunci dari keberhasilan sebuah HOTS dikemudian hari.
pendidikan. Tingkat kemampuan Guru harus banyak menimba ilmu
berfikir kritis siswa di Indonesia pengaplikasian HOTS dalam soa
masih rendah. Salah satu faktor kepada siswa, bisa kewat membac
penyebabnya adalah siswa di sebagainya agar guru bisa membua
Indonesia kurang terlatih dalam agar siswa terbiasa dengan soal-soa
menyelesaikan soal-soal yang Siswa harus dibiasakan dengan s
bersifat kontekstual, menuntut salah satu caranya iyalah menyelip
penalaran, argumentasi dan proses pembelajaran berlangsung
kreativitas dalam dijadikan sebagai bahan evaluasi,
menyelesaikannya. sebagai selingan/permainan/teka-te

Wawancara:

1. Siswa tidak terbiasa dengan


soal HOTS.
2. Guru tidak punya kemampuan
atau ketrampilan membuat soal
HOTS dan mengajak siswa
berfikir kritis.
3. Dalam soal yang dibuat guru
atau pihak terkait (MGMP,
Panitia Ujian AKM dll) tidak
berorientasi HOTS.

Kajian Pustaka :
6 Sarana dan prasarana Sarana prasarana adalah sesuatu Dari kajian pustaka dan hasil waw
yang kurang mendukung yang sangat penting dan vital sebelumnya, dapat di analisis bahw
dalam memanfaatkan dalam mendukung kelancaran dan Guru tidak boleh menjadikan ke
teknologi kenyamanan dalam pembelajaran, sebagai alasan untuk tidak mela
sehubungan dengan pendidikan secara inovatif.
yang membutuhkan sarana Sarana dan prasarana disekolah m
prasarana, sarana prasarana dapat dengan kelancaran proses pembe
dimanfaatkan guru maupun siswa guru masih digolongkan tidak bisa
dalam proses pembelajaran namun guru harus berfikiran terb
(MAZAYAH, 2019). Sarana menggunakan. Agar ketrampilan g
pendidikan disebut sebagai sarana IT juga berpengaruh terhadap ke
belajar yaitu suatu peralatan yang pembelajaran, karna penggunaan
digunakan dalam kegiatan komputer) juga bisa meningkatkan
pembelajaran (Bafadal, 2004). Sarana dan prasarana yang tidak le
Siswa akan lebih cepat dan mudah jumlah, bisa disiasati dengan m
dalam pembelajaran apabila penggunaan alat, membuat jadwa
sekolah memilki sarana prasarana laboratorium, maupun dengan mem
yang memadai, strategi dan diguanakan di dalam kelas.
kecakapan guru dalam mengajar
dan pemanfaatan sarana prasarana
yang sesuai (Purwanto, 2007).
Prasarana merupakan keseluruhan
perlengkapan yang tidak secara
langsung mendukung dalam
proses pendidikan disekolah.
Prasarana belajar berupa gedung
sekolah, ruangan, lapangan.
Sarana belajar berupa buku,
fasilitas sekolahan, media
pembelajaran. Kelengkapan sarana
prasarana belajar menjadikan
kondisi pembelajaran lebih baik.
(Syahputra, Erwin, 2015). Jika
penyediaan sarana prasarana
kurang akan berpengaruh pada
minat siswa dalam belajar.

Wawancara:
1. Masih ada guru yang belum
punya ketrampilan dalam
menggunakan sarana dan
prasarana pendukung
pembelajaran.
2. Sarana dan prasarana tidak
lengkap, dan kurang dalam segi
jumlah.
3. Meskipun sarana dan prasarana
kuran, guru tetap dituntut untuk
membuat media interaktif agar
siswa aktif.

NOTE : Dokumentasi Kegiatan Wawancara : https://youtu.be/8CENCVkX0sA

Anda mungkin juga menyukai