Anda di halaman 1dari 31

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah

NAMA : THERESIA AVILA


NOMOR PESERTA : 201504001242
SEKOLAH ASAL : SMA NEGERI 1 TITEHENA
KABUPATEN : FLORES TIMUR

N Masalah yang telah Analisis eksplorasi


Hasil eksplorasi penyebab masalah
o. diidentifikasi penyebab masalah
1  PEDAGOGIK PEDAGOGIK PEDAGOGIK
a. Peserta didik  Kajian Pustaka Setelah dianalisis
memiliki https://kumparan.com/sofiana-tri- Dari kajian
motivasi belajar lestari/rendahnya-motivasi-belajar- literatur dan
yang masih siswa-dipengaruhi-oleh-kemajuan- wawancara maka
rendah, lebih teknologi-1yQgTF3Muq8 penyebab dari
banyak diam 1. Penelitian yang dilakukan oleh masalah ini
dan menunggu Rismana et al (2020) di SMP Negeri 6 adalah:
konfirmasi dari Kota Tasikmalaya menunjukkan
Guru tanpa bahwa penggunaan jejaring sosial atau  Pembelajaran
berusaha untuk media sosial berdampak pada dikelas yang
berpikir kritis menurunnya motivasi dan prestasi monoton dan
belajar siswa. Hal ini juga berkaitan berpusat pada guru
dengan informasi yang didapatkan aktif menyebabkan
melalui website DataIndonesia.id, siswa pasif, jenuh,
bahwa pada Januari 2022 ngantuk, diam dan
penggunaan media sosial mengalami malas untuk
kenaikan sebesar 12,35%. Sehingga berpikir kritis
banyaknya pengguna aktif media sosial  Guru jarang
menjadi 191 juta jiwa. menyiapkan
Kemudahan dalam mengakses LKPD(Lembar kerja
berbagai hal terkadang malah peserta didik) untuk
membuat peserta didik menjadi lebih mengasah
asyik untuk berselancar di dunia maya kemampuan
sehingga menyampingkan masalah berpikir kritis siswa
pendidikan. Hal itulah yang membuat dalam pembelajaran
motivasi belajarnya menjadi menurun.  Persipan Guru yang
Peserta didik akan semakin malas kurang maksimal
untuk belajar, mengerjakan tugas, dalam menerapkan
atau bahkan sekedar mencerna materi strategi
yang diajarkan. pembelajaran yang
dapat memacu
 Menurut Sharon (2014), dalam (Ly semangat belajar
dan Koroh, 2021:47) seorang guru siswa dikelas
bertanggung jawab mengatur
lingkungan belajar, yaitu
memfasilitasi empat ranah belajar.
Empat ranah belajar ini meliputi
ranah kognitif, afektif, kemampuan
motorik, dan interpersonal.

 http://repository.untag-sby.ac.id/
109/3/BAB%20II.pdf Faktor yang
mendukung dan menghambat
motivasi belajar Menurut Dimyati
dan Mujiono (2009) faktor-faktor
yang mempengaruhi atau
mendukung motivasi belajar adalah
sebagai berikut:

a. cita-cita atau aspirasi siswa

b. kemampuan belajar

c. kondisi jasmani dan rohani siswa

d. kondisi lingkungan kelas

e. upaya guru dalam membelajarkan


siswa

Menurut Arden N. Frandsen


(Farozin, 2011:48) faktor yang
menghambat motivasi belajar
adalah

a. Cemas,

b. Merasa tidak aman,

c. Tercekam rasa takut, dan gelisah.

d. Sikap dan kebiasaan belajar yang


buruk,

e. tidak menyenangi mata pelajaran


tertentu,

f. malas belajar, tidak memiliki waktu


belajar yang teratur, dan kurang
terbiasa membaca buku mata
pelajaran.

 Hasil Wawancara
Hasil wawancara dengan kepala
sekolah :

Narasumber.
Nama :Bpk Konrardus Kudarto, S.
Pd
NIP : 19721126 199903 1 007
Jabatan : Kepala sekolah SMAN 1
Titehena

 Pembelajaran itu cenderung


didominasi oleh guru,
sehingga proses pembelajaran
hanya berjalan satu arah
saja.
 Guru kurang mencari solusi
untuk menjawab persoalan
rendahnya motivasi belajar
siswa misalnya solusi dengan
memanfaatkan pembelajaran
multimedia yang dapat
merangsang wawasan dan
mengubah respond dari siswa
yang tadinya pasif menjadi
aktif.
 Guru kadang acuh tak acuh
ketika motivasi belajar siswa
rendah yang disebabkan oleh
sikap dan perilaku siswa yang
tidak peduli dengan berbagai
 LITERASI tugas yang diberikan oleh guru
LITERASI
a. Rendahnya PEDAGOGIK
disekolah Setelah dianalisis
Minat baca  Guru jarang menerapkan
peserta didik, Dari kajian
pembelajaran yang berpusat pada
sehingga literatur dan
siswa aktif dikelas
kesulitan wawancara maka
memahami dan penyebab dari
menganalisis masalah ini
materi adalah:
pembelajaran

LITERASI 1. Guru jarang


 Kajian Pustaka memberikan respons
terhadap seluruh
a. kegiatan membaca
https://text-id.123dok.com/documen peserta didik dan
t/dy4k70k5q-faktor-faktor-yang- menilai hasil bacaan
mempengaruhi-minat-baca.html peserta didik dengan
Menurut Bunanta Saleh, (2006: 44) memberikan
menyebutkan bahwa minat baca kesempatan untuk
terutama sangat ditentukan 2 hal menyampaikan hasil
berikut. pemahaman terhadap
yang dibacanya.
 Faktor pendidikan dan kurikulum 2. Guru kurang
di sekolah yang kurang kondusif. membiasakan siswa
 Sumber belajar yang mampu untuk membaca
menarik minat baca peserta didik beberapa menit
misalnya 5 menit
sebelum pelajaran
b. https://www.researchgate.net/ dimulai siswa
publication/ diberikan
320700754_Minat_Baca_Siswa_yang_Sa kesempatan
ngat_Rendah membaca teks apa
October2017DOI:10.13140/ saja yang dia suka
RG.2.2.24972.21126 Authors: Nila 3. Keterbatasan sumber
Sari Universitas Kristen Satya belajar, seperti buku-
Wacana yang dikutip dalam buku pelajaran dan
(Parmadani,& Latifah, 2017). Yang buku-buku
berjudul PENGARUH MINAT BACA referensi-referensi
lain yang menarik
Faktor yang mempengaruhi Minat Baca minat baca peserta
Siswa Rendah yaitu : didik
guru
 Permasalahan di Dalam
Lingkungan Sekolah diantaranya
 Terbatasnya sarana dan prasarana
membaca,seperti ketersediaan
perpustakaan dan buku- buku
bacaan yang bervariasi.
 Masih banyak sekolah-sekolah di
dapat
Indonesia yang masih
mengandalkan ketersediaan buku
paket saja untuk kegiatan belajar
memotiv
asi siswa
di kelas, padahal
ketersediaan buku-buku bacaan
penunjang yang

untuk
menarik dan bermutu akan sangat
memotivasi
siswa dalam memperluas
pengetahuannya.
 Situasi pembelajaran yang kurang
memotivasi siswa untuk
mempelajari buku-buku tertentu
mewujud
diluar buku-buku paket.
 Pembelajaran di kelas lebih sering
masih berpusat pada guru atau
kan
sekedar kegiatan transfer ilmu
dimana siswa hanya dijejali oleh
informasi/pengetahuan dari guru
minat
baca
 jarang diajak berdiskusi atau diberi
beragam tayangan menarik sangat
mampu menyita perhatian banyak

yang
orang,
 Kurangnya model pembelajaran
(dari kalangan guru) bagi
siswa dalam hal membaca
 guru belum menjadikan membaca
sebagai kebutuhan
pendidikan, hal ini dapat dilihat
tinggi,
dari pemanfaatan waktu luang di
sekolah bagi staf dan para guru
 siswa lebih sering melihat gurunya
mengatu
main catur, merokok, ngorol,
bersendau gurau, dan sebagainya
pada saat waktu luang. Sehingga
r dan
mengelol
siswa tidak memiliki tauladan dari
guru dalam hal gemar membaca
 Permasalahan Di Luar

a
Lingkungan Sekolah
 Meningkatnya penggunaan
teknologi informasi elektronik.
 Berkembangnya teknologi
informasi menggeser minat
masyarakat terhadap aktivitas
membaca buku.
kegiatan
 Berkembangnya tehnologi
‘jempol’(hand-
phone, internet) menggeser minat
membac
manusia
terhadap buku.
 Banyaknya keluarga yang belum
a siswa
menanamkan tradisi wajib
dengan
membaca.Untuk membentuk anak-
anak yang memiliki kemampuan
gemar membaca harus di mulai
dari lingkungan terdekat anak
yaitu keluarga.
 Keterjangkauan daya beli
masyarakat terhadap
mendina

buku.

Hasil Wawancara dengan


miskan
Guru Senior
Narasumber.
seluruh
Nama
NIP
:Bpk Yosep Tua, S. Pd
: 19751121 201001 1 011
Guru Mapel : Pendidikan Agama
sumber
Katolik

Hasil wawancara dengan teman


bacaan,
sejawat :
a. siswa tidak dibiasakan
membaca. karena itu diharapkan
untuk mengaw
asi
guru atau pun sekolah membiasakan
siswa untuk membaca, misalnya 5
menit sebelum pelajaran dimulai

proses
siswa diberikan kesempatan
membaca teks apa saja yang dia
suka. siswa juga bisa diberikan tugas
untuk membuat laporan terhadap
suatu artikel yang dia baca.
b. Sekolah tidak
perpustakaan yang memadai.
mempunyai membac
c. Dirumah orang tua
membiasakan anak untuk membaca
baik itu membaca koran ataupun
jarang
a siswa,
buku lainnya. bisa juga anak
dibiasakan untuk membaca secara
elektronik. Kendalanya adalah orang
dan
memberi
tua tidak mempunyai biaya yang
cukup untuk membeli buku ataupun
koran bagi anak untuk membaca di

kan
rumah
 NUMERASI
d. Guru kurang melatih siswa untuk
menyampaikan hasil pemahamannya
a. Peserta didik
terhadap sebuah teks wacana

respon
kesulitan
menyelesaikan
soal dalam

terhadap
bentuk grafik

NUMERASI
KAJIAN LITERATUR :
1. Menurut Pendapat Hafriani (2021)
seluruh
 Penyebab penalaran matematis
siswa dan kemampuan
representasi matematis siswa tidak
kegiatan
ada peningkatan karena siswa
membac
masih belum terbiasa dengan
pembelajaran bagan, grafik dan
tugas terstrukturnya, disamping
itu tidak mengerjakan tugas yang
diberikan tidak dengan sepenuh
hati, hal ini dikarenakan guru yang
mengajarnya tidak terbiasa dan
a dan
kurang memiliki kemampuan serta
karena keterbatasan waktu.
Sumber : Jurnal Dengan Judul :
menilai
hasil
Mengembangkan kemampuan
dasar matematika siswa
berdasarkan NCTM melalui tugas

bacaan
terstruktur menggunakan ICT.
Jurnal Ilmiah Didaktika Agustus
2021 Vol.22, No.1 (2021 ), 63-80
2. Hasil Kajian Literatur Menurut
Pendapat Buyung Adapun kesulitan
siswa dalam menyelesaikan soal
kemampuan pemahaman konsep
anak
matematis ( bagan, grafik
disebabkan kurangnya pemahaman
suatu konsep terkait materi sehingga
)
dengan
siswa sulit untuk memahamai soal
dan penyesuaianya ditambah kurang
ketelitian siswa.
memberi
kan
Sumber : Jurnal dengan Judul :
Analisis Kesulitan Siswa dalam
menyelesaikan soal kemampuan

kesempa
pemahaman konsep matematika
Jurnal Of Educational Review And
research. Vol.4, No.2 Desember
2021 Page : 135-140

Hasil Wawancara dengan Guru tan untuk


menymp
senior
Narasumber.
Nama : Yosep Tua, S. Pd

aikan
NIP : 19751121 201001 1 011
Guru Mapel : Pendidikan Agama
Katolik

1. Kebanyakan siswa malas untuk


berpikir abstrak. mereka lebih senang
pada hal-hal atau mata pelajaran yang
hasil
bersifat hafalan melulu. Hal lainnya
bahwa guru tidak kreatif dalam
mengajar. Pemaparan yang tidak
pemaha
menarik terutama grafik membuat
siswa malas atau enggan untuk
mendalami sendiri materi yang bersifat
man
grafik. butuh evaluasi diri dari guru
dan siswa
2. Guru kurang melatih siswa
terhadap
yang
menyelesaikan soal dalam bentuk
grafik
dibacany
a
guru
dapat
memotiv
asi siswa
untuk
mewujud
kan
minat
baca
yang
tinggi,
mengatu
r dan
mengelol
a
kegiatan
membac
a siswa
dengan
mendina
miskan
seluruh
sumber
bacaan,
mengaw
asi
proses
membac
a siswa,
dan
memberi
kan
respon
terhadap
seluruh
kegiatan
membac
a dan
menilai
hasil
bacaan
anak
dengan
memberi
kan
kesempa
tan untuk
menymp
aikan
hasil
pemaha
man
terhadap
yang
dibacany
a
NUMERASI

Setelah dianalisis
Dari kajian literatur
dan wawancara
maka penyebab dari
masalah ini adalah:
 Guru kurang
melatih siswa
untuk
menganalisis
materi yang
disajikan
dalam bentuk
grafik
2 a. Siswa kesulitan I. Kajian Pustaka Setelah dianalisis
mengemukan Dari kajian literatur
ide, gagasan a. Menurut Dr.Petrus Ly,M.Si dan wawancara,
dalam diskusi (2022:64) Motivasi dapat maka penyebab
antar kelompok mempengaruhi proses dan hasil dari masalah ini
dan Terdapat belajar. Sebagai suatu hasil, adalah:
sebagian siswa motivasi merupakan hasil dari
dikelas XI MIA 1  Guru kurang melatih
memiliki pembelajaran yang efektif. Jika
siswa untuk berpikir
motivasi pembelajaran efektif, menarik, kritis sehingga
berprestasi bermanfaat, serta sesuai dengan mampu
rendah minat dan kebutuhan siswa, hal mengemukakan ide,
(berdiferensiasi) tersebut akan meningkatkan gagasan dalam
keterlibatan siswa dalam proses menyelesaikan tugas
diskusi kelompok
pembelajaran.  Guru kurang
b. https://kumparan.com/millennial/ mempersiapkan diri
alasan-kenapa-motivasi-berprestasi- dalam memberikan
pada-remaja-rendah- materi pembelajaran
21dM5TYS2rPsikolog klinis dikelas
 Guru jarang
sanatorium Dharmawangsa,
memanfaatkan
Liza marielly berpendapat ada pembelajaran
berbagai faktor penyebab multimedia untuk
mengapa peserta didik memiliki menarik minat dan
motivasi berprestasi rendah. meningkatkan
 “Dalam teori psikologi tidak ada respon siswa dikelas
anak yang bodoh sebenarnya. Yang
salah adalah pendekatannya,
sehingga mereka jadi tidak
termotivasi.” ucap Liza saat
berbincang dengan kumparan
(kumparan.com) Kamis (7/12)
Pendekatan yang dimaksud Liza
adalah cara mengajar guru di
sekolah, guru harus kreatif
dalam membuat metode belajar
yang menarik bagi siswa
 “Karakter si anak juga
berpengaruh pada motivasi
berprestasi, ada anak yang gigih
dan tekun dalam bekerja, namun
ada anak yang sifatnya lebih
malas dan anteng,” katanya. Di
samping itu, ada remaja yang
memang lebih suka pada satu
bidang tertentu, sehingga mereka
lebih memfokuskan diri pada
satu bidang. Akibatnya, ada anak
yang sangat jago dalam satu
bidang, namun kurang pada hal
yang lain. “
 Pola asuh dan didikan orang tua
sejak kecil juga berpengaruh, ada
anak yang memang dididik untuk
disiplin dalam mengerjakan sesuatu
dan ada yang tidak,”
 situasi dan lingkungan di
sekolah yang mungkin kurang
kondusif dalam membentuk
motivasi belajar siswa “Ada
remaja yang pintar, namun
karena bosan dengan suasana
sekolah dan tugas-tugasnya, nilai
mereka jadi turun,”

HASIL WAWANCARA DENGAN


GURU SENIOR
Narasumber.
Nama : Ibu Emilia Barek, S.Pd
NIP : 19860122 201502 2
001
Guru Mapel : Bahasa Jerman

 Penyebab sebagian siswa kelas XI


Mia memiliki motivasi berprestasi
rendah yakni kurangnya sarana
dan prasarana yang menunjang
proses pembelajaran,
pembelajaran yang monoton atau
terpaku pada guru, berpaku pada
buku paket, kurangnya
pengetahuan dasar siswa
terhadap materi tersebut, guru
masih menggunakan cara
mengajar tradisional yakni
ceramah
 Penyebab siswa kesulitan dalam
mengemukkan ide, gagasan dalam
diskusi kelompok yakni tidak
berani mengemukkan ide, tidak
percaya diri dan merasa dirinya
tidak pintar, kurangnya kemauan
dan keinginan siswa dalam belajar
 Guru kurang tepat memilih
metode pembelajaran

3 a. Siswa merasa Kajian Pustaka Setelah dianalisis


malu, Kaku dan Dari kajian
takut untuk a. http://sule-epol.blogspot.com/ literatur dan
menjalin 2015/06/makalah-komunikasi-siswa- wawancara, maka
komunikasi dan-guru-di.htmlMenurut Santrock penyebab dari
dengan gurunya (2008), terdapat tiga aspek utama dari masalah ini
baik didalam komunikasi dalam pembelajaran, yaitu adalah:
kelas, maupun ;keterampilan berbicara, mendengar
diluar kelas dan komunikasi nonverbal. Berbicara Guru langsung
di hadapan kelas dan di hadapan siswa memberikan Sanksi
harus dapat mengkomunikasikan tanpa
informasi secara jelas. Kejelasan dalam mendengarkan
berbicara penting agar pengajaran
penjelasn dari siswa
yang dilakukan oleh guru dan proses
belajar yang diikuti siswa dapat ketika siswa
berjalan responsive. melakukan
kesalahan,sehingga
siswa merasa tidak
FAKTOR PENYEBAB aman pada saat
tertentu yang
Afifatur Rahmah menyebabkan
Pendidikan Bahasa dan Sastra ketakutan dan tidak
Indonesia, Fakultas Bahasa dan terbuka pada guru
Seni, Universitas Negeri Surabaya
afifatur.17020074107@mhs.unesa.a
c.id
Dr. Syamsul Sodiq, M.Pd.
Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Bahasa dan
Seni, Universitas Negeri Surabaya
syamsulsodiq@unesa.ac.id

Penyebab permasalahan
mengemukakan pendapat siswa di kelas
diduga karena :
 berpikir bahwa mengemukakan
pendapat di depan umum merupakan
hal yang menegangkan.
 berusaha menyampaikan terlalu
banyak informasi dalam waktu yang
singkat.
 pikiran kosong sehingga tidak tahu apa
yang harus diungkapkan.
 takut tidak bisa berbicara.
 memiliki tujuan yang keliru.
 takut mendapat kesan negatif dari
orang lain.
 berusaha mengontrol perilaku.
 mengetahui terdapat teman yang lebih
tahu/lebih dari pembicara

Hasil Wawancara dengan


Teman sejawat

Narasumber.
Nama : Sesilia Jana Kelasa, S.Pd
NIP :-
Guru Mapel : Bimbingan Konseling
 Kemampuan peserta didik
berpengaruh terhadap
kemampuannya untuk
berkomunikasi dengan guru baik
disekolah maupun diluar sekolah.
Karna kemampuannya inilah yang
menyebabkan peserta didik tersebut
kaku untuk berkomunikasi dengan
Guru
 guru sering memberikan sanksi
dikelas menyebabkan siswa malu,
minder dan kaku untuk menjalin
komunikasi dengan guru

Kajian Pustaka Setelah dianalisis


Sumber: Dari kajian
b. Siswa kurang https://www.kajianpustaka.com/2021/12/
mendapat kesulitan-belajar.html literatur dan
perhatian dalam a. Menurut Mulyadi (2010), kesulitan wawancara, maka
menghadapi belajar pada dasarnya penyebab dari
masalah- dimanifestasikan dalam perilakunya, masalah ini
masalah baik aspek psikomotorik, kognitif, adalah:
kesulitan maupun afektif. Beberapa perilaku  Guru kurang terlibat
belajar yang yang merupakan manifestasi gejala dalam menangani
dihadapinya kesulitan belajar, adalah sebagai kesulitan-kesulitan
berikut: belajar siswa dikelas
seperti cara belajar
siswa, ketersediaan
1. Menunjukkan prestasi belajar yang
ringkasan materi
di bawah rata-rata yang dicapai
yang bisa
oleh kelompok kelas.
dipelajarinya baik
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang
dirumah maupun
dengan usaha yang dilakukan.
disekolah
3. Lambat dalam melakukan tugas-
 Guru jarang
tugas belajar.
memperhatikan
4. Menunjukkan sikap-sikap yang
lingkungan belajar
tidak wajar, seperti; acuh tak acuh,
siswa yang membuat
menentang, berpura-pura, dusta
siswa tersebut
dan sebagainya.
menghapi masalah
5. Menunjukkan gejala emosional kesulitan belajar
yang kurang wajar. Contohnya;  Guru jarang
mudah tersinggung, murung, menanyakan masalah
pemarah, bingung, cemberut, kesulitan belajar
kurang gembira, selalu sedih. siswa baik dikelas
maupun diluar kelas
b. Menurut Mulyono (2012), kesulitan
belajar secara umum dibagi menjadi
dua kelompok, yaitu:

1. Kesulitan belajar yang berhubungan


dengan perkembangan (development
learning disabilities). Kesulitan ini
mencangkup gangguan perhatian,
ingatan, motorik dan persepsi, bahasa
dan berpikir.
2. Kesulitan belajar akademik (academic
learning), yang mencakup kesulitan
membaca, menulis dan berhitung atau
matematika. SUMBER:
https://www.kajianpustaka.com/2021/12/kes
ulitan-belajar.html
Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Sumber :
https://www.kajianpustaka.com/feeds/posts/
defaultMenurut Dimyati dan Mujdiono
(2006), terdapat beberapa faktor yang
dianggap menjadi penyebab siswa
mengalami kesulitan dalam belajar,
antara lain yaitu sebagai berikut:

a. Faktor Internal Siswa

1. Sikap terhadap belajar. Sikap


merupakan kemampuan memberikan
penilaian tentang sesuatu, yang
membawa diri sesuai dengan penilaian.
Adanya penilaian tentang sesuatu,
mengakibatkan terjadinya sikap
menerima, menolak, atau
mengabaikan.
2. Motivasi belajar. Motivasi belajar
merupakan kekuatan mental yang
mendorong terjadinya proses belajar.
3. Konsentrasi belajar. Konsentrasi
belajar merupakan kemampuan
memusatkan perhatian pada pelajaran.
4. Mengelola bahan belajar. Mengelola
bahan belajar merupakan kemampuan
siswa untuk menerima isi dan cara
perolehan ajaran sehingga menjadi
bermakna bagi siswa.
5. Menyimpan perolehan hasil belajar.
Menyimpan perolehan hasil belajar
merupakan kemampuan menyimpan
isi pesan dan cara perolehan pesan.
6. Menggali hasil belajar yang
tersimpan. Merupakan proses
mengaktifkan pesan yang telah
diterima..
7. Kemampuan berprestasi atau unjuk
hasil belajar. Merupakan suatu
puncak proses belajar. Pada tahap ini
siswa membuktikan keberhasilan
belajar.
8. Rasa percaya diri siswa. Rasa percaya
diri siswa timbul dari keinginan
mewujudkan diri bertindak dan
berhasil.
9. Intelegensi dan keberhasilan belajar.
Perolehan hasil belajar siswa yang
rendah, yang disebabkan oleh
intelegensi yang rendah atau
kurangnya kesungguhan belajar,
berarti terbentuknya tenaga kerja yang
bermutu rendah.
10. Kebiasaan belajar. Dalam kegiatan
sehari-hari ditemukan adanya
kebiasaan belajar siswa yang kurang
baik yaitu, belajar pada akhir
semester, belajar tidak teratur, menyia-
nyiakan kesempatan belajar, bergaya
belas kasihan tanpa belajar.
11. Cita-cita siswa. Cita-cita merupakan
motivasi intrinsik yang perlu
didikan..

Faktor eksternal siswa

1. Guru sebagai pembina siswa belajar.


Guru adalah pengajar yang mendidik.
Tidak hanya mengajar bidang studi
yang sesuai dengan keahliannya, tetapi
juga menjadi pendidik generasi muda
bangsanya.
2. Prasarana dan sarana pembelajaran.
Prasarana pembelajaran meliputi
gedung sekolah, ruang belajar,
lapangan olah raga, ruang ibadah,
ruang kesenian dan peralatan olah
raga. Sarana pembelajaran meliputi
buku pelajaran, buku bacaan, alat dan
fasilitas laboratorium sekolah dan
berbagai media pengajaran yang lain.
3. Kebijakan penilaian. Penilaian yang
dimaksud adalah penentuan sampai
sesuatu dipandang berharga, bermutu,
atau bernilai. Hasil belajar merupakan
hasil proses belajar.
4. Lingkungan sosial siswa di sekolah.
Siswa siswi di sekolah membentuk
suatu lingkungan pergaulan yang
dikenal sebagai lingkungan sosial
siswa.
5. Kurikulum sekolah. Kurikulum
sekolah tersebut berisi tujuan
pendidikan, isi pendidikan, kegiatan
belajar mengajar, dan evaluasi.

Hasil Wawancara dengan


Teman sejawat
Narasumber.
Nama : Sesilia Jana Kelasa, S.Pd
NIP :-
Guru Mapel : Bimbingan Konseling

Yg menyebabkan siswa kurang mendapat


perhatian dalam menghadapi masalah2
kesulitan belajar:

1. Guru jarang membangun


komunikasi dengan siswa dalam
menghadapi masalah kesulitan belajar

2. Suasana belajar yg kurang mendukung


3. Lingkungan belajar yg kurang nyaman

4. Metode belajar yg tidak sesuai

5. Media pembelajaran yg terbatas

6. Siswa tidak menyukai gurunya

7. Siswa memiliki permasalahan


pribadi /keluarga

4 a. Sebagian besar Kajian Pustaka Setelah dianalisis


siswa dalam https://digilibadmin.unismuh.ac.id/ Dari kajian
kelas ini tidak upload/2818-Full_Text.pdf literatur dan
kreatif, inovatif, Menurut Riyanto (2012:4) Pembelajaran wawancara, maka
dan tidak Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan penyebab dari
mampu berpikir Menyenangkan (PAIKEM) adalah masalah ini
kritis adalah:
strategi pembelajaran dimana para
siswa diberikan kebebasan untuk
 Guru kurang
mengemukakan pendapatnya, berani
menerapkan MODEL
bertanya, berani mempertanyakan pembelajaran dalam
gagasan orang lain, dan merasa proses pembelajaran
senang berada di kelas tanpa ada rasa sehingga membuat
tekanan. siswa tidak Aktif,
Menurut Muhibin dan Rahayu tidak Inovatif, tidak
(2009:3), karakteristik PAIKEM antara Kreatif, tidak Efektif
lain: dan dan tidak
3. Berpusat pada murid yaitu guru Menyenangkan
sebagai fasilitator, bukan dalam kegiatan
penceramah, fokus pembelajaran pembelajaran
pada siswa bukan pada guru, murid  Guru kurang terampil
belajar secara aktif, murid mengontrol dalam mendesain
proses belajar dan menghasilkan perangkat
karyanya sendiri, tidak hanya pembelajaran, kurang
mengutip dari guru. inovatif, kurang
4. Belajar yang menyenangkan (joyfull kreatif , kurang peka
learning) terhadap kebutuhan
5. Belajar yang berorientasi pada peserta didik dalam
tercapainya kemampuan tertentu membuat pelajaran
(competency based learning) yang menyenangkan
6. Belajar secara tuntas (mastery
laerning)
7. Belajar secara berkesinambungan
(continuous learning)
8. Belajar sesuai dengan kekinian dan
kedisinian (contextual learning)

Sumber:https://www.kompasiana.com/
darwonogurukita/
59b8af6fc3637642af02eb22/pribadi-yang-
kreatif-kritis-kollaboratif-dan-komunikatif?
page=all#section1 Konten Kreator:
Darwono Guru Kita tayang di
Kompasiana.com dengan judul "Menjadi
Pribadi yang Kreatif, Kritis, Kollaboratif
dan Komunikatif", mengatakan :
Menghadapi Abad ke 21 generasi muda
Indonesia dihadapkan pada berbagai
tantangan baik internal maupun
eksternal yang komplek yang memerlukan
kemampuan, kecakapan tersendiri. OLeh
karena itu, dunia pendidikan Indonesia
harus mampu mengantisipasi dan
melakukan tindakan-tindakan nyata
bidang pendidikan yang mampu
menghasilkan out come tangguh dan
mampu menghadapi kehidupan abad ke
21.
Untuk menghadapi abad 21 tersebut,
dirasa sangat perlu mengembangkan tiga
pilar, yakni karakter yang meliputi
karakter  moral dan karakter kinerja
(tuntas,tangguh).
Terkait dengan  kualitas karakter siswa
beradaptasi pada lingkungan yang
dinamis, yang meliputi 9 point, yakni
nilai pancsacila, ketaqwaan, integritas,
rasa ingin tahu, inisiatif, kegigihan,
kemampuan adaptasi, kepemimpinan ,
kesadaran sosial dan budaya.
Selanjutnya,  pilar ke dua adalah
literacy, dalam kaitan ini literasi yang
bukan sekedar baca tetapi daya baca, ini
merupakan tantangan berat, sebab
kondisi saat ini , kita prihatin dimana
literasi Indonesia ada diperingkat 60 dari
61 negara, padahal infrastruktur kita di
atas Jerman dan korsel.
Terkait dengan dunia pendidikan, siswa
menerapkan keterampilan dasar sehari
hari yang meliputi  baca tulis, berhitung,
saint, teknologi komputer dan
informatika, finansial, budaya dan
kewarganegaraan.
Lanjut katanya, Kecakapan  Yang ke tiga
adalah kecakapan yang disingkat  4C
yakni  creativative, critical thinking,
communication dan collaboration atau
dalam bahasa Indonesia disingkat 4K
yakni : kompetensi. kritis, komunikasi
dan kolaborasi.  yang ke tiga adalah
Kompetenci nemecahkan masalah
komplek, yang dilandasi oleh berfiki
kritis,kreativitas komunikasi dan
Kolaborasi. Seain menyampaikan
kecapan yang dibutuhkan generasi
mendatang,

Faktor penyebab
https://guruinovatif.id/@hafecshrp/yuk-
perlu-diketahui-mengenal-faktor-
penghambat-pembelajaran-dan-solusinya
Menurut Bhakti, C. P. (2015:12),
siswa dalam kelas tidak kreatif,
inovatif, dan tidak mampu
berpikir kritis disebabkan oleh:

 Faktor internal, seperti:


1. Sikap Peserta Didik
sikap merupakan reaksi atau
respon terhadap objek orang,
barang, dan sebagainya baik
secara positif maupun negatif.
Pada faktor ini guru dapat melihat
masalah yang terjadi berdasarkan
respon peserta didik di dalam
kelas.
2. Minat Peserta Didik
minat merupakan faktor yang
berhubungan dengan
kecenderungan atau keinginan
yang besar terhadap sesuatu.
Apabila peserta didik tidak minat
dengan proses pembelajaran yang
tengah dilakukan, peserta didik
cenderung untuk menyepelekan
bahkan sibuk dengan kegiatannya
sendiri.
3. Motivasi Peserta Didik
Peserta didik yang tidak memiliki
motivasi, ia akan cenderung malas
dalam melakukan apapun.
 Faktor Eksternal
1. Faktor Keluarga
Faktor keluarga juga dapat
mempengaruhi proses belajar
peserta didik. Ketidakharmonisan
hubungan dengan orang tua, atau
antara orang tua, dan masalah
ekonomi keluarga juga dapat
mempengaruhi prestasi belajar
peserta didik.
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan mencakup
teman, dan lingkungan di sekitar
rumah. Faktor lingkungan sangat
mempengaruhi kehidupan peserta
didik, seperti contoh: apabila
teman-temannya merupakan anak
yang rajin maka, peserta didik
tersebut juga akan tertular oleh
teman-temannya, begitu juga
sebaliknya.
3. Faktor Sekolah
Faktor sekolah berhubungan
dengan kondisi sekolah, kondisi
guru, dan alat-alat pendukung
sarana belajar. Apabila kondisi
sekolah tidak kondusif maka dapat
menghambat prestasi belajar
siswa. Begitu pula dengan alat
pendukung sarana pembelajaran,
apabila alat pendukung tersebut
tidak terpenuhi maka peserta didik
tidak akan dapat meng-
explore keinginan belajar mereka.

Hasil Wawancara dengan


Teman sejawat

Narasumber.
Nama :Jeverson Peri Maran, M.Pd
NIP :-
Guru Mapel : Matematika wajib

 Metode pembelajran
Metode pembelajaran adalah seluruh
penyajian materi yg meliputi segala
aspek sebelum, sedang dan sesudah
pembelajaran yg dilakukan guru,
serta segala fasilitas yg digunakan
secara langsung maupun tdk
langsung dlm proses pembelajaran.
Berdasarkan pengertian trsebut maka
metode merupakan salah satu faktor
yg dpat membuat siswa kreatif,
inovatif dan berpikir kritis

 Guru membatasi cara berpikir anak

Seorg guru seharusnya mampu


berpikir seperti bagaimna cara
berpikir siswa agar guru tersebut
dapat memahami kesulitan maupun
kendala yg dihadapi siswa dlm
menyelesaikan maupun memahami
materi.

 Cara belajar

Stiap siswa memiliki cara belajar yg


berbeda, ada yg visual, auditorin ada
yg kinestetik Agar siswa mampu
kreatif, inovatif n berpikir kritis maka
pertama siswa harus mampu
memahami maslah maupun materi
sehingga guru harus mampu
membrikan pemahaman sesuai dgn
cara berpikir anak

 Guru kurang menerapkan model


sesuai sintaks membuat siswa tidak
kreatif, inovatif dan tidak berpikir
kritis
b. Siswa I. Kajian Pustaka
Setelah dianalisis
mengalami a. Menurut Dr.Petrus Ly, M.Si
Dari kajian
kesulitan (2021:78), dalam tulisannya tentang
literatur dan
menganalisis strategi pembelajaran disebutkan
wawancara, maka
dan memahami Contoh strateginya antara lain penyebab dari
materi pelajaran persentase, demonstrasi, belajar masalah ini
dikelas sehingga kooperatif, permainan, simulasi, adalah:
hasil yang penyelesaian masalah, diskusi,
dicapai tidak latihan dan praktik, penemuan, dan  Guru seringkali
maksimal
tutorial. Menurutnya Jika strategi mengajar
pembelajaran yang dirancang dan menggunakan
dilaksanakan adalah jenis metode-metode
pembelajaran aktif, niscaya kondisi kontekstual(ceramah)
pembelajaran dapat membuat siswa yang seharusnya pada
menjadi aktif dan menyenangkan, zaman sekarang itu
sehingga berdampak langsung kecakapan abad 21
terhadap perbaikan hasil belajar siswa. dimana guru dituntut
untuk melihat
b. Faktor penyebab yang karakter siswa melalui
mempengaruhi analisis-analisis
https://akupintar.id/info-pintar/-/ dengan pembelajaran
blogs/peran-guru-dalam-mengatasi- difirensiasi
siswa-yang-kesulitan-dalam-belajar  Guru kurang
Menurut Zainal Aqib (2002:62-67) menerapkan Strategi
menuliskan bahwa faktor-faktor yang pembelajaran yang
menyebabkan kesulitan menganalisis berpusat pada siswa
dan memahami materi pelajaran aktif tapi sebaliknya
dikelas dapat dikelompokkan menjadi berpusat pada guru
aktif yang membuat
dua faktor yaitu
peserta didik semakin
 Faktor intern. jenuh dan bosan
Faktor Intern yang membuat siswa
dikelas
terkendala dalam belajar antara
lain: faktor biologis, kesehatan,
faktor Psikologis, Intelegensi,
perhatian, minat, bakat, dan emosi.
 Faktor ekstern yang mengganggu
siswa dalam belajar meliputi
lingkungan, faktor suasana rumah,
faktor ekonomi keluarga, faktor
Lingkungan Sekolah, faktor
lingkungan Masyarakat.

Hasil Wawancara dengan Guru


Senior
Narasumber.
Nama : Bapak Alfons Langku S.Pd
NIP : 19651206 200604 1 007
Jabatan : Guru Ekonomi

 Tidak adanya kesepakatan antara


guru dan siswa
 Guru seringkali mengajar
menggunakan
metodekontensual(ceramah) yang
seharusnya pada zaman sekarang
itu kecakapan abad 21 dimana
guru dituntut untuk melihat
karakter siswa melalui analisis-
analisis dengan pembelajaran
difirensiasi
 Guru kurang menerapkan model
pembelajaran yang tepat

5 Materi terkait Kajian Pustaka Setelah dianalisis


Literasi Dari kajian
numerasi,  Menurut Kasma (2019) Peran guru literatur dan
Advanced sangat diperlukan dalam wawancara, maka
meningkatkan : penyebab dari
material,
 Kemampuan literasi sains siswa masalah ini
miskonsepsi,
dengan memberikan pembiasaan adalah:
HOTS.(refleksi  Guru kurang
dalam mengerjakan soal-soal
posisi diri anda) membiasakan siswa
literasi sains ( statistik ).
 sebelum memasuki pelajaran dalam membaca
1. Literasi materi pembelajaran
sebaiknya guru membuat tes
 Sebagian besar dalam bentuk data
prasyarat tes untuk mengetahui
siswa statistik misalnya
apakah siswa telah memiliki
mengalami membaca data
pengetahuan ketrampilan yang
kesulitan statistik tentang
diperlukan atau disyaratkan untuk
dalam peningkatan kasus
mengikuti suatu pelajaran atau
memahami soal pelanggaran HAM di
menyelesaikan soal.
- soal literasi indonesia
Sumber : Skripsi dengan judul
statistik
Analisis kesulitan dalam
tentang
menyelesaikan soal literasi
peningkatan
matematika ditinjau dari
kasus
kemampuan awal siswa kelas VIII
pelanggaran
SMP Negeri 2 Kajuara FKIP
HAM di
Universitas Muhamadiyah
indonesia
Makasar 2019,Hal. 166
dalam
pembelajaran
 Menurut Pendapat Husnul Fuadi
PPKn
dkk. (2020) Faktor penyebab
rendahnya kemampuan literasi
sains peserta didik Indonesia yang
dikemukakan oleh para peneliti
berkaitan dengan hasil PISA
Indonesia. Diantaranya
a. Pemilihan buku ajar,
b. Miskonsepsi,
c. Pembelajaran tidak
kontekstual,
d. Rendahnya kemampuan
membaca, dan
e. Lingkungan dan iklim
belajar yang tidak kondusif
Sumber : Jurnal dengan judul
Analisis Faktor penyebab
rendahnya kemampuan literasi
sains peserta Didik. Jurnal Ilmiah
Profesi Pendidikan Volume 5, No. 2
November 2020;108- 116
Hasil Wawancara dengan Guru
senior
Narasumber.
Nama : Yosep Tua, S. Pd
NIP : 19751121 201001 1 011
Guru Mapel : Pendidikan Agama
Katolik

 Guru tidak membiasakan siswa


membaca materi pembelajaran
dalam bentuk data statistik
misalnya membaca data statistik
tentang peningkatan kasus
pelanggaran HAM di indonesia,
membaca data statistik tentang
peningkatan angka kemiskinan
diIndonesia yang tidak sesuai
dengan nilai dasar sila ke lima
yang merupakan pelanggaran
terhadap bunyi pasal 34 ayat 1-4
dan sebagainya
 Guru jarang menyediakan wacana
yang ditampilkan dalam bentuk
data statistic kembali lagi
kecontoh tadi misalnya membaca
data statistik tentang peningkatan
kasus pelanggaran HAM di
indonesia

Setelah dianalisis
2. Numerasi KAJIAN PUSTAKA Dari kajian
 Siswa kurang literatur dan
memahami Menurut Pendapat I.Putu Gede Giri wawancara, maka
dalam setiawan (2021) Agar kemampuan penyebab dari
mengerjakan numerasi siswa meningkat dan bisa masalah ini
soal-soal yang mengerjakan soal numerasi dengan adalah:
terintegrasi baik, guru harus sering memberikan
dengan konten  Guru kurang
latihan soal numerasi beserta
numerasi menyajikan latihan
pembahasannya pada siswa. Dengan soal-soal numerasi
begitu, siswa dapat memahami beserta
berbagai soalnya numerasi dan cara pembahasannya
menjawabnya. Soal numerasi juga pada siswa dalam
melibatkan proses pemahaman pembelajaran
suatu konsep, kemampuan bernalar, dikelas
menyelesaikan masalah serta  Guru Kurang
kemampuan dalam menerapkan mengidentifikasi
konsep untuk menyelesaikan letak kesulitan yang
masalah tersebut. dihadapi siswa
dalam memahami
Sumber : Makalah dengan judul
materi numerasi
Meningkatkan kemampuan dikelas
numerasi peserta didik.

Menurut Muhammad Rifqi


Mahmud, dkk. (2019) Sebagai
upaya untuk mengatasi kesulitan
belajar yang dialami siswa dalam
penyelesaian masalah tidak
terstruktur dalam materi bilangan,
guru perlu mengidentifikasi letak
kesulitan pada siswa. Selanjutnya,
dapat diterapkan strategi act it out
(memerankan masalah) dan make a
drawing or diagram (membuat
gambar atau diagram). selain itu,
bimbingan lebih lanjut dengan
berbagai strategi dimulai dari
strategi yang melibatkan benda
konkret sampai abstrak sangat
diperlukan.
Sumber : Jurnal dengan judul
Literasi Numerasi Siswa Dalam
Pemecahan masalah Tidak
Terstruktur. Jurnal Pendidikan
Matematika, Volume 4, No.1, April
2019 hal.69-88

Hasil Wawancara dengan Guru


senior
Narasumber.
Nama : Bpk Siprianus Ola Geken, S.
Pd
NIP :
Jabatan : Guru Antropologi

1. Selain pembelajaran Matematika,


Fisika, Kimia, ekonomi, geografi jarang
atau bahkan mungkin Guru tidak
pernah membahas materi-materi
numerasi dalam kelas. Kalaupun
membahas materi tentang peningkatan
kasus korupsi, peningkatan kasus
pelanggaran HAM , dan lain-lain
sebagainya jarang ditampilkan dalam
bentuk grafik, diagram,atau yang
lainnya.
2. Guru jarang atau bahkan mungkin
Guru tidak pernah membahas materi-
materi numerasi dalam kelas

Setelah dianalisis
Dari kajian
KAJIAN PUSTAKA
3. Penggunaan literatur dan
materi wawancara, maka
 Menurut Anggi Priliyanti,dkk.
kehidupan penyebab dari
(2021) Kurangnya keterampilan
sehari-hari masalah ini
guru dalam menggunakan metode
(Advanced adalah:
pembelajaran yang tepat tentunya
material) 1. Guru kurang
akan berpengaruh terhadap tingkat
 Sebagian besar pemahaman siswa. Metode mengaitkan materi
siswa mengalami pembelajaran menjadi salah satu pembelajaran
kesulitan dalam komponen penting yang menunjang dalam bentuk
mengaitkan keberhasilan proses pembelajaran contoh realisasinya
materi ensensial yang hanya dilakukan dengan dalam kenyataan
dengan materi menggunakan metode ceramah hidup sehari-hari
kehidupan tentu akan membuat siswa lebih peserta didik
sehari-hari. cepat bosan dan sulit untuk 2. Guru terbiasa
memahami materi ensensial yang melaksanakan
disajikan pembelajaran yang
Sumber : berpusat pada
Jurnal Dengan Judul Analisis Kesulitan guru aktif dikelas
Belajar Siswa Dalam Mempelajari Kimia sehingga siswa
Kelas XI Jurnal Pendidikan Kimia lebih cepat bosan
Undiksha Vo. 5, No. 1. 2021. ( 11-18 ) dan sulit untuk
memahami materi
 Menurut Nizlel Huda, dkk. (2013) ensensial.
Kesulitan siswa dalam memahami
materi ensensial berdasarkan
kemampuan pemahaman dalam
menyelesaikan soal cerita materi
kubus dan balok yang paling
dominan yaitu pada penerapan
konsep-konsep dalam perhitungan
matematis, guru diharapkan dapat
memahami dimana letak kesulitan
siswa dalam menyelesaikan soal
cerita.
Sumber :
Jurnal dengan Judul : Analisis
kesulitan siswa berdasarkan
kemampuan pemahaman dalam
menyelesaikan soal cerita pada
materi kubus dan Balok. FMIPA
Universitas lampung , 2013 ; ( 595-
603 )

Hasil Wawancara dengan Guru


senior
Narasumber :
Nama : Yosep Tua, S. Pd
NIP : 19751121 201001 1 011
Guru Mapel : Pendidikan Agama
Katolik

1. Guru jarang sekali mengaitkan materi


pelajaran dengan kenyataan hidup
sehari-hari peserta didik. Misalnya
materi tentang sistem hukum di
indonesia. Disini siwa hanya diajak
untuk memahami materi hukum saja
seperti sifat-sifat hukum, unsur
hukum, sumber hukum, dan
sebagainya. Nah, dalam hal ini guru
tidak memberikan contoh tentang
sikap taat hukum/peraturan dalam
kehidupan sehari-hari, contohnya
diajak untuk taat pada peraturan lalu
lintas dengan cara menggunakan helm
saat mengendarai sepeda motor.
2. Guru kurang mengaitkan materi
pelajaran dengan kenyataan hidup
sehari-hari peserta didik

KAJIAN PUSTAKA Setelah dianalisis


4. Miskonsepsi
 Menurut Eka Wahyu Nurlaili Dari kajian
dan mispresepsi
(2012) Penyebab miskonsepsi literatur dan
siswa terhadap
adalah : berasal dari guru dan wawancara, maka
materi
berasal dari siswa yaitu kesalahan penyebab dari
 Sebagian
interpretasi gambar, belum masalah ini
besar siswa
memahami konsep prasyarat. adalah:
masih sering
Sumber :
miskonsepsi
Skripsi dengan judul : Analisis 1. Guru sering
tentang
Miskonsepsi siswa kelas VII SMP meminta siswa
memahami
negeri 16 Surakarta untuk meringkas
konsep hak
materi saja tanpa
dan kewajiban
 Menurut Nurul Wafiyah ( 2012 ) dilanjutkan
asasi manusia
Miskonsepsi disebabkan sebagai dengan penjelasan
dalam
berikut: lebih lanjut
pembelajaran
 Guru tidak mengecek pemahaman dari materi yang
PPKn.
konsep siswa pada materi yang diringkas tersebut
diajarkan sebelumnya.
 Guru tidak memeriksa pekerjaan 2. Guru sering
rumah siswa memberikan tugas
 Guru menjelaskan kemungkinan kepada siswa tanpa
miskonsepsi yang terjadi pada disertai konfirmasi
materi permutasi dan kombinasi yang jelas
 Guru tidak melaksanakan mengenai
pembelajaran kooperatif kebenaran dari
 Guru tidak mengkaitkan materi tugas yang telah
yang dipelajari dengan kehidupan dikejakan siswa
sehari-hari dan materi pelajaran sehingga
berikutnya menimbulkan
 Metode mengajar hanya ceramah miskonsepsi
dan meminta anak untuk dikalangan siswa
mencatat.
 Tidak mengungkapkan
kemungkinan miskonsepsi yang
dapat terjadi pada materi yang
akan diajarkan.
Sumber :
Jurnal dengan Judul : Identifikasi
Miskonsepsi Siswa Dan Faktor-
Faktor Penyebab Pada Materi
Permutasi Dan Kombinasi Di Sma
Negeri 1 Manyar Gamatika Vol. II
No.2 Mei 2012; 136

Hasil Wawancara Dengan


dengan Teman Sejawat

Narasumber.
Nama : Antonius Lela Nihamaking,
S. Pd
NIP :19930501 201903 1 004
Guru Mapel : Sejarah Indonesia

1. Guru sering sekali memberikan


catatan dikelas tanpa memberikan
konfirmasi berupa penjelasan
lebih lanjut dari materi yang sudah
diringkas/dicatat siswa dikelas
sehingga siswa gagal paham akan
materi tersebut karena siswa tidak
mendapat konfirmasi dari materi
yang tidak dapat mereka pahami.
Pemahaman siswa terhadap materi
tersebut tidak terjawab karena
guru tidak memberikan
konfirmasi/penjelasan terhadap
materi tersebut
2. Guru kurang melatih siswa
mengenal istilah-istilah asing
dalam pembelajaran PPKn

5. HOTS : Kajian Pustaka Setelah dianalisis


 Sebagian besar Dari kajian
siswa a. Menurut Newman dan Wehlage literatur dan
mengalami (Widodo, 2013:162) dengan higher wawancara, maka
kesulitan order thinking (HOTS) peserta didik penyebab dari
dalam akan dapat membedakan ide atau masalah ini
memahami gagasan secara jelas, berargumen adalah:
materi berpikir dengan baik, mampu memecahkan
tinggi (HOTS) masalah, mampu mengkonstruksi  Guru belum terbiasa
penjelasan, mampu berhipotesis dan atau jarang sekali
memahami hal-hal kompleks menerapkan
menjadi lebih jelas. pembelajaran HOTS
b. Faktor penyebab dikelas yang
junaidi@fis.unp.ac.id disebabkan oleh
hasil survey TIMSS (The Trends in rendahnya
International Mathematics and Sience pemahaman siswa
Study) pada tahun 2011 menujukkan terhadap bahasa
bahwa lebih dari 95% siswa di Indonesia karena
Indonesia hanya mampu menjawab keseharian siswa
pertanyaan pada taraf menengah saja, selalu berkomunikasi
sedangkan di Taiwan hampir 50 % siswa menggunakan bahasa
mampu menjawab pertanyaan yang daerah
taraf tingkat tinggi. Dengan demikian
dapat dilihat bahwa tingkat kemampuan  Guru kurang mampu
berfikir kritis siswa di Indonesia masih mengembangkan
rendah. Salah satu faktor penyebab materi-materi HOTS
rendahnya hasil TIMSS ini dikarenakan dikelas
siswa di Indonesia
 kurang terlatih dalam  Guru kurang
menyelesaikan soal-soal yang membiasakan peserta
bersifat kontekstual, didik untuk
 menuntut penalaran, menyelesaikan soal-
argumentasi dan kreativitas dalam soal berbasis HOTS
menyelesaikannya.

Hasil Wawancara Dengan


dengan Teman Sejawat

Narasumber.
Nama : Antonius Lela Nihamaking,
S. Pd
NIP :19930501 201903 1 004
Guru Mapel : Sejarah Indonesia

Terkait dengan pertanyaan diatas :

 beberapa penyebab siswa


mengalami kesulitan dalam
memahami materi berpikir tinggi
(HOTS) adalah peserta didik belum
terbiasa dalam menyelesaikan soal
berbasis hots. mereka masih perlu
bantuan orang lain dalam
menyelesaikan masalah terkait.
selain itu, kesulitan dalam
memahami kalimat atau maksud
dari soal, kurang teliti dalam
memahami dan membaca, serta
pemahaman materi yang kurang
juga menjadi penyebab peserta
didik mengalami kesulitan.
 Guru sulit menerapkan materi
HOTS karena siswa kurang
memahami bahasa indonesia
dengan baik dan benar yang
disebabkan oleh kebiasaan peserta
didik yang sehari-hari hari
menggunakan bahasa daerah
menggunakan bahasa daerah
 Guru kurang melatih peserta didik
menyelesaikan soal-soal HOTS

6 1. Sebagian besar a. Kajian Pustaka Setelah dianalisis


siswa belum File:///C:/Users/PG%202019/Downloads/ Dari kajian
menguasai dan 2977-4903-1-PB%20(2).pdf literatur dan
memanfaatkan II. Menurut Wartomo (2016:266) wawancara, maka
teknologi dalam kompetensi guru harus diorientasikan penyebab dari
pembelajaran terhadap perkembangan teknologi masalah ini
informasi dan komunikasi dan mayarakat adalah:
2. Sebagian besar digital dewasa ini. Perkembangan
Siswa kurang teknologi telah memunculkan model Guru Kurang mampu
terampil dalam pembelajaran yang inovatif dan kreatif mendesain
memanfaatkan dalam proses pembelajaran pembelajaran yang
media-media menarik karna
berbasis digital III. Faktor penyebab
"https://suyanto.id/wp-content/ terbatasnya
terintegrasi
dalam uploads/2020/03/Favicon-2.png kemampuan
pembelajaran Menurut (Nikolopoulou dan menggunakan
Gialamas, 2016). Penyebabnya teknologi
adalah : /gaptek ,sehingga
IV.Sarana dan prasarana berupa jarang menggunakan
komputer, laptop, dan infokus yang media pembelajaran,
terbatas.
Guru tidak
V. ketersediaan jaringan internet dan
sinyal. membiasakan siswa
VI.ketersediaan listrik. untuk memanfaatkan
VII. Pengetahuan teknis guru tentang teknologi dalam
teknologi informasi dan komunikasi yang pembelajaran karena
terbatas dalam pemanfaatan TIK untuk Sarana dan
pembelajaran di kelas. prasarana seperti
infocus, listrik, dan
UPAYA GURU
jaringan internet
yang ketersediaannya
masih sangat
VIII. Hasil Wawancara dengan Teman terbatas
sejawat
Narasumber.
Nama : Bpk Siprianus Ola Geken, S.
Pd
NIP : 19651206 200604 1 007
Jabatan : Guru Antropologi

1. Karena minim nya minat siswa


terhadap media pembelajaran dan
sebagian besar siswa belum menyadari
betapa pentingnya pemanfaatan media
pembelajaran pada era yang modern
ini.
2. Karena sebagian siswa masih memiliki
sikap masa bodoh dan tidak memiliki
niat untuk mengikuti segala
perkembangan pada sistem
pembelajaran modern.
3. Siswa Belum terbiasa mengakses
media digital yang disebabkan oleh
masalah gangguan jaringan yang
sering kali terjadi.
4. Guru Kurang mampu membuat materi
power point dan video pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai