1. Kajian Literatur
Lakukan pencarian literatur terkait masalah yang diidentifikasi.
Baca artikel, jurnal, buku, atau sumber informasi lain yang
relevan dengan topik masalah.
Identifikasi faktor-faktor yang dikaitkan dengan masalah
tersebut berdasarkan temuan dalam literatur.
2. Wawancara dengan Guru/Kepala Sekolah/Pengawas Sekolah/Rekan
Sejawat di Sekolah:
Ajukan pertanyaan kepada guru, kepala sekolah, pengawas
sekolah, atau rekan sejawat yang memiliki pengalaman terkait
masalah yang diidentifikasi.
Tanyakan pengalaman, pandangan, dan pemikiran mereka
mengenai penyebab masalah tersebut.
Catat informasi yang diperoleh dari wawancara sebagai
referensi untuk menganalisis penyebab masalah.
3. Wawancara dengan Pakar dan Pihak Terkait Lainnya:
Carilah pakar atau pihak terkait lainnya yang memiliki
keahlian atau pengalaman dalam masalah yang diidentifikasi.
Lakukan wawancara dengan pakar tersebut untuk
mendapatkan wawasan dan pemahaman lebih mendalam
tentang penyebab masalah.
Tanyakan saran atau rekomendasi mereka mengenai langkah-
langkah yang dapat diambil untuk mengatasi masalah tersebut.
Mintalah masukan, arahan, dan saran dari mereka untuk
membantu Anda menganalisis penyebab masalah secara lebih
mendalam.
Hasil Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan
teman sejawat, rendahnya minat baca
siswa disebabkan oleh :
1. Fasilitas perpustakaan yang kurang
lengkap,kurang memadai, dan
kurang menarik untuk siswa
kunjungi
2. Tidak ada pembiasaan siswa
membaca atau tidak ada waktu
khusus siswa untuk membaca
disekolah
3. Siswa lebih nyaman dengan
gadgetnya dari pada membaca buku
4. Guru tidak mencotohkan gemar
membaca
5. Fartor dari keluarga yang kurang
mendisiplinkan anak untuk sering
membaca
6. Buku-buku yang kurang menarik
untuk dibaca, siswa lebih tertarik
membaca komik atau novel
7. Karena ejekan kutu buku dari teman
sebaya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
kepala sekolah, factor yang
menyebabkan minat baca siswa rendah
adalah :
1. Siswa kecanduan gadget
2. Guru tidak mencontohkan untuk
gemar membaca.
3. Buku-buku perpustakaan yang
berlum terbaharui
3 Siswa sulit Literatur Setelah dianalisis
untuk Penelitian yang dilakukan oleh Kastri kembali
menyelesaik Fani (2021) tentang analisis berdasarkan
an soal-soal kemampuan siswa dalam menyelesaikan kajian literature,
HOTS soal HOTs pada pelajaran IPA kelas V wawancara, serta
memperoleh hasil bahwa kesulitan yang yang terjadi
dialami peserta didik dalam dilapangan, siswa
menyelesaikan soal HOTs pada sulit
pelajaran IPA adalah peserta didik menyelesaikan
mengerjakan soal dengan terburu-buru, soal-soal HOTS
peserta didik tidak mengetahui dikarenakan :
bagaimana cara menyelesaikan soal 1. Minimnya
dikarenakan peserta didik cenderung pengetahuan
mengalami kesulitan saat memahami guru tentang
soal, peserta didik tidak terbiasa dalam materi dan soal
menyelesaikan latihan soal, rendahnya HOTS yang
tingkat konsentrasi peserta didik dalam disebabkan
proses pembelajaran, rendahnya minat kurangnya
dan pengetahuan peserta didik dalam pelatihan untuk
menyelesaikan soal berbasis HOTs, guru terkait
kondisi kelas yang kurang kondusif pembelajaran
mempengaruhi konsentrasi peserta HOTS, bahkan
didik, serta rendahnya motivasi dari tidak jarang
orang tua dan kondisi ekonomi keluarga guru juga
yang tidak mendukung. Pada penelitian beranggapan
yang dilakukan oleh Kastri Fani ini data bahwa
dokumentasi diperoleh dengan melihat pembelajaran
hasil UN. berbasis HOTS
Referensi : itu sangat
Tri Nuraini, Julianto, ANALISIS FAKTOR PENYEBAB susah dan
KESULITAN SISWA SEKOLAH DASAR KELAS IV
DALAM MENYELESAIKAN SOAL HOTs (HIGH ORDER berlevel tinggi,
THINKING SKILLS) PADA MATA PELAJARAN
IPA,Jurnal Pendidikan Vol. 10 No. 1 Th 2022 baik itu dari
bobot soalnya,
Penelitian yang dilakukan oleh Kastri Fani, metode dan
Fauziana, Rahmiaty ditemukan masalah media yang
pada saat proses pembelajaran digunakan
berlangsung, terlihat siswa yang tidak fokus harus canggih
saat belajar, yakni terdapat siswa yang sehingga
tidak memperhatikan guru yang sedang dengan
menjelaskan materi didepan. Siswa tersebut pemikiran
telalu sibuk berbicara dengan teman seperti itu
sebangkunya, ada juga siswa yang sibuk menyebabkan
bermain dengan benda yang ada guru terus
didekatnya, seperti memutarmutarkan botol nyaman dengan
minumnya, melipat lembaran bukunya dan pembelajaran
mencoret-coret mejanya belajarnya. Saat berbasis LOTS.
guru memberikan tugas latihan pun, ada 2. Kemampuan
beberapa siswa yang tidak mengerjakan literasi dan
soal latihan yang diberikan dan hanya numerasi siswa
beberapa siswa yang benar-benar minat yang kurang,
dalam belajar yang dapat menyelesaikan menyebabkan
soal latihan yang diberikan gurunya. siswa jadi
Kemudian terlihat juga di MIN 25 Aceh malas membaca
Utara, gurunya masih sangat terbatas panjang, malas
dalam memberikan soal- soal IPA tipe HOTS berpikir, dan
kepada siswa dan lebih cenderung bahkan lebih
memberikan soal tipe LOTS dan MOTS. Hal mudah
ini yang mengakibatkan rendahnya menyerah saat
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. dihadapkan
Referensi: dengan soal-
Kastri Fani, Fauziana, Rahmiaty. ANALISIS soal HOTS
KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN
SOALHOTS PADA PELAJARAN IPA KELAS V MIN 25
ACEH UTARA. Journal Of Primary Education.Vol 2 No
2. 2021
Hasil Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan
teman sejawat, sulitnya siswa
mengerjakan soal-soal HOTS
disebabkan beberapa factor,
diantaranya :
1. Siswa belum menguasai basis
numerasi dan literasi
2. Siswa enggan untuk membaca
bacaan panjang
3. Guru kurang menguasai materi dan
membuat soal berbasis HOTS
4. Kebiasaan belajar siswa yang
berbasis LOTS ( Low Order Thinking
Skills) dimana pembelajaran hanya
mencatat, menyalin, menghafal dan
mengikuti arahan dari teman yang
lebih pintar serta arahan dari guru.
5. Guru masih minim memberikan
soal-soal HOTS
6. Guru belum memperbaharui atau
mengupgrade soal-soal yang
berkaitan dengan kondisi sekarang.
7. Siswa kurang memahami perintah
dalam soal berbasis HOTS
Berdasarkan hasil wawancara kepala
sekolah, sulitnya siswa menyelesaikan
soal-soal HOTS dikarenakan oleh :
1. Guru belum paham dengan
pembelajaran bebasis HOTS
2. Kurangnya pelatihan bagi guru
mengenai pembelajaran berbasis
HOTS
3. Daya tangkap siswa untuk
menganalisa soal-soal HOTS
4 Guru Literatur Setelah dianalisis
kurang Menurut Mulyani (2000:70) kembali
optimal mengungkapkan, bahwa, model berdasarkan
dalam pembelajaran merupakan suatu pola kajian literature,
pengaplikasi atau rencana yang dipakai guru dalam wawancara, serta
an model- mengorganisasikan materi yang terjadi
model pembelajaran, maupun kegiatan peserta dilapangan
pembelajara didik dan dapat dijadikan petunjuk kurang
n inovatif bagaimana guru mengajar di kelas. optimalnya guru
pada proses Pengunaan model pembelajaran tertentu dalam
pembelajara akan menghasilkan pencapaian tujuan- pengaplikasian
n tujuan yang telah diprogramkan. model-model
Referensi : pembelajaran
Yuliana Prihatin.2019.Model inovatif pada
Pembelajaran Inovatif. Manggu Makmur proses
Tanjung Lestari. Bandung pembelajaran
dikarenakan :
Model pembelajaran adalah kerangka 1. Pengetahuan
konseptual yang melukiskan prosedur guru tentang
yang sistematis dalam model
mengorganisasikan pengalaman belajar pembelajaran
peserta didik untuk mencapai tujuan masih kurang
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai dikarenakan
pedoman bagi perancang pembelajaran kurangnya
dan guru dalam merencanakan dan pelatihan
melaksanakan aktivitas belajar sehingga guru
mengajar. (Syaiful Sagala, 2005) kurang
Referensi: termotivasi
Abdul Rahnan Tibahary, Muliana.2018.Journal of
pedagogy.Model-model pembelajaran inovatif. Vol
menggunakan
1 No 1 model
Hasil Wawancara pembelajaran
Berdasarkan hasil wawancara dengan karena
teman sejawat, Guru kurang optimal dianggap ribet,
dalam pengaplikasian model-model mahal, dan
pembelajaran inovatif pada proses memakan
pembelajaran disebabkan karena : waktu yang
1. Guru belum memahami dan cukup lama.
menguasai model pembelajaran 2. Terbatasnya
inovatif yang cocok dengan sarana dan
karakteristik dengan materi prasarana
pembelajaran disekolah
2. Guru kurang mengikuti pelatihan, 3. Mindset
kurang mengupgrade ilmu gurubahwa
tentang variasi model-model membuat siswa
pembelajaran inovatif paham, paling
3. Terbatasnya sarana dan baik adalah
prasarana yang tersedia dengan
4. Guru lebih nyaman belajar menjelaskan.
dikelas dan masih berbasis model 4. Fokus
pembelajaran konvensional pembelajaran
5. Tekanan waktu yang terbatas bagi hanya pada
guru untuk mengaplikasikan lembar kerja
model pembelajaran inovatif siswa.
6. Kesejahteraan guru yang belum 5. Guru tidak
terpenuhi. mau repot
Berdasarkan hasil wawancara dengan untuk
kepala sekolah, Guru kurang optimal mengimplemen
dalam pengaplikasian model-model tasikan model
pembelajaran inovatif pada proses pembelajaran
pembelajaran disebabkan karena : inovatif.
1. Guru enggan ikut dengan perubahan
kurikulum
2. Pengadaan sarana dan prasarana
yang kurang
3. Tidak adanya laboratorium
4. Kurangnya sosialisasi dan pelatihan
guru
5 Pemanfaat Kajian Literatur Setelah dianalisis
Refenrensi IT yang
Sri Lestari. 2015. Faktor-faktor yang diintegrasika
mempengaruhi pemanfaatan TIK oleh guru.
Balai Pengembangan Media Televisi Pendidikan. n pada
Jawa Timur
pembelajaran.
Menurut Suyanto Kendala utama dalam 2. Adanya
Hasil Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan
teman sejawat yang menyebabkan
penggunaan IT kurang optimal dalam
pembelajaran dikarenakan :
1. Kurangnya fasilitas sarana IT
yang tersedia disekolah
2. Guru yang belum terbiasa dan
belum menguasai IT
3. Guru kurang menguasai
aplikasi-aplikasi IT yang dapat
dipakai dalam pembelajaran
4. Guru yang kurang termotivasi
untuk belajar IT
5. Akses kesetaraan siswa, tidak
semua siswa bisa
mengoperasikan teknologi IT,
dan ketersediaan sarana untuk
siswa baik dirumah maupun
disekolah,
6. Materi belum terintegrasi
dengan teknologi IT
guru dan Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati (2004 : 26) kajian literature
adalah : mendidik
urusan sekolah
4. Orang tua beranggapan bahwa tugas
mendidik hanya tugas dari guru dan
pihak sekolah.