Analisis
Masalah yang
eksplorasi
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah
penyebab
diidentifikasi
masalah
1 Kurangnya Hasil eksplorasi penyebab masalahnya
Motivasi Siswa adalah :
untuk mulai 1. Faktor internal dari dalam diri siswa itu
belajar sendiri seperti memiliki Anxiety yang
berlebihan.
2. Faktor eksternal yang berasal dari luar,
seperti faktor lingkungan sekitar siswa
3. Jenuh dengan kegiatan sekolah yang
monoton
4. Lamanya kegiatan sekolah secara daring
5. Psikologi siswa
Teman Sejawat :
1. Siswa terbiasa santai dengan
pembelajaran secara daring selama
COVID 19
2. Guru jarang memberikan ice breaking di
awal pembelajaran untuk menarik minat
siswa
3. Guru tidak menguasai materi
4. Guru belum mengenal karakteristik
setiap peserta didik di dalam kelas nya
5. Guru hanya menggunakan metode yang
sama dan monoton.
Pengawas Pembina
1. Guru kurang memperhatikan cara
berpakaian
2. Guru belum mengaplikasikan
penggunaan aplikasi berbasis teknologi
seperti platform “Merdeka Mengajar”
3. Guru belum menjalin hubungan
komunikasi yang baik terhadap siswa.
4. Guru belum memaksimalkan penilaian
keterampilan dan sikap siswa selama
pembelajaran berlangsung, yang dapat
bertujuan meningkatkan motivasi siswa.
2 Guru belum Hasil eksplorasi penyebab masalahnya Setelah
mengoptimalkan adalah : dianalisis lebih
model 1. Pemahaman dan penguasaan guru lanjut, penyebab
pembelajaran tentang model-model pembelajaran masalah ini
yang inovatif inovatif masih kurang. disebabkan:
sesuai dengan 2. Guru tidak melakukan assesment 1. Guru kurang
karakteristik siswa diagnostik kemampuan peserta didik. kreatif dan
3. Guru kurang menggunakan bahan ajar inovatif dalam
yang innovatif pembelajaran.
2. Guru tidak
Kajian Literature : menggunakan
1. Menurut (Iswandono, 2017), penggunaan media
pembelajaran
metode pembelajaran yang tepat dapat
atau alat
meningkatkan motivasi dan penguasaan
penunjang
siswa terhadap materi yang disampaikan. pembelajaran.
2. Haag dan Ken dalam Abdul Kadir dan 3. Guru hanya
Terra (2013) menyatakan teknologi ceramah di
informasi merupakan seperangkat alat dalam kelas.
yang membantu manusia bekerja dengan 4. Guru tidak
informasi dan hal-hal yang berkaitan melakukan
dengan pemrosesan informasi. Hingga umpan balik
saat ini tak terhitung beragam inovasi setelah
teknologi media informasi dan diberikan
komunikasi yang telah dibuat manusia, materi.
khususnya sebagai alat bantu 5. Guru belum
pembelajaran. Pendidik merupakan memaksimalk
an
instrumen penting untuk memastikan
penggunaan
tercapainya tujuan pembelajaran
media
berdasarkan indikator yang disusun sesuai pembelajaran
kebutuhan peserta didik antara lain yang ada di
kompetensi kognitif, psikomotorik dan sekitar
afektif. linkungan
3. Menurut Rohmah dan Marimin (2015) sekolah
keberhasilan peserta didik merupakan 6. Kurangnya
salah satu indikator keberhasilan pendidik motivasi guru
dalam mengajar. Pelaksanaan untuk
pembelajaran harus direncanakan secara mengupgrade
baik agar dapat memberikan pelayan yang kompetensi
tepat bagi siswa. Salah satu diantara seperti
komponen pendukung tercapainya tujuan mengikuti
pembelajaran adalah pemanfaatan media webinar atau
seminar-
pembelajaran.
seminar
pendidikan.
4. Media pembelajaran menjadi terasa
manfaatnya jika digunakan secara tepat
oleh guru saat pelaksanaan pembelajaran
dimulai dengan ketepatan dalam
merencanakan, menggunakan serta
mengevaluasi. Sebagaimana diungkapkan
Arif Sadiman dkk (2012) perencanaan
media pembelajaran antara lain; 1)
Identifikasi kebutuhan dan karakteristik
siswa, merumuskan tujuan pembelajaran,
2) merumuskan butir-butir materi ajar, 3)
mengembangkan alat ukur keberhasilan,
menulis naskah media, 4) melakukan tes
dan revisi.
5. Menurut (Ulya, 2016) mencermati begitu
pentingnya bahasa Inggris maka pembelajaran
bahasa Inggris di dalam kelas harus menggunakan
strategi yang tepat, menarik dan melibatkan
peserta didik, agar kompetensi bahasa Inggris
dapat dikuasai secara optimal.
6. Menurut Nation (dalam Cameron, 2009:85) ada
beberapa tehnik dasar yang dapat digunakan guru
untuk mengajarkan kosakata baru. Antara lain: (a)
Menggunakan benda atau objek. (b) Menggunakan
potongan dari sebuah bentuk. (c) Menggunakan
gerakan anggota tubuh. (d) Menampilkan sebuah
tindakan. (e) Foto. (f) Menggambar di papan tulis.
(g) Gambar dari buku. (h) Menganalisis definisi
dari suatu kara dari guru. (i) Meletakkan kata
tersebut dalam konteks kalimat. (j)
Menerjemahkan ke bahasa lain.
7. Berdasarkan hasil penelitian (Fitrotul
Mufaridah, 2008) menunjukan bahwa
penggunan permainan sebagai media
pembelajaran BahasaInggris sebagai
upaya terhadap peningkatan prestasi
siswa menunjukkan hasil yang positif.
Kajian Wawancara:
Kepala sekolah :
1. Guru masih belum mengoptimalkan
pemanfaatan teknologi informasi (TIK)
dalam pembelajaran.
2. Guru kurang kreatif dan inovatif dalam Metode
dan Teknik pembelajaran.
3. Guru tidak menggunakan media
pembelajaran atau alat penunjang
pembelajaran.
4. Guru hanya ceramah di dalam kelas.
5. Guru belum mengenal karakter pserta
didik
6. Kurangnya motivasi guru untuk
meningkatkan kompetensi sebagai
tenaga pendidik
Pengawas Pembina :
1. Guru jarang meminta peserta didik atau
teman sejawat untuk melakukan refleksi
pada metode dan teknik yang telah
digunakan dalam kegiatan pembelajaran
sebelumnya.
2. Guru jarang menggunakan lingkungan
luar sekolah sebagai tempat belajar
(hanya kegiatan indoor saja).
3. Guru tidak memaksimalkan aplikasi
Platform seperti “Merdeka Mengajar”
untuk meningkatkan kompetensi tenaga
pendidik.
4. Guru belum memaksimalkan
penggunaan media pembelaajaran yang
ada di lingkungan sekolah.
3 Anak belum Hasil eksplorasi penyebab masalahnya
memiliki literasi adalah :
membaca yang 1. Siswa malas untuk membaca
baik 2. Siswa kurang tertarik untuk membaca di
perpustakaan
3. Siswa hanya tertarik melihat gambar
saja ketika kegiatan literasi
4. Siswa tidak pernah membeli buku atau
memfoto copi bahan bacaan di luar
teksbook yang diberikan oleh sekolah
Kajian Literatur:
Azmi Rizki Annisa (2021)
Menurut data statistik dari UNESCO, minat
baca masyarakat Indonesia sangatlah
memprihatinkan yaitu hanya 0,001% saja.
Itu berarti, dari 1.000 orang Indonesia,
hanya ada 1 orang yang rajin membaca.
Dalam riset dengan tajuk World’s Most
Literate Nations Ranked yang dilakukan
oleh Central Connecticut State University
pada tahun 2016 lalu, Indonesia menduduki
peringkat ke-60 dari 61 negara dengan
tingkat literasi yang rendah. Sedangkan
tingkat literasi pada peringkat yang pertama
ditempati oleh Negara Finlandia (hampir
100%). Data ini menunjukkan bahwa
Indonesia masih tertinggal jauh dari
Singapura maupun Malaysia dalam hal
minat baca [4]. Selanjutnya, dari data
penelitian yang dilakukan oleh United
Nations Development Programme (UNDP),
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di
tingkat pendidikan yang ada di Indonesia
masih tergolong rendah, yaitu 14,6%. Jauh
lebih rendah daripada Malaysia yang
memiliki persentase hingga 28%.
Rendahnya minat baca di Indonesia ini bisa
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor
pertama, belum adanya pembiasaan dalam
membaca yang ditanamkan sejak dini.
Padahal usia kanak-kanak adalah masa
golden age di mana pada fase ini anak
sedang mengalami pertumbuhan yang
sangat pesat sehingga para orang tua dapat
membentuk karakter anaknya. Kedua, akses
dalam fasilitas pendidikan yang belum
merata dan minimnya kualitas sarana
pendidikan. Dan terakhir adalah kurangnya
produksi buku di Indonesia karena penerbit
di daerah yang belum berkembang
Rekan Sejawat:
Peserta Didik:
Peserta didik akan memiliki interaksi kelas
yang baik, aktif, dan positif serta ikut
berpartisipasi aktif dalam kegiatan
pembelajaran jika:
a. Guru Memberikan kalimat pujian
kepada peserta didik baik dengan verbal
maupun non-verbal
b. Guru Membangun komunikasi yang
baik dengan peserta didik, santun, sabar,
sopan dan tegas.
c. Guru Menggunakan media yang tepat
sesuai karakter peserta didik
d. Siswa tidak memiliki perasaan cemas,
gugup, dan rasa takut selama mengikuti
proses pembelajaran.
e. Siswa mampu Bekerja sama dengan
teman lainnya
f. Siswa memiliki motivasi yang kuat
untuk mengikuti pelajaran.
Pengawas Pembina :
1. Guru tidak melakukan umpan balik
setelah diberikan materi.
2. Guru jarang melakukan refleksi setelah
kegiatan pembelajaran.